Beranda / Fantasi / The Horizon of Jiu / 53. Mimpi Indah, Jiu

Share

53. Mimpi Indah, Jiu

Penulis: Sei_30
last update Terakhir Diperbarui: 2023-11-04 19:46:18

Kota Wuzhishan di malam hari cukup sepi, tidak seramai kota sebelumnya. Banyak toko yang tutup meski malam barulah tiba. Distrik-distrik kumuh juga lebih banyak tanpa ada niatan ditutup-tutupi. Udara di sini kering sehingga membuat angin malam semakin dingin menusuk tulang. Itulah kesan pertama begitu menjejakkan kaki di kota ini.

Sebenarnya ada banyak penginapan di sini. Tetapi naga pengendali angin terlalu pilih-pilih. Ia menolak jika bangunannya terlalu tua. Tidak mau jika pengurus penginapannya adalah lelaki hidung belang—Shi Jiu sampai harus menyeret paksa ketika Shenlong mau mematahkan leher pemilik penginapan karena menggoda Shi Jiu. Pemuda itu juga menolak jika biaya penginapan dan uang makan terpisah. Shi Jiu hampir frustasi karena baru kali ini naga biru terlalu banyak mau.

Sampai setelah beberapa kali bertanya pada warga sekitar, dan bolak-balik keluar penginapan. Akhirnya mereka tiba di tempat terakhir. Penginapan dengan bangunan baru dua lantai. Letaknya ada di bagian te
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • The Horizon of Jiu   54. Pertandingan Seni Bela Diri Bag. 1

    Setelah insiden kecil di malam hari, semua berjalan aman. Shenlong kembali ke kamarnya begitu Shi Jiu pulas tertidur. Kamar dua petiduran di mana Huanglong sudah nyenyak dengan posisi separuh badan di lantai dan kaki di atas. Naga biru sempat menatap sejenak sambil menatap heran. Melihat temannya ini masih belum juga menghilangkan kebiasaan jelek saat tidur. Shenlong segera naik ke atas kasur, menarik selimut setinggi dada dan memejamkan mata.Keesokan harinya, Long Wang adalah yang pertama bangun. Naga laut sudah bersiap mengetuk pintu kamar Shi Jiu. Tetapi daun pintu lebih dulu terbuka. Menampilkan sosok Jiu mengenakan hanfu berwarna hijau toska. Rambut panjangnya ia ikan setengah, lalu dicepol dengan hiasan rambut. Mata coklatnya tampak jernih serupa madu murni. Long Wang sesak napas sejenak, salang tingkah.“Selamat pagi, Jiu. Tidurmu semalam nyenyak?” sapa Long Wang sekedar basa-basi.“Sangat nyenyak sampai membuatku bangun kesiangan,” jawab Jiu seraya tersenyum malu dan kembali

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-05
  • The Horizon of Jiu   55. Pertandingan Seni Bela Diri Bag. 2

    Penjelasan singkat dari nenek penginapan semakin membuat Shi Jiu tertarik. Ia merasa akhirnya muncul kesempatan untuk melihat hasil latihannya. Tiga naga mengangguk-anggukan kepala mereka bahkan sebelum Jiu meminta izin. Terutama naga biru pengendali angin dan hujan. Bisa dibilang Shenlong sudah seperti mentor bagi Shi JIu. Mengingat sejak awal kedatangan gadis itu ke dunia ini. Shenlong sudah banyak membimbingnya hingga sampai Jiu berhasil menguasai beberapa teknik dari Shenlong dan Huanglong. Mereka berempat sepakat pergi ke alun-alun kota. Dari petunjuk brosur, lokasi tempat pendaftaran pertandingan diketahui. Terlebih menurut info dari pemilik selebaran yang Jiu dengar diam-diam. Hari ini adalah batas waktunya—sampai sore ini, itu artinya mereka harus secepatnya pergi ke sana. Alun-alun kota Wuzhishan terletak di tengah-tengah kota. Jika dilihat dari sudut pandang atas, maka tembok-tembok besar mengelilingi kota ini serupa lingkaran. Bagian atas merupakan wilayah para bangsawan,

