Beranda / Fiksi Remaja / The Reason Why / 64. Kebiasaan Baru

Share

64. Kebiasaan Baru

Penulis: atriaskhaer
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

“Siapa yang tunangan?”

Athena menoleh, “Ares?!”

Lelaki yang menggunakan seragam dilapisi sweter itu mendekat. Kedua tangannya dimasukan ke dalam kantong celana. Suasana kelas sudah mulai ramai, dan Ares lagi-lagi menyebabkan belasan pasang mata tertuju ke arah mereka.

“Kok lo sekolah? Bukannya lo masih harus istirahat?” tanya Athena, lebih seperti pernyataan.

Ares hanya milirik singkat ke arah Athena, “Sid, apa maksud lo tadi? Siapa yang tunangan?” ulang Ares.

“Bukan tunangan, kita cuma—”

“Gue tanya ke Sidney.” potong Ares.

Gadis yang namanya disebut itu mendengus, “Nana sama cinta pertamanya.”

“Cinta pertama?” kali ini mata Ares mengarah kepada Athena tajam, “I think you don’t know about love, are you?”

Athena menghela napas pelan, kemudian menoleh ke sekitar, teman-teman kelasnya masih menata

atriaskhaer

Hai, gimana bab ini? Jangan lupa tinggalkan vote dan komentar kalian ya, hehehe. See you di bab selanjutnya! <3

| Sukai
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • The Reason Why   65. Informasi Lainnya

    Bunyi bel pulang sekolah membuat murid berhamburan keluar dari kelas setelah merapikan alat tulis mereka. Banyak dari mereka yang ingin cepat pulang karena merasa pengap terus belajar, ada pula yang memiliki urusan lain di luar sekolah, atau bahkan ada yang harus menjaga anggota keluarganya di rumah. Sedangkan Athena, justru tidak ingin cepat pulang karena takut bertemu dengan kedua orang tuanya yang mungkin saja menyuruhnya untuk jalan bersama dengan Aditya.Dalam hati Athena memikirkan perkataan Ares, kalau ia memang harus menanyakan alasan orang tuanya tiba-tiba menjodohkannya dengan Aditya. Namun ia juga takut, kalau ternyata alasan itu malah membuatnya tidak bisa menolak perjodohan dengan Aditya.“Huh… ini kan bukan dunia fiksi.” Athena mengeluh, meletakkan kepalanya pada meja.Sidney di sebelahnya bersiap-siap untuk mengikuti rapat bersama OSIS yang diadakan setelah jam sekolah berakhir.“Kita ada di dunia yang skenarionya u

  • The Reason Why   66. Suara Pengantar Tidur

    Paginya, Athena berpikir bagaimana cara untuk bertanya kepada orang tuanya tentang alasan mereka yang tiba-tiba menjodohkannya dengan Aditya. Selama sarapan, di dalam kepalanya hanya terlintas pertanyaan apa yang seharusnya ia ajukan lebih dulu untuk mengawali topik itu.“Ehem…” Athena berdeham, “Gimana kerjaan Papa di kantor?”Pertanyaan yang dilontarkan Athena berhasil membuat empat orang—Elva, Roy, dan kedua adik kembarnya, terdiam dan menatap ke arahnya heran.“Kenapa Nana tiba-tiba penasaran?”“Iya, tumben banget.”Kata Alfred yang langsung ditimpali Alvin.Roy tersenyum kecil, “Papa senang kamu bertanya,” katanya, “Kerjaan Papa di kantor baik-baik saja, Nak. Kamu tidak perlu mengkhawatirkan apa yang menjadi urusan orang dewasa.”Athena mengangguk paham, “Berarti aku boleh tanya urusan yang berhubungan sama aku sendiri?”&ldquo

  • The Reason Why   67. Runtuhnya Pertahanan

    Dalam sebuah ruangan berisi 3 orang yang sedang sibuk dengan tugasnya masing-masing, hanya ada sebuah suara jam dinding yang berdetik. Ruangan itu adalah tempat yang sama di mana Ares pernah muncul di tengah-tengah ‘rapat’ yang sedang dilangsungkan oleh Adikara, Malik, Dita dan juga rekan kerja Dita.Sekarang, ruangan di dalam sebuah gedung sederhana dua tingkat itu diisi oleh Dita, Malik, dan Arka—rekan kerja Dita. Mereka masih berkutat dengan laptop dan berkas untuk meninjau ulang kasus yang berkaitan dengan Samsul, dan berusaha mencari apakah ada hubungannya dengan kecelakaan yang dialami oleh Ariel.“Ini!”Pekikan Dita membuat Malik dan Arka menoleh serempak.“Apa yang lo temui?” Arka mendekat.“Gue coba cari rekaman CCTV di sekitar sekolahnya Ares dan Athena, gue nemuin ini. Karena daerah situ nggak banyak CCTV, dan sayangnya di kota ini memang sulit akses CCTV-nya, jadi gue cuma bisa nemuin soso

