Share

Act 8. Hati yang Hancur

Author: arrinknight
last update Last Updated: 2022-09-07 14:11:04

Yvoxy hanya bisa berdiri dengan keringat dingin yang mulai mengalir melewati wajahnya, namun ia berkata, "Lyxia, pulanglah. Kami hanya ingin memastikan bahwa dirimu baik-baik saja, karena kemarin kedua orang tuamu mengunjungiku hanya untuk menanyakan di mana dirimu seharian, tidak pulang ke rumah."

Lyxia tersenyum lagi, dan membalas, "Baiklah, aku akan pulang, terima kasih sudah mengkhawatirkan diriku, guru," lalu ia mulai melangkah keluar dari gedung perpustakaan.

Yvoxy hanya bisa menatap anak didiknya itu dengan sorot mata yang penuh dengan kecurigaan. Melihat keringat dingin Yvoxy yang mengalir melewati wajahnya dan cara ia memandang Lyxia, Rae langsung menepuk bahu Yvoxy dan berbisik, "Apakah itu barusan adalah Lyxia?"

Yvoxy menggelengkan kepalanya dan membalik badannya, lalu menatap ke arah punggung Lyxia yang sedang berjalan keluar dari gedung perpustakaan. Rae juga membalik badannya dan menatap punggung Lyxia, dengan raut wajah yang penuh dengan rasa kebingungan.

Setelah beberapa saat, Yvoxy lalu membalas Rae, "Kemungkinan besar bisa jadi, batu kristal hitam sialan tersebut, memilih Lyxia sebagai inangnya."

Dengan mata melotot, Rae langsung terkejut mendengar pernyataan Yvoxy barusan, lalu ia berbisik pelan, "Tidak mungkin, Lyxia adalah anak yang sangat – patuh!"

Mereka berdua lalu hanya bisa menatap Lyxia dari kejauhan yang kini sudah berada di luar gedung perpustakaan. Setelah berjalan untuk sekian lama, Lyxia tiba-tiba saja berhenti di tengah jalan, dan dengan sorot mata yang tajam, ia lalu mengangkat kedua tangannya ke depan, dan dengan mudahnya, ia membuka sebuah portal menuju ke dunia manusia.

Ketika portal sudah terbuka, Lyxia langsung masuk ke dalamnya dan portal tersebut langsung menghilang. Kini, ia sudah berada di hutan yang indah di dunia manusia.

Kedua bola matanya kini kembali berwarna hitam, seperti sebelumnya. Lyxia lalu bergumam sendiri, "Aku benar-benar lupa di mana rumah Mikhel..."

Dan ia mulai berlari ke arah kota kecil kemarin, yang letaknya tepat di sebelah hutan itu. Ia berlari ke segala arah sambil mencari Mikhel di seluruh kota, namun ia tidak dapat menemukannya.

Hari semakin gelap. Lyxia akhirnya menghentikan langkahnya di tepi jalan, lalu ia menghela nafas panjang, dan mulai bergumam pada dirinya sendiri, "Mungkin bukan hari ini Mikhel berada di kota ini. Lagi pula, dia memberitahuku bahwa ia hanya akan berada di kota ini setiap hari Senin untuk mengantar hasil panennya."

Lyxia lalu berjalan perlahan menyusuri jalanan yang sepi karena hari semakin malam sehingga banyak orang yang sudah berada di rumahnya masing-masing. Lyxia yang termenung, tiba-tiba teringat bahwa rumah Mikhel berada di sudut kota kecil ini.

Dengan hati yang senang, ia lalu berlari sambil mengingat-ingat di mana letak rumah Mikhel. Lyxia juga baru ingat bahwa ia sendiri menghabiskan waktu berdua dengan Mikhel kemarin malam, di dalam rumah itu.

Berlari dan terus berlari menyusuri jalan tersebut, hingga akhirnya dari jauh, ia melihat sebuah rumah kecil, dan ia ingat, itu adalah rumah Mikhel. Lyxia yang hatinya sedang berbunga-bunga, memutuskan untuk memberi Mikhel kejutan bahwa dirinya datang secara tiba-tiba. Ia lalu berjalan mendekati rumah tersebut dengan langkah kaki yang pelan sehingga suaranya hampir tidak terdengar.

