Seiring dengan munculnya pengumuman tersebut, boneka Jo Collin lenyap dari pandangan Lock begitu saja.
<Pengamat telah meninggalkan area>
Dengan tubuh kaku, Lock berdiri dan mengamati sekelilingnya yang masih tidak berubah. Raut wajahnya datar, tetapi sebenarnya Lock sedang berusaha menahan diri untuk tidak meledak. Kata demi kata yang dilontarkan Jo Collin tadi masih terngiang-ngiang di telinganya. Lock melirik layar yang masih melayang diatas kepalanya.
<Zona 3 - ’Boneka Beruang?’
Waktu: 18:33>
Lock berusaha untuk tenang. Sekarang yang terpenting adalah mencari petunjuk. Dia membungkuk untuk mengambil jaring penangkap serangga setinggi 2 meter, hadiah perpisahan yang sangat indah dari Jo Collin. Melihat jaring tersebut, Lock berspekulasi bahwa petunjuk yang dimaksud berupa ‘sesuatu’ yang bisa terbang.
Lock menaruh ranselnya, kemudian memanjat sebuah pohon yang berada di dekatnya dengan lincah da
Semua peserta seketika panik, tidak terkecuali Lock. Tetapi, Lock tidak dapat bergerak sedikitpun karena Bajingan memegangi lengannya.“Hei, tidak usah cemas!” Bajingan tertawa senang melihat kepanikan yang terjadi. “Aku tidak akan melakukan apapun. Aku hanya ingin bertanya,”Tidak ada yang tampak percaya dengan ucapan tersebut. Seperti namanya, Bajingan terlihat seperti pemuda berandalan yang tidak bisa dipegang ucapannya. Lock melihat Kodok beringsut menjauh dan bersembunyi di balik punggung Mommy, sementara seorang gadis yang tampak masih sangat belia, tidak kuasa menahan tangis karena ketakutan.Bajingan bersikap seolah-olah tidak menyadari hal tersebut dan melanjutkan ucapannya dengan ekspresi terhibur. “Sebenarnya, aku bertemu dengan dua orang pemuda dan seorang gadis sebelum bertemu dengan si gagah ini,” ia menepuk pundak Embry dengan pistol. “Ketiga orang tersebut ternyata sama denganku – kami bere
Jadi, itulah yang dilakukan Lock. Dia pintar berlari, tetapi masalahnya adalah tikus raksasa itu pun juga sangat cepat.Kiii! Entah sejak kapan, monster berbentuk delima itu bersembunyi di dada Lock. Lock tidak tahu mengapa monster itu tiba-tiba memutuskan untuk pasrah di hadapannya, tetapi tubuh monster itu gemetar hebat sambil terus mengintip ke belakang, sehingga Lock yakin monster delima merah itu sangat ketakutan sehingga tidak menyadari apa yang tengah ia lakukan. Tanpa sadar, Lock mengangkat tangannya dan menepuk pelan kepala monster tersebut.<Zona 3 – ‘Boneka Beruang?’Waktu: 04:05><Peringatan! Hitungan mundur akan dimulai 3 menit lagi!>‘Brengsek!’ Lock memaki dalam hati.Lock melirik ke belakang. Tikus itu masih beberapa meter jaraknya, namun dalam beberapa detik lagi, Lock ragu dia bisa selamat. Tanpa menurunkan kecepatan, Lock memanjat pohon terdekat. Dalam sek
Lock jatuh tersungkur, tubuh dan wajahnya menghantam tanah berbatu. Kurang dari satu meter di depannya, sebuah jam pasir duduk tidak bergerak, menunggu untuk dihancurkan. Namun, dia tergeletak di tanah tidak berdaya. Lock masih sempat takjub menyadari kesialannya muncul di saat genting seperti ini.<5..4..>Sempat, tidak sempat, sempat..‘Tidak akan sempat!’ Lock membatin dengan panik.Pada saat itu, sesosok bayangan kecil muncul di sudut mata Lock. Sebelum Lock sadar sepenuhnya, bayangan itu menjatuhkan jam pasir yang ada di atas batu, yang kemudian menggelinding tepat di depan wajah Lock yang masih tersungkur.<3.. 2.. 1..>GROOR! Tikus raksasa berada tepat di belakang Lock, siap mengunyah pemuda itu dengan dua gigi depannya yang runcing.Tanpa berpikir panjang, Lock menghancurkan jam pasir yang ada di depannya.<Hourglass diaktifkan! 15 menit waktu akan ditambahkan.><Zona 3 &
