Beranda / Romansa / The Memories (BAHASA) / Chaps 50 - You'll Be Mine, Soon!

Share

Chaps 50 - You'll Be Mine, Soon!

Penulis: Veedrya
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Azra's Current POV

Dia menurut, mengikuti Jijah masuk kembali ke mobil dengan masih bertanya - tanya. Kok Hafid sama Ida di sini? Mereka sakit? Sakit apa? Kok nggak ngabarin apa - apa. Dia pulang masih setengah memikirkannya.

Jalanan macet. Seperti biasa. Bukan Jakarta kalau nggak macet. Tapi mereka sampai rumah tepat waktu. Nggak terlalu malam. Mama sudah menunggunya di dalam, sedang menata meja makan yang sekarang penuh dengan makanan. Mereka berdua segera masuk dan salim Pada Mama sebelum bebersih dan kembali turun untuk makan malam bersama Mama.

"Whuiiih pesta kita ini pesta... bentar." Jijah yang awalnya heboh excited melihat isi meja mendadak memegang dagunya. Kepala ditelengkan ke kiri. Gayanya sok mikir. "Kok Jijah perhatiin ini semua makanan kesenengannya Mas Azra aja? Kesenengannya Jijah mana Mama?" Dia mulai protes.

"Dasar nggak bersyukur. Udah dimasakin padahal sama Mama capek - capek." Azra menjambak pelan rambut adiknya ya

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • The Memories (BAHASA)    Chaps 51: The Day Before The Vow

    Azra's Current POV Masih mode pingitan. Tapi seenggaknya, karena sudah memasuki prosesi pernikahan, Nisya sering main ke rumah Icha untuk membantu. Tentunya hal itu dimanfaatkan dengan seksama dan semaksimal mungkin oleh Azra. Apalagi, kalau bukan jadi perantara komunikasinya dengan Icha. "Kok upil, kamu. Mentang - mentang aku di sini, terus ponselku dibawa Icha terus." Protesnya saat Azra menelponnya siang itu sebelum berangkat ke bandara. Tinggal nunggu Jijah pulang aja, dan mereka akan langsung cuss bandara buat ke Jogja. "Sama temen ini, bantuin lah. Jangan pelit - pelit." pintanya dengan nada memelas. "Bantuin sih bantuin, tapi udah dua hari gini terus." "Kan gue nggak bolehnya w******p sama telpon Icha. Kalo telpon lo kan boleh." Dia ngeles mulus kayak bajaj ngepot. Suara Nisya yang mendengus keras terdengar hingga ke sisinya. "Sa ae lu. Tapi kan aku juga susah. Nanti kalo pasienku telpon darurat gimana?" Nis

  • The Memories (BAHASA)    Chaps 52: The Wedding Chaos I

    Icha Current POV Hari bahagia itu akhirnya datang juga. Tiga bulan yang berat bagi Icha dan Azra. Kesibukan pekerjaan dan persiapan pernikahan yang membuat mereka stress luar biasa. Jarak yang membuat komunikasi mereka tidak maksimal dan sering miskom, terutama saat masa pingitan. Dan perselisihan kecil hingga besar yang tak terelakkan. Semua bagaikan roller coaster. Kalau bukan Azra, rasanya dia ingin menyerah saja. Seperti sekarang ini. H-2 pernikahan, saatnya pengajian, hanya hitungan jam sebelum Azra mengucap ijab - qobul dan membuat mereka sah meni suami istri di mata hukum dan agama, tapi dia malah sedang tidak berbicara dengan Azra. Mereka sedang bertengkar. Bukan hal besar sebenarnya, tapi mood mereka sedang dalam mode saling berteriak dan

  • The Memories (BAHASA)    Chaps 53: The Wedding Chaos II

    Icha's Current POV Tidak seperti acara pernikahan Ida dan Hafid yang digelar di rumah, pernikahan Icha dan Azra diadakan di gedung. Ballroom hotel lebih tepatnya. Hasil lobi - lobi supplier, biar dapat diskon. Kan lumayan, uang sisanya bisa buat ditabung buat masa depan. Dan kebetulan supplier yang mau kerjasama dan menawarkan kerjasama lumayan banyak. Mungkin karena embel - embel Azra yang manager regional di kantornya dan mereka berdua yangbpekerja travel dan pariwisata. Sehari sebelum perhelatan, mereka sudah sampai di gedung dan malamnya, mereka melakukan gladi resik resepsi. Rencananya, akadnya akan dilakukan secara tertutup di dalam salah satu kamar hotel dengan keluarga dan sahabat dekat sebagai saksi. Biar khidmat. Kemudian dilanjutkan den