  • The Reason Why   68. Kata Maaf Yang Terlambat

    “I don’t know. Episode ini bukan lagi tentang cinta. Bukan lagi tentang luka dan segala jenis persamaannya. Kali ini benar-benar tentang aku, seorang remaja biasa yang harus banyak berpikir… apa yang harus kulakukan selanjutnya?”Athena membuka episode podcastnya. Ia membuatnya tanpa script kali ini.“Mungkin selama ini kalian mengenal aku sebagai Sang Kebijakan. Ya, karena memang itu arti namaku. Athena itu adalah Dewi Kebijaksanaan, dan aku menyebut diriku sendiri Sang Kebijakan. Tapi kali ini aku tidak bisa menjadi seseorang yang bijak seperti biasanya. Sudah kubilang, aku hanya remaja biasa, bukan Dewi dari Mitologi Yunani. Aku bukan putri kesayangan Zeus, aku hanya anak dari pria biasa yang bisa sakit, marah, dan egois.”Athena berusaha menahan air matanya sebelum melanjutkan, “Mendengar kabar itu membuat aku seperti menemukan jalan buntu. Meski aku percaya, kalau Tuhan tidak akan memberikan cobaan melebih

  • The Reason Why   69. Syarat Dua Pihak

    Athena termenung di atas kasurnya. Sudah satu jam lebih ia hanya duduk sila sambil memeluk bantal kesayangannya. Kepalanya dipenuhi oleh pertanyaan tentang apa yang harus ia lakukan. Meski Ares dan Sidney sudah berusaha meyakinkannya, namun tetap saja ia terus kepikiran. Lagipula, tidak mudah mencari donor yang cocok dalam waktu dekat ini.Pintu kamar Athena diketuk dari luar. Gadis itu tersadar dari lamunan, kemudian dengan suara yang agak keras ia mempersilakan siapapun yang mengetuk pintu kamarnya untuk masuk.“Hai, Nana.”Alfred muncul di ambang pintu, diikuti oleh Alvin. Mereka berdua masuk ke dalam kamar Athena, dan tanpa dipersilakan pun, keduanya sudah membawa tubuh mereka untuk ikut duduk di kasur kakak perempuannya.“Pasti berat, ya?” tanya Alvin.Athena membuang napas pelan, “Yang gue heran adalah, kenapa kalian nggak kaget sama sekali soal Papa? Jangan-jangan kalian udah tahu?” mata Athena menyipit cu

  • The Reason Why   70. Situasi Sisi Lain

    Dua hari sudah berlalu. Waktu ujian semakin dekat. Selama itu pula jam belajar Athena dan Sidney selaku kelas 12 semakin padat. Mereka bahkan merasa waktu berjalan sangat cepat karena masa SMA nya sebentar lagi berakhir. Yang artinya pula, mereka akan dihadapi tryout, ujian percobaan, dan ujian sekolah—karena ujian nasional sudah ditiadakan.Kelas lebih hening dari biasanya karena banyak dari para murid kelas 12 IPS-A yang hanya menunduk membaca modul pelajaran dan latihan soal. Meski saat ini kelas Athena dan Sidney mendapat jam kosong karena guru-guru harus rapat dadakan, tapi kenakalan-kenakalan yang biasa dilakukan oleh kelas 12—terutama kelas IPS, diminimalisir oleh mereka sendiri. Mungkin karena mereka sadar bahwa di tingkat akhir bukan lagi waktunya main-main.“Argh! Bisa meledak otak gue kalau disuruh belajar terus!”Sidney adalah murid pertama yang mengeluh di kelas 12 IPS-A selama 30 menit mereka semua membaca modul ata