Eira berjalan menyusuri hutan yang gelap dengan licah. Ia tampak yakin kemana harus melangkah, seolah-olah dia adalah peri hutan hingga hafal seluk beluk tempat itu di luar kepala.Lock termenung sesaat sebelum menggeleng, memutuskan ‘peri hutan’ tidak cocok dengan gadis temperamental yang pandai berkata kasar itu. Gadis itu terlihat lebih mirip seperti penyihir jahat yang berkuasa atas para monster di hutan selama berabad-abad.Dan ngomong-ngomong soal monster..Kii! Kii!Si monster delima melompat-lopat mengikuti Lock dari atas pohon. Lock tidak tahu mengapa, tetapi karena si monster itu tidak melakukan apapun padanya, Lock mengacuhkannya dan pura-pura tidak melihatnya. Namun, beberapa saat kemudian Lock menyadari bahwa monster itu sangat berguna.Pada saat menyusuri hutan bersama Eira, Lock mulai melihat penampakan para Petunjuk. Petunjuk berbentuk seperti bulu babi bewarna biru yang bersinar dan melayang di udara,
Darah terciprat di baju dan wajah Lock yang masih tertegun.“Kyaaa!”Seperti kembang api, beberapa peserta yang lari tunggang langgang satu per satu meledak. Setelah tubuh mereka tercerai berai, tubuh mereka perlahan menghilang seperti yang terjadi pada si monster tikus atau kalkun. Teriakan-teriakan terakhir mereka menjadi teriakan tidak berarti; jeritan tanpa makna.Lock membersihkan wajahnya yang terciprat darah dengan lengan bajunya. Dia terkejut, tentu saja. Tetapi, yang lebih membuatnya syok adalah kenyataan bahwa pikirannya kosong dan dia masih tenang saat melihat seseorang meledak tepat di depan matanya. Untuk pertama kalinya, ia menyadari bahwa ucapan Jo Collin bukan sekedar ancaman.<Zona 3 – ‘Boneka Beruang?’Waktu: 09:53>Jika tidak ingin berakhir seperti mereka, Lock harus segera bergerak.Pada saat dia hampir berbalik meninggalkan lembah dan monster menyeramkan yang tidak mungkin dapat
<Zona 3 – ‘Boneka Beruang?’Waktu: 04:42>Di tengah waktunya yang semakin sempit, Lock lari berpencar dengan keempat orang yang mengikuti usulnya. Ia berlari bersama dengan Embry, Mommy berlari ke arah yang berlawanan, dan pasangan Pergi Dariku-Bajingan! berlari menuju bukit.“Hei, Bajingan! Apa kau tidak bisa berlari lebih cepat lagi?”“Kau mau mati, ya, gadis brengsek!? Berani menghinaku sekali lagi, maka kau akan…!”“Lalu, aku harus memanggilmu apa, Idiot!? Namamu memang Bajingan!”Lock sempat khawatir melihat mereka berdua, tetapi dia tidak punya banyak waktu untuk berpikir ulang. Sisa waktunya tidak banyak, tetapi keempat peserta lainnya lebih sedikit lagi. Mereka semua sadar jika mereka memilih untuk mencari jam pasir monster lain untuk mendapatkan tambahan waktu, tidak ada jaminan senjata-senjata yang dijaga oleh monster beruang itu belum lenyap saat mereka kembali. Se
