“Baiklah,” jawab Pangeran Ein. “Aku akan mendengarkanmu.”
“Tapi, untuk yang pertama, tolong maafkan aku tentang kejadian hari itu,” kata Raeli. Biar bagaimanapun, kejadian ia berteriak pada pangeran di toko roti hari itu adalah sebuah kesalahan.
“Aku rasa kau punya alasan sehingga melakukannya.”
Raeli mengangguk.
“Dan alasan itu termasuk dalam hal yang akan kau sampaikan?”
“Ya. Dari itu, Pangeran. Kau adalah satu-satunya orang yang harus percaya padaku. Aku tidak ingin kau meragukanku. Karena jika kau melakukan itu ….”
“Apa yang akan terjadi jika aku tidak memercayai apa yang akan kau sampaikan nanti?”
Raeli menggeleng ragu. Ia pun tidak tahu apa itu, tetapi firasatnya bilang akan ada hal buruk. “Entahlah. Tetapi yang jelas, sesuatu akan terja
“Tuanku.”Rict tersenyum kecil tanpa berbalik pada orang yang baru saja sampai di ruang kerjanya. Rambut pirang keputihan orang itu tergerai keluar dari jubah merah gelapnya. “Kali ini pun tidak berubah, ya.”“Dia tetap jatuh cinta dengan orang itu.”“Ya, karena memang itu takdirnya.” Orang berjubah merah itu membuka tudung dan bersimpu di lantai, menunggu Rict berbalik padanya.“Bukankah seharusnya kau mendatangiku dulu sebelum mengintai mereka berdua?” tanya Rict dengan senyum lebar yang nyaris membuat matanya hilang. “Putra mahkota menyelidikiku, bukan? Apa yang mereka dapatkan?”“Tidak banyak. Hanya cerita seperti biasa yang saya sampaikan.”“Kau menyampaikan semuanya termasuk urusan dosa masa laluku?”“Maafkan saya, Tuanku,” ka
Phak!“Nona!”Pintu toko roti terbuka dengan kuat bersama teriakan Anne yang memenuhi toko. Membuat tamu-tamu yang datang jadi menoleh padanya. Raeli yang berada di balik konter roti jadi melotot dan segera mendatangi wanita itu, menariknya melewati para pengunjung sambil membungkuk memohon maklum.“Anne, tidak sopan berteriak di depan pengunjung seperti itu,” kata Raeli setelah berhasil membawa Anne ke dapur.“Rumor apa yang baru saya dengar itu? Anda bisa menjelaskan?” tanya Anne dengan suara kencang yang menggebu-gebu.Aduh, orang ini bisa lebih dari Duchess jika sedang marah, batin Raeli. Sekarang bagaimana caranya agar bisa meredakan itu?Raeli melirik pada pegawainya yang ada di dapur, mereka sudah siap menyantap segala macam pembicaraan. Ia kemudian berbalik pada mereka. “Kami akan bicara di atas. Maaf
Raeli tercengang begitu memasuki ruangan besar yang berada—mungkin—di paling ujung bangunan katedral. Bahkan untuk sampai ke sana saja mereka harus menempuh jalan yang lumayan jauh dan berbelok. Kalau tidak salah ingat, Raeli dan Ein juga menuruni tangga spiral. Semakin berjalan masuk, maka semakin gelap.Lalu sampailah Raeli pada ruangan berpintu besar dan tinggi. Mungkin setengah kali lebih tinggi dari pintu ruangan katedral yang biasa Raeli kunjungi.“Menakjubkan,” lirih Raeli pada dirinya sendiri sambil melepaskan pegangan dari Ein. Ia perlahan melangkah ke tengah ruangan.Tempat ini berdinding pualam licin—dilihat dari sisi pintu. Bahkan langit-langitnya menjulang tinggi bagai tak terlihat, padahal mereka turun ke bawah katedral. Ada banyak sekali buku. Sampai raeli pusing harus mendeskripsikannya. Berbagai ukuran dengan barbagai sampul. Serta ruangan itu diterangi sinar biru yang meman
“Yang Mulia, bisakah Anda memadamkan sihirnya?” pinta Raeli. Tubuhnya gemetar habis-habisan karena sihir yang dikeluarkan oleh Xain.“Tubuh itu bereaksi terhadap sihirku.” Xain akhirnya menghilangkan sihir dan kembali duduk. “Kegelisahan seperti itulah yang kurasakan dari tubuhmu sejak saat itu.”Raeli mengatur napasnya yang tersengal. Tubuhnya tidak mau menurut, masih gemetar dengan gelisah. Ein menarik tangannya untuk kembali duduk.“Ada banyak sekali hal yang tidak kita ketahui tentang Raeliana De Servant. Benar ‘kan, Pangeran Ein?”Raeli melirik Ein. Pria itu hanya diam dan menatap nanar pada Xain. Apa yang sekarang dirasakan pangeran, ya? Menyaksikan tubuh gadis yang menjadi tunangannya sejak kecil dirasuki oleh jiwa orang asing, kemudian gemetar ketakutan.“Maaf, tubuhnya bereaksi sendiri,” lirih Raeli.
