Athena perlahan membuka matanya. Aroma obat-obatan dan antiseptik menyapa indra penciumannya. Ia masih setengah sadar sambil berusaha membaca situasinya saat ini. Suara dua orang yang terdengar seperti sedang berdebat membuatnya menoleh ke samping.
Athena menyadari dirinya berada di UKS sekolah ketika matanya menangkap tiga orang yang sedang berdiri tidak jauh dari ranjangnya saat ini. Satu mengenakan syal ciri khas anak PMR, dan dua lagi dengan seragam batik sekolahnya.
“Perawat Klinik bilang dia stres dan dehidrasi, kayaknya emang butuh istirahat yang cukup.” kata murid yang mengenakan syal PMR.
“Dia udah minum obat tadi pagi, gue udah suruh dia buat nggak usah sekolah tapi dia nggak mau ketinggalan pelajaran.” Athena bisa melihat Sidney menundukan kepalanya sambil berkata lirih.
“Kalau lo tahu dia sakit, harusnya lo larang dia dengan keras biar nggak usah ke sekolah. Lo juga milih dispen, ninggalin dia dan ngebiarin dia ik
Hai! Gimana tentang bab ini? Akhirnya Ares bertindak juga ya. Kalian penasaran nggak kelanjutannya gimana? Semoga sih kalian selalu penasaran, ya! Sampai ketemu di bab selanjutnya <3
Hera keluar dari ruang operasi disambut oleh Eros. Wanita paruh baya itu sedikit terkejut menatap Eros dengan wajah yang tampak kesal juga kedua tangan yang bersidekap di depan dadanya. Hera melepas topi operasi dan maskernya. “Ada apa Dokter Eros? Anda perlu bicara dengan saya?” Mendengar sapaan formal Hera, Eros segera menurunkan tangannya dan tersenyum tipis, “Bisa kita bicara di ruangan Anda, Dokter Hera?” Hera menatap sekitar, memberikan senyum ramah pada rekan Dokter yang melewati mereka, juga pada suster yang menyapanya. “Silakan.” Kemudian Hera berjalan lebih dulu dan Eros mengikuti. Saat sampai di ruangannya, Hera bisa mendengar helaan napas dari Eros. “Kenapa? Kencan buta gagal lagi?” Tanya Hera, berubah informal karena sudah berada di ruangannya. Wajah Eros semakin tidak enak untuk dipandang. Lelaki yang merupakan adik kandung Hera itu melemparkan tubuhnya pada sofa di ruangan Hera. “Kayaknya kencan buta yang
Ares terdiam selama beberapa saat. Sementara Dita dan rekannya kembali membaca berkas-berkas, juga menyimak sebuah video rekaman dari black box mobil di sekitar tempat kecelakaan Ariel. Adikara dan Malik meninjau berkas kasus penculikan yang pernah dilakukan oleh Samsul.Beberapa menit kemudian, pintu ruangan terbuka. Hera berdiri di ambang pintu bersama seorang pria paruh baya yang dikenal sebagai Dokter Anwar.“Mama?” Ares terkejut.Hera melirik pada Ares sekilas lalu pandangannya menyapu ruangan. Hera berjalan mendekat ke kursi Adikara, kemudian duduk pada kursi kosong di sebelahnya.“Selamat sore, Dokter Anwar.” sapa Adikara.Ares yang baru sadar akan kehadiran Dokter Anwar menoleh cepat ke arah pria paruh baya yang sudah dipersilakan duduk oleh Hera di sebelah Ares.“Apa lagi ini?” wajah Ares berubah datar, “Kenapa Mama bawa Dokter Anwar?”“Kita bahas itu di rumah ya,
Dua hari sudah berlalu. Athena dan Sidney kembali dengan aktivitas biasa mereka—pergi ke sekolah, mengikuti kelas tambahan hingga sore, dan Sidney lebih sering ikut rapat bersama OSIS sebagai pihak eksternal. Namun dalam dua hari itu, Ares tidak masuk sekolah. Tidak ada kabar mengenai lelaki yang beberapa hari ini membuat sekolah dihebohkan oleh berita-berita seputar dirinya. Hal itu juga yang membuat Athena resah dan khawatir, meski dirinya berkata telah menyerah dan tidak ingin ikut campur lagi dengan urusan yang menyangkut Ares, namun di dalam hatinya ia semakin merindukan wajah lelaki yang selalu merubah-ubah suasana hatinya.Kini, Athena hanya bisa meletakan kepala di atas meja meski bel pulang sekolah sudah berbunyi sejak tiga menit yang lalu. Sambil menunggu Sidney selesai dengan urusannya bersama OSIS, Athena menyibukan diri dengan melamun dan menghela napas beberapa kali.Pintu ruang kelasnya berdecit, seseorang masuk ke dalam. Athena sudah tidak memilik