  • The Reason Why   71. Pemutusan Hubungan

    Kelas tambahan yang diikuti Athena dan Sidney telah berakhir. Meski yang tersisa seharusnya hanya kelas 12 yang mengikuti kelas tambahan, namun Ares dengan setia menunggu Athena di depan kelas. Lelaki itu memakai buds dan sibuk menatap ponselnya sampai tidak menyadari bahwa Athena sudah berdiri di sebelahnya.Athena menepuk pundak Ares, lelaki itu menoleh kemudian tersenyum. Ares melepaskan sebelah buds-nya, sementara Athena bertanya, “Lihat apa sih?”“Oh ini … bukan apa-apa.” Ares segera memasukan ponsel dan kedua buds ke dalam tempatnya, “Udah selesai kelasnya? Yuk.”Meski wajah Ares kurang meyakinkan, namun untuk saat ini Athena membiarkannya, “Padahal nggak usah nungguin sampai kelas tambahan selesai.”Mereka berdua berjalan ke arah parkiran di mana mobil Ares berada. Sebelumnya, Sidney sudah pamit lebih dulu untuk pulang—sengaja tidak ingin berada di antara dua or

  • The Reason Why   72. Persetujuan Yang Ditunggu

    Mobil Ares sudah sampai di depan pagar rumah Athena sejak lima menit yang lalu. Namun di antara Athena dan Ares belum ada yang berniat untuk bergerak lebih dulu. Ares merasa ingin menghabiskan waktu bersama Athena lebih lama, sedangkan Athena sedang berbicara dengan dirinya sendiri apakah harus bertanya kepada Ares atau tidak tentang satu pertanyaan yang selama ini ia simpan.“Mau ngomong apa?” Ares membuka suara lebih dulu.“Eh? Kelihatan, ya?” Athena salah tingkah.Ares mengangguk cepat, “Iya. Dari tadi kamu gelisah gitu, terus bibir kamu kembang kempis kayak ikan kehabisan napas. Mau ngomong, tapi nggak jadi. Kenapa?”“Ah itu. Maaf sebelumnya kalau ini bakal menyinggung, tapi apa boleh aku tahu kenapa kamu selalu bawa mobil ke sekolah? Padahal bawa motor juga bisa, dan lagi … nggak ada murid yang berani bawa mobil karena takut ngabisin lapak parkir untuk guru dan staff lain. Cuma kamu yang dari awal kaya

Bab terbaru

  • The Reason Why   Ucapan Terima Kasih

    Halo para pembaca "The Reason Why" di manapun kamu berada!Akhirnya setelah menempuh perjalanan panjang, buku ini selesai dituliskan. Sejak Juni 2021 sampai Mei 2022, saya mengalami banyak hal selama penulisan buku ini; lika-liku-luka, susah-senang-sakit, dan masih banyak lagi. Tapi itu semua berhasil saya lewati berkat kalian yang selalu mendorong saya untuk terus menulis. Terima kasih saya ucapkan dengan setulus hati.Buku ini memang selesai dituliskan. Tapi sebenarnya, kisah semua karakter yang ada di buku ini akan selalu berlanjut serta berkelana di hati dan benak para pembaca sekalian! Bagaimana kisah selanjutnya, hanya kalian yang bisa menentukan di dalam imajinasi masing-masing. Selamat berpetualang!Oh ya, saya juga menulis buku baru dengan judul "Terbelenggu Takdir". Buku baru saya ini bisa dikatakan masih satu kaitan dengan "The Reason Why". Sedikit spoiler: beberapa karakter TRW akan muncul di buku saya yang baru! Karena itu, kalau kalian penasaran juga, silakan baca!Sekian

  • The Reason Why   Extra Chapter III: Kembali Pulang (END)

    Ares's Point of ViewLo tahu kenapa sekarang gue senyum kayak orang gila? Karena di sebelah gue ada perempuan lagi tidur sambil mangku buku tebel yang judulnya pake bahasa Inggris. Dia Athena Amerta.Konyol, kan? Dulu gue benci banget sama cewek ini. Tapi lebih konyol lagi, gue lupa kenapa gue bisa sampai sebenci itu sama cewek yang bahkan enggak pernah muncul di hidup gue. Tapi tiga tahun setelah hari pertama gue ketemu sama cewek ini di Cafe bareng tante gue, Dita, sekarang gue dan dia lagi duduk di pesawat menuju bandara Soekarno-Hatta di Jakarta, dari Boston.Kita sama-sama nyeselasiin program pertukaran mahasiswa dari kampus tepat satu tahun. Setahun lalu, bokapnya minta gue ikut program magang dari kantornya yang kerja sama bareng cabang perusahaan rekannya di Amerika. Alasannya sih supaya anak cewek satu-satunya ini ada yang ngawasin dan jagain selama jauh dari pantauannya. Dulu gue mikir, 'Apa enggak salah nitipin anak perempuannya ke lelaki yang notabenenya adalah sang pacar,

