‘Kamarnya?’Suaranya lenyap, kemarahan yang menyala dalam dada Beyonce tertunda saat mendapati jika kamar yang ditempatinya sekarang bukanlah kamarnya. Napasnya kian terasa sesak.Kamar yang berdesain maskulin minimalis, yang keseluruhan dinding didominasi warna krem. Satu hal utama yang membuat Beyonce kehilangan napas dan yakin 100℅ kalau pengakuan Aldrich benar adalah foto pria itu yang berdua dengannya terpajang di atas meja bufet di dekat lampu tidur. Apa? Foto berdua dengannya waktu kuliah dulu? Ternyata, Aldrich masih menyimpannya? Omong kosong dengan semua itu. Beyonce hampir kembali diperkosa Aldrich jika dia terlambat bangun. “Aku tak peduli ini kamarmu atau tidak! Pokoknya cepat keluar dari kamar ini dan jangan pernah masuk sebelum kusuruh!” Aldrich membuang napas kasar, berdiri sambil menatap wanita itu yang begitu marah padanya dan membuang muka. Berbeda dengan lima tahun lalu saat Aldrich memperkosanya, yang hanya bisa menangis. Tak ingin menambah buruk suasana hatinya
“Mama sakit, ya? Kenapa sejak tadi bersin terus dan hidungnya memerah?” Zico yang sejak awal sarapan, serius memperhatikan Beyonce dari kursinya. Sang mama terlambat bangun dan lehernya memakai syal, membuat kekhawatiran Zico menguat kalau Beyonce sakit. “Kurang enak badan saja, Sayang. Nanti berangkat ke sekolah diantar sopir dan ditemani Nenek Gema. Setelah sekolah langsung pulang, jangan ke mana–mana!” suruh Beyonce dengan tatapan yang berisi ketegasan sekaligus pemaksaan kepada Zico. Tatapannya itu pun tampak mengintimidasi Agatha, menakutkan sekali. Seolah ingin menerkamnya dan mencabik–cabik dagingnya seperti hyena. “Lalu kenapa tergesa pulang dari apartemennya paman Al kalau masih kurang enak badan? Bukankah semalam mama menginap di sana?” Bertanya, tetapi matanya mengedar ke mama–mana, sampai turun dari kursi dan melangkah seperti mencari sesuatu. “Kenapa kau bisa tahu mama ada di rumah dia? Apakah dia memberitahumu sesuatu?” Beyonce semakin kesal saja pada Aldrich, karena
Tak hanya deras, hujan pagi itu disertai angin kencang yang membuka lebar pintu depan karena belum terkunci. "Nenek, sepertinya ada yang datang!" Zico berseru dari duduknya, bangkit menghampiri Gema karena berpikir Aldrich yang datang. "Benarkah?" Gema mencondongkan kepalanya keluar, alangkah terkejutnya dia melihat jeep dikendarai seseorang menerobos pagar hingga jebol. "Si–siapa dia?"Netra Gema terbelalak, ditariknya tangan Zico sedetik sebelum dia keluar dari pintu saat firasatnya mulai buruk. "Ayo masuk ke dalam, Zico!" suruhnya panik. "Apakah yang datang paman Aldrich?"Kepala Gema menggeleng. "Bukan, tapi—"Braakkk! Gema dan Zico menjerit, terperanjat. Dia semakin erat memeluk Zico dan menyeretnya mundur ketika seseorang dari luar menendang pintu dengan kasar. "Tetap di sana dan jangan bergerak!" ancam pria itu tampak sangat marah dan menodongkan pistolnya ke arah Gema yang tubuhnya gemetar. "Hey, kau siapa berani–beraninya datang ke rumahku tanpa permisi dan berbuat ona
"Zack, kau mau apa?" Beyonce panik, ketakutan berusaha bangun ketika pria brengsek itu menarik gespernya dan membuang ke lantai dengan poros wajah cabul."Bercinta denganmu. Karena selama kau menjadi istriku, aku belum sekali pun mencicipi tubuhmu!"Gap!Zack dengan cepat merayap ke atas ranjang. Beyonce yang merangkak ke sisi ranjang lain, justru kakinya ditarik kasar."Aaaah! Lepaskan aku, Zack!" teriak Beyonce berusaha menendang wajah Zack. "Rupanya kau suka kucing–kucingan dulu sebelum beradu peluh denganku, ya? Sayang... Promise. Aku telah berubah... Setelah ini kita akan menuju puncak kenikmatan bersama, Bey!""I don't believe it!" tekan Beyonce menajamkan mata. "Tolong!"Suara Beyonce lenyap ketika telapak tangan Zack membungkam bibirnya. Kedua kakinya dijepit dengan tangaannya yang lain. "Why not baby?” Zack menatap Beyonce penuh damba. Dia mendekatkan wajahnya hendak mencium bibir Beyonce, menyadari hal itu. Beyonce langsung meludahi wajah Zack. Cuih. "Kurang ajar kau bit