Raeli mondar-mandir dengan gelisah di depan jendela kamarnya. Lalu mengangkat wajah untuk melihat jam di seberang kamar. Sudah tengah malam.Pada akhirnya ia tidak bisa menolak tawaran Rict. Ia menyambut uluran tangan pria itu. Bagaimanapun Raeli tetap harus mencari tahu semua tentang Raeliana, kenapa mereka bisa bertukar tempat? Informasi sekecil apa pun mungkin sangat berguna dan Rict memegang kunci informasi Raeliana yang tidak satu pun orang ketahui.Sekarang ini yang bisa mencari tahu hanyalah Raeli sendiri. Ia tidak bisa mengandalkan pengetahuan dari Pendeta Agung. Tubuh ini saja ketakutan setengah mati pada sihir pria itu. Bagaimana bisa Raeli terus-terusan mendekatkan diri pada Xain? Bisa-bisa ia mati sebelum tahu apa pun.Raeli melihat seisi kamar yang gelap karena pencahayaan dimatikan sejak ia bilang pada Anne ingin istirahat. Untung saja permaisuri memberikan tempat tinggal khusus untuk Anne.
Raeli tidak punya pilihan lain. Ia menceritakan isi pertemuannya dengan Xain dan Ein tadi siang. Tentu saja isi dari pertemuan itu tidak bisa dianggap rahasia karena bersifat umum. Nyaris semua orang tahun tentang penjelasan sihir yang diberikan oleh Xain.“Begitu,” gumam Rict. “Jadi, Yang Mulia Agung menawarkan sihirnya untuk dicoba kembali? Beliau lumayan kejam, ya.”Raeli tidak bisa berkomentar apa pun terhadap ucapan Rict. Yang sekarang mereka bicarakan adalah Xain Kansafer Reid. Salah satu dari 2 yang memegang kekuasaan mutlak kekaisaran.“Ternyata hanya aku yang sangat mengenal Raeliana.”“Bisakah kau beritahu aku, apa hubunganmu dengan pemilik asli tubuh ini?” tanya Raeli. Ia sangat ingin tahu apa penyebab Raeliana sangat betah bersembunyi dari pangeran sejak kecil.“Entahlah.” Rict menuangkan teh dari poci ke gel
Raeliana De Servant sebelum kematian.Raeliana De Servant hidup dengan opini publik yang bilang bahwa dirinya tidak punya teman, selalu menghindari orang-orang. Ia hanya dekat dengan keluarganya dan orang di toko roti yang jadi pegawainya. Lebih banyak menghabiskan waktu di kamar, dapur atau ruang baca.Raeliana sebagai putri seorang duke sebenarnya adalah gadis biasa. Ia sejak kecil hidup dengan ucapan kaisar kalau dirinya akan jadi putri mahkota. Saat kecil ia tidak tahu apa artinya itu.Raeliana tumbuh dengan kasih sayang yang cukup. Orang tua dan kakak-kakak yang menyayanginya. Semua kebutuhannya terpenuhi. Ia senang sekali berkuda. Raeliana tumbuh menjadi gadis baik dan lembut. Bahkan saat tangannya terluka digigit kuda, ia tidak menangis dan tidak mau merepotkan orang lain.Lalu saat itulah ia pertama kali bertemu dengan anak laki-laki yang dipa
Ini gila!Raeli menyeka rambutnya ke belakang begitu bangkit dari tempat tidur. Sudah empat hari sejak terakhir ia bertemu Rict malam itu. Entah bagaimana ia bisa terbangun di tempat tidur besoknya dalam keadaan sakit. Yang jelas, gambar di buku malam itu masih menghantui tidur Raeli.Memangnya ada yang seperti itu, ya?Raeli ingin tubuh ini hidup karena sudah menyaksikan kisah tragis dalam novel. Sedangkan Raeliana yang asli merelakan jiwanya ditukar demi menyelamatkan diri dari kisah dalam buku Rict yang menyeramkan itu.Benar ‘kan?Saat bangun kemarin, Anne bilang Raeli sudah tidur tanpa bangun selama 2 hari. Dalam waktu itu ia merasa bertemu dengan Raeliana. Apakah karena melakukan praktek sihir terlarang makanya tubuh ini sangat takut pada sihir suci? Apa karena buku Rict penyebab segala kemalangan ini, makanya Raeliana juga takut?Semua hal ini me
