“Aku melihatnya! Aku melihat dia melindungi monster itu saat orang lain berusaha untuk bertahan hidup dengan mengambil jam pasirnya. Jika itu bukan [Panggung Akhir], seandainya itu adalah kenyataan, orang lain sudah mati akibat perbuatannya! Apa kau pikir perbuatannya itu masuk akal?”
Anak-anak yang telah tewas jauh sebelum babak akhir dimulai memang dapat menonton apa yang dilakukan oleh peserta lainnya di [Panggung Akhir]. Itu adalah salah satu fakta yang diketahui oleh para mantan-peserta setelah semua usai. Walau itu terdengar mengerikan dan sangat meresahkan, namun perlahan-lahan semua berusaha mengabaikan kenyataan bahwa perjuangan mereka untuk hidup ditonton oleh banyak orang seperti layaknya hiburan.
Tetapi, perjuangan mereka di [Panggung Akhir] itu adalah nyata. Tidak ada seorang pun yang tidak berusaha bertahan hidup dengan melakukan segala cara untuk mendapatkan tambahan waktu. Satu detik sangat berharga – itulah salah satu hal yang dipelaj
Gelak tawa terdengar dari beberapa anak yang entah mengapa menganggap perkataan Lock lucu. Namun sayangnya, tidak semua anak menganggap itu lucu. Salah satunya adalah Travis, yang seketika melotot dengan wajah merah padam dan tubuh gemetar menahan amarah. Selang beberapa detik setelahnya, dia bergerak maju menuju podium dengan mata berapi-api. Damian, yang berdiri di sebelahnya, langsung memegang Travis kuat-kuat.“Wow, Sobat! Kendalikan dirimu!”Di atas podium, Embry yang sempat kehilangan kata-kata beberapa saat lamanya dengan rahang terbuka, mulai tersadar. Ia mendorong Lock mundur dan bergegas menoleh kesana-kemari. Ekspresi wajahnya mengeras saat ia menemukan orang yang dicarinya.Jo Collin sedang duduk makan es krim di pinggir podium dengan kaki berselonjor dan satu tangan terulur kebelakang untuk menyangga tubuhnya. Di sampingnya, Eira juga tengah bersandar pada podium dan mengamati sisi lapangan lain dengan ekspresi tak acuh. Tangan gadis itu
Hanya dalam waktu sehari, sebagian besar anak sudah mulai membentuk kelompok-kelompok kecil – seperti insting untuk bertahan hidup di dunia baru yang asing dengan cara mencari sekutu. Cerita mengenai kejadian di lapangan pada hari pertama mereka menjadi [Yang Terpilih] menyebar dengan sangat cepat hingga ke tim yang berasal dari Zona 4 hingga 7 – yang pada saat kejadian itu berlangsung, hanya dapat menonton dari kejauhan tanpa mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.Sehari setelahnya, Lock mulai dikenali oleh banyak orang. Ekspresi mereka beraneka ragam; ada yang melihatnya dengan penuh ingin tahu dan geli, ada pula yang melihatnya seolah dia orang gila, atau seolah ia kuman berjalan, dan ada yang menunjukan rasa simpatinya terhadap Travis dengan terang-terangan menatap Lock dengan tidak suka. Lock, yang sudah kebal, mengacuhkan itu semua.Tetapi, ada beberapa orang yang bersimpati terhadap pemuda tersebut; entah simpati itu dikarenakan mereka sudah t
Jo Collin menghampiri mereka saat Lock tengah mengambil sebutir apel besar untuk hidangan penutup. Pria itu tersenyum menyapa mereka semua lalu mengetuk pundak Lock. “Ikut aku.” katanya.Keempat temannya menatap Lock dengan penasaran, tetapi Lock juga tidak tahu alasan Collin memanggilnya. Setelah menyambar sebutir apel dan memasukannya ke dalam saku, Lock berjalan mengikuti Jo Collin yang terus berjalan tanpa sedikitpun menoleh ke belakang. Pria itu menuntunnya ke sayap kiri bangunan Akademi Soru dan tidak berhenti bahkan saat melewati perpustakaan.Lock menyejajarkan langkahnya dengan Collin. “Aku ingin bertanya.”Jo Collin meliriknya, tetapi tidak berhenti berjalan. Lock mengeluarkan sedotan besi yang telah disimpannya selama ini di sakunya, menunjukannya pada Collin.“Apa kau tahu ini apa?”Pengamat itu menatap barang yang ditunjukkan Lock sekilas sebelum balik memandangnya dengan kepala ditelengkan. “S