  • The Reason Why   Extra Chapter II: Momen Mendebarkan

    Athena’s point of view Di dalam sebuah ruang tunggu klinik terapis, aku menantikan Ares muncul dari balik pintu yang bertuliskan “ruang konsultasi”. Sudah genap dua tahun aku dan Ares menjalin hubungan. Walau satu tahun kami habiskan dengan LDR—karena aku harus kuliah di Jakarta, sementara dia menyelesaikan SMA-nya—tapi satu tahun berikutnya Ares menyusul ke kampus yang sama dengan jurusan Manajemen, satu fakultas dengan Sidney. Sekarang, kami sedang sama-sama menikmati liburan semester dan pulang ke Bogor untuk menghadiri acara keluarga. Oh ya, omong-omong aku dan Ares sudah mendapatkan restu dari kedua orang tua kami untuk terus menjalin hubungan—meski pada awalnya mamaku masih setengah hati menerima Ares—dan kedua adikku menggunakan kesempatan itu untuk seenaknya datang dan pergi ke apartemen Ares di Jakarta. Saat aku sibuk dengan pikiranku sendiri, Ares muncul dari balik pintu dengan senyuman manis khasnya, yang dulu sempat aku sebut sebagai senyum iblis. Hey, pada awalnya senyu

  • The Reason Why   Extra Chapter I: Roller Coaster

    Satu tahun kemudian …Athena sedang merapikan meja di dalam studio siaran kampusnya. Kertas-kertas script yang berisi poin-poin penting isi siarannya berserakan hingga ke bawah meja. Itu semua terjadi karena Sidney yang tiba-tiba datang ke dalam studio siaran sambil berteriak—padahal dirinya jelas-jelas sedang on-air—dan hal itu menyebabkan dirinya diberikan hukuman untuk merapikan studio sementara rekan satu club nya sudah pergi lebih dulu.“Lama banget sih, Na!”“Ini semua karena lo yang teriak di dalem ruang siaran! Suara lo masuk dan akhirnya ngebocorin siaran live gue!”Sudah satu tahun Athena menjalani kehidupan kampus—yang sialnya harus dilewati juga bersama Sidney—dan selama itu pula Athena tidak bisa menjalani hari yang normal sebab ulah Sidney yang sering seperti hari ini; tiba-tiba datang ke studio saat Athena sedang siaran, atau masuk ke kelas Athena di tengah presentasi dosen.“Salah siapa lo ngotot beda fakultas sama gue. Jadi gue harus selalu nyariin lo ke sini!” Sidney

  • The Reason Why   Epilog

    “Menurut kalian arti kehidupan itu apa?”Athena membuka episode podcastnya dengan sebuah pertanyaan.“Apa kalian pernah bertanya-tanya kenapa kalian hidup selama ini? Apa kalian pernah mencari tahu alasan kenapa Tuhan menciptakan kehidupan untuk kita? Mungkin saja selama ini Tuhan membiarkan kita hidup untuk merasa. Kehidupan yang kita jalani ini dilewati dengan tawa, tangis, cinta, luka, tantangan, cobaan, dan hikmah di balik itu semua.”“Dalam pencarian jati diri, aku menemukan hal-hal baru tentang sebuah rasa yang sebelumnya tidak pernah ada. Sebuah rasa benci yang muncul tiba-tiba bisa membawa hidupku sampai di titik ini. Kenapa bisa begitu? Ya, mungkin saja karena emosi itu bisa berkembang—entah ke arah yang lebih baik, atau lebih buruk.”“Banyak di antara kita pasti punya rasa yang mengganjal di hati, entah karena apa sebabnya, yang jelas kita tidak pernah ingin perasaan itu ada di hati kita. Perasaan itu bisa berkembang dan terus berkembang menciptakan jati diri kita. Pada dasar