  • The Memories (BAHASA)    Chaps 54: Wedding Day I

    Azra's Current POV Dia bangun pagi sekali. Bukan bangun, tapi karena tidak bisa tidur. Bukan juga karena Hafid yang ngorok, karena kenyataannya sahabatnya itu tidur kayak orang mati. Nggak gerak dan nggak bersuara. Dia bangun karena dia merasa perlu menggerakkan tubuhnya biar nggak terlalu tegang. Dia akhirnya benar - benar bangun saat adzan subuh berkumandang. Mandi dan menunaikan sholat subuh sebelum duduk di sofa dan menyalakan tv. Dinyalain aja, nggak ditonton karena pikirannya kini sedang menghafal bacaan ijab qobulnya. Mengecek apakah dia sudah mengucapkan maharnya dengan benar. Tak lama kemudian Hafid bangun, melakukan rutinitas pa

  • The Memories (BAHASA)    Chaps 55: Wedding Day III

    Icha's Current POV "Bismillahirrahmaanirrohiim." Icha antara pingin lari, pingin di situ aja, pingin loncat - loncat, pokoknya semua kegajeannya mendadak ingin dikeluarkan secara bersamaan dan seketika saat itu juga begitu suara penghulu terdengar membuka ijab yang sebentar lagi akan diucap Bapak. "Wahai engkau Ananda Azra Muhammad Rifai bin Farhan Kemal Rifai, saya nikahkan dan kawinkan kau dengan anak perempuan saya Icha Dwi Aryani Binti Joko Purnomo dengan mas kawin uang tunai senilai sepuluh juta rupiah dan satu unit rumah tipe 60 x 10 dibayar tunai." Bapak membacakan Ijabnya dengan suara mantap tanpa ada getaran sedikitpun. Jeda sebentar. Icha melirik takut - takut pada calon suaminya. Ja, kamu nggak lupa bacaannya, kan? Please. "Saya terima nikah dan kawinnya Icha Dwi Aryani Binti Joko Purnomo dengan mas kawin tersebut dibayar tunai." Icha lega luar biasa bahkan sebelum penghulu bertanya sah pada para saksi dan hadirin yang disambut deng

  • The Memories (BAHASA)    Chaps 56: I know What You Hide From Other

    Azra's Current POV "Gue udah tau tentang kalian. Bukan, bukan dia yang kasih tau, tapi gue emang tau. Dia kebetulan pernah curhat sama gue, bilang temennya begini begitu. Tapi kita temenan udah lama kan, Nyak, nggak mungkin kan, kalau gue nggak ngeh kalo dia itu lagi cerita tentang lo sama dia?" Akhirnya mata belo Ida yang tadinya memandang Azra kebingungan itu menghilang digantikan binar sendu yang sudah Azra hafal. Saking seringnya dia melihatnya diam - diam akhir - akhir ini. "Masa sih, Ja, sejelas itu? Gue kira nggak bakal ada yang tau. Gue udah berusaha banget." Ida menjawab pelan. "Gue tau. Mungkin Cuma gue, yang lain mungkin belum

  • The Memories (BAHASA)    Chaps 57: The Party

    Azra's Current POV Setelah sesi foto - foto singkat yang dirusuhi Hafid, kedua raja dan ratu sehari itu digiring menuju balroom hotel yang ada di lantai bawah. Mereka masuk bersama - sama sambil bergandengan tangan. Riuh sorakan dan tepuk tangan mengiringi mereka yang berjalan menuju singgasana mereka. Rasa bahagianya udah nggak terbendung lagi. Rasanya seperti dadanya mau pecah karena nggak muat lagi. Ya bangga, istrinya luar biasa cantik, bagaimana mungkin dia nggak bangga? Ya bahagia, akhirnya perjalanan mereka yang nyaris menemui jalan buntu sepuluh tahun terakhir ini menemui titik temu yang indah, bukan jalan buntu nan terjal yang dia takutkan. Perjalanan mereka belum berakhir. Ini adalah titik temu mereka berdua. Setelah ini, mereka akan bersama - sama berjalan menempuh kehidupan rumah tangga, menuju kebersamaan yang sebenarnya. "Rambutmu banyak confettinya." Bisik Icha setelah mereka berdua berhasil dudu