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-06
  • The Horizon of Jiu   56. Remaja Bernama Pan

    Alun-alun kota di siang hari cukup ramai. Pedagang menjajakan dagangannya penuh semangat. Ada berbagai macam pernak-pernik khas kota, makanan pinggir jalan, dan musik jalanan. Manik coklat mengedar cepat, menikmati keramaian kota. Sesekali Shi Jiu berhenti di salah satu gerobak cemilan. Ia membeli dua tusuk sate ayam berbau rempah-rempah. Harga barang di sini bisa dibilang lebih murah beberapa yuan dari kota Xiantao. Mungkin akibat bencana musim kemarau, membuat perekonomian di kota ini lebih rendah.“Nona muda di sana!” seorang pedagang laki-laki memanggil Jiu. “Dari pakaianmu, sepertinya Nona adalah pengembara. Bagaimana, mau coba makanan ekstrim dari kota Wuzhishan?”Tertarik dengan tawaran pedagang makanan, Jiu menghampiri. Gerobak itu sepertinya menjual makanan sejenis gorengan. Bentuknya mirip ayam goreng khas Jepang, chicken karaage. Makanan yang bisa disajikan sebagai lauk maupun sekadar cemilan. Warnanya juga cantik, coklat keemasan. “Tidak ada yang aneh dari makanannya. Mem

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-07
  • The Horizon of Jiu   57. Simpati dan Empati

    “Ada apa, Jiu?” Shenlong sekali lagi bertanya, melihat gadis itu terdiam menatap udara kosong. Naga biru ikut menoleh sekitar, mencoba merasakan aura keberadaan asing namun nihil. Sekali lagi ia bertanya, “kau bersama siapa?”Kali ini Jiu menjawab pertanyaan Shenlong, “bersama seorang anak laki-laki. Tapi sudahlah, tidak penting. Dia hanya remaja aneh yang terlalu banyak energi.” segaris senyum ia berikan pada sang naga, menarik tangannya untuk segera melangkah pergi. Lagi pula sudah tidak ada urusan mereka di distrik perbelanjaan. Waktunya mencari dua temannya yang lain di area lain.“Kira-kira kemana perginya, Huanglong dan Long Wang? Akan memakan waktu lama mencari mereka di tempat baru seperti ini.” gerutuan Shi Jiu hanya ditanggapi senyum tipis oleh Shenlong. Sebenarnya tidak susah mencari keberadaan naga satu sama lain. Mereka memiliki tali penghubung kasatmata yang hanya mereka sendiri dapat merasakannya. Shenlong memejamkan mata, menajamkan panca indra. Sedetik kemudian samar

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-08
  • The Horizon of Jiu   58. Hari Pertandingan

    Dua hari berlalu tanpa ada insiden berarti sejak mereka tiba di kota. Sambil menunggu hari pertandingan akbar, tiga naga melatih Shi Jiu seperti biasa. Kemampuan gadis itu meningkat pesat lebih cepat dari manusia biasa. Hal ini sempat menjadi bahan pembicaraan antara tiga naga. Shenlong tidak ingin nantinya Shi Jiu mendapatkan perhatian tidak berguna dari para seniman bela diri. Menurut sang naga biru, belum waktunya dunia mengetahui kemampuan Jiu. Cukuplah sekali mereka mengguncang dunia dengan berita mengenai Shi Jiu adalah reinkarnasi dari Ying er. Berbeda dengan Shenlong, naga kuning Huanglong merasa sudah waktunya Jiu memperlihatkan kemampuannya pada dunia pelan-pelan. Ia mendukung keputusan gadis itu untuk mengikuti pertandingan seni bela diri. Selain menjajal kemampuan, kesempatan ini bisa menjadi pengalaman untuk Jiu. Long Wang juga memberikan suaranya meski dia terbilang baru mengenal Jiu. Naga lautan mendukung Huanglong sehingga membuat pemungutan suara menjadi dua lawan sa