Ia bahkan membuka pagar rumah itu dengan perlahan, kemudian ia berjalan menuju ke halaman belakang dengan berjalan melalui sebuah jalan kecil yang terletak di samping rumah Mikhel, masih dengan langkah yang sangat pelan.

Entah apa tujuannya berjalan seperti itu namun, senyuman di wajahnya sama sekali tidak bisa disembunyikan. Ia sangat ingin memberikan kejutan untuk Mikhel.

Ketika Lyxia sampai di balik pohon yang sangat besar yang terletak di halaman belakang rumah tersebut, tiba-tiba saja ia melihat seorang wanita yang juga sedang berada di halaman belakang, sedang berdiri sambil menikmati indahnya langit malam ini.

Langkah Lyxia lalu terhenti, dan ia mulai mengintip, ingin melihat apa yang sedang terjadi dan siapa wanita itu, mengapa ia berada di rumah Mikhel?

Ia lalu melihat Mikhel datang dari dalam rumah dan memberikan wanita itu secangkir minuman hangat, serta memberikan wanita itu pelukan. Wanita berambut coklat tersebut lalu memeluk Mikhel sambil dengan hati-hati memegang cangkir minumannya.

Kedua bola mata Lyxia yang semula hitam, tiba-tiba berubah menjadi abu-abu lagi, dan ia terus fokus memperhatikan Mikhel dan wanita tersebut dari balik pohon besar.

Wanita tersebut terlihat sedang bertanya pada Mikhel, "Apakah kau merindukan diriku, Mikhel?"

Mikhel lalu tersenyum pada wanita itu dan menjawab, "Aku sangat merindukanmu, sudah tiga tahun lamanya kau tidak kembali ke sini, Mira."

Wanita tersebut membalas senyuman itu dan Mikhel sepertinya tampak senang. Lyxia yang mendengar percakapan mereka berdua tadi, lalu bergumam dalam hatinya, "Mira."

Lyxia lalu fokus kembali melihat dan mendengar Mikhel dan Mira yang terlihat seperti sepasang kekasih. Mikhel lalu memeluk Mira, dan mencium bibirnya dengan penuh cinta. Ciuman tersebut dibalas oleh Mira, yang langsung memeluk Mikhel dengan erat.

Lyxia yang melihat kedua manusia tersebut seolah sedang dimabuk asmara, hanya bisa terdiam dan mulai mengepalkan telapak tangan kanannya. Hatinya langsung hancur begitu ia melihat mereka berdua berciuman dengan mesra. Setelah itu, Lyxia melihat Mikhel yang lalu mengajak Mira masuk ke dalam rumahnya.

Lyxia langsung mengikuti mereka berdua dengan langkah yang begitu pelan. Dari balik sebuah jendela kaca kecil yang terletak di samping rumah, ia lalu mengintip keduanya. Ia hanya bisa melihat Mikhel dan Mira yang tampak mesra berdua saja di dalam ruang tamu, dengan sorot mata yang penuh amarah walaupun ekspresi wajahnya tampak datar.

Tiba-tiba saja, Lyxia mendengar suara seorang wanita dari dalam tubuhnya yang bertanya, "Manusia itu jahat, bukan? Mereka tidak bisa setia. Bagaimana jika kita bunuh saja dia dan wanita itu? Lagi pula, kau sendiri sudah hancur, bukan? Kau memberikan pria manusia itu, kesucianmu dan seluruh jiwa ragamu, bukan? Namun tampaknya pria manusia itu tidak membalas perasaanmu, ia hanya ingin melampiaskan hawa nafsunya saja pada dirimu!"

Lyxia mengangguk setelah mendengar suara wanita misterius yang seolah berada dari dalam dirinya. Ia kemudian berjalan mundur, lalu membuka portal menuju ke dunia penyihir dengan kedua tangannya.

Ia lalu memutuskan untuk pergi dari rumah Mikhel dan masuk ke dalam portal, yang membawanya kembali ke dunia penyihir, tepatnya, di sebuah jalanan yang sepi dan tidak tampak satu penyihir pun.

Kedua bola mata Lyxia terlihat masih berwarna abu-abu. Ia hanya menatap jalanan dengan tatapan kosong sambil berjalan dengan pelan menyusuri jalanan yang sepi. Burung-burung gagak hitam tiba-tiba saja muncul, dan terbang agak jauh di atas kepala Lyxia. Beberapa penyihir yang melihat Lyxia sedang berjalan dengan tatapan kosong, justru ketakutan.