Monster beruang itu membuka mulutnya di depan Mommy dan Lock yang sedang lari sekuat tenaga. Bola api terbentuk di dalam mulut si beruang yang kedua matanya sekarang buta. Beruang itu tampak sangat marah atau kesakitan hingga tidak lagi berpikir mengenai jam pasir miliknya, dan mulai menyerang dengan membabi buta. Panas menguar dari mulutnya, sementara Mommy dan Lock berlari sambil berpandangan dengan ngeri…DOR! DOR!Serentetan tembakan mengenai telinga si monster. Walau serangan itu tidak berarti banyak bagi monster besar tersebut, tetapi itu memberi Mommy dan Lock tambahan sedikit waktu untuk melarikan diri sementara beruang tersebut tersentak begitu menerima serangan lagi.Saat monster itu akhirnya mengeluarkan bola api, Mommy dan Lock telah berhasil keluar dari jarak bahaya dalam keadaanya nyaris terpanggang hidup-hidup. Lock bisa merasakan hawa panas dari api itu membakar baju belakangnya dan membuat kulit punggung dan betisnya mel
Lock tidak heran, sebetulnya, apalagi setelah melihat kenyataan bahwa Bajingan memiliki nasib yang serupa dengannya, dan setelah melihat Mommy bereaksi dengan kotak kubus yang aneh tersebut. Lock memikirkan sedotan yang dimilikinya di kantong dengan pikiran kosong. Apa dia hanya berjodoh dengan sedotan besi aneh itu..?“Sepertinya kau dapat mengambil satu senjata apapun yang kau sukai,” kata Embry dengan nada tidak yakin. “Kurasa itu lebih baik daripada tidak sama sekali.”Lock mengangguk dan dia memilih sebuah pedang ringan yang tidak tampak mengesankan saat berada di tangannya. Bajingan juga mengambil senapan yang sempat diambil Pergi Dariku.“Jadi,” Pergi Dariku mendesah setelah mereka semua berkumpul lagi. “Sekarang bagaimana?”Bajingan yang terlebih dahulu menggumam bahwa mereka harus segera pergi dari [Panggung Akhir] ini. Teman-temannya yang awalnya membentuk tim dengannya, tewas kehabisan waktu.
Ian menghentak-hentakan kaki dengan tidak sabar.“Kenapa kau tidak melakukan apapun!?” serunya marah.Lock berusaha mengabaikan bocah itu selama beberapa hari terakhir, tapi tampaknya tak begitu berhasil. Bukannya berhenti berbuat ulah, Ian malah menjadi-jadi. Benar-benar tipikal bocah menyebalkan. Akhirnya, Lock membuka mata dan menoleh.“Aku sedang melakukan sesuatu.”“Apa? Mengupil? Tidur? Kau tidak melakukan apapun selama beberapa hari ini!”Lock mendesah. Ia tidak menyangka akan tiba hari dimana ia lebih memilih mendengar celotehan Iophel dan Rael dibandingkan orang lain. Bagi Lock sekarang, rengekan Iophel bagaikan nasihat bijak Ibu-ibu, dan kesarkastisan Rael terdengar seperti senandung puji-pujian. Suara Ian? Seperti hewan yang disembelih.“Kau melihat sendiri aku babak belur, ‘kan? Aku sedang menyembuhkan diri.”Ian mengerutkan kening. “Kau terlihat amat san
“Tuan Putri dan kakakku akan melangsungkan upacara pernikahan sebentar lagi – setelah mereka pulang dari Easteria. Hari ini mereka berdua tiba di Istana Easteria dan aku.. aku mulai tidak tenang..” Rigan meragu sejenak. Ia mencondongkan tubuh dan meminta Lock untuk mendekat. “Akhir-akhir ini, Ares melakukan hal yang sangat mencurigakan. Dia sering pergi malam-malam, melewati jalur belakang dan membawa beberapa orang berpakaian serba hitam. Pada saat kembali ke Istana, biasanya ia akan membawa peti-peti besar yang dibawa ke ruang bawah tanah. A, aku mulai berpikir bahwa apapun yang ia lakukan dengan peti itu, berhubungan dengan.. sesuatu yang tidak baik.”Lock mendengarkan Rigan dengan tenang. Ia sama sekali tidak terkejut mendengarkan berita tersebut. Namun, keraguan Rigan saat mengatakan ‘sesuatu yang tidak baik’ itu membangkitkan keingintahuan Lock.‘Apa yang bakal ia katakan? Sepertinya dia hendak menyebutkan sesuatu t