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-09
  • The Horizon of Jiu   59. Awal Pertandingan

    Riuh pikuk keramaian dari barisan penonton terdengar memenuhi lapangan luas. Mereka berada di salah satu lokasi yang memang diperuntukan untuk latihan tanding maupun menyelenggarakan acara penting. Tanah luas berukuran setengah hektar, bangku panjang terbuat dari kayu disusun rapi menjadi empat baris memanjang. Di bagian depan tentu saja tempat duduk terbaik khusus para sponsor dan juga petinggi Kuil Kuda Putih. Di tengah-tengahnya terdapat batu pualam yang ditanam dan disusun menjadi persegi empat. Di sanalah arena tempat pertandingan seni bela diri berlangsung. Shenlong, Huanglong dan Long Wang duduk di barisan ketiga. Mata emas naga angin dapat melihat jelas sosok pemimpin sekte Kuil Kuda Putih. Seorang remaja tanggung berambut hitam panjang sepunggung, tanpa cahaya kehidupan dimatanya. Bocah itu lebih mirip boneka ketimbang seorang pemimpin. Begitulah kesan pertama yang Shenlong dapatkan dari Mao Niu. Setelah menunggu setengah jam, akhirnya seorang pemuda berjalan ke tengah lapa

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-10
  • The Horizon of Jiu   60. Pengalaman Tidak Terlupakan

    Suasana di arena pertandingan saat ini lengang, dua partisipan saling pandang. Seorang gadis muda melawan pemuda. Pembawa acara memberitahu kalau mereka seumuran, sama-sama berusia 20 tahun dan seorang ahli bela diri dari pelatihan mandiri —bukan berasal dari sekte manapun. Seorang pemuda berambut coklat bermata hitam dengan baju coklat gelap. Segaris senyum percaya diri menghias wajah tampannya. Pembawa acara berdiri di tengah-tengah, “Partisipan selanjutnya! Shi Jiu melawan Dou Ju!” Shi Jiu dan Dou Ju saling memberikan hormat satu sama lain. Mereka menyatukan kepalan tangan dengan telapak tangan di depan dada dan membungkuk sedikit. Dou Ju memundurkan kaki kanan, memasang kuda-kuda. Pedang di tangan kanan berada di samping wajah sementara tangan kiri posisinya lurus sejajar dada. “Postur tubuh dan kuda-kudanya bagus,” Shenlong berkomentar di bangku penonton. Huanglong mengangguk setuju, “dia mengambil posisi dimana dia bisa menyerang ataupun bertahan tergantung situasi. Pendek

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-11
  • The Horizon of Jiu   61. Kekuatan Pan

    Shi Jiu melangkah kembali ke ruang tunggu. Di sana ia disambut oleh Pan, remaja itu berseru girang, mengucapkan selamat. Kali ini tidak ada raut datar di wajah Jiu maupun tatapan waspada. Hatinya sedang senang karena berhasil menguji kemampuan sekaligus memenangkan pertandingan. “Terima kasih, setelah ini giliran kamu, bukan? Semangat!” balasnya menyemangati. “Kau tidak mau menonton pertandingan ku?” pertanyaan tiba-tiba itu mengejutkan Shi Jiu. Tidak ada televisi seperti di dunia Jiu. Sehingga para partisipan tidak ada yang bisa melihat jalannya pertandingan selain dari bangku penonton. Mereka mengetahui nama pemenang dari suara keras sang pembawa acara. Sama seperti pertandingan sebelumnya, Jiu pastinya tidak akan menonton pertandingan Pan. “Peserta dilarang pergi dari ruang tunggu sampai acara selesai, kau tahu itu, Pan.” Jiu mengingatkan. Pemuda itu mengangkat bahu, menyeringai licik. “Itu kalau kita ketahuan,” bisiknya. Belum sempat Jiu bertanya maksudnya, Pan sudah menarikn