  • The Memories (BAHASA)    Chaps 58: The After Party

    Resepsi berlangsung selama kurang lebih tiga jam. Satu jam pertama Icha akan menggunakan gaun, dan dua jam terakhir menggunakan paes ageng jogja, sekaligus prosesi pernikahan menggunakan adat jawa. Sengaja prosesinya ditaruh di akhir karena undangan di jam tersebut ditujukan untuk teman - teman PNS Bapak dan relasi bisnis Mama yang merupakan 'orang - orang penting', bahkan ada beberapa expat dari perusahaan dan partner yang akan datang saat sesi terakhir itu. Tujuannya adalah mengenalkan mereka adat budaya pernikahan jawa. Semua berlangsung lancar dan khidmat. Sayangnya, khas orang indonesia, ngaret! Acara yang diperkirakan akan selesai paling lama jam empat sore, baru selesai menjelang maghrib. Untungnya Ida dan Nisya berbaik hati mengemas

Bab terbaru

  • The Memories (BAHASA)    Chaps 83: If This is A Dream, Don't Wake Me Up

    Icha's Curent POVHasilnya mungkin sebentar lagi keluar. Dia kembali ke kamar dengan tubuh gemetaran. Ya karena lemas, ya karena harap - harap cemas."Gimana?"Azra bertanya saat dia membuka pintu kamar.Dia langsung menyerahkan strip tipis yang dipegangnya pada suaminya itu. "Kamu aja yang lihat, aku nggak berani." Jawabnya pelan.Azra diam, mengambil strip tersebut, sementara dia duduk di sebelah Azra. Tangannya saling terkepal di pangkuannya. Takut, cemas. Mimpi buruknya beberapa bulan lalu seperti terulang lagi. Azra yang seperti tahu kecemasannya, menggapai tangannya dan meremasnya pelan. Seolah memberikan kekuatan melalui genggaman tangan tersebut.Beberapa saat berlalu dalam keheningan seperti itu. Kenapa Azra diam saja? Seharusnya sudah terlihat kan, hasilnya? Kenapa nggak dibuang itu stripnya? Kalau negatif harusnya langsung dibuang saja, nggak usah dilihatin. Bikin sakit hati."Ja?""Hmm?""Negatif ya?" Dia mem

  • The Memories (BAHASA)    Chaps 82: With You, Forefer & After

    Azra's Current POVEmpat bulan... beberapa hari lagi, mereka hampir lima bulan menikah, dan Azra masih merasa luar biasa karena bisa menjadikan Icha miliknya. Perempuan mungil yang sedang tertidur meringkuk dengan rambut setengah basah di sampingnya ini, adalah istrinya.Selepas subuh bersama, Icha langsung merangkak naik lagi ke ranjang untuk melanjutkan tidurnya. Salahnya, dia mengacaukan tidur istrinya semalam. Entahlah, dia merasa akhir - akhir ini sangat ingin memiliki istrinya seutuhnya. Berapa banyak pun mereka melakukannya semalam dan kemarin, rasanya masih belum cukup.Azra tersenyum sembari mengelus pipi lembut Icha yang hanya dibalas gumaman tak jelas. Gemas sekali. Dia sudah rapi. Berkas yang dibutuhkannya juga sudah siap di meja samping pintu kamar. Hari ini dia ada rapat direksi hotel. Sekitar lima belas menit lagi. Karena alasan itulah mereka menginap di sini dua hari ini. Dan seperti biasanya, dia memanfaatkannya dengan sangat baik.