Mereka memilih untuk menjauhi Lyxia, namun, dari kejauhan, Rae yang kebetulan juga sedang berjalan melewati jalan itu, tanpa sengaja ia melihat Lyxia yang sedang berjalan dengan ekspresi wajah yang datar, namun seperti ada kesedihan yang sangat sangat sangat dalam, di dalam kedua bola matanya.

Rae mulai merasa sedih setelah melihat kondisi anak didiknya tersebut, dan berharap Lyxia akan kembali senang apabila ia menari lagi. Lyxia yang berjalan terus tanpa henti, akhirnya tiba di depan rumahnya sendiri. Ia lalu masuk ke dalam kamarnya, dan mengunci rapat pintunya.

Ia kemudian duduk di atas lantai sambil melipat lututnya, berusaha menahan tangis. Tatapan matanya masih kosong, dan bola matanya masih berwarna abu-abu.

Suara-suara meracau burung-burung gagak hitam yang kini terbang di atas rumahnya, tidak juga membuat Lyxia tersadar dari tatapan kosongnya. Namun, setelah beberapa saat, ia justru tersenyum dengan licik, dan mulai tertawa sendiri.

Ia kemudian berdiri tegak, lalu menatap jendela kamarnya yang kini dihinggapi beberapa ekor burung gagak hitam, dan tiba-tiba saja, tubuhnya mulai dikelilingi oleh kabut-kabut hitam dari atas rambutnya hingga ke ujung bawah kakinya.

Lyxia, yang tadinya oleh penyihir-penyihir lainnya terlihat seperti ratu angsa yang cantik, kini mendadak penampilannya berubah total. Ia tiba-tiba berubah, memakai terusan (dress) berwarna hitam, serta ia juga memakai sepasang sepatu balet (en pointé shoes), yang berwarna hitam juga, kedua bola matanya juga masih berwarna abu-abu.

Ia lalu mengangkat kedua tangannya ke depan, dan membuka portal menuju ke dunia manusia. Setelah portal terbuka, ia langsung masuk, dan mendarat tepat di halaman belakang rumah Mikhel, kemudian portal itu menghilang.

Masih subuh, hari itu di dunia manusia, ketika Lyxia sampai di halaman belakang rumah Mikhel itu, ia lalu menatap rumah tersebut agak lama. Lalu, kabut-kabut hitam mulai mengelilingi tubuhnya lagi, dari atas hingga ke bawah.

Ia kini mengubah penampilannya menjadi Mira, wanita yang bersama Mikhel tadi malam, dengan niat yang tidak baik, tentunya.

Related chapters

  • The Red Swan (The Demon vs A Dancer) (IND)   Act 9. Angsa Hitam yang Menipu

    Lyxia kini mengubah dirinya menjadi Mira, menggunakan ilmu sihir hitam yang tiba-tiba saja ia miliki. Padahal, tidak ada satu penyihir pun di dunia penyihir yang bisa menggunakan sihir hitam tersebut kecuali para penyihir hitam dan pemimpinya, Demona, karena sumber energinya berasal dari kegelapan, dari iblis.Entah apa yang merasuki Lyxia, dan entah rencana apa yang ia punya sehingga ia mengubah dirinya sendiri menjadi Mira, wanita yang bersama Mikhel tadi malam.Ia lalu masuk ke dalam rumah Mikhel yang tidak dikunci, dengan perlahan. Mikhel yang terlihat hendak membuang sampah dan membuka pintu depan rumahnya, tiba-tiba terkejut ketika ia menemukan Lyxia yang kini adalah Mira.Mikhel terkejut ketika ia melihat 'Mira' yang kini berdiri tepat di hadapannya, namun ia tersenyum dan bertanya, "Mira, bukankah kau baru saja pulang tadi? Atau adakah sesuatu yang tertinggal di sini?"'Mira' lalu tersenyum mendengar pertanyaan tersebut, dan menjawab, "Tidak, aku hanya ingin bersamamu, walau h

    Last Updated : 2022-09-08
  • The Red Swan (The Demon vs A Dancer) (IND)   Act 10. Pengorbanan yang Sia-sia