“Gue juga sayang sama lo, Ana.”Athena sontak menoleh terkejut. Ia bisa melihat Ares sudah terbangun dan sedang menatap ke arahnya. Athena mendadak salah tingkah. Namun hal pertama yang dirasakannya adalah kelegaan karena melihat Ares baik-baik saja.“Ah, gue harus panggil nyokap lo—”“Please don’t.” potong Ares.“Kenapa?”Ares terdiam. Ia melihat kondisinya sendiri, dan kembali menatap Athena, “Alasan gue selalu marah dan hilang kendali tiap bangun… itu karena wajah mereka yang pertama gue lihat. Kenyataan yang udah gue dapetin, bener-bener bikin gue kecewa sama mereka.”“Ares…”“Ana, Please. Gue udah berusaha nerima semuanya… tapi tiap lihat wajah Mama, apalagi Papa, gue merasa sangat-sangat marah karena mereka udah merahasiakan semuanya dari gue.”Athena mengangguk pelan, kemudian dia kembali
Athena sampai di depan pagar rumahnya. Malik mengantarnya hanya sampai depan komplek atas permintaan gadis itu. Karena sebenarnya Athena memilih untuk pulang sendiri, namun Hera menyuruh asisten suaminya itu untuk mengantarnya. Athena belum sempat menceritakan apa saja yang ia dan Ares bicarakan pada Hera, karena harus langsung pulang.Gadis itu melangkah masuk ke dalam setelah melewati gerbang utama. Ia bisa melihat mobil Papanya yang sudah terparkir di garasi, dan satu mobil lain yang entah milik siapa. Jantungnya mendadak berdetak lebih cepat dari biasanya. Menebak-nebak apa yang sedang terjadi sampai harus membuat Papanya pulang lebih awal dan meneleponnya.“Aku pulang.”Athena membuka pintu, ia melangkah masuk. Menoleh ke kanan dan ke kiri. Ia bisa mendengar suara orang yang sedang mengobrol di ruang utama. Sekali lagi Athena menarik napas dalam dan mengembuskannya sebelum memunculkan diri di ruang utama.Ketika ia melangkah lebih dalam,
“Siapa yang tunangan?”Athena menoleh, “Ares?!”Lelaki yang menggunakan seragam dilapisi sweter itu mendekat. Kedua tangannya dimasukan ke dalam kantong celana. Suasana kelas sudah mulai ramai, dan Ares lagi-lagi menyebabkan belasan pasang mata tertuju ke arah mereka.“Kok lo sekolah? Bukannya lo masih harus istirahat?” tanya Athena, lebih seperti pernyataan.Ares hanya milirik singkat ke arah Athena, “Sid, apa maksud lo tadi? Siapa yang tunangan?” ulang Ares.“Bukan tunangan, kita cuma—”“Gue tanya ke Sidney.” potong Ares.Gadis yang namanya disebut itu mendengus, “Nana sama cinta pertamanya.”“Cinta pertama?” kali ini mata Ares mengarah kepada Athena tajam, “I think you don’t know about love, are you?”Athena menghela napas pelan, kemudian menoleh ke sekitar, teman-teman kelasnya masih menata
Bunyi bel pulang sekolah membuat murid berhamburan keluar dari kelas setelah merapikan alat tulis mereka. Banyak dari mereka yang ingin cepat pulang karena merasa pengap terus belajar, ada pula yang memiliki urusan lain di luar sekolah, atau bahkan ada yang harus menjaga anggota keluarganya di rumah. Sedangkan Athena, justru tidak ingin cepat pulang karena takut bertemu dengan kedua orang tuanya yang mungkin saja menyuruhnya untuk jalan bersama dengan Aditya.Dalam hati Athena memikirkan perkataan Ares, kalau ia memang harus menanyakan alasan orang tuanya tiba-tiba menjodohkannya dengan Aditya. Namun ia juga takut, kalau ternyata alasan itu malah membuatnya tidak bisa menolak perjodohan dengan Aditya.“Huh… ini kan bukan dunia fiksi.” Athena mengeluh, meletakkan kepalanya pada meja.Sidney di sebelahnya bersiap-siap untuk mengikuti rapat bersama OSIS yang diadakan setelah jam sekolah berakhir.“Kita ada di dunia yang skenarionya u
Paginya, Athena berpikir bagaimana cara untuk bertanya kepada orang tuanya tentang alasan mereka yang tiba-tiba menjodohkannya dengan Aditya. Selama sarapan, di dalam kepalanya hanya terlintas pertanyaan apa yang seharusnya ia ajukan lebih dulu untuk mengawali topik itu.“Ehem…” Athena berdeham, “Gimana kerjaan Papa di kantor?”Pertanyaan yang dilontarkan Athena berhasil membuat empat orang—Elva, Roy, dan kedua adik kembarnya, terdiam dan menatap ke arahnya heran.“Kenapa Nana tiba-tiba penasaran?”“Iya, tumben banget.”Kata Alfred yang langsung ditimpali Alvin.Roy tersenyum kecil, “Papa senang kamu bertanya,” katanya, “Kerjaan Papa di kantor baik-baik saja, Nak. Kamu tidak perlu mengkhawatirkan apa yang menjadi urusan orang dewasa.”Athena mengangguk paham, “Berarti aku boleh tanya urusan yang berhubungan sama aku sendiri?”&ldquo