Beberapa jam kemudian, di sebuah ruangan bawah tanah yang berbau pengap dan lembab, Lock Easton membuka matanya. Dia melihat langit-langit rendah dan kotor yang sekarang mulai terlihat familiar baginya yang telah menginap disana selama 2 hari belakangan. Ia melirik sekilas ke sudut ruangan, tempat Ian sedang tertidur. Yakin bahwa bocah tersebut benar-benar tertidur, Lock bangkit berdiri dan menghampiri pintu.“Kau berhasil bertemu dengan kakek itu?” Lock bertanya sambil berjalan naik ke arah pintu.“Kakek itu terlalu mencurigakan.” Suara Rue terdengar dari balik pintu. Lock tertawa kecil. “Memang.”“Aku mendengar pembicaraan anak buah Ares bernama Gin. Mereka berencana untuk menjual bocah itu setelah upacara pernikahan.”Lock melirik Ian yang bergumam sendiri seperti sedang bermimpi buruk. Bocah itu terlihat menyedihkan.“Mereka tidak akan mendapatkan banyak uang dengan menjualnya.
Di bawah lampu remang-remang, sesosok bocah kurus dan kotor yang memiliki ekspresi keras kepala, licik, dan juga menjengkelkan, muncul dari balik bayang-bayang.“Ta-raaa!” Hiro berseru sembari menunjuk Ian. “Kejutan! Ini bocah yang begitu kau sayangi! Pelipur lara saat kau mendengar wanita yang mirip dengan mantan kekasihmu, menikah!”Tetapi, Lock tidak mendengarkan apapun yang dikatakan Hiro. Ia hanya menatap Ian tanpa berkedip.“Bagus sekali,” kata Lock datar. “Apa mereka menyembelih babimu atau apa disini?”Ian memberengut. “Maxi berhasil pergi!” serunya dengan suara melengking menjengkelkan. Bocah itu terlihat marah, yang mana membuat Lock begitu heran. “Kenapa kau lemah sekali? Katamu kau kuat! Kenapa kau membiarkan mereka menculikmu!?”“Maaf?” Hiro memandangi Ian dan Lock bolak balik sambil bersedekap. “Apa aku salah dengar? Siapa yang kuat?”
“Aku sebenarnya tidak yakin apakah air ini dapat membuatmu tersadar, tetapi aku selalu ingin melakukannya.”Dan suara itu. Lock melirik untuk melihat seraut wajah yang ‘sangat’ ia rindukan. Saat melihat wajah berminyak itu, Lock mendadak sadar dia tadi bermimpi.“Ini benar-benar menyegarkan,” ujar Lock. “Terima kasih.”Travis menyipitkan matanya. “Sepertinya kau suka disiram.”Lock berusaha menarik tubuh bagian atasnya. “Tidak, tapi aku suka disadarkan,” katanya. “Aku senang mengetahui bahwa aku tidak melihatmu di dalam mimpi.”“Aku pun tidak suka melihatmu, bahkan di dalam kehidupan nyata.”“Cukup adil.” sahut Lock, nyengir. Ia kemudian mengedarkan pandang ke sekelilingnya.Dia berada di sebuah ruangan lapang berpenerangan remang-remang. Ditilik dari tak adanya jendela dan kelembaban ruangan tersebut, Lock yakin ia ten
Itu sakit sekali hingga nyaris membuat Lock berpikir untuk pura-pura pingsan. Tetapi, ia tak melakukan itu. Belum, karena ia sedang mempersiapkan rasa sakit lain yang mungkin akan muncul sebentar lagi.‘Oh, dan ngomong-ngomong..’Lock tak punya waktu banyak untuk berpikir lebih lama. Jadi, dia mengerahkan kesempatannya yang terakhir untuk menoleh ke arah Maxi yang masih mengamuk.Manipulatif Aura.Bukan hanya Maxi yang terpengaruh, tetapi juga Gin. Mereka terbelalak dengan wajah penuh ketakutan, satu dengan wujud binatang, satunya lagi dalam bentuk manusia. Tentu saja Lock mengabaikan Gin.“Pergi.” katanya, memberi perintah pada Maxi. Suaranya mengandung aura yang begitu intens.Mata Maxi seketika tampak begitu kebingungan dan takut. Ia menguik dan terhuyung mundur selama beberapa detik sebelum ia kemudian berbalik dan pergi melarikan diri.“Jadi, kau melakukan ini semua untuk menyelamatkan babi? Betapa m