    Lyxia mulai menari dengan indah, sambil mengelilingi ibunya, dan membuat ibunya tersebut terpana akan keindahan setiap gerakan tari yang dibawakan Lyxia. Hanya gerakan tari balet yang sederhana, namun, ia mampu menghipnotis ibunya sendiri.Para penyihir yang sedang memperhatikan mereka berdua, bukannya senang karena tarian tersebut indah, melainkan justru merasa ketakutan, karena bayangan Lyxia yang terlihat tampak seperti burung gagak hitam dengan sayap besar yang seolah sedang menari-nari sebelum membunuh mangsanya.Dari kejauhan, terlihat Rae dan Yvoxy yang sedang berlari ke arah Lyxia dan ibunya, namun, keduanya justru langsung menghentikan langkahnya masing-masing ketika mereka memperhatikan bahwa Lyxia sedang menari di hadapan ibunya sendiri.Sementara Rae seperti terpana dengan tarian Lyxia, Yvoxy justru melihat bayangan Lyxia yang seolah-olah adalah burung gagak hitam dengan sayapnya yang besar, sedang menari di hadapan mangsanya.Menyadari ada sesuatu yang salah, Yvoxy langsu

    Last Updated : 2022-09-08
  • The Red Swan (The Demon vs A Dancer) (IND)   Act 11. Selamat Jalan, Lyxia

    Lyxia lalu menatap Rae dengan sorot mata yang sinis dan berkata, "Lyxia sudah tewas. Gadis bodoh itu sudah tidak ada. Jangan kau sebut lagi namanya. Ramona yang bodoh menyegelku dengan kepingan-kepingan hatinya sehingga ia hidup sampai akhir hayatnya tanpa merasakan emosi dan tidak memiliki perasaan apapun, bodoh bukan?""Namun ia lupa satu hal, bahwa segel bodohnya itu tidak kuat untuk selamanya. Gadis bodoh yang kau panggil Lyxia ini, keinginan jahatnya sangat kuat sekali, menarik perhatian burung-burung iblis pelayan-pelayanku. Gadis bodoh ini datang sendiri kepadaku, perlu aku jelaskan apa lagi? Ia telah membangkitkan kekuatan kegelapan dalam hatinya dan hal itu membuat segel yang mengurungku selama ini, akhirnya hancur! Bagus sekali!"Air mata Rae seketika tumpah mendengar jawaban itu. Ia langsung teringat sosok Lyxia yang selalu senang ketika ia menari balet untuk semua orang.Tariannya selalu indah dan elegan, seolah-olah angsa putih, Lyxia selalu membuat orang-orang yang melih

    Last Updated : 2022-09-08
  • The Red Swan (The Demon vs A Dancer) (IND)   Act 12. Keputusan yang Menyedihkan

    Yvoxy lalu menggandeng Rae, dan berjalan menuju ke tengah-tengah bagian dalam gedung tersebut, dan para penyihir senior terlihat memberikan jalan bagi mereka berdua.Terdapat tiga buah anak tangga yang menuju ke atas sebuah altar besar yang letaknya persis di tengah Gedung Axell. Yvoxy lalu menaiki anak-anak tangga tersebut dan ketika ia sampai di atas altar, ia kemudian berdiri tegak sambil masih menggandeng Rae yang terlihat agak bingung dan panik.Yvoxy lalu berbisik pada Rae, "Ini kali pertamamu, jangan tegang, seluruh penyihir yang berkumpul di sini adalah para penyihir senior, kau tidak perlu setakut itu."Kemudian, Yvoxy menoleh ke depan, ke arah para penyihir senior yang sudah menunggu-nunggu kedatangannya sejak tadi.Seorang penyihir senior lalu berteriak, "Apa yang sudah terjadi, Yvoxy? Lyxia adalah anak didikmu, bagaimana kau bertanggung jawab akan hal ini?"Seorang penyihir lainnya berteriak juga, "Apakah mungkin Lyxia sudah jatuh cinta pada seorang manusia dan perasaan it

    Last Updated : 2022-09-08
  • The Red Swan (The Demon vs A Dancer) (IND)   Act 13. Kembalinya Para Penyihir Hitam