"Tunggu."Perkataan Aldrich membuat perasaan Agatha dan William gelisah, saat Aldrich memeriksa pernapasan Gema. Selain tubuhnya yang penuh luka, kondisinya tampak lemah. Agatha pun menangis. "Tu–tuan, apakah bibi Gema masih hidup?""Ya, tapi ... dia sangat pucat sekali. Sepertinya kehilangan banyak darah." Lalu Aldrich menatap William. "Kau bawa bibi Gema ke rumah sakit sekarang. Biar aku yang menangani si keperat itu.""Tapi Tuan? Jika Anda melawan Zack sendiri, itu terlalu berisiko. Saya harus menemani Anda—"Mata Aldrich melotot, William pun seketika mengatupkan bibir. "Nyawa bibi Gema dalam bahaya. Jangan banyak omong dan bawa dia ke rumah sakit sekarang!" perintah Aldrich begitu marah. "Ba–baik, Tuan."William tak berani membantah, langsung mengangkat tubuh Gema ke dalam mobilnya dan membawanya ke rumah sakit. "Bey.” Aldrich menegang sangat khawatir, saat mendengar teriakan wanita itu. "Suaranya dari lantai atas. Apakah kamar Bey ada di sana?" Agatha mengangguk , Aldrich se
"Maksudnya?” Aldrich tak mau percaya diri dulu sebelum memperoleh kejelasan."Golongan darahmu itu O, jadi aku minta tolong. Bolehkah aku meminta bantuanmu... kali... Ini Al? Aku tak mau darah bajingan itu masuk ke tubuh anakku,” elak Beyonce. Beyonce masih sulit untuk mengatakan yang sebenarnya. Ia gugup sekali tak berani menatap Aldrich seraya menundukkan wajah.Ekspresi salah tingkah ini diamati Agatha dengan senyuman kecil. Ia sekarang mengerti arahnya kemana."Oh... tidak masalah. Ternyata kau masih ingat golongan darahku, aku kira kau sudah lupa," kata Aldrich santai dengan senyuman tak lepas memandangi Beyonce. Cukup lama situasi ... canggung ini terjadi. Tapi entah mengapa? Rumah sakit yang biasanya beraroma obat, berganti aroma bunga? "Terima kasih," ucap Beyonce lirih. Tapi lega sekali saat menyatakannya, tak seperti biasa dia selalu jengkel sewaktu melihat Aldrich. Apakah benteng kokoh yang selama ini membentang di hati Beyonce runtuh dalam satu waktu? Hanya karena pria
"Kau mengagetkanku Tuan Willy. Astaga!" Agatha mengurut dada, dia pikir William hantu tiba-tiba muncul."Maaf, Nona Agatha." William terkekeh, lama berkumpul dengan Aldrich dan tak pernah mendekati wanita, ia jadi lupa cara berkomunikasi yang baik dengan seorang gadis.Agatha tersenyum sambil menyisipkan anakan rambut. "Tidak apa-apa. Oia, tawaran Anda apa masih berlaku?”"Tentu, tunggulah disini dan jangan kemana-mana. Biar aku ambil mobil dulu, oke!" tutur William bergegas lari menuju parkiran."Sepertinya Tuan William baik. Tapi apa kebaikannya tulus?" Berkaca jauh, setelah kejadian Zack tadi nyatanya membuat Agatha waspada ke pria manapun. Ia menjaga jarak walau duduk berdua dengan William di mobil. *****"Bey, ini pakaian untukmu." Aldrich menyerahkan paper bag itu."Dari Agatha ya? Cepat sekali, dia kembali ke sini? Di mana dia sekarang?" tanya Beyonce sambil melihat keluar, tapi bayangan Agatha tak tampak. "Bukan, dia baru diantar pulang oleh Willy. Itu, aku yang menyuruh Wil