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-13

Bab terbaru

  • The Horizon of Jiu   87. Akhir Dari Permulaan

    Sudah sejak pagi buta para warga sibuk bergotong royong. Mereka membersihkan puing-puing bangunan Kuil Kuda Putih. Beberapa rumah mengalami kerusakan akibat pertarungan. Para pedagang juga sibuk membersihkan sisa-sisa festival. Di tengah-tengah kesibukan bersuasana duka dan tegang. Seorang anak kecil menatap ke arah langit. Tidak ada yang menyadari bahwa matahari belum juga nampak. Meski langit sudah terang namun anehnya awan malah berkumpul dan berubah mendung. Tidak lama kemudian titik demi titik hujan membasahi permukaan tanah yang kering. “Hujan? Ini benar-benar hujan?!” Seorang pemuda berseru tidak percaya, menatap ke arah langit.“Demi Naga Panlong! HUJAN TELAH TURUN! HUJAN TELAH TURUN!”“Hore! Hujan! Hujan!”Seluruh warga yang ada di dalam rumah segera keluar ketika mendengar seruan dari luar. Hujan turun dengan deras pagi itu. Sebuah keajaiban setelah ratusan tahun tanah mereka tidak didatangi fenomena alami alam. Di tengah kebahagiaan para warga. Empat naga menatap dari kej

  • The Horizon of Jiu   86. Sampai Jumpa Lagi Kawan

    Ujung kaki berusaha menapak cepat demi kembali melompat. Shi Jiu memaksa tubuhnya, meraih, menyelamatkan yang seharusnya dilindungi olehnya. Semua terjadi begitu cepat, pedang menusuk hingga tembus ke sisi lain. Mao Niu terbatuk, memuntahkan darah segar. “MAO NIU!” Shi Jiu berteriak histeris. Mata emas sang naga pelindung Danau Gang membeku. Tidak mau mempercayai apa yang dia lihat. Dengan menggunakan sisa kekuatannya, ia melompat turun. Berlutut di sebelah Mao Niu bersama Shi Jiu.“Mao Niu bertahanlah… bertahanlah aku mohon!” Panlong menekan beberapa titik di daerah dada Mao Niu demi menghentikan pendarahan. “Pa-Pan…”“Tidak usah bicara, kau diam saja!”“Ti-tidak, a-aku harus bicara…,” Mao Niu menyentuh pelan punggung tangan Panlong. “Mu-mungkin ini terakhir kali kita bicara.” sambungnya lagi yang dibalas gelengan kuat dari Panlong. “Kau akan baik-baik saja! Sama seperti sebelumnya, akan aku berikan energi kehidupanku!”“Tidak, Pan. To-tolong jangan lakukan itu.” Mao Niu terbatuk

  • The Horizon of Jiu   85. Pertarungan Besar Bag. 5

    Lengang sejenak. Huanglong menatap Shenlong lamat-lamat. Jelas dia tahu manusia mana yang dimaksud. Sang kakak tidak akan membiarkan adiknya terluka, apalagi tewas. Keputusannya memiliki alasan kuat, Huanglong juga tidak ingin tahu. Apa yang akan terjadi pada dunia ini jika salah satu dari sembilan naga tewas. Suara bantingan keras terdengar menarik perhatian para naga. Ketua sekte sedang menahan Shi Kang menggantikan Huanglong. Feng Ju terbanting ke dinding, terbatuk keras mengeluarkan cairan merah. Feng Yi terlempar ke samping usai melindungi Xiang De. Qin Xiang dan Xiang De menyerang bergantian. Song Bojing dan Lai Shoushan sudah terkapar tidak jauh dari mereka. Keduanya telah kalah telak sejak beberapa menit yang lalu. Shi Kang sendiri dalam kondisi tidak baik. Efek dari Pil Keabadian hanya bertahan beberapa menit. Semakin cepat habis jika pemakai mengeluarkan kekuatannya tak terkendali. Itulah yang dilakukan Huanglong, membuat Shi Kang menghabiskan seluruh stok Pil Keabadian.