    Mendengar pertanyaan dari Rae barusan, Yvoxy lalu menjawab dengan cepat, "Lyxia baru saja menguasai sihir untuk membuka portal ke dunia manusia. Kita bisa mulai dari sana, dunia manusia. Ia tampak terburu-buru memintaku dalam waktu satu minggu, agar ia bisa menguasai caranya membuat portal tersebut. Kau harus mengikutiku, Rae, sebagai cucu dari Ramona, aku berharap banyak padamu."Rae mengangguk. Mereka lalu berjalan bersama, keluar dari Gedung Axell, lalu pulang ke rumah masing-masing. Langit masih tampak gelap gulita karena kehadiran Demona yang mulai menguasai langit di dalam dunia penyihir.Melihat langit yang begitu kelam, Rae kemudian bersedih. Ia mengingat Lyxia sebagai anak didik yang pintar, bahkan tariannya selalu membuat orang-orang yang melihatnya, terpana dan terkagum-kagum. Rae meneruskan langkahnya, berjalan menuju rumahnya yang agak jauh dari Gedung Axell. Matanya masih terlihat sedih atas kejadian hari ini.Sementara itu, pintu di sebuah gedung tua kosong dan gelap ya

    Last Updated : 2022-09-08
  • The Red Swan (The Demon vs A Dancer) (IND)   Act 14. Petunjuk Dari Ramona

    Rae bermimpi dalam tidurnya. Ia bertemu neneknya, Ramona, dengan pakaian yang serba putih, rambutnya yang berwarna putih, dengan bola matanya yang berwarna coklat tua, serta wajahnya yang tidak menua. Ramona lalu menatap Rae dan tersenyum kepadanya.Rae terkejut melihat neneknya tersenyum, karena sejak ia berhasil menyegel Demona dengan kepingan-kepingan hatinya, yang Rae tahu adalah Ramona sama sekali tidak bisa tersenyum, apalagi merasakan cinta, kesedihan, kesepian, kekecewaan, dan perasaan-perasaan lainnya.Ramona yang tersenyum kepada Rae, berkata, "Rae, kau tidak pernah menemuiku karena aku sudah lebih dulu meninggal sebelum kau lahir namun, sepertinya orang tuamu menceritakan semuanya tentang diriku kepadamu, Rae."Rae langsung berlari, kemudian memeluk neneknya yang bahkan tidak pernah ia temui itu.Setelah memeluk neneknya untuk beberapa saat, ia lantas berkata, "Nenek! Aku akhirnya bisa bertemu denganmu, untuk pertama kalinya! Ah, apakah kau sudah tahu bahwa Demona sudah ban

    Last Updated : 2022-09-08
  • The Red Swan (The Demon vs A Dancer) (IND)   Act 15. Kota yang Sepi

    Yvoxy langsung terkejut mendengar pernyataan Rae tadi. Ia bahkan menatap Rae dengan ekspresi wajah yang kebingungan, lalu bertanya, "Apa mungkin? Seorang penyihir, atau manusia?"Rae langsung menjawab pertanyaan Yvoxy dengan tegas, "Anak gadis tersebut, menurut nenekku, akan lahir dari rahim seorang penyihir netral, namun, kekasihnya adalah seorang manusia!"Langsung saja Yvoxy merasa kesal setelah mendengar jawaban itu, lalu menatap Rae dengan ekspresi wajah yang terlihat marah, kemudian berkata, "Tidak mungkin! Penyihir mana yang berani melakukan hubungan badan dengan manusia? Kau sudah gila, Rae. Mimpi adalah mimpi! Jika Ramona dalam mimpimu berkata demikian, itu artinya memang Demona tidak akan pernah bisa dikalahkan, Rae! Mustahil sekali, penyihir mana yang mau melahirkan anak seorang manusia?"Rae yang tiba-tiba menjadi kebingungan setelah mendengar perkataan Yvoxy, hanya bisa menghela nafas panjang, lalu berkata, "Kau benar juga. Mimpi adalah mimpi. Baiklah, dari pada kita hany

    Last Updated : 2022-09-08
  • The Red Swan (The Demon vs A Dancer) (IND)   Act 16. Rasa Ingin Tahu

