“Berhenti di sana! Ini adalah area terlarang! Anda tidak dapat melewatinya, kecuali Anda memiliki izin!”
Caius, Peter, dan Sebastian sontak menghentikan langkah kakinya. Caius kemudian menunjukkan sebuah kunci kepada penjaga tersebut.
“Departemen Investigasi Kriminal, Inspektur Arlensta. Saya punya sesuatu yang perlu saya dapatkan dari ruang materi rahasia ... tentu saja, saya punya izin untuk melakukan hal tersebut,” ujar Caius berusaha terlihat meyakinkan.
Merasa gemas dengan kedua penjaga tersebut yang terlihat meragukan ucapan Caius, Peter merebut kunci tersebut dan langsung mendekati pintu tersebut.
“Saya tidak diberitahu inspektur akan datang hari ini.”
“Kurasa itu karena ini masalah mendesak.”
Peter berhasil membuka pintu tersebut. Ia kemudian berbalik, memandangi Caius dan Sebastian yang tampak tercengang dengan keberanian Peter. “Ayo cepat!”
Ketiga p
Caius mengembuskan napasnya lelah. Ia akhirnya ditahan dalam sel penjara, di tempat di mana ia bekerja. Pria bertubuh gempal tersebut kemudian meringis saat merasakan nyeri di tangannya tersebut.Suasana sel penjara tersebut cukup sunyi, membuat Caius dapat mendengar suara langkah kaki seseorang yang sedang menghampiri selnya.“ Serius deh ... kebetulan sekali hari ini adalah hari di mana teman dan keluarga diizinkan untuk melakukan kunjungan.”Caius menoleh dan mendapati Killian tengah memandanginya dengan sorot mata kasihan, “Macmillan!”“Kamu ceroboh, Arlensta,” hardik Killian dengan mata tajamnya.Caius berdecak, tersenyum miring dan mencibir dirinya sendiri, “Aku kehilangan kontrolku saat melihat Harris dengan begitu ngototnya mengatakan bahwa tidak ada bukti palsu di dalam ruang arsip.”“Aku sudah bisa menebak ini karena sikapmu itu memang seperti itu, bukan?”
Miya memandang getir surat kabar yang baru saja selesai ia baca tersebut. Di halaman utama surat kabar tersebut, memuat berita tentang skandal percintaan kepala inspektur Departemen Investigasi Kriminal Scotland Yard yang baru, Killian Macmillan. Di dalam berita tersebut, tertulis namanya, Miya Arcelia, sebagai kekasih Killian yang sangat dicintai oleh pria berkacamata tersebut.Namun, yang membuat Miya merasakan denyutan di dadanya. Terasa sakit sekaligus sesak itu, karena sang penulis berita tersebut cenderung menekankan perbedaan umur yang jauh, juga perbedaan status sosial yang bisa saja menggiring opini publik menjadi buruk terhadap hubungan mereka.Bangsawan dan kelas pekerja. Secara tersirat, kedua status sosial tersebut tidak akan pernah bisa bersatu, apa pun alasannya.Dan seketika, Miya memiliki kekhawatiran karena hal tersebut. Miya merasa takut terhadap berbagai hal. Kehilangan, tatapan rendah, serta caci maki. Namun, yang paling ia
“Untuk pertama-tama, kita harus mencari tahu pendapat publik tentangmu, Sayang.”“Bukankah sudah jelas jika mereka membenciku?”Lucian mengerjap-ngerjapkan matanya beberapa kali. Ia merasa terkejut ketika ia mendatangi ruang makan, dan mendapati Peter sedang berdebat dengan Lumiere.“Memangnya kebencian akan tetap terjalin meskipun sudah bertahun-tahun berlalu?” tanya Peter yang membuat Lumiere bungkam. “Apalagi saat ini keadaan London setidak lebih baik daripada sebelumnya. Mereka hanya merasakan kedamaian setelah melihat kita jatuh ke sungai. Mereka merasakan hangatnya persamaan ketika memadamkan api yang membakar kota. Setelahnya, semakin banyak waktu yang terlewat, mereka kembali seperti dulu. Si kaya dan si miskin, si bangsawan dan kelas rendah. Bahkan, pernikahan pun semakin diperketat.“Aku rasa tidak akan masalah jika kemunculanmu kali ini benar-benar bekerja untuk rakyat,” tam