  • The Horizon of Jiu   84. Pertarungan Besar Bag. 4

    Shi Kang lompat menyerang Shi Jiu. Gadis itu dalam kondisi lelah setelah melawan Panlong. Terlebih tidak fokus, setengah tertidur semenjak Pusaka Sisik Ikan masuk ke dalam tubuhnya. Saat ini dia benar-benar tanpa penjagaan siapapun. Tidak hanya Feng Yi yang berusaha berlari mencegah Shi Kang. Tiga pemimpin sekte juga berlari ke arahnya. Berharap berhasil mencegah tragedi. Namun semua percuma, Shi Kang tetap lebih dulu tiba di depan Shi Jiu. Siap membunuh Shi Jiu yang belum juga sadar bersama Panlong dalam pelukannya. “Nona Shi Jiu!” Tepat ketika semua orang merasa putus asa. Gagal melindungi manusia paling penting di muka bumi. Mereka benar-benar melupakan satu hal. Kenyataan bahwa Shi Jiu tidak berkeliling seorang diri. Suara besar dari ledakan terdengar disusul kepulan debu dan pasir. Tepat di tengah-tengah Shi Kang dan Shi Jiu. Sosok pemuda dengan hanfu biru gelap serta berambut hitam bermata emas. Berhasil menangkap pedang Shi Kang dengan mudahnya menggunakan satu tangan.

  • The Horizon of Jiu   83. Pertarungan Besar Bag. 3

    “Kalian semua bukan lawanku!” Shi Kang menggerung marah. Seluruh tubuhnya bersinar dengan aura biru kehitaman. Kekuatan energi Ki mengalir deras di dalam tubuhnya. Membuat dia mampu melayang di udara setinggi satu meter. Qin Xiang bersama Feng Yi sejak tadi saling bahu-membahu demi melawan Shi Kang.“Pastikan dia tidak mengganggu pertempuran Nona Shi Jiu.” Qin Xiang berbisik di samping Feng Yi. Qin Xiang menghalau serangan dari Shi Kang. Pedangnya terayun kuat mementalkan serangan ke kanan. Dari balik punggungnya, Feng Yi muncul melakukan serangan balasan. Tiga kali tebasan lurus dan satu tebasan mendatar.Daya serang terlalu dangkal demi melukai Shi Kang. Pria tua itu membuat tameng transparan dengan pedangnya. Sebelum mengayunkan pedangnya dengan ringan. Mendorong mundur sang pemuda, kembali ke samping Ketua Sekte Kuil Ci’en.“Kita tidak tahu, apa yang akan terjadi jika Shi Kang benar-benar bertarung dengan Naga Panlong. Aku tidak ingin keadaan bertambah buruk jika ada kemungkinan

  • The Horizon of Jiu   82. Pertarungan Besar Bag. 2

    “Jika tidak ada niat mengalahkanku, maka diam dan pergilah, Shi Jiu!”Ekor besar bersisik sekeras baja itu memukul Shi Jiu tepat di perut. Memantulkannya ke tanah. Debu dan pasir mengepul pekat. Detik berikutnya bayangan hitam melesat. Shi Jiu lompat menyerang ke arah Panlong. Seluruh tubuh Shi Jiu bersinar kuning keemasan. Ia menebaskan pedang berulang kali hingga menimbulkan efek ilusi. Salah satu teknik yang diajarkan oleh Huanglong.“HUJAN METEOR!” Shi Jiu menyerukan nama jurusnya. Tebasan pedang berubah menjadi tetesan cahaya memanjang. Siap menghujam tanpa ampun lawannya. Panlong mendengus kasar saat menangkis serangan seperti mengibas lalat. Shi Jiu menggeram tertahan. “Hei, mengapa aku harus bertarung melawanmu lagi?! Kau sudah aku kalahkan. Cepat berikan pusakamu padaku!” Shi Jiu kembali menyerang, kali ini menggunakan teknik yang diajarkan Longwang. Dari pedangnya muncul riak air memanjang. Ini mengingatkan Shi Jiu pada salah satu acara anime kesukaannya. Seorang pembasm