    Mereka berdua, Yvoxy dan Rae, berjalan agak cepat ke arah yang ditunjuk oleh wanita tua tadi, sambil melihat-lihat rumah-rumah warga di sekelilingnya.Namun, setelah menyusuri jalan untuk beberapa lama, mereka berdua mulai kebingungan karena belum juga menemukan rumah pria muda tersebut. Karena dilarang menggunakan sihir di dalam dunia manusia, mereka berdua hanya bisa mencari-cari rumah pria muda itu tanpa memakai kekuatan sihir.Setelah mencari-cari untuk sekian lama, Yvoxy dan Rae mulai kelelahan. Mereka lalu memutuskan untuk beristirahat sebentar, kemudian tanpa sengaja, mereka melihat sebuah bangku kosong yang terletak di seberang jalan.Mereka kemudian memutuskan untuk menyeberang jalan dan lalu duduk di atas bangku itu.Yvoxy lalu menolehkan kepalanya ke arah Rae yang sedang duduk di sampingnya dan menatap Rae dengan ekspresi kesal, lalu berkata, "Aku rasa wanita tua itu hanya membual saja, mengarang cerita demi menakut-nakuti anak muda seperti dirimu!"Rae lalu menolehkan kepa

    Last Updated : 2022-09-08

Latest chapter

  • The Red Swan (The Demon vs A Dancer) (IND)   Act 86. Finale

    Mereka berdua kemudian berjalan menuju ke ruang utama yang terlihat sudah banyak penyihir yang berkumpul di sana.Rae dan Naoki terlihat berdiri di barisan paling depan dengan wajah yang sangat bahagia, bahkan Rae sampai menitikkan air mata dan berbisik, "Oh, anak itu sudah besar sekarang!"Yvoxy terlihat berdiri di atas altar pernikahan, karena diminta oleh Ixy untuk menikahkan mereka berdua. Hideki sendiri sudah berdiri di depan Yvoxy dan ketika Syerin dan Ixy masuk ke dalam ruang utama itu, kepalanya langsung menoleh ke arah Ixy, lalu menatap istrinya itu dengan kedua bola mata yang berkaca-kaca."Seekor angsa merah yang cantik," gumamnya dalam hati.Setelah tiba di hadapan Yvoxy, Syerin lalu menyerahkan Ixy kepada Hideki dan ia sendiri langsung berjalan menuju ke barisan di mana Rae dan Naoki berada.Yvoxy langsung saja memulai, "Aku tidak perlu bertanya lagi, kalian berdua pasti akan menjawab iya jika kutanya apakah kalian akan saling mencintai dan apakah kalian akan menerima kek

  • The Red Swan (The Demon vs A Dancer) (IND)   Act 85. Buah dari Harapan

    Di babak ketiga, Ixy yang kali ini berperan sebagai Odile, justru semakin membuat setiap tarian dan adegan yang ia perankan bersama Hideki, semakin terlihat nyata. Seolah dunia adalah milik mereka berdua, dan nyatanya, seluruh mata tertuju hanya pada mereka berdua.Pas de deux yang mereka lakukan bahkan membuat para penonton mulai tegang, karena kuatnya chemistry di antara mereka berdua.Dalam babak keempat, menampilkan akhir yang tragis bagi Odette dan sang pangeran. Tarian yang dibawakan oleh Ixy dan Hideki, membuat beberapa penonton menangis karena akhir ceritanya yang tragis.Setelah pertunjukan The Swan Lake itu selesai dipentaskan dan seluruh pemainnya memberikan hormat kepada para penonton.Seluruh penonton yang hadir langsung saja berdiri dan bertepuk tangan.Pertunjukan yang hebat dengan chemistry yang sungguh menakjubkan di antara Ixy dan Hideki hingga mereka sendiri tenggelam dalam cerita tersebut.Setelah pertunjukan usai dan tirai panggung sudah diturunkan kembali, semua

  • The Red Swan (The Demon vs A Dancer) (IND)   Act 84. Pertunjukan yang Akhirnya Tiba

    Setelah beberapa saat, Yvoxy kemudian mendekati Ixy dan berkata pelan, "Aku sejak awal, selalu mengira bahwa kau adalah penyihir, namun setelah Demona berhasil dikalahkan, ternyata selama ini, Ramona-lah yang telah membantumu, Ixy. Maafkan aku sudah mengira kau adalah penyihir sejak awal, ternyata kau sudah terlahir kembali sebagai manusia, dan bukankah ini adalah akhir yang bahagia untukmu?"Lalu Yvoxy menoleh ke arah Rae dan melanjutkan, "Rae, kau harus membereskan seluruh kekacauan yang kau buat di panti asuhan itu! Secepatnya! Yang kau lakukan hanya menari dan bermain-main saja!"Rae langsung tertawa, lalu membalas, "Apa? Aku sudah berhenti menari karena aku sendiri harus menjaga Ixy, nenek sihir tua!"Mendengar itu, Hideki dengan wajah yang memerah, dengan cepat langsung bertanya, "Jika begitu… Bukankah Ixy tidak memiliki tempat tinggal lain selain di panti asuhan itu? Ehm, Ixy… Boleh saja tinggal di rumahku, dengan senang hati!"Naoki langsung menepuk kepala Hideki dengan lemah