Senyum tak pudar di wajah Beyonce, meski mobil Aldrich tak lagi di depan mata. Tetapi, senyum Aldrich terkikis begitu melihat nama sang bibi terpampang di layar ponselnya. “Ada apa bibi menghubungiku sejak tadi?” Dia malas mengangkatnya, baginya Halves itu mengganggu. Apalagi saat ia sedang bersama Beyonce. Drrrt ….Kembali berdering, sampai William yang mulanya acuh mengintip lewat spion, terusik ingin bersuara. “Tuan, mungkin Nyonya Halves mengabarimu karena hal penting,” ucap William dari sana. Mulanya Aldrich diam, lalu mengangkatnya lagi dengan terpaksa. Sebab jika tak diangkat, telinganya mungkin bisa-bisa pengang mendengar dering ponsel itu. “Ya, Bi. Kenapa?” tanya Aldrich dengan nada malas. “....”Suara di balik telepon membuat Aldrich mengumpat isi seluruh kebun binatang. Ternyata, yang menelepon bukan Halves melainkan Veneta. Aldrich pun menutup telepon, berpikir itu hanya taktik Veneta mencari perhatiannya. “Tunggu, Al. Buat apa aku membohongimu? Sebentar, aku akan
Raiden menyeringai dengan suaranya yang tegas dan bernada mengolok. "Yang dikatakan Beyonce benar! Sayangnya kematianmu tidak akan pernah membuatku puas Zico!"Aldrich dan Beyonce mengatupkan bibir lalu berpikir sama. Kenapa sekarang Raiden bersikap jahat? Apa dia mau membalas dendam atas nama Freya? "Lalu hal apa yang Tuan minta supaya aku bisa bersatu dengan Freya?" "Meski ku minta Beyonce menikah denganku. Barulah kau bisa menikahi Freya!"Tantangan dari Raiden membuat Zico tersentak mundur, berat dia melakukannya saat melihat wajah Aldrich menunjukan kesedihan. Sedangkan di sana Beyonce diam-diam mengusap lelehan matanya saat tak sengaja tertangkap mata Freya. "Co, lakukan saja permintaan Tuan Raiden," suruh Aldrich, baginya saat ini adalah kebahagiaan anak-anaknya. "Lagi pula, aku dan Bey juga sudah lama berpisah. Tinggal meresmikannya di pengadilan."Beyonce tak tahan lagi membungkus rapat sudut matanya yang terus dihujani tangisan. Ia tahu jika Aldrich kebalikannya. "Dad
Di dalam kamar yang ditempati Freya, wanita muda itu tampak berbaring ditemani seorang perawat yang mulai memasang infus. “Suara ribut-ribut apa di luar, Suster?” Freya tak dapat melihatnya lantaran terhalang pintu yang tertutup. Hal itu sengaja dilakukan Raiden yang tidak ingin Freya tahu, tadi Beyonce sempat mendatanginya ke kamar untuk menghalanginya melakukan tindakan terlarang tersebut.“Dad juga belum kembali dari toilet?” tambahnya lagi saat perasaan nya mulai gelisah. Sebenarnya Freya juga ragu dan takut melakukan ini. Ya, selain ini pertama kali juga melibatkan nyawa. “Maaf, Nona. Saya kurang tahu soal itu," jawab suster sembari tersenyum. Freya mengangguk paham. Perawat sejak tadi bersamanya dan sama sekali belum keluar, jadi ia pasti tak tahu soal keributan itu.“Eh, tapi kalau tidak salah …," jeda sang perawat mengingat-ingat. "Tidak salah apa, Sus?" Freya yang melamun karena banyak pikiran pun lalu menanyakan itu. "Mm, sepertinya keluarga pasien di kamar pavil
“Berhenti, aku tidak mengizinkan kau melakukan apapun pada bayi kita, Freya!" Rayden, Freya dan perawat kontan terkejut karena Zico berada tepat di depan mereka saat ini. Terlebih ketegasannya mengakui kehamilan Freya merupakan ulahnya. “Kau?” Setelah menyebut Zico, Freya meringsut dan berlindung di bahu Rayden dengan ekspresi ketakutan.. Melihat itu Zico kemudian mendekatinya. “Freya, dengarkan aku. Kau percaya denganku, kan? Tolong jangan gugurkan bayi kita!”“Apa hakmu huh?!” sambar Rayden lalu mendorong dada Zico hingga pria tanpa persiapan itu sedikit terhuyung. “Freya, demi apapun. Tolong pertahankan bayi kita!” Air mata yang semula membanjiri Freya seketika surut dan dihapus wanita itu dengan kasar. Penuh kesal jari Freya juga ikut mendorong Zico sebagai pelampiasan. “Kau mengatakan ini setelah mencampakkan aku. Apa motif mu, Co?” cecar Freya penuh kecewa sebelum dia mengingat sesuatu, “Oh, jadi benar kau barter dengan Nyonya Bey tentang pernikahan papamu itu dan dia.
