Matanya masih bengkak saat Milly menyapa Maxer pagi itu. Sahabatnya mulai bisa bergerak dan beraktivitas seperti biasa walau masih dengan gerakan perlahan. Jahitan dari ujung pundak kiri hingga ke kanan itu seperti menceritakan, bagaimana kejinya percobaan pembunuhan yang Maxer alami.
“Kamu nangis lagi,” ucap Maxer lirih seraya memakai kemeja tanpa bantuan siapa pun.
Hanya baju dengan model kemeja yang bisa Maxer pakai tanpa meregangkan ototnya.
Milly mengancingkan kemeja dan tidak menjawab lontaran kalimat dari Maxer.
“Mill …,” panggil Maxer.
Matanya sendu dan menatap Milly dengan wajah prihatin. Wanita yang menjadi satu-satunya saudara tanpa ikatan darah itu tersenyum lembut.
“Cuman kesel aja sama situasi kita sekarang. Nggak tahu siapa yang punya niat jelek, sampe tega mau bunuh kita berdua.”
Jawaban Milly tidak Maxer percayai begitu saja. Namun pria itu paham ada sesuatu yang terjadi pada
Milly dan Jetro menghadiri pesta yang ternyata jebakan untuk membunuh pria yang selama ini menjadi musuh para pebisnis kotor. Mereka sengkokol dan mencoba merebut sumber kekuatan Jetro, yang Milly sendiri baru ketahui! “Tuan Six, terima kasih sudah memenuhi undangan kami malam ini!” sapa pria yang ternyata menjadi pemimpin penyerangan tersebut. “Lancey! Seharusnya kubunuh kau sedari dulu!” desis Jetro dengan geram. Milly yang mundur dan ketakutan akan wujud Jetro yang kini sepenuhnya tampil sebagai iblis keturunan Asmodeus, mencoba menguasai diri. “Jangan jauh-jauh, Milly!” bentak Jetro. Dengan terpaksa dan gemetar, wanita itu kembali mendekat. “Milly Berliana. Diakah wanita yang diinginkan oleh semua pria?” ucap Lancey sembari membuka kain penutup wajahnya. Milly memekik kecil melihat wujud Lancey yang tidak jauh beda dari Jetro. Kulitnya merah dan tanduk kecil mencuat dari dahinya. “Apa maumu, Setan Kecil?!” bentak Je
Angin laut yang dingin dan berembus kencang, membuat tubuh Milly menggigil. Bajunya basah dan tidak mampu menahan rasa dingin yang menggigit. Dengan sekuat tenaga, Milly menarik tubuh besar Jetro yang mulai kehilangan kesadaran penuh dan terkulai tanpa bergerak.“Jangan mati, Jetro! Kumohon jangan tinggalkan aku sendiri!” isak Milly dengan sesegukan.Sementara sedu sedan terlontar, Milly mengerahkan semua tenaga dan kekuatan untuk memindahkan tubuh pria yang menjadi satu-satunya teman saat ini. Akhirnya dengan hati gundah dan mencoba untuk menguasai diri, Milly berhenti lalu menatap ke sekeliling pantai yang sedikit terang dari cahaya bulan sabit.Ada sebuah gua yang entah aman atau tidak, dan mereka bisa berteduh di sana. Semangat Milly kembali bangkit dan menyeret tubuh Jetro dengan lebih kuat lagi. Setelah berjuang selama satu jam lebih, akhirnya ia berhasil membawa mereka ke mulut gua. Walau ragu dan tidak yakin tempat itu aman, Milly tidak ada p