  • The Red Swan (The Demon vs A Dancer) (IND)   Act 83. Semua Misteri yang Terpecahkan

    Rae langsung saja berlari ke arah Naoki yang sudah kembali seperti sedia kala, dan dengan cepat, ia memeluk Naoki yang baru saja tersadar. Naoki sendiri terlihat kebingungan dengan apa yang baru saja terjadi."Naoki! Kau baik-baik saja!" seru Rae sambil memeluk Naoki dengan erat.Naoki, walaupun ia masih kebingungan, namun ia tersenyum, kemudian membalas, "Ah, ternyata kau mengkhawatirkanku. Maafkan aku, Rae," ia lalu membalas pelukan Rae dengan erat juga.Yvoxy sendiri terlihat tersenyum sambil memandang sekelilingnya. Semua penyihir akhirnya kembali lagi kepada keluarganya masing-masing, ada yang menangis terharu dan bahkan ada yang saling berpelukan.Keluarga-keluarga penyihir yang tadinya terpecah akibat salah satu dari mereka menjadi penyihir hitam atau terpisah karena diculik oleh Demona dan beberapa penyihir melarikan diri menuju ke Gedung Axell, akhirnya kini bisa bersatu kembali.Krahe yang tadinya tersungkur di atas tanah, kemudian bangkit perlahan dan melihat ibu kandungnya

  • The Red Swan (The Demon vs A Dancer) (IND)   Act 82. Harapan yang Terwujud

    Ixy menggeram. Ia kali ini memberanikan diri untuk berkata kepada Demona, "Kembalikan Hideki sekarang juga! Bebaskan semua yang ada di sini, dan tebuslah dosamu, Demona!"Mendengar perkataan Ixy barusan, Demona menjadi semakin marah, kemudian berteriak, "Jadi kau ingin kematian yang perlahan? Baiklah. Tangkap gadis itu, dan hancurkan dia!"Para penyihir marionette langsung menyerbu dirinya, namun, tiba-tiba, kabut-kabut hitam mulai mengelilingi tubuh Krahe, dan ia menghilang seketika dari samping Rae.Yvoxy dan Rae tampak terkejut, karena kini, Krahe muncul di hadapan Ixy sambil memasang badan untuknya dari para penyihir marionette yang mulai mencoba untuk mencabik-cabik dirinya.Krahe mulai melakukan perlawanan dengan kekuatan sihir hitamnya, ia mulai menghalau satu per satu para penyihir yang masih di bawah kontrol Demona itu.Sambil melakukan perlawanan, Krahe berkata kepada Ixy, "Maafkan aku sudah membuat kekacauan padamu… Aku akui bahwa aku juga menyukai Hideki, namun, kini aku t

  • The Red Swan (The Demon vs A Dancer) (IND)   Act 81. La Sylphide

    Ixy kemudian melakukan fifth position dan mengangkat kedua tangannya ke atas. Demona semakin tertawa melihat Ixy yang hendak menari, lalu ia berkata lagi, "Makhluk bodoh mana yang berpikir bahwa tariannya bisa mengalahkanku?""Ixy tidak lagi sendirian, Demona!" seru seseorang dari belakang Ixy.Rae, Yvoxy, Ixy dan Demona langsung mencari-cari asal suara itu, ternyata Hideki yang tiba-tiba muncul dan berdiri agak jauh di belakang Ixy, membuatnya membatalkan niatnya untuk menari. Ia langsung menatap pria itu dengan raut wajah yang sedih."Hideki? Kau adalah manusia, bagaimana caramu masuk ke dalam dunia penyihir?!" tanya Rae."Krahe membawaku ke sini tanpa sengaja," jawab Hideki dengan senyum kecil di wajahnya.Rae langsung menoleh ke kanan dan ke kiri, ternyata Krahe terlihat sedang tersungkur di atas tanah, dan jaraknya agak jauh dari mereka semua. Hideki kemudian berlari mendekati Ixy, dengan menerobos seluruh penyihir yang sedang menari mengelilinginya.Kemudian ia langsung berdiri