  • The Memories (BAHASA)    Chaps 81: Your Body Is my Wonderland

    Icha's Current POVDia hanya berjalan - jalan sebentar di pantai yang ada di sekitaran hotel. Sunset yang jadi cita - citanya terpaksa dia nikmati dari resto saja. Nggak terlalu bagus karena tertutup pepohonan magrove, tapi dia tetapdapet golden hournya. Lumatan. Karena kalau harus masuk hutan dan lewat jempatan setapak, dia tidak yakin akan selamat saat pulang nanti. Gelap, takut tercebur ke air.Bukan karena nggak bisa berenang, tapi dulu sekali waktu dia masih kecil, Mas Eka pernah menakutinya saat liburan ke pantai Mangrove di Kulon Progo, katanya, Mangrove itu rumahnya buaya putih. Jadi kalo kamu nakal, kamu bisa di lempar ke perairan mangrove dan nantinya dimakan sama buaya putih. Nah, dia takut gara - gara itu.Setelah matahari terbenam, dia berjalan - jalan di sepanjang gang masukke hotel. Di sana banyak stall makanan dan souvenir. Dia tetiba kepikiran ingin membelikan Azra sesuatu."Silakan, Kak, dilihat - lihat souvenirnya." Salah satu pramuniag

  • The Memories (BAHASA)    Chaps 80: Sweet Weekend

    Azra's Current POVMereka sudah bersiap sejak pagi. Sabtu mereka yang biasanya dihabiskan dengan bangun siang, hunting sarapan di luar, lanjut belanja mingguan dan memberekan urusan domestik, kini berganti dengan travel kit yang terpacking rapi di bagasi belakang mobilnya untuk staycation mereka semalam saja di Angke Kapuk sekalian Azra menyelesaikan pekerjaannya di sana.Dia melihat istrinya yang amat bersemangat. Katanya tadi, Akhirnya dia bisa lihat usaha yang dikelola oleh suaminya itu jauh sebelum mereka menikah. Siapa tau dia juga bisa diajak staycation di hotel yang di Batam besok - besok. Well, itu tentu saja, tapi mungkin setelah Highseason berakhir.Dan dia juga sempat bilang pada Istrinya itu, kalau profit tahun ini bagus, mungkin mereka bisa membuka sister hotel satu lagi di pantai Wates dekat bandara baru Yogyakarta.Dan reaksi istrinya tentu saja heboh dan bahagia sekali. Dia berharap banget kalau hal itu terlaksana.Katanya, kalau it

  • The Memories (BAHASA)    Chaps 79: The Burden

    Azra's Current POV Dia sampai rumah lagi - lagi jam setengah sepuluh malam. Lembur lagi. Dia sudah mengabari istrinya tentang hal ini, dan Icha bilang dia akan menunggu. Ida sudah dijemput Hafid sekitar jam tujuh malam tadi. Temannya itu memang selain akhir bulan, jadwalnya amat bikin iri. Masuk jam sembilan pagi dan pulang jam enam sore, idaman, sungguh! Dia membawakan Icha oleh - oleh bakmie jawa yang khas Jogja yang dimasak dengan arang. Hitung - hitung mengurangi kerinduan Icha pada kampung halamannya. Memang Icha tidak pernah bilang, tapi doa jadi suami kan harus tau diri. Masa biasanya kumpul, serumah, pas pergi nggak dikangenin. Dia melangkah ke dalam rumah dengan langkah ringan. Menemukan istrinya menonton TV sambil rebahan. Segera dia membungkuk di atas istrinya untuk mengecup dahinya, membuat Icha kaget. "Eh, udah pulang. Kok nggak denger suara mobil kamu?" Tanyanya heran. "Kamu fokus banget kali, nontonnya sampe nggak denger

  • The Memories (BAHASA)    Chaps 78: Time For Truth

    Icha's Current POV"Ada apa, Da? Kamu kenapa?"Dia bertanya sambil menggeser badannya mendekat ke arah sahabatnya yang sekarangs edang sibuk menatap apa saja asak bukan matanya. Ida menghindari bertatap mata dengan orang lain? Sejak kapan?"Da?"Dia menangkup tangan Ida yang berada di atas meja, membuat sahabatnya itu tidak punya pilihan lain selain menatap balik Icha yang ada di sebelahnya."Ada apa?""Gue... Nggak tau harus cerita apa. I do have a lot to talk to somebody. Tapi aku nggak tau sama siapa.""Kamu kan bisa cerita sama aku, Ida." Dia mengingatkan.Tapi Ida malah menggeleng dengan wajah sedih. " Di antara semua orang, justru gue paling nggak mau cerita sama lo." Hah? Kenapa? Apa salahnya? "Gue nggak pengen lo terlibat kedalam sesuatu yang se... menjijikkan ini.""Maksudnya?" Dia bertanya bingung. Tidak bisa sama sekali menerka maksud Ida akan dibawa kemana pembicaraan mereka.Helaan nafas dalam dan ber

