Awal mulanya menjadi wanita Jetro terasa menyakitkan. Perkawinan kontrak yang tidak pernah ia inginkan terjadi dan Milly mencoba mengadaptasi semua kehidupan bersama Jetro Six. Setiap mereka bercinta, wanita itu mencoba untuk tidak terlena dalam pesona sentuhannya. Milly mencoba menghindar dari perasaan yang tumbuh dalam hatinya untuk Jetro.
Namun, lambat laun cinta itu menguasainya. Milly semakin melihat pria yang tadinya ia anggap brengsek itu dari sisi lain.
Sayangnya, semua harus berakhir kembali menjadi rasa yang menyakitkan jiwanya.
Jetro mendorongnya untuk menjauh dan menyangkal bahwa Milly adalah wanita yang istimewa untuknya.
Kini, secara terang-terangan di depan umum Jetro memamerkan kemesraan dengan perempuan lain. Milly tidak mampu menahan diri dan akhirnya secara memalukan melakukan hal paling frontal selama hidupnya sebagai perempuan.
Melabrak Jetro!
“Aku nggak pernah nyangka kamu bakal merendahkan diri di depan Jetro dan
Semua hal yang bisa Jetro ingat dan rasakan adalah penyesalan yang berbalut gengsi.Terlalu besar rasa enggan dalam dirinya untuk mengakui bahwa sesungguhnya hatinya memang memilih Milly Berliana.Bahkan ketika dunia memberi julukan pada Milly sebagai ‘Nyonya Sang Iblis’ pun, Jetro masih belum mengakui hal tersebut.Apakah seangkuh itu seorang Jetro Six?“Ada apa denganmu, Jetro?!” pekik Bella yang mulai kesal karena Jetro menolak untuk bersenang-senang dengannya.Anne yang sudah mengetahui jika ini semua dipicu oleh pertemuan dengan Milly, memilih menyingkir dan tidak lagi berharap lebih. Wanita itu pergi tadi pagi tanpa berpikir panjang. Hanya Bella yang masih bertahan dan ingin terus mendapatkan perhatian Jetro, serta berharap jika pria yang menjadi idaman para wanita tersebut masih membuka hati untuknya.“Sudah kubilang jangan ganggu aku, Bellarine!” teriak Jetro dengan suara keras.Bella mengat
Love doesn’t hurt, expectations do.He gave me hope, and he took away that dream from me.**Milly tidak pernah merasakan hatinya terbakar cemburu begitu mendalam hingga tidak sanggup berpikir waras dan lurus lagi. Ketika dia menelepon Prana dan mengatakan ingin bertemu, satu hal yang ia inginkan hanyalah membalas Jetro dengan keputusan yag sangat fatal.“Pernahkah kamu memikirkan untuk mengajakku menikah?” tanya Milly tanpa menyembunyikan keinginannya lagi.Prana yang tidak menyangka akan pertanyaan yang terlontar dari Milly menunjukkan sikap yang gugup sekaligus linglung.“Me-menikahimu?” tanya Prana.Milly tidak mengangguk atau pun menggelengkan kepalanya. Hanya ekspresi datar yang sulit Prana artikan. Pria itu tidak bisa melihat keseriusan atas ucapan Milly barusan.“Kenapa, Pran? Aku pikir kamu berpikir ke arah sana.”“Ya, te-tentu saja. Hanya aku tidak menyangka akan
Gen masih tertegun menatap Milly yang melenggang pergi dan meninggalkan dirinya di lorong hotel. Tidak bisa ia percayai, seorang wanita yang sempat menjadi pribadi rapuh, kini tiba-tiba terlihat menakutkan dalam kilatan dendam pada pria yang menyakitinya. Milly menolak menjadi wanita lemah dan tertindas. Mungkin rasa lelah berada dalam situasi yang membuatnya terpojok dan tidak mampu menunjukkan sikap kecewa selama ini. Terkadang binatang sekecil semut pun jika terinjak akhirnya berbalik menggigit. Meski tidak menentang tindakan Milly saat ini, namun jauh di lubuk hati Gen yang ia khawatirkan bukan karena melibatkan Prana. Gen lebih cemas akan Milly sendiri yang nanti akan mengalami kecewa dan penyesalan di kemudian hari. Semua kekhawatirannya sepertinya tidak akan terjadi dalam waktu dekat. Gen sempat merasa kagum akan pesona Milly yang mampu membuat para pria bertekuk lutut di kakinya. Entah ada apa dengan sosok Milly, tapi pria-pria tersebu
