Untunglah aku lebih beruntung dari mereka. Mau tahu kenapa?
Pertama, aku adalah anak pertama yang lahir dari Pack Alpha. Kedua, serigala putih mungkin memiliki banyak kerugian dari beberapa sisi tapi jangan salah mereka juga bukan makhluk yang dapat diremehkan karena mereka lebih kuat dari manusia serigala normal lainnya.
Aku bangkit dari peraduanku setelah lama berbaring menikmati udara malam. Kuambil ancang-ancang lalu langsung berlari kembali kedalam hutan, ini sama sekali tidak membuatku lelah malah menambah adrenalinku untuk melakukan hal lebih.
Adrian tidak peduli berapa banyak panggilan dari perusahaan di ponselnya. Toh….ku tinggalkan semuanya di dalam mobil. Ku kenakan kembali bajuku kemudian berjalan keluar dari hutan.
Hari yang menyenangkan. Entah kapan
_Luciana_Aku bingung.Adrian menyeretku dengan paksa ke rumahnya, meninggalkan ku sendiri di ruang tamunya.Otakku kosong, perasaanku tak karuan sekarang.Bagaimana mungkin dia bisa menemukanku? Apa dia memasang pelacak pada tubuhku? ataukah dia membuntutiku sejak tadi? Pertemuan kami hanya sebuah kebetulan dan lagi aku sudah memastikan tak ada seorangpun yang mengikutiku.Lalu bagaima dia bisa ada di sana? Apakah ini kesialan ataukah keberuntungan?Mataku melirik sekilas ke arahnya dengan perasaan takut sementara Adrian sibuk bolak-balik memindahkan semua barangku ke ruang tengah.Habis sudah!
Apalagi saat dirinya menemukan pengait bra yang ada di punggungnya.Klik.Aku sangat terkejut ketika dia melakukannya, kembali kudorong dia agar menjauh dariku namun semuanya tak mempan. Apa yang harus ku lakukan? cepat pikirkan kau harus lepas dari situasi ini.Luci semakin khawatir saat seringai di wajah Adrian semakin lama semakin nakal,"aku akan memberitahu Reihan semuanya setelah memakanmu sampai bersih, jadi tetaplah seperti ini.""APA?! Kau tak bisa melakukan itu!"Adrian menciumku dengan intens, "kau tau apa yang aku inginkan." Aku merasakan nafasnya yang menerpaku semakin memberat terlebih lagi ciumannya kini semakin liar. Permainannya membuat tubuhku gatal dan menginginkan lebih.
"Berjanjilah padaku bahwa semuanya akan baik-baik saja! Aku tak ingin siapapun mengetahui hal ini." Luci menatap Adrian serius sambil terus memegang lengan kemejanya. Wajahnya menunjukkan kecemasan yang sangat besar, ini adalah pertaruhan yang tak main-main. Apalagi melibatkan Alex, semua usahanya selama ini akan sia-sia jika perjanjian diantara kami batal karena kecerobohannya. Adrian menatap Luci, "Apa yang mengubah pikiranmu?" Tindakan Luci barusan memunculkan kecurigaan yang sangat besar bagi Adrian. Adrian terus menatapku dengan tatapan menyelidik, bahkan matanya hampir tak mengedip sama sekali. Habislah aku kali ini! bisa ku tebak apa yang dipikirkannya. Pikiranku kini kosong, kebingungan hebat melandaku apalagi tatapan matanya yang tajam terus menyurutkan rasa percaya diriku. "Tolong...jangan libatkan siap
Alarm ponselku terus berdering. Jam enam, aku beranjak dari tempat tidur dan bergegas mandi. Kukenakan kaos longgar bergambar beruang dipadu dengan celana pendek sepaha kemudian bergegas menuju dapur untuk membuat sarapan. Rumah ini mempunyai delapan kamar yang masing-masing dilengkapi kamar mandi dalam ruangan. Lantai satu ada ruang tamu, kamar tamu, perpustakaan pribadi, kediaman pelayan, dapur, ruang keluarga, taman, ruang bersantai dan kolam renang. Sedangkan lantai dua ada lima kamar, ruang kerja, perpustakaan, bioskop, tempat gym dan masih banyak lagi. Rumah ini sangat besar untuk ditinggali sendiri. Aku penasaran apakah Reihan dan orang tuanya juga tinggal di sini? Atau semua kamar itu disediakan untuk orang tuanya dan kerabatnya yang datang? Baiklah kita lupakan itu sejenak dan bergegas ke dapur untuk mem
Pertemuanku dengan Alex dan Lucas sangat singkat karena Alex bukanlah orang yang suka menarik perhatian khususnya di keramaian. Aku heran apa yang membuatnya tumben muncul di tempat seperti ini?Alex bukanlah orang yang suka mendengarkan saran dari siapapun bahkan kami pun kadang suka berdebat karena berbeda pendapat dan yang paling lebih membuatku heran adalah mengapa Lucas sangat dekat dengannya. Cara apa yang dia gunakan agar Lucas menempel terus padanya?“Waktunya habis. Kami akan pergi sekarang.” Kata Alex segera mengambil Lucas yang tengah bercengkrama denganku.Aku tak ingin semua berakhir. Aku masih sangat merindukan Lucas.Hariku yang sangat padat dengan kegiatan kampus dan kerja sambilan di tambah dengan masalah yang menerpaku membuatku jarang mengu