  • The Memories (BAHASA)    Chaps 77: Accompanied by a Friend

    Azra's Current POV"Kalo kenapa - kenapa langsung telpon aku, ya." Dia mewanti - wanti istrinya sebelum berangkat ke kantor pagi itu.Icha bersandar di kusen pintu depan rumah mereka, sementara Dia berdiri di depan istrinya, memerangkap perempuan itu di antara tubuhnya dan kusen pintu depan rumahnya."Iya, jangan khawatir."Gimana nggak khawatir sih?! Kan dia lagi sakit gini. Sekarang sih sudah mendingan, dia sudah nggak se pucat saat masih di rumah sakit dan awal - awal dia pulang ke rumah kemarin. Istrinya beneran sudah baikan. Tapi kan tetal aja, rasa khawatir itu ada."Besok aku temenenin kamu seharian di rumah." Janjinya.Tapi Icha malah cemberut nggak terima."Seminggu di rumah terus nggak kemana - mana. Bosen tau. Jalan - jalan, yuk!" Dia menatap Azra dengan pandangan berbinar dan memohon, menunggu persetujuan."Tapi kan kamu baru sembuh....""Iya. Dan senen aku udah mulai kerja lagi. Kasihanilah istri

  • The Memories (BAHASA)    Chaps 76: Rebound!

    Azra's Current POVHari ini dia lembur. Bete banget, dan sepertinya besok pun dia masih harus lembur. Highseason berarti banyak tamu datang, yang berarti juga banyak pemasukan, tapi berarti juga banyak masalah karena tempat wisata hampir semuanya jadi ramai.Ada saja yang jadi objek permasalahan. Mulai hal yang serius seperti alergi yang lupa diinformasikan kepada pihak hotel atau restoran, sampai masalah ada cicak dan nyamuk di dalam kamar.Ya gimana dong, mereka liburan ke Indonesia, minta penginapan dengan konsep country natural dan tropical heaven sebagai view utama, tapi kamarnya ada cicaknya mereka protes. Namanya Hutan, ya udah bagus nggak ada babi hutan masuk kamar, yang masuk cuma cicak aja.Ada juga pasangan honeymoon yang minta twin bed alias bed terpisah. Masa ini beneeran pasangan bulan madu? Kok dia kemarin sama istrinya nggak gitu, ya? Atau mereka berantem di pesawat pas mau ke Indonesia? Jadi di hotelnya mereka diem - dieman? Nggak sayang

  • The Memories (BAHASA)    Chaps 75: This Loneliness Killing Me

    Icha's Current POVIni sudah hari ketiga dia bedrest di rumah. Kalau pagi, dia akan ditemenin Azra, suaminya itu bahkan memasak sarapan untuknya. Ya macem - macem menunya, kadang dia masakin Icha bubur, kadang cuma sandwich, kadang juga nasi goreng, atau pernah juga pas Azra kesiangan bangun dia cuma masakin Icha omelet.Padahal kalau cuma omelet mah, dia juga bisa sendiri bikinnya.Bukan dia nggak bersyukur. faktanya, dia malah seneng banget. Awalnya dia kaget memang karena Azra bahkan bisa membuat bubur. Soal rasa, walaupun nggak bisa bersaing dengan masakan Mama, tapi rasanya masih amat layak untuk dikonsumsi, kok. Dan nafsu makannya juga sudah berangsur - angsur pulih beberapa hari terakhir ini, meskipun kadang, dia masih suka mual dan muntah setelah makan.Jangan - jangan dia hamil?! Azra pernah berpikir seperti itu. Tapi Icha sudah mengetesnya dengan stock testpack yang dibelinya sejak dia awal menikah dulu. Negatif. Yah, usia pernikahan merek

DMCA.com Protection Status