Share

52. BANTUAN

Author: Wika Cahaya
last update Last Updated: 2021-12-14 12:14:00

"... Kau akan membayar bantuan ini ... "

~ Ara ~

"Mbak, kau masih lama pulangnya?" aku membaca pesan yang baru saja Andre kirim.

Adik ku sudah berada di kota ini sejak dua hari yang lalu, Arnold yang mengantar dan langsung pulang esok harinya. Aru tidak tahu soal itu. Aku sengaja menyembunyikan berita ini darinya, karena tidak ingin kami saling bermusuhan lagi. Bahkan aku juga belum memberitahukan padanya jika adikku sudah berada di Condo. Aku hanya takut jika saja mereka bertemu, lalu akan ada banyak rahasia yang terbuka. Jadi untuk cari amannya aku tidak memberitahu Aru. 

"Iya masih. Ini masih jam 10 woe!" balsku pada Andre.

"Aku pulangnya nanti sore. Kenapa?"

"Oh, tidak apa-apa"

Memang kedekatan ku dengan Aru terbangun kembali, meski kami tidak lagi bertemu setiap hari karena kesibukan masing-masing dan terlebih karena setiap kali aku meminta agar di

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • The Gray Silhouette of Love   53. KENA MENTAL

    "... Satu-satunya yang tidak bisa ku curi adalah takdir ... " ~ Aru ~ Aku bisa saja masuk tanpa menekan bell seharusnya, tapi aku tidak melakukan itu karena aku menghargai privasi tamu. "Oh man, aku sudah tidak tinggal lagi disini. Kenapa juga aku masih terus saja menganggap jika ini tempat tinggalku. SIAL! Perasaan itu masih tak mudah pergi dariku rupanya" Andre membuka pintu, melihat ku dengan wajah senang. "Mas Aru" "Hai bro" aku memperlihatkan kantong karton yang berisi makanan, "Pesan antar makanan datang" aku melucu, Andre senang. "Kok tahu aku disini, Mas?" "Kakak mu mengirimiku kesini. Katanya kau bertingkah seperti bayi, dan aku harus menjewermu dengan keras" "Dasar Tia kurang ajar" gerutunya. "Jadi kau tidak mau aku disini? Oke, aku pulang" "Ehh, engak Mas... bukan begitu" "Klo begitu jaga ucapanmu. Walau b

    Last Updated : 2021-12-16
  • The Gray Silhouette of Love   54. TEKANAN MENTAL

    "... Kau harusnya mengobati lukamu, bukan menahan luka baru ... "~ Masih Aru ~"Apa yang membuatmu menilai aku harus meninggalkan Ara waktu itu? Apa yang membuatmu berpikiran jika Ara lebih pantas hidup bersamanya daripada bersamaku?"Tasya tidak langsung menjawabnya. Dia mengamatiku lebih dulu, seperti tengah menimbang keraguannya."Pertanyaan mu semakin berat, Aru. Kau sadar itu? Kau yakin kau bisa mengatasi apa yang akan ku jawab untukmu? Ada baiknya kau tidak tahu apa-apa bukan?""Ini tentang masa depan orang yang kusayangi, Sya. Aku harus tahu siapa pria yang akan menggantikan ku kelak""Kau terlalu mencintai Ara, dan itu menjadi kelemahan untukmu. Kau sadar itukan?"Aku tahu itu. Aku juga awalnya merasa aku memiliki cangkang batok kura-kura yang kuat tapi nyatanya ini cangkang telur yang mudah retak. Aku kira, aku memiliki hati yang kurasa kuat tapi ternyata sangat

    Last Updated : 2021-12-18
  • The Gray Silhouette of Love   55. BELONG WITH ME

    "... Apa sebenarnya hubungan kita ini ... " ~ Ara ~ Aku pulang, tapi rumah sepi. Aku menge-chat Aru tapi tak ada balasan, jadi aku menge-chat Andre. Dia bilang sedang di pecinan, aku menyuruh agar mereka segera pulang karena aku sudah membeli makan untuk bertiga dan aku juga meminta Andre mengatakan pada Aru untuk membelikan boba favoritku sekalian. Baru itu dia membalasku. "Boba ditempat biasanya? Tutup" Aru memberitahuku. "Apa aja deh. Yang penting es" "Ya" "Cepat pulang. Miss you" Tapi dia tidak membalasku. Mungkin dia sedang sibuk. Lima menit, sepuluh menit, dua puluh menit berlalu dan dia tidak membalas pesanku. Dia hanya melihatnya saja tanpa membalasnya. Apa dia tidak merasakan hal sama? Tadi pagi dia malah yang menggodaku dan mengatakan aku harus cepat pulang. Kenapa kini rasanya dia mengabaikanku sih? Apa Andre bicara sesuatu padanya tentang Arnold? Ti