“Tolong!” Suara Beyonce sampai serak karena terus berteriak, Mischa jatuh di pelukan nya dalam posisi tak sadarkan diri. Ini sungguh mengejutkan, Beyonce syok hingga tak sengaja makanan yang dibawanya terlepas dari tangan. PRANG! “Sayang, bangun … apa yang telah kau lakukan ini?” Beyonce mengguncang kedua bahu Mischa agar bangun. Penyesalan di hati Ibu dua orang anak itu mencuat saat netranya tertuju pada bekas tangan yang bercap merah di pipi Mischa. Baru kali ini Beyonce menamparnya, mungkin hal itu yang membuat Mischa sakit hati dan melakukan tindakan konyol dengan bunuh diri. “Ada apa?” Zico yang berlari tiba di ambang pintu Mischa yang terbuka lebar. Matanya membelalak saat melihat dengan mata kepalanya sendiri, Mischa terkapar dalam pangkuan Beyonce dengan keadaan tidak baik-baik saja. “Co, tolong bantu adikmu?” mohon Beyonce dengan mata yang di linangi cairan basah kepada putranya terlihat memohon. Darah memang kental, sebelum Beyonce mengatakannya tuk y
"Kau mau menyogokku?!" Mischa menanyakan itu dengan tatapan sinis, berteriak seperti kesetanan pada Aldrich yang dia benci. Semua yang ada di sana pun terkejut dengan sikap Mischa yang terkesan arogan. Di keluarga Dhuarte tak ada yang berani melawan orang tua seperti itu. Sungguh Mischa sangat memalukan di mata Beyonce yang kehilangan mukanya saat ini. Apalagi sekilas Beyonce tak sengaja mendapati gurat sedih Aldrich. Bola mata pria yang pernah memberinya sejuta cinta terlihat memenuh, sebelum hilang setelah Aldrich diam-diam menghapusnya. "Mischa! Jaga ucapanmu kepada papamu!" tegur Beyonce dengan geram, mengepalkan kedua tangannya mendekati gadis itu. "Hormati dia! Paham?""Bey, sudah tidak apa-apa. Mungkin, karena kita tidak pernah bertemu jadi Mischa sedikit canggung," kata Aldrich yang tidak ingin memperkeruh situasi. Wanita yang dipanggilnya itu mengangguk, Aldrich sangat lembut jika bicara pada Zico, juga Mischa yang hanya dua kali bertemu. Kasih sayang Aldrich pada pu
“Kau be-benar Beyonce?” Halves bertanya dengan bibir bergetar. Begitupun tangannya, saat meraih wajah Beyonce untuk memastikan bahwa ia tidak berhalusinasi. Beyonce mengangguk, menyambut tangan Halves dan menggenggamnya sebelum menghamburkan diri memeluk Halves.“Iya, Bibi. Ini aku, Beyonce,” jawabnya dengan berurai air mata, semakin mendekap Halves begitu erat. Ia sangat merindukan Halves, walau dulunya Halves pernah sangat membencinya. Sedangkan Halves yang telah mendengar Beyonce masih hidup dari Zico dan Aldrich, tapi tidak melihatnya secara langsung membuat Halves kurang lega. Pasalnya, dulu istri dari keponakannya itu telah meninggal karena tragedi kebakaran. Ternyata Beyonce tidak meninggal. Sekarang Beyonce berada di depannya, Halves percaya dan benar-benar bahagia. “Aku senang bisa melihatmu lagi sayangku,” kata Halves menyisipkan kerinduannya di sela pelukan. Namun ketika tak sengaja pandangan Halves naik ke depan, dia melihat Mischa yang juga menatap Halves. Wani