“Kamu masih memikirkannya, sayang?”Peter menoleh, mendapati Lumiere tengah menghampirinya yang sedang duduk termenung di dalam kamar. Peter mengulas sebuah senyuman simpul begitu melihat putri kecil mereka merentangkan tangan mungil tersebut kepadanya. Peter lantas langsung meriah tubuh mungil sang putri, meletakkan Rosemary pada pangkuannya, dan membiarkan Lumiere mengisi tempat kosong di sebelahnya.“Aku masih memikirkannya,” jawab Peter seraya memainkan tangan mungil putrinya tersebut.Lumiere tersenyum tipis, kemudian menyandarkan kepalanya pada bahu kokoh Peter. “Peter, aku ... sudah membicarakan ini dengan Kak Lucius.”Peter hanya terdiam, membiarkan istrinya tersebut melanjutkan cerita. Pria bersurai kelabu tersebut ikut menyandar pada kepala Lumiere. Suasana di sekitar mereka terasa begitu romantis dan hangat. Merefleksikan keluarga hangat yang memiliki lingkungan yang baik.“Kak L
Lumiere kembali menyeka air matanya dengan wajah yang memerah karena tersipu malu. Gadis bersurai cokelat madu tersebut benar-benar dibuat malu habis-habisan karena menangis tersedu-sedu. Sudah begitu, ia menangis sekeras itu di hadapan sosok orang nomor satu di Inggris, Ratu Joan.“Jadi ... kalian hendak melakukan sesuatu untuk memberikan hukuman pada politikus Tuan Blake dan Tuan Winnight, ya?” tanya Joan seraya bermain dengan Rosemary yang berada di pangkuannya. “Dan kalian melakukannya sembari mengumumkan kembalinya Bangsawan Kriminal? Itu bukanlah ide yang buruk menurutku.”Peter mengangguk, “Kami memikirkan ini selama beberapa hari ini. Juga memikirkan tentang keinginan Lucius untuk memulihkan kembali jabatan, gelar, dan nama baiknya. Maka dari itu, kami menemui Anda hanya sekedar untuk mencegah Anda akan terkejut saat pertunjukan yang kami susun itu dimulai.”“Sebelumnya, aku akan menanyakan ini s
“Sudah kubilang, bukan? Kebencian itu tidak sepenuhnya bertahan selamanya, meskipun objek kebencian itu telah dinyatakan hilang dari dunia ini.”Lumiere mengangguk dan tertunduk karena tersipu malu. Gadis bersurai cokelat madu tersebut semakin mengeratkan pelukannya pada lengan kekar Peter. Mereka saat ini tengah berjalan menuju kereta kuda yang sudah menunggu mereka.“Kali ini, kita akan menanggung dosa bersama-sama.”Lumiere lantas mendongak, merasa terkejut dengan apa yang diucapkan oleh Peter tersebut. Mata biru secerah langit di siang hari tersebut menatap kagum pada sosok Peter yang terlihat optimis. Memang sejak dahulu, Peter terlihat begitu bersinar di mata Lumiere. Mungkin saja gadis itu jatuh cinta pada Peter sejak pertama kali mereka bertatap muka. Sewaktu di pesta Countess Aronbell. Kemudian, perasaan itu terus berkembang karena ia sengaja melibatkan Peter dengan dirinya sendiri.“Apa ... itu tida