  • The Red Swan (The Demon vs A Dancer) (IND)   Act 80. The Swan Lake

    Sementara itu di dunia manusia, Hideki yang sedang berlatih di atas panggung, tiba-tiba menghentikan tariannya karena melihat 'Ixy' yang kini berdiri di samping panggung sambil memperhatikan dirinya.Ia tersenyum, kemudian bertanya, "Ixy, apa yang sedang kau lakukan di sini?"Sambil tersenyum juga, 'Ixy' kemudian menjawab, "Aku ingin menari bersamamu, Hideki."Mendengar permintaan itu, Hideki langsung tersenyum dengan sangat lebar. 'Ixy' lalu melakukan fifth position dan mulai menari, kemudian Hideki sendiri juga ikut menari dengan mengikuti alur gerakan yang dibuat oleh 'Ixy'."Hideki, bukankah kau bilang bahwa kau ingin mengisi hatiku yang kosong ini hingga penuh?" tanya 'Ixy' yang masih menari.Mereka berdua lalu mulai melakukan gerakan pas de deux.Sambil mengangkat tubuh 'Ixy', Hideki menjawab, "Apakah kau sudah menemukan jawaban untuk pertanyaanku? Aku ingin sekali bisa mengisi seluruh ruang di dalam hatimu."Gerakan pas de deux hampir selesai, dan 'Ixy' kemudian bertanya lagi,

  • The Red Swan (The Demon vs A Dancer) (IND)   Act 79. Marionette

    Sementara itu di dalam dunia penyihir, suasana semakin lama semakin mencekam. Retakan pada benteng pelindung magis semakin terlihat panjang dan banyak.Langit di seluruh penjuru dunia penyihir juga semakin menghitam, bahkan sepertinya Demona sudah semakin kuat, ia bahkan kali ini tidak membutuhkan tubuh fisik lagi, namun ia menjadikan langit di dunia penyihir sebagai tubuhnya.Kedua matanya yang muncul di atas langit dunia penyihir itu membuat seluruh penyihir putih dan netral, semakin takut, bahkan walaupun mereka ada di dalam Gedung Axell.Rae sendiri terlihat sedang berlari di dalam Gedung Axell, tampaknya sedang mencari seseorang. Setelah berlari kesana dan kemari untuk beberapa saat, akhirnya ia menemukan orang tersebut.Seorang wanita yang wajahnya mulai terlihat keriput, sedang menyapu di pojokan salah satu bagian dari Gedung Axell.Rae langsung mendekati wanita itu, kemudian berdiri di dekatnya dan berbisik pelan, "Anakmu, kami sudah menemukan anakmu, Syerin, nyonya Rosse."Se

  • The Red Swan (The Demon vs A Dancer) (IND)   Act 78. Romeo dan Juliet

    Para gadis penari balet, termasuk Krea, langsung menoleh ke arahnya dan menatapnya dengan tatapan sinis. Ixy hanya diam tanpa membalas tatapan sinis dari para gadis penari tersebut. Ia lalu berdiri dan berjalan mendekati Hideki tanpa ada sepatah kata terucap dari bibirnya.Ia kemudian berdiri di hadapan pria itu, dan kali ini ia memulai tariannya dengan first position, dan menari sebagai Odette terlebih dahulu. Entah mengapa, Hideki juga ikut menari bersamanya, namun, dengan sepenuh hati.Krea bahkan memperhatikan Hideki yang sangat fokus sekali menatap Ixy, bahkan senyum di wajah pria itu menandakan ada sebuah perasaan yang sedang disembunyikan olehnya.Entah mengapa, menari berdua bersama Ixy, membuat seluruh gerakan Hideki seperti menyatu dengan seluruh gerakan tari yang sedang dibawakan oleh gadis itu. Ketika sampai pada bagian Odile, Ixy sama sekali tidak menampilkan kesalahan satu pun.Namun, ketika ia hendak melakukan gerakan pas de deux, Krea terlihat sedang mengeluarkan kekua

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status