30 menit kemudian, Lock keluar bersama dengan Jo Collin dari gedung Akademi Soru dengan penampilan yang sudah berubah total. Seragam cokelat Lock telah berganti menjadi kemeja putih serta mantel hitam berekor; dan celana jins nya telah digantikan dengan celana panjang hitam ketat. Itu pertama kalinya Lock mengenakan baju yang lembut dan berkualitas bagus seperti itu, namun wajahnya tampak gusar.“Kenapa ini berenda?” tuntut Lock, menunjuk kemejanya. “Aku terlihat seperti mengenakan baju perempuan!”Jo Collin, sebaliknya, tampak necis dan rapi dengan pakaian mewah yang berlebihan. Ia bahkan menyisir rambutnya ke belakang dengan bergaya, dan kacamatanya berubah menjadi kacamata hitam. Bahkan ia memutuskan untuk membawa sebuah tongkat hitam mengilap yang entah diambilnya darimana. Dia berusaha keras untuk terlihat seperti pewaris keluarga kaya yang tampan dan berkelas, tetapi menurut Lock, ia terlihat seperti orang buta yang terlalu banyak menuangk
Itu adalah sebuah gerbang lengkung dari batu setinggi kurang lebih 3 meter yang didirikan di tengah-tengah lapangan berumput seperti selayaknya portal yang sering digambarkan di dalam buku dongeng. Getaran energi bewarna hijau kebiruan membungkus gerbang tersebut, dan kegelapan total menunggu di baliknya.Collin mengutak-ngatik jam tangannya – yang mirip seperti kepunyaan Lock – dan sebuah bayangan hijau muncul di depannya. Meski Lock tidak dapat melihat apapun, tetapi ia tahu Collin sedang membaca sesuatu yang tidak terlihat oleh mata Lock. Sejurus kemudian, pria itu mengibaskan tangan, mengoyak bayangan hijau itu karena ia telah selesai memeriksa apa yang ingin ia cari.Lock memperhatikan dengan tertarik saat tangan Collin mengeluarkan aura kuning samar dan menempelkannya pada dinding gerbang. “Stasiun 85,”Getaran energi hijau kebiruan yang berasal dari gerbang tersebut merespon Collin; energi itu menggulung di udara sebelum menyerbu m
‘Dia juga tidak tampak bercanda.’“Apa yang terjadi jika kacamata ini dilepas?” tanya Lock. Ia harus memastikan sesuatu. “Apakah mereka akan menjadi se-ekstrem yang kubicarakan tadi? Atau bahkan pingsan?”Rahang Jo Collin terbuka mendengar perkataan Lock. “Kau ini benar-benar suka dengan perhatian seperti itu, ya?” ia kemudian tertawa kecil. “Yeah, kedengarannya asyik jika memang demikian, tetapi sayangnya tidak. Mereka hanya menganggap kita lebih tampan daripada idola mereka semua dan lebih mudah tertarik..”Collin masih melanjutkan ocehannya, tetapi Lock sudah tidak mendengarnya sama sekali.'Aku masih menjadi orang tidak normal diantara orang-orang yang tidak normal? Apa-apaan ini?’ Lock tidak mampu untuk tidak berpikir demikian. Kepalanya mendadak sakit hingga dia memijit pelipisnya.‘Namun jika dipikir-pikir, masih banyak hal yang belum jelas. Bisikan-bisikan yang kudengar
Beberapa menit kemudian, dua orang mencurigakan keluar dari stasiun kereta bawah tanah. Jo Collin melambai pada si petugas malang yang mengantar mereka keluar dengan wajah linglung.“Ini kartu asli?” Lock masih membolak-balikkan kartu bank platinum Jo Collin.“Tentu saja asli,” jawab Collin dengan nada tersinggung. “Aku bekerja sangat keras selama hampir 12 tahun. Uang itu tidak seberapa.”“Bekerja?”Jo Collin berdecak, menarik kartunya. “Kau pikir aku masuk ke Divisi Pengamat dengan sukarela? Tentu saja aku dibayar! Lagipula, jangan pernah berpikir di Dunia Baru kau mendapatkan semua fasilitas dengan gratis,” ia menunjuk-nunjuk wajah Lock, seakan menasihati. “Kalian tinggal gratis di Akademi Soru hanya sementara, ingat itu. Setelah 3 bulan, kalian harus mulai bekerja. Biasanya, kami akan mengatur Divisi kalian untuk tahun pertama. Selanjutnya, kalian bisa mencari pekerjaan yang kalian mau.