Oscar memandangi ruang rapat yang masih sepi. Karena para anggota Dewan Parlemen belum menghadiri ruangan tersebut. Rapat akan dimulai sekitar lima belas menit lagi. Jika mengingat kebiasaan mereka, para anggora dewan parlemen, sebentar lagi mereka akan memenuhi ruangan tersebut.Sekali lagi Oscar memeriksa sekitarnya. Berusaha memastikan bahwa properti yang akan digunakan untuk ‘pertunjukan’ itu akan berjalan lancar.Perhatiannya kemudian teralih ketika terdengar suara derit pintu yang telah terbuka, menampilkan sosok para anggota dewan parlemen yang berbondong-bondong mulai memenuhi ruang rapat tersebut. Tidak perlu waktu lama, ruangan berukuran luas namun terasa sesak tersebut akhirnya terisi penuh oleh puluhan manusia yang menjabat sebagai berbagai menteri untuk membangun Inggris Raya menjadi negara yang lebih baik lagi.Suara gaduh yang ditimbulkan oleh orang-orang tersebut memenuhi ruangan tersebut. Membuat Oscar seket
Kabar tentang kemunculan Bangsawan Kriminal yang masih hidup langsung menyebar luas ke seluruh kalangan. Beberapa kelompok masyarakat, tampak bersorak senang karena kembali sang pahlawan kegelapan. Namun di sisi sebagian bangsawan, mereka tampak tidak begitu bahagia dengan kemunculan Bangsawan Kriminal.Daripada respons negatif, kemunculan Bangsawan Kriminal justru mendapatkan respons positif dari seluruh kalangan. Mereka bahkan mengingatkan kembali kepada Bangsawan Kriminal untuk tetap membela rakyat, jangan sampai kejadian empat tahun yang lalu terulang kembali.“Aku sudah bilang berkali-kali denganmu bukan? Semua kebencian tidak akan bertahan selamanya,” ujar Peter ketika melihat Lumiere yang tersenyum senang saat membaca berita di surat kabar. “Mereka justru menantikan sesosok pahlawan.”“Aku salah karena sudah mengira respons negatif yang akan kudapatkan setelah muncul nanti,” ujar Lumiere tidak bisa meny
Kedua alis Lumiere saling bertaut. Gadis bersurai cokelat madu tersebut tampaknya sangat tidak menyukai apa yang baru saja ia dengar.Inggrid Rovein, pria yang menjadi target misi mereka kali ini tersebut, sedari tadi melontarkan bualan tentang kesehatan dan sumber ketakutan manusia. Pria beralis tebal tersebut pria tersebut mengatakan, kematian merupakan sumber ketakutan palin dasar yang diderita oleh manusia. Meskipun seorang manusia telah menjaga kesehatannya, dan bahkan memiliki kekayaan yang banyak, mereka tidak dapat menghindari kematian yang kedatangannya tidak bisa diprediksi tersebut.Dan hal yang semakin membuat Lumiere merasa muak adalah, pria itu dengan santainya mengatakan bahwa, ia telah menemukan cara untuk hidup kembali setelah mengalami kematian. Perhatian Lumiere pun kini tertuju pada sebuah peti mati yang telah terbuka, menampilkan sesosok mayat seorang perempuan, usianya diperkirakan baru menginjak delapan belas tahun. Kulitnya terl
Miya, bahkan sampai Lucian pun memandang takjub kapal pesiar mewah dan berukuran besar di hadapan mereka.“Jadi ... ini adalah kapal RMS Titanic yang pernah karam ribuan tahun yang lalu?” tanya Miya seraya memalingkan pandangannya ke arah Reynox. “Kau beruntung sekali bisa ikut naik ke kapal besar itu.”Reynox berdecak, memilih untuk mengabaikan Miya. Kedua netra emasnya yang tajam itu mengamati seluruh bagian dari tubuh kapal berukuran super besar tersebut. Reynox tahu soal tenggelamnya sebuah kapal, yang kisahnya menjadi legendaris hingga ribuan tahun tersebut. Dan Reynox sendiri menjadi ragu, apakah kapal kedua dari RMS Titanic ini akan memiliki nasib yang sama seperti kakaknya, atau tidak.“Tolong antarkan barang bawaan kami di kamar nomor A12 kelas satu,” ujar Peter pada seorang petugas kapal yang menghampirinya. Setelah memastikan petugas kapal tersebut mengangkut barang bawaannya dan Lumiere, Peter meng