  • The Reason Why   86. Bersiap untuk Awal yang Baru

    Tiga hari kemudian Athena sudah diperbolehkan untuk pulang ke rumah. Luka jahitannya sudah mengering dan hanya perlu datang untuk check-up beberapa kali. Sementara Roy sudah mendapat jadwal operasi yang akan dilaksanakan dua hari berikutnya. “Na, lo yakin enggak mau balik sama gue?” Sidney yang datang untuk menjemput Athena keluar dari rumah sakit, kini sedang memberikan ekspresi cemberut sambil menopang dagunya. “Sori ma fren, gue udah janjian balik sama Ares.” Athena menjawab tanpa nada sesal sama sekali. Tangannya fokus memasukkan baju-bajunya ke dalam tas. “Oh jadi gitu ya? Karena sekarang lo udah nemuin true love, sampe sahabat sendiri lo lupain.” Bukannya merasa bersalah mendengar nada kesal Sidney, Athena justru tertawa. “True love? Istilah lebay apa lagi, tuh?” Sidney yang semula meletakkan kepala pada ranjang rumah sakit yang telah dirapikan, kini bangkit berdiri dan mendekat ke arah Athena dengan wajah tidak percaya. “Apa? Lo bilang lebay? Coba sini gue cek dulu.” Sidn

  • The Reason Why   85. Akhir dari Sebuah Alasan

    Dua puluh menit telah berlalu. Athena dan Ares keluar dari ruang rawat Roy usai menemui pria paruh baya itu. Raut wajah Athena menggambarkan perasaan yang lebih lega dari sebelumnya, namun garis-garis khawatir masih kentara di sana. “Kamu lebih lega sekarang?” Ares bertanya sambil mengusap pelan punggung gadis yang lebih pendek darinya itu. Athena mengangguk pelan. “Iya. Walaupun cuma bisa sebentar ketemu, karena ternyata Papa harus banyak istirahat sebelum operasi. Aku lega udah bisa nunjukin kalau aku baik-baik aja ke Papa, dan Papa juga dengan bijak ngerti situasinya meskipun aku tahu ini semua enggak mudah diterima sama Papa, terlebih Papa sama sekali enggak ngelarang aku buat ketemu sama kamu.” Athena dan Ares duduk di kursi tunggu depan ruang rawat Roy. Tangan Ares tidak pernah melepas rangkulannya pada bahu Athena. “Aku ikut lega kalau kamu lega.” Ares mengusap puncak kepala Athena. “Aku masih enggak nyangka akhirnya Papa punya kesempatan untuk sembuh kayak dulu lagi, Res.

  • The Reason Why   Pengumuman

    Haloo para pembacaku sekalian di manapun kalian berada.Ini pertama kalinya saya menulis catatan penulis untuk para pembaca. Dan untuk yang pertama kalinya ini, saya ingin memberikan informasi sekaligus meminta maaf kepada para pembaca sekalian.Dalam beberapa hari ke belakang, saya tidak update bab terbaru The Reason Why dikarenakan kondisi kesehatan saya yang naik turun. Saya tidak bermaksud memberi alasan apapun karena keterlambatan update ini. Namun, selain kondisi kesehatan saya, masalah lainnya adalah sibuknya jam perkulian saya yang padat. Jujur saja, perkuliahan yang padat dan hari libur saya gunakan untuk mengerjakan tugas yang sangat banyak (meskipun sudah saya cicil), ditambah rapat organisasi kampus. Mungkin karena terlalu banyak kegiatan itulah, tubuh saya mengalami drop, kurang tidur, dan juga panas dalam.Karena itu saya meminta maaf jika para pembaca sekalian menunggu bab terbaru The Reason Why. Saya hanya bisa menulis sedikit demi sedikit di waktu yang

  • The Reason Why   84. Keteguhan Hati

    Beberapa saat sebelumnya. Ares yang sedang duduk di depan ruang rawat Athena mendapat telepon dari Malik. Asisten Papanya itu memberikan kabar yang cukup mengejutkan, yaitu fakta bahwa Roy harus dibawa ke rumah sakit karena mengalami serangan jantung. Saat Ares menerima telepon, kebetulan Alfred keluar dari ruang rawat Athena, dan lelaki yang lebih muda 3 tahun dari Ares itu juga sedang menerima telepon dari seseorang. Ketika pandangan mereka bertemu, baik Ares maupun Alfred seperti bisa mengetahui apa yang ada dalam pikiran masing-masing. “Jangan kasih tahu Nana soal ini.” begitu kata Alfred setelah menutup teleponnya. “Nggak bisa. Ana harus tahu. Lagipula om Roy pasti dapet perawatan terbaik setelah pindah ke rumah sakit tempat nyokap gue kerja. Di sana juga udah ada donor untuk beliau.” “Lo lupa sama kondisi Nana sekarang? Lo mau bikin dia tambah drop?” Alfred sudah bersiap melayangkan tinju seandainya Ares kembali membantah. “Alfr

DMCA.com Protection Status