  • The Horizon of Jiu   81. Pertarungan Besar Bag. 1

    Pertarungan dapat pecah kapan saja. Sebelum itu terjadi, Qin Xiang memberi sinyal kepada semua orang agar mengutamakan Shi Kang. Meski mereka ingin membantu Shi Jiu melawan Panlong. Tidak banyak yang bisa dilakukan selain mendukung. “Nona Shi Jiu! Kami mengandalkanmu, kami akan berusaha membantu walau tidak banyak.” Feng Ju melesat ke samping Shi Jiu untuk memberi tahu rencana mereka. “Setelah berhasil meringkus Shi Kang. Kami semua akan membantumu menghadapi Panlong. Selama itu, bisakah Nona bertahan?”Belum sempat mendapatkan jawaban dari Shi Jiu. Suara ledakan terdengar disusul teriakan kesakitan. Shi Jiu dan Feng Ju sontak menoleh hanya demi melihat sebagian orang terlempar. Di depan Shi Kang berdiri dua orang pemuda. “Song Bojing, Lai Shoushan?!” Xiang De berseru melihat dua pemimpin sekte. “Bajingan gila. Setelah semua yang terjadi kalian masih berpihak pada Shi Kang?!”“Sudah kepalang tanggung juga, Tuan Xiang De.” Song Bojing menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. “Kami sud

  • The Horizon of Jiu   80. Generasi Lama dan Baru

    Kemunculan naga Panlong di tengah lapangan arena mengejutkan semua orang. Penonton yang panik saling sikut-menyikut turun dari bangku. Demi menyelamatkan diri dari situasi yang mungkin berbahaya ini. Para prajurit bersama murid-murid sekte Kuil Kuda Putih bertindak cepat. Mereka segera melakukan evakuasi dan berusaha meredakan kepanikan penonton. Kebanyakan dari mereka adalah wisatawan asing dari luar kota. Berusaha dengan tertib mengikuti instruksi dari petugas maupun panitia. “Mengapa tiba-tiba ada naga?!”“Ya Tuhan, aku belum mau mati!”“Cepat jalan! Jangan malah bengong saja, Pak Tua!”Sebagian masih tertinggal di bangku penonton. Tidak seperti yang lain, bereka bergerak cepat masuk dalam barisan demi menyelamatkan diri. Tidak hanya tua-muda, lelaki-perempuan. Mereka semua yang merupakan penonton lokal. Serempak menatap takzim pada Naga Panlong.“Lihat, itu Naga Panlong!”“Puji syukur atas kesempatan ini! Teman-temanku pasti iri denganku.”“Oh, Tuan Naga! Suatu kehormatan kami b

  • The Horizon of Jiu   79. Kemunculan Panlong

    Song Bojing dan Lai Shoushan tampak gelisah di tempat duduk. Meski nama mereka tidak disebut. Tidak butuh waktu lama sampai mereka ketahuan ikut terlibat. Song Bojing berpikir cepat, mencari cara lepas dari situasi ini. Matanya melirik cemas pada Shi Kang yang terlihat tenang.Meski dia terkenal bersumbu pendek. Song Bojing masih bisa mengendalikan diri pada situasi genting seperti ini. Dia tidak meledak-ledak, lalu berakhir memperkeruh masalah yang ada. Pria itu tahu untuk diam, mengamati situasi demi menyelamatkan pantatnya. Meski begitu dia maupun Lai Shoushan merasa was-was. Padahal bukan hanya sekte mereka saja yang ikut terlibat. Kebetulan saja mereka menerima tawaran sebagai juri dan ada di sini. Mengingat ketua sekte Pedang Surga tidak ada di tempat karena mengundurkan diri tiba-tiba. Semakin membuat Song Bojing mengumpat dalam hati.Shi Kang melangkah mendekat. Ia tersenyum ramah, raut wajahnya terlihat tidak merasa bersalah. Tetua sekte berdiri tepat di depan tiga wajah yan

DMCA.com Protection Status