Tidak lama kemudian, sosok orang yang sangat dikenal oleh Lock datang. Seperti biasa, Jihun selalu berjalan dikelilingi oleh teman-temannya. Untungnya, pemuda itu masih memiliki tata krama karena mengenakan baju berkabung – meski ia mengenakannya asal-asalan sehingga membuatnya lebih mirip preman dibandingan orang yang akan melayat.“Ayo kita habiskan bir-nya. Pasti masih banyak yang tersisa, melihat sedikitnya orang yang datang kemari.”Jihun terkekeh.‘Mereka bahkan tidak menyumbang,’ pikir Lock saat mengamati Jihun dan teman-temannya menyelonong masuk seperti rumah sendiri.Jo Collin menggaruk lehernya. “Apakah kau tidak punya teman yang normal?”"Maaf jika mengecewakanmu.”Lock mengamati teman-teman satu sekolahnya yang sudah selesai memberikan penghormatan terakhir dan memenuhi meja yang semula kosong melompong. Dari tempatnya berdiri, Lock dapat melihat tidak ada seorang-pun yang me
Ian menghentak-hentakan kaki dengan tidak sabar.“Kenapa kau tidak melakukan apapun!?” serunya marah.Lock berusaha mengabaikan bocah itu selama beberapa hari terakhir, tapi tampaknya tak begitu berhasil. Bukannya berhenti berbuat ulah, Ian malah menjadi-jadi. Benar-benar tipikal bocah menyebalkan. Akhirnya, Lock membuka mata dan menoleh.“Aku sedang melakukan sesuatu.”“Apa? Mengupil? Tidur? Kau tidak melakukan apapun selama beberapa hari ini!”Lock mendesah. Ia tidak menyangka akan tiba hari dimana ia lebih memilih mendengar celotehan Iophel dan Rael dibandingkan orang lain. Bagi Lock sekarang, rengekan Iophel bagaikan nasihat bijak Ibu-ibu, dan kesarkastisan Rael terdengar seperti senandung puji-pujian. Suara Ian? Seperti hewan yang disembelih.“Kau melihat sendiri aku babak belur, ‘kan? Aku sedang menyembuhkan diri.”Ian mengerutkan kening. “Kau terlihat amat san
“Tuan Putri dan kakakku akan melangsungkan upacara pernikahan sebentar lagi – setelah mereka pulang dari Easteria. Hari ini mereka berdua tiba di Istana Easteria dan aku.. aku mulai tidak tenang..” Rigan meragu sejenak. Ia mencondongkan tubuh dan meminta Lock untuk mendekat. “Akhir-akhir ini, Ares melakukan hal yang sangat mencurigakan. Dia sering pergi malam-malam, melewati jalur belakang dan membawa beberapa orang berpakaian serba hitam. Pada saat kembali ke Istana, biasanya ia akan membawa peti-peti besar yang dibawa ke ruang bawah tanah. A, aku mulai berpikir bahwa apapun yang ia lakukan dengan peti itu, berhubungan dengan.. sesuatu yang tidak baik.”Lock mendengarkan Rigan dengan tenang. Ia sama sekali tidak terkejut mendengarkan berita tersebut. Namun, keraguan Rigan saat mengatakan ‘sesuatu yang tidak baik’ itu membangkitkan keingintahuan Lock.‘Apa yang bakal ia katakan? Sepertinya dia hendak menyebutkan sesuatu t