    Last Updated : 2021-12-20
  • The Gray Silhouette of Love   56. CEMBURU

    "... Aku bahagia jika kau bahagia karena aku ... "~ Aru ~"Dre...""Ayah Ibumu semuanya sehat?" bukan itu sepenuhnya yang ingin ku tanyakan."Ya. Mereka baik" Andre menjawab biasa sambil menyiapkan piring."Syukurlah. Apa mereka membicarakan sebuah rahasia? Kenapa harus pindah ke kamarnya" pancingku dengan mengeluh seperti bocah."Ya, kurasa itu soal nasehat atau pernikahan""PERNIKAHAN, huh?"Kenapa kabar buruk itu tak kunjung berhenti mengusik hariku. Ahh, mungkin aku hanya salah paham. Semua masih belum jelas. Itu belum tentu Ara. Aku harus tetap menguasai diriku dari shock dan sakit."Siapa yang akan menikah?""Mas, kau sungguh tidak tahu?" Andre melihatku tanda tanya, "Apa dia merahasiakan itu darimu?" godanya mencandaiku."Ara? Yah, kurasa dia memang sangat menyukai rahasia dan kejutan" jawabku sambil menahan lara.

    Last Updated : 2021-12-22
  • The Gray Silhouette of Love   57. PESIMIS

    "... Bersamamu adalah ketidak mungkinan takdir yang kupaksakan..."~ Aru ~"Kau harusnya belajar dari persaanku"Tapi belakangan ini kau tidak mau lagi mendengarku, Ra. Padahal akulah yang paling dekat dan paling paham dengan perasaan cemburu itu. Semua itu tidak mudah dihadapi, rasa getirnya juga tak mudah disimpan seorang diri. Selalu ada jejaknya di wajah kita, sekalipun kita sudah berusaha menyembunyikannya."Lihat saja nanti, Ra. Kau tak akan bisa menyangkal lagi, jika cemburu juga bisa merusak diri" gumamku melepas kesal.Aku mengemas barangku, merasa tak lagi di butuhkan. Dan sialnya lagi aku merasa seperti orang yang terbuang.Begitu mudah disingkirkan. Begitu mudah ditinggalkan. Begitu mudah ditendang dan dilupakan."Mas, mau kemana?" tanya Andre."Pulang""Kirain nginep""Tidak. Aku pulang oke""Aku panggilin

    Last Updated : 2021-12-24
  • The Gray Silhouette of Love   58. SWITCH POSITION

    "... Single mah bebas .... "~ Aru ~Aku melawan rasa malasku untuk terus berada diatas ranjang, mengingat akan kedatangan Quin hari ini. Rasa malas itu disebabkan oleh luka semalam yang belum sepenuhnya pulih.Informasi mengejutkan perihal pernikahan itu masih mempengaruhi mood ku. Aku jadi tak tenang, aku tak enak tidur karena terlalu over thinking, dan rasanya apapun yang ku lakukan jadi tidak mengasyikkan lagi. Seperti, aku harus bersiap menerima kekalahan totalku dari memperebutkan Ara.Aku melirik juga ponselku yang terus saja bergetar dari tadi, tapi aku sengaja acuh menjawabnya. Aku tahu itu pasti dari Ara, tidak ada yang lain. Dia jadi begitu intens mengirimiku pesan saat aku acuh menjawabnya. Aku sedang tidak berselera menanggapinya.Aku hanya ingin menjaga hatiku dan kontrol dalam diriku mengingat kami tidak lagi bersama, dan Quin akan datang sebentar lagi. Luka ini tak