Beberapa bulan setelah Raeli bangun dan kembali menjalani hidupnya sebagai putri tunggal Servant dan putri mahkota, tiba-tiba saja istana jadi heboh. Beberapa orang datang silih berganti menemui Raeli dengan membawa berbagai macam gaun pengantin. Memangnya siapa yang mau menikah?Belum lagi para pelayan ditambah untuk mempersiapkan acara di istana terpisah yang biasanya dibuka untuk acara-acara besar saja. Beberapa kali Raeli dipanggil untuk mencicipi menu makanan. Lalu keamanan istana juga makin diperketat. Pasukan ditambah, baik dari keluarga Servant bahkan sampai keluarga Sharakiel yang diperintahkan langsung oleh Mareyya.Sebenernya ada apa, sih? Apa ada yang mau menikah di istana? Apa baginda kaisar mau menikah lagi?Sebenarnya sampai sekarang Raeli masih sulit memercayai bahwa Mareyya itu adalah anak kecil biasa. Anak itu terlihat seperti orang dewasa dengan naturalnya. Dia bahkan mengatur urusan rumah tangga Shara
“Ha ha ha!”Ein dan Xain menoleh pada Teja yang tiba-tiba saja tertawa keras setelah melihat apa yang terjadi pada Mareyya. Apa pria itu sebenarnya gila?“Lucu sekali, ya. Padahal ayahnya orang yang dikutuk dewa,” kata Teja dengan senyum lebar sambil mengawasi kotak tempat Raeliana dan Mareyya berada. “Sepertinya Reid sudah menentukan bayaran atas apa yang sudah si penyihir itu lakukan.”“Apa maksudmu?” tanya Xain.Teja menunjuk pada cahaya yang bersinar di bawah tangan Mareyya. “Kekuatannya mirip dengan pendeta agung pertama.”“Pendeta agung pertama?” ulang Ein.Kalau pendeta agung pertama itu berarti orang yang sudah membangun kekaisaran ini bersama kaisar pertama. Orang yang katanya bisa melihat kemakmuran pada Easter jika mereka membangun sebuah negara. Dengan kata lain, pendeta agung
Ein, Xain dan Teja melihat saja saat Mareyya bergerak mendekati kotak sihir di mana Raeliana terbaring di dalamnya. Anak itu hanya berdiri di sisi kotak sambil menatap Raeliana.Sulit dipercaya bahwa Mareyya cocok dengan sihir suci milik Xain. Ternyata anak itu memang anak normal. Hanya saja lebih cepat dewasa karena didikan ayahnya yang mendoktrin bahwa Mareyya harus bisa mengurus keluarga sejak dini. Itu berarti Mareyya sudah tahu bahwa ayahnya cepat atau lambat akan mati.Sebenarnya Ein tahu bahwa Xain tidak memercayai anak itu. Namun, Ein memintanya untuk mengizinkan Mareyya bertemu Raeliana. Anak kecil tidak akan bisa melakukan sesuatu yang aneh.Padahal baru saja Ein berpikir seperti itu, tiba-tiba saja Mareyya melirik dari balik bahunya pada mereka. Tersenyum kecil dan matanya terlihat bercahaya. Lalu sesaat kemudian anak itu melangkah lebar ke kotak di mana Raeliana melayang di dalamnya dan tertidur. 
Ein memberikan surat terakhir pada ajudan baginda kaisar. Sepertinya keributan yang terjadi di istana sampai menghancurkan kediaman pangeran cukup menggemparkan. Beberapa bangsawan yang memang setia pada keluarga kaisar dan negara tetangga pun mengirimkan surat untuk menanyai kabar atau apakah pangeran butuh bantuan.Namun, tidak Ein sangka bahwa pertarungan dengan Rict jadi sangat-sangat singkat. Bahkan seolah tidak pernah ada. Kabarnya juga Xain menggunakan sihir lama untuk menghapus kenangan tentang sebagian adu mulut Raeliana dan Kroma hari itu.“Yang Mulia?”Ein mengangkat kepala pada Charael dan Carry yang baru saja masuk ruangannya bersamaan.“Bagaimana keadaan di sana?” tanya Ein sambil berdiri dan mengitari meja. Bersandar pada bagian depan meja kerjanya, menatap dua kesatria itu.“Setelah melalui investigasi, tidak ada yang aneh di kediaman
“Bangunlah.”Raeli membuka mata yang sebelumnya berat karena mengantuk dan ia merasa lantai tempat dirinya berbaring sangatlah dingin. Setelah itu ia melihat seseorang tersenyum tipis padanya sambil berdiri.Raeli bangkit untuk duduk. “Apa kita sudah mati?” tanya Raeli pada orang itu.“Entahlah.”“Jadi … siapa aku harus memanggilmu? Thantiana atau Raeliana?”“Namaku Thantiana. Bukankah Raeliana itu dirimu?”Raeli mendengkus. Apa-apaan itu? Dirinya kan dipaksa masuk ke tubuh Raeliana karena perbuatan wanita itu juga yang sekarang mengaku sebagai Thantiana.“Aku bukan Raeliana,” sangkal Raeli dengan suara pelan.“Tapi ada orang yang ingin kau tetap hidup sebagai Raeliana yang dicintainya.”Ein.