"Raiden, aku ingin bicara padamu." Suara Beyonce menahan pria itu ketika akan masuk ke dalam kamar. Bergeming di depan pintu, Raiden kemudian menjawab tanpa berbalik.Pria itu mengembuskan napas kasar dengan tampak malas ia berkata, "Aku sedang lelah. Besok saja kita bicara, Bey."Tidak ingin melewatkan kesempatan bicara dengan Raiden. Beyonce memajukan dirinya berdiri di depan pria itu. Raiden pun berdecak kesal dengan membuang muka, Beyonce dapat melihat keengganan pria itu berbicara padanya dan menghindarinya belakangan ini. "Tapi ini mengenai Freya dan Zico?"Seketika mendengar itu Raiden menolehkan wajahnya menatap Beyonce dengan alis menyatu. Tampak datar membuat Beyonce menelan ludahnya susah payah. "Mengenai putramu itu yang tidak mau bertanggung jawab?" Raiden bertanya tanpa memberi Beyonce kesempatan membalas. Meskipun wanita yang pernah mengisi hatinya itu terus menggeleng—menepis semua tuduhan Raiden. "Hah, sudah bisa ditebak kalau pecundang itu pasti tidak akan p
Sarkas! Ucapan Zico bagaikan panah menembus ulu hati Beyonce yang merasakan sakit teramat dalam. Ibu mana tak sakit hati dikatakan putranya demikian? "Kenapa kau mengatakan itu, Co?" Beyonce bertanya dengan suara gemetar. Zico menyeringai, "Huh? Buat apa kau tersinggung! Bukankah kenyataannya memang begitu?!" Olokan Zico seketika membuat hati Beyonce meringis. Tapi Beyonce tak bisa menyalahkan Zico sepenuhnya, karena sang putra tak tahu kebenarannya yang ia rahasiakan. "Dengarkan mama dulu, Co?" bujuk Beyonce tapi malas didengar Zico yang menggeleng. "Cepat pergi dari sini! Dan perlu kau ingat. Aku tidak akan pernah mengabulkan permintaanmu sampai kapanpun!" tukas Zico dengan suara menggelegar hingga tubuh Beyonce berjengit kaget. Buliran bening di antara mata sayu itu pun runtuh tanpa dapat ditahan lagi. Dadanya sesak. Namun, Beyonce yang sudah bertekad datang ke sana untuk meminta pertanggung jawaban Zico menikahi Freya tak bisa ditunda. "Huh? Kenapa kau tidak pe
"Anak?" Kevin dan Yoel bersilang pandang dengan ekspresi tercengang seperti baru saja melihat hantu. Benarkah Raiden tidak berbohong? Sementara itu, Zico sendiri tampak mematung mencerna semua pernyataan Raiden saat kedua sepupunya itu menatapnya penuh tanya. Kepala Zico terus berputar-putar ke masa-masa Freya dalam jeratannya dan sempat mencoba bunuh diri. Zico terus menerus menggauli Freya sebagai pelampiasan. Mata Zico kemudian membelalak, saat pria itu teringat sesuatu yang membuatnya gelisah dan merasa lemas. 'Astaga! Sial, sial! Waktu itu, aku tak pernah mengenakan pengaman!' rutuk Zico pada dirinya yang dianggap bodoh. "Co." Panggilan dan usapan Kevin di bahunya membuat Zico sampai berjengit dengan raut masih tegang itu. "Benarkah kau... Menghamili putri orang itu? Freya yang dimaksud, apakah Freya yang mengejarmu?" tanya Kevin mencerca Zico meski ragu. Berita itu sangat menggemparkan sampai Kevin dan Yoel sulit menerima. Karena ini semua terlalu mend