    Last Updated : 2021-12-26
  • The Gray Silhouette of Love   59. PEMANASAN HATI

    "... Masihkah hatimu terluka jika aku dekat perempuan lain .... "~ Masih Aru ~Aku lansung membawa Quin ketempat Ara. Tidak sabar ingin segera memulai permainan yang sudah terskenario di kepalaku.Tidak-tidak- tidak. Tidak ada detail sekenarionya seperti apa. Aku hanya ingin Ara juga bisa menilik dari sudutku berdiri dengan banyak ketegaran selama ini. Aku ingin dia memahami kacaunya perasaan cemburuku, aku juga ingin dia bisa memahami betapa tidak mudahnya menahan semua itu seorang diri.Semoga akhirnya dia memahami semua sikap gegabahku yang ku ciptakan saat aku dikepung rasa cemburu hingga melakukan hal ceroboh yang dia anggap itu bodoh. Karena nyatanya semua itu bukanlah hal yang mudah untuk dikendalikan dalam hati dan pikiran yang kacau. Semoga akhirnya dia memahaminya walaupun hanya sedikit. Meski hanya sedikit.Ara menyambut kedatangan Quin dengan hangat. Mereka su

    Last Updated : 2021-12-28
  • The Gray Silhouette of Love   60. INTENTIONAL

    "... Aku ditempatnya bukan lagi cinta .... " ~ Masih Aru ~ Masihkah hatinya terluka jika aku dekat dengan perempuan lain? Masihkah hatinya terbakar jika aku dirayu-rayu orang lain? Dan aku akan mengetahuinya sebentar lagi, saat api ini mulai menyulut di hatinya. "Uhh, ada yang kangen-kangenan dan bikin iri aja nih" sela Andre menimpali, "Kapan kita akan brangkat?" "Sekarang?" Quin melirik meminta persetujuan dan pendapatku. "Kau tidak lelah?" Quin menggeleng. "Bagus. Aku juga sudah mulai bosan hanya terkurung disini. Kalau begitu sebaiknya kita bersiap. Aku akan ke kamar dan bersiap" Andre bersemangat, tak ingin mengulur waktu lagi. "Kurasa, aku juga akan melakukan hal yang sama. Aku dulua ya, Ra" Kembali kami terlinggal berdua saja. "Jadi kau merencanakan pergi naik motor BONCENGAN dengannya? Kenapa? Agar kalian bisa

    Last Updated : 2021-12-30

Latest chapter

  • The Gray Silhouette of Love   131. CLOSURE

    ~ Ara ~ . . . ... Sepasang sesal ... Menepikanmu yang kurasa sanggupMeniadakanmu yang kurasa mampu Tapi bayangmu tak pernah jauh dari heningkuDan seluruh heningku tak pernah sepi darimu Jangan menyerah Karena kau masih memikatkuDan hatiku masih terpaut dekat denganmuSekalipun kau tak tahu itu benarSekalipun tak ku ucapkan dengan benar Kau tahu aku hanya berlagakKau tahu aku selalu malu berbicara cintaJadi bisakah sekali lagi kau menunggukuKuharap hatimu tak berubah padaku Sekalipun kini hanya berat yang tertinggal Dan benteng kuatku telah menemui lapukan terlemahnya berupa sesal. . . - Guilty on tuesdays - " Lyn Wen " . . I hope one day you'll come backAnd at least say hiWipe off the tears on my faceAnd give us a try, Cause I can tellYou're done with this leaving hell yeah...I can tellYou're done with what I do To keep me away from youTo keep me away from you, Every good moment has passedYou're still not hereCrying alone in my car seems to famil

  • The Gray Silhouette of Love   130. AKHIR KISAH

    "... Aku tak perlu berkorban lagi untukmu, karena kau telah bahagia ..." ~ Aru ~ . . Pernah aku terpenjara dalam jerat cinta, yang membawa arusku jadi seru dan semu, tapi aku jatuh juga dari ketinggian mencinta kedalam ulu hara, dalam perangkapnya kasih menjadi siksa. Karena itu, setelah badai tikai itu, aku memilih menutup diri. Memberinya kemerdekaan dalam hilangku. Dan kutangani sisa luka, konsekuensi dari berani mencintainya, sendiri. Tak kubiarkan orang tahu atas luka patah hatiku. Kusembunyikan kepatahan itu dari sekelilingku. Karena aku tak ingin membebankan perasaan luka yang kuterima pada orang lain, dan itulah kebijakanku. Meski itu tak mudah, aku berhasil membuatnya terlihat begitu. Serupa seperti tak berlinang air mata. Serupa hatiku tak retak karena terluka. Padahal diam-diam akupun menangis dalam sembunyiku. Di kamar mandi, atau dibilik kamar redup lampu. Lantas pura-pura tidur saat ada yang mendekat. Sebab aku tak punya alasan benar, menunjukkan pedihku pada mere