Gin berdecak saat melirik para prajurit yang sedang bersusah payah menghadapi hewan raksasa itu. Beberapa prajurit berhasil melukai si babi, tetapi hewan tersebut bertambah marah dan berusaha melukai siapapun yang berada di dekatnya, termasuk kedua orang yang tengah berkelahi di sampingnya.Sampai saat ini, Lock dan Ares sama-sama mampu menghindar dari serangan si babi dan serangan satu sama lain, tetapi Gin kenal Ares. Pria itu mulai tidak sabar, apalagi dikarenakan Lock melompat kesana kemari seperti monyet lepas.“Aku jadi paham mengapa kau mampu menghadapi si Suku Macan itu.” Samar-samar, Gin mendengar suara Lock Easton. “Kau lumayan.”Lock mengayunkan pedangnya. Gerakannya begitu ringan, seolah ia sedang bermain-main. Orang biasa bakal mengira lengan kurus itu hanya mampu merobek kertas dan tak akan mampu membuat luka kecil atau hanya sekedar luka memar. Akan tetapi, Ares menghindarinya; dan tindakannya tepat. Pedang Lock membelah ta
Gin melirik Ares, yang masih tersenyum kecil, tetapi dengan wajah yang semakin kaku – jelas bukan merupakan pertanda baik. “Aku tidak melihat apa manfaatnya kau mengambil hewan liar itu?” kata Ares dingin. “Kami memerlukannya.” Sebuah teriakan memecahkan suasana mencengkram tersebut, membuat para prajurit rendahan cemas. “…Kann!! Lepas..!” Gin kesal. Seperti dugaannya, membawa bocah kotor itu hanya akan menambah masalah. Ia mengedikkan kepala ke arah salah seorang prajurit yang tengah memandanginya dengan ragu-ragu. Prajurit itu mengangguk paham dan memukul karung tersebut dengan keras, menyuruh bocah itu diam. “Tidak perlu repot-repot melakukan itu. Aku akan mengurusnya.” Lock berkata dengan nada yang masih sama ramahnya. Ia mengerling ke arah Ares sembari tersenyum lebar. “Tidak perlu menjelaskan juga, aku bisa memahami. Berikan bocah itu, dan kau bisa melanjutkan apapun yang ingin kau lakukan.” Gin memandang Lock tersebut tanpa berk
Ledakan terjadi dimana bola-bola itu berhenti menggelinding. Ledakan itu tidak besar, tetapi cukup destruktif dan mengeluarkan api hingga desa mulai terbakar. Seakan mengejek, pasukan Ares memodifikasi bom tersebut hingga lebih menyerupai kembang api; seolah mereka ingin menyaksikan desa tersebut terbakar dengan indah. Suara ratapan dan tangis terdengar dari arah para penduduk, sementara beberapa prajurit tertawa dan bertepuk tangan saat menyaksikan kembang api yang mulai membakar desa. Walaupun melihat apa yang terjadi di bawah, baik Soren maupun Lock tidak beranjak sedikitpun. “Ini berkembang ke arah yang kuinginkan.” kata Soren puas. “Oh, ya? Termasuk kembang api itu?” Soren mengacuhkan komentar sarkas Lock, dan berkata, “Kita temui kakek itu setelah ini.” “Untuk apa?” “Kau bodoh? Tentu saja bernegosiasi. Kakek itu pasti akan memberitahu informasi jika kita berjanji akan membebaskan cucunya.” Lock nyaris tak mampu menahan di