Beberapa jam kemudian, di sebuah ruangan bawah tanah yang berbau pengap dan lembab, Lock Easton membuka matanya. Dia melihat langit-langit rendah dan kotor yang sekarang mulai terlihat familiar baginya yang telah menginap disana selama 2 hari belakangan. Ia melirik sekilas ke sudut ruangan, tempat Ian sedang tertidur. Yakin bahwa bocah tersebut benar-benar tertidur, Lock bangkit berdiri dan menghampiri pintu.“Kau berhasil bertemu dengan kakek itu?” Lock bertanya sambil berjalan naik ke arah pintu.“Kakek itu terlalu mencurigakan.” Suara Rue terdengar dari balik pintu. Lock tertawa kecil. “Memang.”“Aku mendengar pembicaraan anak buah Ares bernama Gin. Mereka berencana untuk menjual bocah itu setelah upacara pernikahan.”Lock melirik Ian yang bergumam sendiri seperti sedang bermimpi buruk. Bocah itu terlihat menyedihkan.“Mereka tidak akan mendapatkan banyak uang dengan menjualnya.
Di bawah lampu remang-remang, sesosok bocah kurus dan kotor yang memiliki ekspresi keras kepala, licik, dan juga menjengkelkan, muncul dari balik bayang-bayang.“Ta-raaa!” Hiro berseru sembari menunjuk Ian. “Kejutan! Ini bocah yang begitu kau sayangi! Pelipur lara saat kau mendengar wanita yang mirip dengan mantan kekasihmu, menikah!”Tetapi, Lock tidak mendengarkan apapun yang dikatakan Hiro. Ia hanya menatap Ian tanpa berkedip.“Bagus sekali,” kata Lock datar. “Apa mereka menyembelih babimu atau apa disini?”Ian memberengut. “Maxi berhasil pergi!” serunya dengan suara melengking menjengkelkan. Bocah itu terlihat marah, yang mana membuat Lock begitu heran. “Kenapa kau lemah sekali? Katamu kau kuat! Kenapa kau membiarkan mereka menculikmu!?”“Maaf?” Hiro memandangi Ian dan Lock bolak balik sambil bersedekap. “Apa aku salah dengar? Siapa yang kuat?”
“Aku sebenarnya tidak yakin apakah air ini dapat membuatmu tersadar, tetapi aku selalu ingin melakukannya.”Dan suara itu. Lock melirik untuk melihat seraut wajah yang ‘sangat’ ia rindukan. Saat melihat wajah berminyak itu, Lock mendadak sadar dia tadi bermimpi.“Ini benar-benar menyegarkan,” ujar Lock. “Terima kasih.”Travis menyipitkan matanya. “Sepertinya kau suka disiram.”Lock berusaha menarik tubuh bagian atasnya. “Tidak, tapi aku suka disadarkan,” katanya. “Aku senang mengetahui bahwa aku tidak melihatmu di dalam mimpi.”“Aku pun tidak suka melihatmu, bahkan di dalam kehidupan nyata.”“Cukup adil.” sahut Lock, nyengir. Ia kemudian mengedarkan pandang ke sekelilingnya.Dia berada di sebuah ruangan lapang berpenerangan remang-remang. Ditilik dari tak adanya jendela dan kelembaban ruangan tersebut, Lock yakin ia ten
Itu sakit sekali hingga nyaris membuat Lock berpikir untuk pura-pura pingsan. Tetapi, ia tak melakukan itu. Belum, karena ia sedang mempersiapkan rasa sakit lain yang mungkin akan muncul sebentar lagi.‘Oh, dan ngomong-ngomong..’Lock tak punya waktu banyak untuk berpikir lebih lama. Jadi, dia mengerahkan kesempatannya yang terakhir untuk menoleh ke arah Maxi yang masih mengamuk.Manipulatif Aura.Bukan hanya Maxi yang terpengaruh, tetapi juga Gin. Mereka terbelalak dengan wajah penuh ketakutan, satu dengan wujud binatang, satunya lagi dalam bentuk manusia. Tentu saja Lock mengabaikan Gin.“Pergi.” katanya, memberi perintah pada Maxi. Suaranya mengandung aura yang begitu intens.Mata Maxi seketika tampak begitu kebingungan dan takut. Ia menguik dan terhuyung mundur selama beberapa detik sebelum ia kemudian berbalik dan pergi melarikan diri.“Jadi, kau melakukan ini semua untuk menyelamatkan babi? Betapa m