Istilah yang paling bisa Milly gambarkan saat ini dengan pengetahuan sederhananya adalah satu kalimat: bertahan hidup. Kalimat ‘survivor’ atau penyintas, mungkin tidak akan pernah terlintas dalam benaknya. Kecerdasannya ia pikir sangat terbatas karena tidak mendapatkan kesempatan untuk menyelesaikan sekolah menengah dan Milly hanyalah lulusan SMP saja.Merasa kurang percaya diri dan tidak meyakini jika dirinya tergolong pintar, mendorong Milly untuk, hampir, tidak pernah menggunakan otaknya untuk mencari nafkah. Semua jalan keluar yang tercetus adalah dua hal saja. Otot dan tubuhnya.Namun saat menghadapi situasi saat ini, Milly tanpa sadar menjalankan sesuatu yang diluar kebiasaannya. Wanita itu mulai berpikir dan mencari jalan keluar untuk memanfaatkan alam sebagai solusi.Tiga hari berlalu dan terasa lambat. Sementara Jetro belum kunjung siuman, Milly akhirnya menghabiskan waktu untuk mencari banyak hal. Dengan cekatan dan kreatif, Milly membuat t
Braak!! Pintu itu ditendang dengan keras hingga hancur di tengahnya. Virgo melesak masuk sendirian dengan wajah garang dan raung kemarahan terlontar. Kantor yang ada di lantai lima belas tersebut menjadi porak poranda dan berantakan. Seluruh manusia yang ada di dalam, sontak lari tunggang lenggang. Bagaikan binatang yang sedang lepas kendali, Virgo tidak lagi peduli siapa yang ada di hadapannya. Pedangnya melibas dengan cepat dan menumbangkan manusia yang ada di sekitar. Kantor milik Greta, wanita yang mengundang Jetro untuk datang ke pestanya, kini menjadi lautan darah. Jerit tangis dan ratap pilu terdengar. Mereka yang selama ini menjadi kaki tangan Greta dalam menjalankan bisnis kotor dan telah Jetro peringatkan berkali-kali, akhirnya harus menerima akibat yang fatal. Tidak ada lagi yang Virgo sisakan. Kepergian Jetro yang tidak ada jawaban, membuat pria itu kalap. Keyakinan karena ini adalah andil Sybil dan juga seluruh antek-anteknya, mak
Tubuh dua sosok manusia dengan beda latar belakang itu masih tergeletak dan lelap dalam tidur. Jetro dan Milly, masih terdampar hingga seminggu lebih di pulau kecil yang keduanya tidak tahu ada di mana.Jetro akhirnya terbangun lebih dulu. Matanya terbuka dan ia terjaga penuh. Pertama kali yang ia lihat adalah seraut wajah mungil yang masih terlihat menawan, meskipun terlantar di alam bebas selama berhari-hari.Hanya bibirnya saja yang terlihat mengering dan kulitnya agak sedikit gelap. Namun Jetro justru menyukai warna kulit Milly yang sekarang. Warna buah peach terang yang eksotik dan menambah daya tarik tersendiri baginya.Ah, batin Jetro mengelepar dan luruh ke dalam pesonanya.Milly selalu berani dan mau memperjuangkan hidup, meski tangan kecilnya kadang terkekang oleh keadaan.Apakah ada keberanian dari Jetro mengungkapkan isi hatinya nanti?Didorong oleh keinginan untuk tidak membiarkan situasi ini berlarut, Jetro memejamkan mata, men
Virgo mengejar pria yang melesat dengan kecepatan tinggi di depannya. Tidak lagi mengendurkan ayunan kakinya, Virgo terus menerjang maju. Kali ini, dirinya harus berhasil mendapatkan Lancey keparat!Adik Jetro yang terlihat sangat cekatan itu melompat dengan lincah, melewati atap-atap rumah. Virgo mulai mengerti bagaimana Lancey mengatur kecepatan kakinya. Menggunakan ujung tapak kaki sebagai pijakan utama, Lancey tidak butuh waktu lama untuk mengambil ancang-ancang.Virgo kini memikirkan untuk menyasar tumit pria itu, hingga Lancey kehilangan keseimbangan. Sementara berlari, Virgo mencabut busur yang ada di punggungnya dan juga anak panah. Matanya membidik dengan tepat, titik yang ingin ia tuju.Dalam hati, Virgo menghitung dan siap melepaskan anak panah.‘Virgo! Kau dengar aku?’Mendengar suara Jetro yang bergaung dalam kepalanya, hampir membuatnya terjungkal. Virgo berhenti dan memastikan jika itu adalah Jetro.‘Jetro?&r