Berdalih sedang datang bulan, Milly menghindari tugasnya sebagai istri sah Prana malam itu. Suaminya mengerti dan membiarkan Milly menghabiskan malam dengan Gen dalam kamar terpisah.Bagi Prana, memperistri Milly cukup memberinya kebahagiaan tersendiri. Selebihnya, apa pun itu akan ia hadapi dengan sikap yang santai dan penuh pengertian.“Kamu nggak bisa terus menerus menghindari Prana,” cetus Gen dengan rokok yang terselip di bibirnya.Milly tidak peduli dan terus memilih minuman yang ada di bar kamarnya.“Selalu ada cara, Gen! Aku bukan perempuan bodoh yang tidak memiliki otak untuk berpikir!”Gen tertawa kecil dan membuang abu rokoknya di asbak.Pintu menuju balkoni terbuka lebar, tapi tetap saja asap yang mengepul dari bibir Gen memenuhi kamar president suite tempat mereka menginap.“Lambat laun Prana akan mengetahui dan apa yang akan kau lakukan?” tanya Gen.Milly akhirnya menemukan tequ
Jalanan becek itu terlihat di sepanjang jalan gang sempit di area padat Bandung. Jetro melangkah tanpa ragu dan menapaki dengan sepatu boot panjangnya. Tak lama ia berhenti di depan sebuah rumah yang gelap dan membuka pagar tanpa permisi. Rumputnya yang panjang dan banyak ilalang menunjukkan sepertinya rumah tersebut kosong atau tidak terawatt. Tangannya mengetuk pintu dengan keras. Hanya dua kali ketukan berirama pendek, akhirnya seseorang membukakan untuknya. Pria dengan wajah penuh dengan bopeng dan topi kupluk cokelat kumal memberi isyarat Jetro untuk masuk. Ruang tamu itu hanya ada dua kursi kayu dan meja yang penuh bercak kopi. Asbak yang berisi puntung rokok dan botol minuman yang setengah kosong memenuhinya. “Kau tidak pernah berubah, Ben!” gerutu Jetro dengan suara dalamnya. Ben tersenyum miring dan menyalakan rokok dan mengambil salah satu kursi yang ada di ruangan tersebut. “Kau bukan dari perusahaan properti yang berniat me
Milly terpaksa harus memiliki alasan yang kreatif setiap menghadapi situasi harus menjalani keintiman dengan Prana. Rupanya pria itu memiliki kesabaran yang luar biasa. Apa pun alasan Milly, Prana selalu bisa menerima tanpa protes atau paksaan.Pagi itu, dirinya menerima permintaan Prana untuk menemani suaminya menghadiri pesta tahun baru di kapal pesiar.“Apakah pesta yang akan dihadiri makhluk unik itu?” tanya Milly dengan ekspresi penuh harap jawabannya adalah iya.Wanita tersebut sangat ingin memperlihatkan pada Jetro bahwa dirinya telah bersama dengan Prana. “Iya. Jika kamu tidak keberatan, Mill.”Milly menggelengkan kepala cepat-cepat.“Aku nggak keberatan. Hanya pesta perayaan baru aja, kan?” tanya Milly.Prana mengiyakan.“Aku tidak memiliki baju yang pantas. Mungkin butik langgananku punya koleksi yang bagus,” ucap Milly dengan ringan. Prana terlihat lega karena Mi
Milly mengurung diri di kamar dan tidak beranjak sejak mereka kembali dari kapal tadi malam. Menemukan fakta bahwa Prana adalah makhluk yang abadi seperti Jetro membuat Milly syok dan menyesal tidak menyadari sejak awal.Ketika kembali mengingat bagaimana Jetro dan Virgo berusaha memberitahu dirinya, dan Milly selalu memotong dan memilih tidak mencampuri urusan mereka. Ternyata sosok Sybil yang selalu mereka bicarakan adalah Prana!Betapa naifnya Milly. Tidak menyadari apa pun, padahal dirinya selama ini bersama dengan pria tersebut.Semalam, Prana menandaskan pada Milly dengan kalimat yang cukup tajam padanya.“Kau harus bersamaku untuk saat ini, Mill! Kau sudah berjanji untuk mengenal dan memahamiku. Aku bukan makhluk neraka yang selalu menebar petaka! Ada hal lain yang lebih di balik semua kepribadianku! Bantu aku mendapatkan semua hal baik yang kumiliki dulu!”Milly tidak mempunyai pilihan dan harus bertahan dalam situasi ini sement
Mendapatkan teman yang bisa menemaninya di saat kalut seperti ini adalah anugerah yang terbaik. Gen mendampingi Milly dengan pemikiran yang sama gilanya dengan situasi mereka.Gadis bertattoo itu ternyata bisa menjadi penghibur sekaligus penasehat bijak untuk Milly tetap menjaga kewarasannya.“Aku nggak bisa lupa bagaimana dia diseret dari hadapanku dalam kondisi yang bersimbah darah, Gen.” Milly bergidik sementara bayangan Jetro yang terbantai di depan matanya terus melintas.“Dia adalah immortal, Mill. Mustahil peluru itu membunuhnya.” Gen masih mencoba mengalihkan kekhawatiran Milly.Milly meletakkan kuas yang tadinya ia pegang untuk sekedar menyoretkan sesuatu sebagai pengusir kejenuhan di atas kanvas.“Mau nggak kamu bantu cari tahu? Aku butuh informasi bagaimana kondisi Jetro sekarang,” tanya Milly sembari berbisik. Gen berhenti melukis dan menoleh padanya.“Sebenernya, kamu bisa minta ijin Pra