Lumiere membenarkan kembali letak topeng pesta yang sedang dipakai olehnya. Gadis bersurai cokelat madu tersebut kemudian memantapkan kembali hatinya, memantapkan niatnya untuk mengunjungi pasar gelap yang dikelola oleh pemerintah Inggris.“Tidak perlu takut,” bisik Peter yang memaksa untuk ikut. Pria itu membantu istrinya tersebut untuk merapikan penampilannya tersebut. “Kita hanya perlu melakukan penyelidikan, tanpa membuat keributan apa pun selain mau membeli manusia yang akan dijajakan oleh mereka.”Lumiere mengangguk, mendongakkan kepalanya untuk menatap wajah tampan Peter yang bersembunyi dibalik tudung jubah yang pria itu kenakan tersebut. “Sepertinya, setelah ini kamu harus memotong rambutmu.”“Benarkah? Sayang sekali kalau dipotong,” ujar Peter seraya menaik turunkan alisnya, bermaksud menggoda Lumiere. “Padahal kamu sangat menyukai rambut panjangku ini.”“Atau uba
“Ini informasi terkait Inggrid Rovein yang kamu minta.”Lumiere menerima satu bundel dokumen yang diserahkan oleh Ashen tersebut. Gadis bersurai cokelat madu itu langsung membacanya. Tenggelam dalam ribuan kosa kata yang tertulis di sana, menyampaikan informasi tentang sesosok Inggrid Rovein yang terasa misterius sekaligus terasa tidak asing tersebut.“Dia ... satu jenis dengan Charles Evanescene,” ujar Ashen yang membuat Lumiere dan Peter menatapnya terkejut. “Ada sedikit perbedaan di antara mereka. Charles melakukan pemerasan untuk melihat kesengsaraan orang lain. Sedangkan Inggrid ... dia murni melakukannya untuk mendapatkan seseorang.”“Hah?” Kedua alis Peter terangkat, merasa bingung dengan maksud dari perkataan Ashen tersebut. “Apa maksudnya?”“Perdagangan manusia,” jawab Ashen dengan wajah yang menggelap karena menahan amarahnya. “Inggrid melakukan hal te
Darius menggigiti kuku-kuku jari tangannya. Pria paruh baya tersebut terlihat cemas lantarana putra dan calon menantunya tersebut menghilang sejak kemarin.“Sayang, sudahlah,” ujar Viona terlihat santai memandangi jari-jari tangannya yang terlihat indah tersebut. “Mereka pasti sedang pergi ke suatu tempat untuk menikmati waktu bersama. Sebentar lagi juga mereka akan pulang.”“Ini sudah hampir siang hari, Viona!” bentak Darius yang membuat Viona tersentak terkejut. “Mana mungkin mereka pergi selama ini.”“Ya terus kita harus bagaimana? Mencari mereka? Kita saja tidak tahu mereka pergi ke mana!” Viona balik membentak, karena merasa kesal setelah dibentak oleh Darius tersebut. “Kita tidak bisa berbuat banyak untuk saat ini. Lebih baik kamu duduk tenang dan menunggu kedatangan mereka. Mereka pasti pulang.”Perdebatan mereka kemudian terhenti saat mendengar suara ketukan p