“Antar aku ke sana, Ercher,” kata Raeli.Lingkaran sihir Ercher menyala lagi. Pada saat itulah Raeli bisa melihat di sisi lain bangunan ada para kesatria yang terluka. Rict menyerang mereka. Lalu dalam sekejap mata mereka berpindah ke kamar pangeran yang hancur. Raeli bisa melihat Charael dan Tristan yang langsung bersiaga di dekat Ein.“Raeliana?” panggil Ein. “Jika kau bangun, seharusnya kau tetap tinggal di sana. Kenapa kau—”Raeli melirik sekilas dari balik bahunya. Saat membuat kesepakatan dengan Raeliana, ia sudah memilih keputusan. Semua kemalangan ini disebabkan oleh Raeliana sendiri. Bukankah wanita ini sudah tidak boleh hidup dan bersanding dengan putra mahkota?Raeli tidak ingin goyah, maka dari itu ia membuang wajah dari Ein.“Ah, Tuan Putri akhirnya bangun juga,” sindir Teja sambil berdiri.Ra
“Saat pertama kali bertemu, aku sudah tahu.”Orang-orang di ruangan itu mendadak syok mendengar suara Raeli. Bahkan Xain dan keluarga Servant pun nyaris melotot, tidak mengeluarkan suara saat mendengar dan melihat Raeli berdiri. Gadis itu seperti orang yang berbeda. Cara bicaranya yang dingin menyita perhatian.Raeli yang baru saja berdiri sedikit terhuyung karena kakinya yang sudah lama tidak digerakan malah dipaksa berdiri. Namun, sejak awal ia sudah membuat kesepakatan dengan Raeliana yang asli. Jika masalah ini selesai, ia bisa memilih meski dirinya sendiri tahu tidak ada pilihan yang lebih bagus dari yang Raeliana tawarkan.“Mareyya tidak mudah dekat dengan orang lain. Kalau ada orang yang dekat dengannya itu orang yang biasa bekerja di rumah Sharakiel,” kata Raeli sambil berjalan pelan menuruni mimbar singgahsana. “Apa itu tubuh barumu … Kroma?”Rosali
“Aku sudah bilang, aku tidak mau kembali ke sana,” kata Sheriel setelah sadar dari mimpi buruk kematian yang dialaminya untuk kedua kali. Saat membuka mata ia hanya tinggal bersama Raeliana. Lagi.“Aku tahu kau takut,” kata Raeliana. “Aku juga takut. Makanya aku melarikan diri. Tapi aku punya janji.”“Pada Ein?” Sheriel membuang muka. Entah kenapa membayangkan orang yang dicintai Ein berdiri di depannya itu terasa menjengkelkan.Raeliana menggeleng. “Pada Tuan Rict. Aku sudah berjanji untuk pergi pada Reid bersamanya. Itulah yang aku ingat setelah bereinkarnasi sebagai Raeliana. Ingatan terakhir pada kehidupan Thantiana.”“Aku tidak mau tahu.”“Jika kau tidak kembali ke Easter, Ein mungkin akan mati dan semua usahaku akan sia-sia.”“Kau yang menempatkan aku di situasi se
Berhari-hari sudah berlalu, ternyata benar kalau Sheriel hanya mengalami mimpi buruk yang panjang. Sebab, jangankan tertabrak truk, bahkan novel ‘Sang Permaisuri Pilihan’ itu saja tidak pernah terdaftar di dunia ini.Jadi, hidup Sheriel kembali normal. Ia pergi bekerja sambil mengantarkan Yuko ke sekolah. Saat pulang, Yuko akan menunggunya di tempat kerja.“Kakak sudah berhenti mencari tahu tentang mimpi aneh itu?” Yuko mendesah jenuh.“Lagi pula kan memang hanya mimpi semata. Jadi ... kupikir ya sudahlah. Aku akan melupakannya.”Tetapi anehnya setelah Sheriel mengatakan itu, hatinya jadi terasa sangat sakit. Hatinya merasakan rasa menyengat akan sesak. Ada yang kosong. Namun, Sheriel tidak ingin menghubungkannya dengan mimpi aneh itu. Justru ia gila kalau membawa-bawa perasaan cinta yang berasal dari mimpi itu ke dunia nyata.“Tapi, Yuko