I would die for youLay down my life for youThe only thing, that means everything to meCause when you're in my armsYou make me prouder thanAnything I ever could achieveAnd you make everythingThat used to seem so bigSeem to be so small since you arrived*Milly termenung menatap derai hujan dari balik kaca jendela. Lagu yang lembut mengalun mengisi gendang telinganya dan benaknya merekam dengan baik, kata demi kata. Setelah mendapat semua hal yang ia alami selama beberapa waktu dengan Jetro di pulau, Milly merasakan ada yang berubah dalam dirinya sendiri.Hal yang paling tidak ia inginkan adalah menjadi lemah. Milly ingin bangkit menjadi wanita tangguh dan bisa membela dirinya sendiri.Bunyi bel berdentang dari depan, Milly menoleh dan melihat Trey dengan sigap membuka. Jetro dan Virgo masuk. Wajah keduanya sangat serius dan Maxer yang tadinya duduk dengan santai, segera bangkit berdiri.“Rosco be
Menghabisi satu persatu musuh yang kian waspada, ternyata jauh lebih mudah dengan bantuan dari seorang Milly.Ambisi musuh mereka yang tidak hanya ingin mengalahkan Jetro, jelas tersirat dalam pengakuan jebakan yang Milly berhasil korek dengan mulusnya.Pria-pria setengah iblis tersebut, terlena dalam pesona wanita.Usai menyelesaikan rencana mereka seharian, Milly menikmati waktu santai di depan teras kamarnya. Dari balkoni, Milly melihat Minerva yang berjalan dengan cepat, sementara menenteng sekeranjang kecil strawberry.Mungkin ini momen yang tepat untuk mengajaknya bicara.Langkahnya langsung menuju ke arah dapur yang sangat luas dan menemukan Frey, Trey dan Minerva sedang asyik berbicara dengan bahasa isyarat.Maxer bahkan ada di sana!Mendadak dirinya merasa tersingkir. Kenapa dirinya tidak bisa mendapat perlakuan itu? Apa kesalahan fatal dari sikapnya, membuat ia layak diasingkan?Minerva
Kapal pesiar yang sedang menyelenggarakan pesta pernikahan Virgo dan Joya itu tampak dihadiri oleh ratusan, bahkan mungkin ribuan tamu. Semua tampil dengan baju mahal dan elegan. Masing-masing tidak menyembunyikan diri dari wujud aslinya. Para siluman, manusia keturunan iblis, dan juga makhluk unik lainnya menunjukkan diri mereka yang sesungguhnya. Milly duduk dengan mempelai wanita, Joya, Gen, Trey dan Minerva juga Greta. Wanita tambun yang terlihat mulai bisa berbaikan dengan Jetro dan Virgo itu, terlihat ingin mengenal Milly lebih dekat lagi. Hidangan mewah terhidang terus menerus tanpa berhenti. Sementara minuman yang mahal, seperti sampanye dan wine, juga mengalir non-stop. Virgo menyalami satu persatu kawan lama yang sudah lama tidak ia temui. Mereka sangat terkejut ketika melihat Virgo akhirnya menjatuhkan pilihan pada seorang wanita cantik yang sangat eksotis. Ketika pembawa acara mengumumkan mengenai sambutan dari mempelai wanita, Mil