Kediaman Keluarga Wysteria, sekaligus markas MI6, digegerkan oleh kedatangan Arnold Rudeus yang membuat keributan di pagi hari. Bahkan pria bertempramen buruk itu sampai merangsek maju dan menerobos masuk. Sampai-sampai membuat Reynox harus turun tangan karena sama-sama bertubuh besar.Tujuan Arnold melakukan hal tersebut adalah, untuk merebut kembali Alyn yang diculik oleh Lucius kemarin pagi. Namun pada kenyataannya, Lucius hanya menyelamatkan Alyn dan kekejaman Arnold. Yang tidak segan-segan melakukan tindak kekerasan terhadap wanita.“Tenangkan dirimu, Bung!” bentak Reynox seraya menahan tubuh besar Arnold yang hendak menerobos masuk semakin dalam. Bahkan, Reynox harus mengeluarkan seluruh kekuatan tubuhnya agar bisa menghentikan pergerakan Arnold.“Minggir! Aku harus membawa pulang Alyn!” rutuk Arnold berusaha terus melangkah maju.“Jangan membuat kekacauan di kantorku, Tuan Muda Rudeus!”Ba
Alyn mengernyit ketakutan ketika apa yang terjadi pada hari itu, hari di mana ia disiksa oleh Arnold, kembali terlihat di matanya. Bukan hanya melihat adegan tersebut, Alyn juga mampu merasakan perasaan takut yang ia rasakan pada saat itu.Dan ketika adegan itu beralih, di mana Arnold menindih tubuhnya tersebut, Alyn tersentak dan terbangun dari tidurnya. Bahkan terduduk dalam satu kali gerakan hingga membuat kepalanya berdenyut nyeri. Dan pada saat itu pula Alyn mulai menyadari, ini bukanlah kamarnya.Alyn menolehkan kepalanya saat merasakan pergerakan pada kasur di sisi kanan. Membulatkan matanya saat melihat Lucius yang sedang menggeliat tidak nyaman, terlihat sekali bahwa tidur pria berwajah tampan tersebut terusik karena dirinya.“Sudah bangun?” tanya Lucius seraya membuka matanya, dan mendapati wajah ketakutan Alyn. “Kamu bermimpi buruk?”GREP!Lucius tersenyum lembut saat Aly
“Dari mana saja kamu? Seharian tidak pulang ke rumah dan tanpa kabar pergi ke mananya.”Tubuh Alyn membeku saat terdengar pertanyaan bernada rendah dan penuh amarah, ketika ia baru saja memasuki kediaman Baron Rudeus tersebut. Alyn mendadak kikuk, tidak tahu harus menjawab apa untuk pertanyaan yang dilontarkan oleh tunangannya tersebut.“Aku diajak pergi oleh Suster Diana untuk mengunjungi pusat kota. Karena terlalu malam ketika sampai di panti, aku menginap di sana,” jawab Alyn setelah terdiam selama beberapa saat hanya untuk mengumpulkan keberaniannya tersebut. “Maafkan aku jika telah membuatmu khawatir, Arnold.”“Kau kira aku mudah dibohongi hah!” pekik Arnold merasa geram dengan kebohongan Alyn yang mudah terendus olehnya tersebut. “Kau pikir aku bodoh? Aku mendatangi panti asuhan tempat di mana kamu berasal itu semalam! Mereka mengatakan jika kamu tidak mengunjungi mereka. Dan justru per
Tubuh Alyn kembali membeku, dengan senyuman manisnya yang melebar ketika ia kembali mendapati Lucius tengah menunggunya di depan gerbang panti asuhan. Gadis bersurai hitam legam tersebut tidak bisa menyembunyikan kegembiraannya, karena kembali bertemu dengan Lucius. Bahkan, Alyn terlihat menari-nari kecil sembari mendekati Lucius. Membuat pria yang berada di hadapannya kini itu, tidak bisa menyembunyikan senyumannya.“Sesenang itukah kamu bertemu denganku?” tanya Lucius begitu Alyn berdiri di hadapannya.Alyn mengangguk antusias, “Kita bertemu lagi, Lucius.”“Senang bertemu denganmu, Alyn.”Keduanya kemudian berjalan-jalan memutari taman, sembari menikmati jajanan pinggir jalanan untuk mengganjal perut mereka. Saling bertukar cerita, walaupun percakapan itu didominasi oleh Alyn. Namun, mereka terlihat begitu serasi dan dekat, terlihat seakan-akan mereka adalah sepasang suami istri yang masih merasakan p