  • The Gray Silhouette of Love   129. PILIHAN vs TAKDIR

    "... Biarkan hatimu menuntun maunya, tapi ijinkan takdir yang memutuskan jawabnya ... " ~ Ara ~ . . "Ara, aku bertemu dia. Kami bicara. Tentu aku melihat apa yang tak bisa kau lihat darinya, Ra" "ARU TAK BAIK, RA." "TIDAK. Dia harus baik-baik saja. Harus!" "Yah, tampaknya memang begitu" "Tampaknya?" "Mau menggeser sedikit saja persepsimu akan kebencian Aru padamu itu?" "Tak yakin!" "Bagaimana jika kepergiannya itu bukanlah atas dasar kebenciannnya? Mungkin saja itu sesuatu yang lain" "TIDAK. Itu harus benci. HARUS!" "Dan bagaimana jika yang kau lihat benci itu, mungkin, sebenarnya hanya bentuk lain dari luka? Mungkin itupun bentuk dari defensif Aru dalam melindungi hatinya. Bukan benci" "Kenapa begitu?" "Aru bisa saja menjadi brengsek waktu itu. Dia bisa merusak pernikahanmu sebelum takdir melakukannya. Tapi alih-alih begitu, dia malah memilih mundur. Menarik semua kedekatannya darimu tanpa menciptakan kegaduhan, Ra. Jadi Apa tindakan itu mencerminkan kebencian?" Aku m

  • The Gray Silhouette of Love   128. FATE

    "... Takdir memaksa kita mengerti dan menerima keadaan tak baik kita, meski kita tak ingin... " ~ Ara ~ . . - THE WEDDING - Aku baru selesai dirias dan Tasya masuk. "Woooh.. who's this gurl? So gorgeous!" "Thank you" Aku senang menerima pujian itu. Meski hatiku juga merasakan getir gelisah yang lain. "Bagaimana rasanya jadi mempelai?" "Nervous, I guess?" "Kurasa akupun akan begitu saat diposisiimu. Wajar, Ra. Itu gerogi yang baik" "Kuharap begitu. Tapi lebih dari itu. Aku sangat bahagia. Akhhirnya Sya... Akhirnya!" "Umh, I'm so happy for you too" Sudut mata kami mengeluarkan embun haru. Tasya lalu memelukku. "Okay-okay, ini hari bahagiamu dan aku tak ingin riasanmu rusak karena kebahagiaan ini" Kami menghapusnya. "U

  • The Gray Silhouette of Love   127. RUMPANG

    "... Kau mungkin bahagia, tapi benarkah itu kebahagian yang ingin kau jalani ... "~ Ara ~.."Tasya?""Surprise!"Dia memelukku."Katamu besok?""Tidak jadi. Aku mempercepat segalanya""Masuklah!""So, how's your life Ara?""Seperti yang bisa kau lihat. Baik!""Kau menjawab persis seperti seseorang" gumamnya, "Kau sedang sibuk?""Tidak""Apa yang akan kita lakukan hari ini?""No shopping, karena kau pasti masih jetlag. And I'm not about going anywhere. Jadi kurasa kita hanya perlu disini saja""Good girl. Kau sangat memahamiku!""O-ya, kau jadi ketempat Zein?""Ya""Dia mengusirmu?""Tidak. Dia berubah menyenangkan""Uh, impresif. Kalian membicarakanku?""Sedikit. Oh, iya, kau mau minum apa?""Tak perlu repot. Aku bukan tamu istimewa""Aku k