“Ya…aku suka binatang. Kenapa tiba-tiba menanyakan itu” Adrian bergabung dengan kami setelah berganti pakaian dan mendengarkan semua celotehanku dengan Reihan sambil tersenyum. “Kau suka Anjing?” Tanya Reihan sementara Adrian tengah sibuk memindahkan makanan dari kotak ke piring. “Tentu saja. Aku sangat menyukai mereka.” “Benarkah?” Jawabnya antusias. Aneh…Apa yang sedang terjadi di sini? “Bagaimana dengan serigala? Bukankah mereka sangat mirip dengan anjing? Apa kau juga menyukai mereka?” “Kau bercanda?!” sanggahku. Ekspresiku seolah mencemooh sambil menunjukkan raut wajah jijik,” Mana mungkin aku menyukai mereka? Aku san
_Adrian_Perlahan kubuka mataku dan mendapati diriku terbaring lemah di sebuah ruangan berwarna putih dengan bau obat-obatan yang menyengat di mana-mana."Akhirnya kau siuman juga." Kudengar suara Reihan samar-sama. "Kau tau berapa khawatirnya aku saat melihat kondisimu? Oh Sihit! Saat itu aku berfikir akan kehilanganmu!" Reihan terus mengumpat di sebelahku.Bocah brengsek ini, "Apa kau sudah gila?" Tanyaku."Maaf....akan ku panggilkan dokter." Reihan bergegas pergi namun ku tahan dia."Aku baik-baik saja berkat umpatanmu tadi! Sudah berapa lama aku disini?" Tanyaku padanya."tiga hari."Pantas saja tenggorokank
Lanjutan....Reihan mengantarku sampai rumah namun tak kubiarkan dia masuk kedalam. Aku butuh istirahat bukan omelan makannya ku suruh dia kembali ke asramanya. Kepala pelayan menyambut kepulanganku seperti biasanya hanya aku merasa ada yang kurang.Dia tak di sini.Dimana Luci? Apa dia sementara ini tinggal di rumah temannya? Apa dia meninggalkan rumah akibat kemarin? ataukah dia bermain lagi ke tempat kumuh itu? Biasanya dia yang menggantikan kepala pelayan menyambutku, namun kini keberadaannya tak terlihat di manapun.Aku berjalan ke ruang tengah, kondisiku belum stabil sepenuhnya. Ku istirahatkan tubuhku di sofa. Ada yang menggangguku, seperti ada yang tengah menatapku dari kejauhan. Tatapannya sangat menusuk dan membuat suasana sedikit tak nyaman. Kuedarkan pandanganku ke sekeliling dan.
Lucas menatapku bergantian dengan pria di hadapanku, kami masih setia menunggu jawaban darinya.“Karena…” Adrian tak begitu yakin dengan apa yang ingin dia katakan, “Luci berkencan dengan pria di sebelahmu makannya aku marah!” sayangnya itu adalah jawaban yang salah, bahkan anak kecil masih lebih baik dalam berbohong ketimbang dirinya. Lagipula untuk apa aku berkencan dengan Luci? pemikirannya sangat konyol.Lucas menarik nafas keras dan itu terdengar dramatis menurutku. Dia langsung menjatuhkan benda yang sedari tadi di genggamnya lalu menatapku seksama, “kau berkencan dengan Luci?!”“Tidak.” ku bantah pertanyaanya tadi dan Lucas pun langsung melihat kembali kearah Adrian.“Kau pembohong!”
_Alex_Aku berdiri di balkon menatap pemandangan hutan di sekitarku sambil menghirup udara segar selagi menunggu mangsaku. Kedatangan anjing kampung itu sepertinya lambat, seharusnya dia sudah disini sejak tadi.Anjing kampung sialan itu mengambil cincin yang telah ku kerjakan bertahun-tahun begitu saja, dia bahkan memastikan sihir didalamnya dan seenak jidat menggali informasi tentangku.Ketika mereka berdua hidup bersama banyak sihir yang terbuang sia-sia untuk menyegel ingatan Luci secara paksa. Anjing kampung itu terlalu lancang menurutku, aku bahkan tak bisa mengatakan apapun pada Luci tentang hal ini atau pun mengambilnya kembali.Sekarang cincin itu benar-benar ‘hilang’ jika sesuatu terjadi lagi pada Luci….aku tak tau apa yang akan terjadi akiba
Aku yakin Bryan pasti akan memberikanku kabar bagus.Dia pasti mendapatkannya kali ini.Aku yakin.====================================================================Nihil.Tak ada informasi apapun.Apa ini semua lelucon?Sama seperti Luci informasi yang ku dapatkan tentangnya hanya informasi dasar saja. Tak ada informasi khusus selain dia adalah seorang dokter.Tidak ada informasi lain yang berguna.Apa ini omong-kosong lainnya?Ku ambil handphoneku dan menghubungi Bryan sesampainya di kamarku.