Pagi itu, Milly terbangun dan jam sudah menunjukkan pukul delapan pagi. Tidak biasanya ia terbangun lambat.Ia menyibakkan selimut yang menutupi tubuhnya dan beringsut turun. Setelah mengingat ingin segera memeriksa kondisi Jetro, ia bergegas menuju kamar mandi.Tadi malam, Milly sempat menengok sebentar sebelum tidur. Betapa batu permata ajaib itu memang bereaksi sangat cepat pada Jetro. Tubuh pria yang tadinya mengalami sakit parah dan tinggal kulit yang membalut tulang, kini mulai mengubah Jetro kembali seperti sebelumnya.Sangat mengesankan!Harapan Milly, semoga pagi ini Jetro sudah pulih seutuhnya. Setelah berganti baju, Milly merapikan tempat tidur. Meski Frey selalu membongkar dan merapikan kembali, tapi Milly tetap merapikan setiap harinya.Sebelum keluar dari kamar, ia mematutkan diri di depan kaca. Pantulan bayangan yang di depannya, membuat Milly tersenyum.Baju terusan sederhana dan sedikit longgar ini, dengan kancing kecil dari
Ketika memasuki ruangan yang tampak terang itu, Milly melihat semua hadir. Bahkan pilot dan sopir Jetro yang tidak pernah nimbrung juga ada di sana.Virgo memberi isyarat pada Minerva untuk mendekat. Jetro dalam posisi duduk menatap Milly dengan wajah pucat. Matanya cekung dan tulang pipinya tampak tirus.Pria gagah yang pernah Milly kenal berubah menjadi mayat hidup, yang tinggal tulang belulang berbalut kulit.Minerva dan Virgo berdiri berhadapan, sementara saling berpegangan tangan. Entah apa yang mereka gumamkan, tapi Milly mendengar dengung halus seperti mantra terlontar dari semuanya. Trey memberikan tabung kaca yang berisi Blood Diamond sebesar bola kelereng itu, lalu memberikan pada Frey.Sementara dalam hati ia terus bertanya dan menebak rentetan pengembalian batu ke dalam tubuh Jetro. Frey mengambil batu tersebut lalu mendekati Jetro yang tersenyum tipis kepadanya.Tidak pernah Milly duga sebelumnya, jika proses tersebut akan begitu memil
Setelah kembali ke pulau pribadi Jetro, Milly hanya duduk termenung dengan wajah melamun. Koper dan semua benda miliknya yang baru saja Maxer letakkan di kamarnya belum tersentuh sedikit pun.‘Kenapa aku menjalani kehidupan ini?’ batin Milly masih tidak mengerti bisa terjebak dalam kehidupan seperti ini.Pikirannya kembali terbayang saat merunut semua perjalanan hidupnya dari pertama bertemu mereka semua.Waktu remaja, bukan ini yang ia cita-citakan untuk terjadi. Bahkan ketika menjalani profesi sebagai pelacur pun, Milly tidak pernah memiliki imajinasi akan berada dalam lingkungan para siluman, monster, bahkan iblis.“Aku adalah manusia yang tidak pernah menginginkan hal besar terjadi dalam hidupku. Aku bukan wanita serakah. Tapi kenapa alur hidup bisa sedemikian rumit?” gumam Milly pada dirinya sendiri.Wajah cantiknya menengadah dan memandang langit-langit kamarnya.Pertama kali ia datang tiba di kamar ini, dirinya
Milly memandang wajah Prana sepuasnya. Mungkin ada sekitar satu jam ia membiarkan dirinya menangis serta mengenang masa lalu mereka.Tidak terpikir dirinya akan menjadi malaikat maut, penjemput jiwa bagi Prana.Tidak juga terbayang jika Prana menyerahkan nyawanya dengan sukarela, tanpa perlawanan.Benarkah masih ada bentuk cinta yang masih sedemikian tulus dan segila ini? Memberikan nyawa demi yang dicintai?Akhirnya pintu terkuak dan Joya masuk lebih dulu.“Mill,” panggil siluman ular yang telah menjadi sahabatnya itu pelan. Joya terlihat prihatin dan tegang.Wanita yang dipanggil namanya menoleh dan kembali menangis. Joya berlari mendekat, lalu bersimpuh di hadapan Milly.“Aku tidak perlu menjadi pembunuhnya secara langsung, Joy. Dia menyerahkan nyawanya tanpa perlawanan,” adunya Milly seperti ingin meluapkan sesal yang menghimpit dadanya.Joya memeluk Milly dan mengusap punggung dengan lembut.