Gin berdecak saat melirik para prajurit yang sedang bersusah payah menghadapi hewan raksasa itu. Beberapa prajurit berhasil melukai si babi, tetapi hewan tersebut bertambah marah dan berusaha melukai siapapun yang berada di dekatnya, termasuk kedua orang yang tengah berkelahi di sampingnya.Sampai saat ini, Lock dan Ares sama-sama mampu menghindar dari serangan si babi dan serangan satu sama lain, tetapi Gin kenal Ares. Pria itu mulai tidak sabar, apalagi dikarenakan Lock melompat kesana kemari seperti monyet lepas.“Aku jadi paham mengapa kau mampu menghadapi si Suku Macan itu.” Samar-samar, Gin mendengar suara Lock Easton. “Kau lumayan.”Lock mengayunkan pedangnya. Gerakannya begitu ringan, seolah ia sedang bermain-main. Orang biasa bakal mengira lengan kurus itu hanya mampu merobek kertas dan tak akan mampu membuat luka kecil atau hanya sekedar luka memar. Akan tetapi, Ares menghindarinya; dan tindakannya tepat. Pedang Lock membelah ta
Gin melirik Ares, yang masih tersenyum kecil, tetapi dengan wajah yang semakin kaku – jelas bukan merupakan pertanda baik. “Aku tidak melihat apa manfaatnya kau mengambil hewan liar itu?” kata Ares dingin. “Kami memerlukannya.” Sebuah teriakan memecahkan suasana mencengkram tersebut, membuat para prajurit rendahan cemas. “…Kann!! Lepas..!” Gin kesal. Seperti dugaannya, membawa bocah kotor itu hanya akan menambah masalah. Ia mengedikkan kepala ke arah salah seorang prajurit yang tengah memandanginya dengan ragu-ragu. Prajurit itu mengangguk paham dan memukul karung tersebut dengan keras, menyuruh bocah itu diam. “Tidak perlu repot-repot melakukan itu. Aku akan mengurusnya.” Lock berkata dengan nada yang masih sama ramahnya. Ia mengerling ke arah Ares sembari tersenyum lebar. “Tidak perlu menjelaskan juga, aku bisa memahami. Berikan bocah itu, dan kau bisa melanjutkan apapun yang ingin kau lakukan.” Gin memandang Lock tersebut tanpa berk
Ledakan terjadi dimana bola-bola itu berhenti menggelinding. Ledakan itu tidak besar, tetapi cukup destruktif dan mengeluarkan api hingga desa mulai terbakar. Seakan mengejek, pasukan Ares memodifikasi bom tersebut hingga lebih menyerupai kembang api; seolah mereka ingin menyaksikan desa tersebut terbakar dengan indah. Suara ratapan dan tangis terdengar dari arah para penduduk, sementara beberapa prajurit tertawa dan bertepuk tangan saat menyaksikan kembang api yang mulai membakar desa. Walaupun melihat apa yang terjadi di bawah, baik Soren maupun Lock tidak beranjak sedikitpun. “Ini berkembang ke arah yang kuinginkan.” kata Soren puas. “Oh, ya? Termasuk kembang api itu?” Soren mengacuhkan komentar sarkas Lock, dan berkata, “Kita temui kakek itu setelah ini.” “Untuk apa?” “Kau bodoh? Tentu saja bernegosiasi. Kakek itu pasti akan memberitahu informasi jika kita berjanji akan membebaskan cucunya.” Lock nyaris tak mampu menahan di