_Adrian_Luci pulang saat aku sibuk bertelepon dengan klien. Dia berhenti sejenak kemudian dan langsung duduk di sofa tepat di sampingku.Aku tersenyum padanya dan dia pun membalasnya dengan lambaian. Dia sepertinya sedikit bermasalah.Ku selesaikan panggilanku dan berjalan ke arahnya, “ Apa ada yang ingin kau tanyakan padaku? Kau terlihat sangat gusar sejak tadi.”“Ah! Ya… Aku kehilangan cincinku. Kau pernah melihatnya?”Aku tahu itu. cincin itu sengaja ku sembunyikan karena sihir yang ada di dalamnya. Sihir yang dapat menarik ingatan seseorang dalam sekejab.Ku gelengkan kepalaku, “tidak. Apakah itu sangat penting?”
Aneh…Aku merasa hampa saat melihat jari manisku yang kini kosong tanpa adanya benda bulat yang biasanya bertengger di sana.Apa karena aku telah memakainya bertahun-tahun ya? sensasi ini sangat menyebalkan.“ Kau baik-baik saja? wajahmu terlihat pucat.” Tanya Reihan.“ Apa kau melihatku mengenakan cincin saat masuk kelas tadi? ” Aku terus bertanya padanya sambil menatap tempat dimana cincin itu seharusnya berada.“ Tidak.” Jawabnya singkat, “ apakah cincin itu sangat penting bagimu? Kau terlihat sangat khawatir?”“ Entahlah.” Jawabku tak berani menatapnya, “ Aku harus menemukannya bagaimanapun caranya.&rdquo
_Luciana_ Aku terbangun di atas tempat tidurku. Sebuah selimut di letakkan dengan hati-hati di atas tubuhku, jendela di sampingku masih tertutup tirai yang menghalangi sinar matahari merangsek masuk. Semuanya terlihat normal kecuali fakta bahwa aku sangat melupakan sesuatu. Sesuatu yang sangat penting. Tapi apa?! Ada perasaan aneh yang mengganjal di dalam diriku. Sesuatu yang sangat menganjal! Ku coba mengingat apa yang terjadi semalam. Aku mengingat semuanya dengan jelas sampai bagian ketika aku dan Alice mencapai hutan dan menemukan Adrian di sana. Semuanya nampak kabur. Ku coba memaksakan diri untuk mengingat semuanya, memori itu perlahan muncul dalam pikiranku namun sampai di bagian di mana aku menga
“Apa kau tidak membenciku sama sekali?”Aku menghentikan aktivitasku setelah mendengar pertanyaanya.=====================================================================“Mengapa aku harus membencimu?” Ku seka linangan air mata yang mengalir di pipinya, entah mengapa ada sebuah kepuasan untukku saat melakukannya. Akhirnya penantianku akan usai.“Kau pasti kecewa padaku setelah semua ini.” Luci terdiam sesaat, “aku memang gadis egois yang mementingkan diriku sendiri hingga akhirnya menyakitimu namun aku tak ingin kau membenciku.”“Mengapa kau tak ingin aku membencimu?”“Karena aku menyukaimu.” Dia akhirnya men
_Adrian_ Dengan sisa kekuatanku ku seret diriku ke sebuah pohon Oak besar di tengah hutan. Nafasku memburu dan tubuhku terasa mati rasa karena menghabiskan semua sisa kekuatanku untuk sampai di sini. Pohon tua ini bukanlah pohon sembarangan. Bisa dikatakan dia adalah sang raja pohon di sini. Di hutan besar seperti ini biasanya dipimpin oleh roh pohon yang disebut dryad. Dialah yang menjaga hutan dan juga sebagai penghubung ke dunia sihir. Dryad mempunyai jangka waktu hidup yang sangat lama, sekitar 900 lebih. Semakin tua dryad semakin banyak cabang yang tersebar ke segala arah dengan kulit kayunya yang tebal. Aku berjalan perlahan dan berhenti sejenak ketika dryad mulai mengidentifikasi diriku. Saat dryad mengidentifikasi bahwa aku bukanlah manusia dan juga memiliki luka mereka akan mulai memulihkanku dengan kekuatannya.
Aku telah kehilangan kepercayaan…Memikirkannya membuat hatiku sakit dan air mataku semakin mengalir di pipiku. Aku sudah mencoba menahannya, pertahananku runtuh.=====================================================================“Luci!” Adrian menatapku khawatir. “Kau kenapa? apa ada yang sakit?” tanyanya. "Kenapa? kenapa kau sebaik itu padaku? Kenapa sangat peduli padaku setelah semua perlakuanku padamu?" aku akan menggendongmu. "Kita harus kerumah sakit sekarang juga.” katanya setelah melihat luka-luka yang ada di tubuhku, “Maaf karena membuatmu terluka seperti ini.”“Apa kau tidak membenciku sama sekali?”Adrian menghentikan aktivitasnya kemudian menatapku da