  • The Gray Silhouette of Love   126. SELESAI

    "... Cinta itu telah berakhir ..."~ Aru ~.."Berjuang lebih keras, Aru!""Kau kira kenapa aku bertahan dalam sengsara itu jika bukan untuk berjuang?""Sudah Tasya! Aku mencoba segala yang kubisa. Dari memprovokasi cemburunya, memperbaiki emosiku, hingga bersikap manis padanya untuk mendapatkan lagi hatinya. Tapi Arnold yang selalu menang. Kau hanya tak tahu usahaku itu!"Dia termenung."Aku berupaya hingga tak punya cara lain lagi selain menyudahi keegoisanku untuk memilikinya seorang diri.""Huhf..." helanya."Aku pasti jadi psycho jika diposisimu. Kau harusnya gunakan emosi kesalmu itu untuk memukuli seseorang. Jangan diam saja dan malah lari!"Aku terhibur mendengarnya.Apa dia tak tahu aku memukul Ara waktu itu?"Kau pernah punya pikiran jahat? Seperti psycho?""Mungkin""Sungguh? SESAIKO APA?""Mungkin karen

  • The Gray Silhouette of Love   125. PSYCHO

    "... Rasanya aku ingin membunuhnya saat melihatnya pamer bahagia, sedang aku menahan nyilu dan cemburu ..." ~ Aru ~ . . Aku terdampar dalam sebuah kemegahan asing dalam duniaku. Tapi ini bukan ilusi. Aku duduk merenung, menikmati nyaman yang belum pernah kunikmati begini sebelumnya. Membahagiakan. Aku menghirup aroma cappucinoku, sebelum mengecap bagaimana rasanya. Dan benar rasanya istimewa, seperti harganya yang bisa membuat dilema kepala orang biasa. Tapi disinilah aku kini, mengagumi soreku yang biasanya tak selalu indah. Tapi kini berubah begitu menawan dalam sekedip. Aku menyesap lagi gelas kopiku, sambil menunggu dengan santai seseorang yang telah membuat janji temu denganku. Dudukku mulai menyila, tapi bosan masih jauh dari pikiranku. Meskipun kini aku terkurung di lantai 122, diketinggian ratusan meter, dalam atmosfer megah restauran kelas dunia, di Burj Khalifa.

  • The Gray Silhouette of Love   124. JALAN KELUAR

    "... Itu pilihan, ingin menjadikannya ujian dalam cinta atau takdir dalam cintamu... "~ Ara ~ . . Kenapa aku sendiri masih terus ragu dengan apa yang Zein tuturkan barusan. "Ara, kau masih mencintainya, kan?" "Entah Zein!" "Apa kau tahu, ragu adalah bagian dari iya yang belum disetujui lewat kata""Yang kutahu, aku tidak kesini untuk membahas hal seperti itu" "Benarkah? Apa kau pikir hanya dengan modus mengembalikan ini, aku lantas percaya? Tidak Ara. Aku tak sebodoh itu!""Kau terlalu berlebihan Zein""Menyangkalnya membuat hatimu lebih baik?""Zein, Aru membenciku!""Maksudku dia masih membenciku, kan?" aku mencari defensif lain."Ya, benar. Dia membencimu hingga tak ingin lagi melihatmu. Hingga ingin menguburmu. Hingga ingin menghilang darimu. Dan itu benar, dia membencimu"Hatiku terluka mende

  • The Gray Silhouette of Love   123. CLARITY

    "... Mengapa orang lain bisa melihat cintaku dengan jelas, tapi aku tidak ... "~ Ara ~ . . Ada banyak hal yang ingin kusampaikan saat berada dalam masa perenungan lalu. Karena kehilangan Aru membuatku tak seimbangan. Tapi setiap kali menatap wajah penuh lukanya, akupun kehilangan cara untuk membela diri dari kekacauan yang kubuat sendiri. Kalimatku lenyap, bibirku terbungkam. Aku tak bisa menyanggah kalimat penuh lukanya karenaku. Dan karena itu, yang terlintas hanya perasaan sesalku, jadi alih-alih membela diri, aku lebih ingin meminta maaf.Tapi Aru selalu tak ingin mendengarnya. Dia tak ingin mendengarnya, seberapapun aku merasa bersalah padanya.Tapi menyumpahiku gagal menikah adalah hal yang paling tak bisa kuterima. Dan itu sangat melukai hati terdalamku.Begitulah aku menyerah pada akhirnya. Karena mungkin dengan membiarkannya pergi, itu menghinda

DMCA.com Protection Status