Makan malam yang mungkin menjadi akhir dari hidup Sybil atau Prana, dipenuhi keheningan dan isak tangis pelan yang terlontar dari Milly.“Jadi hatimu lebih memilih Jetro ….” Prana seperti berkata pada dirinya sendiri.Milly masih membisu dalam sedu sedan.“Seharusnya aku sadar dan tidak memaksakan kehendakmu. Maafkan aku, Mill. Telah membuat hidupmu seperti di neraka dunia.” Prana menitikkan air mata pertama dan menatap Milly dengan kesedihan juga penyesalan mendera.“Di luar semua kekejian yang telah kulakukan padamu, satu hal yang ingin aku kembali katakan padamu, Mill Berliana. Aku sangat mencintaimu melebihi nyawaku sendiri. Seandainya untuk membuktikan seberapa besar perasaan ini harus menyerahkan napasku, aku rela.”Milly menutup wajah dengan kedua tangannya.Dengan gerakan perlahan, Prana meraih sendok dan garpu, lalu kembali menyuap makan malam. Kunyahan itu diiringi derai air matanya.
Semua makanan telah terhidang. Sementara menunggu Gen yang sedang mandi, Milly yang terlebih dulu selesai menata piring dibantu oleh Made.“Mbok, kalo mau ikut makan sekalian yuk?”Made buru-buru meminta maaf.“Saya malah nggak enak, karena lupa beli kue ulang tahun buat bapak. Kayaknya, saya pamit duluan deh, Bu,” cetus Made terlihat sungkan.Milly membeku sementara berdiri memegang sendok dan garpu yang akan dia susun.“Ulang tahun Prana?” ulang Milly dengan ekspresi kaget.“Iya. Ibu lupa ya?” goda Made dengan senyum jenaka.“I-iya. Ya udah nggak apa-apa. Kita rayakan dengan makan malam yang ini aja,” tukas Milly dengan senyum kikuk. Rasa bersalah memenuhi benak Milly dan ia menjadi makin salah tingkah. Sesekali ia melirik ke arah makanan dan tampak bingung sekaligus gugup.Tegakah hatinya melakukan ini pada hari ulang tahun Prana? Hari perayaan kelahiran, akan menja
Suasana villa seperti biasa tampak sepi. Milly meminta Gen menemani dirinya dan setelah masuk ke dalam, Made menyapa mereka dengan ramah.Ada beberapa pegawai lain yang sedang membersihkan kolam renang dan juga taman di tengah villa. Milly melemparkan sapaan seperti biasa.“Kamu tunggu aku di sini, masuk aja ke kamar. Nggak dikunci,” ucap Milly.Gen menatap Milly dengan pandangan yang agak khawatir.“Hati-hati,” peringatnya.“Aku akan baik-baik aja.” Milly tersenyum kecut dan mengangguk.Setelah menarik napas, ia melangkah ke arah bangunan utama di mana Prana berada. Mobil merah sport ada di garasi, ini menunjukkan jika Prana ada di rumah .Ketika ia menggeser pintu sliding itu, Prana segera menoleh dari arah meja bar yang jadi satu dengan ruang bersantai mereka.“Milly,” sambut Prana sedikit kaget karena Milly kembali dua hari kemudian. Sebelumnya, ia meminta tiga hari untuk meng
Mendung mengelayuti langit Bali sejak pagi. Hampir keseluruhan langit gelap melingkupi pulau dewata. Prana berdiri menatap ke luar sementara penampilannya kusut. Jendela kamarnya berembun, seperti mata cokelatnya.Pria tampan yang termenung sendiri itu terlihat putus asa. Tidak ada sinar di matanya. Raut wajahnya semendung langit, tanpa cahaya. Entah sudah berapa lama, Prana membiarkan dirinya tersiksa dalam deraan kasih tak sampai.Kilasan peristiwa buruk bergantian mengisi benaknya. Hingga momen bertemu Milly untuk pertama kalinya di halte, Prana masih bisa merasakan debar hatinya yang jatuh cinta pada pandangan perdana. Gadis itu tampil dalam wujud menawan, begitu mempesona. Pipinya yang bersemu merah karena terkena panas, justru menambah kecantikannya.Mata lentik dan bibir mungil penuh yang terbentuk dalam lengkung sempurna itu sangat pas menghiasi wajah ovalnya. Kulit putih halus menawan, tanpa cacat dan noda. Milly adalah makhluk paling sempurna bagi Pran