Raeli mengembuskan napas, membaringkan kepala ke meja. Sejak Ercher kembali ditugaskan untuk mengawalnya, susah sekali Raeli untuk mendapatkan teman. Terutama Rict. Setiap kali pria itu datang ke toko roti untuk mengunjungi Raeli, Ercher selalu saja menghalanginya.
Sekarang ke mana pun Raeli pergi, orang-orang selalu melihatnya sebagai calon permaisuri masa depan. Padahal posisi itu harusnya milik Roseline—jika dalam novel asli—atau setidaknya milik Raeliana yang asli.
Kenapa Raeli benar-benar tidak bisa lepas dari pikiran semacam ini, sih? Roseline sudah mati dan Raeliana asli juga sudah mati. Beberapa hari ini juga tidak ada gangguan dari pangeran.
Carry mendadak ditugaskan di istana untuk beberapa waktu. Jadi kakak Raeli itu hanya bisa ditemui di istana. Entah ada apa, tiba-tiba Carry bilang kalau untuk sementara waktu pengawalan pangeran diserahkan padanya.
“Nona, jangan lesu se
Ein pun sebenarnya sangat jarang datang ke pasar rakyat biasa seperti ini. Keseringan adalah Carry saat mendapat laporan terjadi kriminal dari tiap-tiap kepala penjaga wilayah. Dibandingkan dengan pertokoan di pusat Ibukota, tempat ini sangat ramai berbagai kalangan. Mereka bahkan sama sekali tidak mengenal Ein dan Raeliana.“Kau juga baru pertama kali ke sini, ‘kan?” ledek Raeli.“Tidak juga.”“Terlihat jelas di wajahmu. Kau seolah bilang tempat ini jauh lebih manusiawi dibandingkan wilayah pusat Ibukota.”“Apa kau ini bisa membaca isi pikiran seseorang?”Raeli tertawa. “Baiklah. Kita akan buat kesepakatan dulu. Jangan panggil namaku. Panggil saja Liana. Aku akan memanggilmu ….”Tiba-tiba Raeli terdiam, berpikir tentang nama yang bagus untuk pangeran. “Baiklah. Aku akan panggil Ie
Entah bagaimana, saat Raeli dan Ein keluar dari pasar, Carry dan kereta kuda sudah menunggu mereka. Untung sekali itu adalah kereta kuda sewaan. Tadinya Raeli cemas kalau yang akan datang adalah kereta kuda super besar dan mewah milik keluarga kaisar.Sepertinya kakak Raeli bisa membaca situasi. Bahkan Ercher juga diminta untuk tetap menunggu. Kusir kereta kuda yang Raeli curiga adalah salah atu bawahan Carry itu sempat masuk ke pasar untuk mengambil buah Purry pesanan Raeli dan sangkar berisi burung elang milik Ein.Carry yang datang bersama kereta kuda harus pulang menunggangi Worky. Ternyata kuda itu sangat pengertian, tidak memberontak walau yang sedang menungganginya bukan pangeran.“Apa menyenangkan?” tanya Raeli saat mereka sudah di perjalanan pulang. “Sebenarnya aku sudah lama ingin mengajakmu. Hanya saja saat itu tidak sempat bilang karena ada Nona Charlotte.”“
Tristan melirik ke balik bahu, pada semak-semak di depan rumah kepala desa, lalu mengekori Charael yang masuk lebih dulu bersama di kepala desa dan anaknya. Sepertinya Charael juga mengetahui apa yang Tristan rasakan.Setelah saling tatap beberapa saat mereka berdua duduk masuk ke rumah itu bersama si kepala desa, sedangkan gadis yang tadi masuk ke arah belakang karena bilang akan menyuguhkan minuman.Tempat ini sama seperti desa-desa pada umumnya. Kepala desa cukup ramah menurut Tristan, hanya saja memang sebelumnya memberikan peringatan keras agar mereka segera meninggalkan Zelmehir.Tidak ada yang mencurigakan.“Sebelumnya, apa saya bisa bertanya sesuatu?” tanya Charael pada kepala desa.“Saya akan menjawab apa yang ingin saya jawab saja.”Charael mengangguk. “Sebelumnya ada peristiwa apa sampai tempat ini harus menjadi, ya&md
Ein mengangguk pada laporan lisan Tristan dan Charael. Di ruangan itu juga ada Xain. Semua kesatria Ein berkumpul kecuali Ercher yang memang harus menjaga Raeliana. Xain yang berdiri di samping meja Ein hanya bersedekap sambil menopang dagu. Pria itu benar-benar sedang memikirkan sesuatu.“Jadi, apakah yang semacam itu memang ada, Yang Mulia Agung?” tanya Charlotte sambil terus mengobati luka di punggung Tristan. “Hal aneh semacam itu.”“Entahlah,” balas Xain. “Memang terdengar tidak masuk akal, tetapi puluhan tahun lalu di Zelmehir memang terjadi. Bahkan tidak sedikit kasus ibu hamil yang kehilangan janin mereka saat tidur.”“Apa itu semacam penyihir?” kali ini Charael yang bersuara. Ein yakin sekali, sejak perjalanan dari Zelmehir kembali ke Ibukota, pria itu sudah gatal ingin bertanya.“Dia dukun,” kata Xain dengan nada dingin
Raeli merasa wajahnya panas sampai ke ubun-ubun. Pangeran dengan seenaknya muncul diam-diam, mengambil kesempatan untuk menciuamnya. Bahkan sampai mengelus kaki Raeli. Lalu apa pria itu bilang? Kekasih?Raeli menarik napas dalam, mencoba menenangkan diri. Kemudian turun dari jendela dan duduk di salah satu tempat tidur tingkat. Ein mengikuti duduk di atas tempat tidur itu, menatap Raeli.“Kenapa kau datang? Apa dengan kakak?”“Tristan akan diistirahatkan karena lukanya,” jawab Ein.“Dia terluka. Apa itu misi yang berbahaya?”“Lumayan. Tetapi kuharap tidak lebih berbahaya dari pada perang melawan orang gila seperti Klein.”Ingatan tentang Roseline merasuki Raeli. Bahkan tentang pangeran gila bernama Klein yang ngotot ingin menjadikannya permaisuri dan bilang akan mengalahkan Ein. Rupanya pria itu lebih dulu mati
Kediaman Sharakiel terlihat dan terasa tenang di tengah malam yang berangin. Lampu-lampu taman yang menyala—berkat batu sihir—dalam wadah bulat putih melambai-lambai bak api lilin tertiup angin.Akan datang badai, mungkin menjelang fajar.Suara lari kecil terdengar di lorong kediaman Sharakiel berserta teriakan-teriakan kecil yang memenuhi lorong di tengah malam.“Ayah!”Suara pintu ruang baca yang terbuka mengalihkan pandangan Rict dari buku tebal yang sedang di bacanya. Pria itu tersenyum pada sosok gadis 8 tahun yang baru saja berlari kecil memasuki ruangan.“Kenapa kau ke sini, Mareyya?” tanya Rict saat menggendong putrinya ke pangkuan.“Ayo, kita tidur bersama,” kata Mareyya dengan pandangan berharap. “Aku tidak bisa tidur karena mimpi buruk.”Rict tersenyum memeluk putrinya
Raeli mendengkus geli dengan senyum lebar, menopang dagu sambil melihat Ercher yang duduk di depannya. Pria itu makan manisan seperti seseorang makan siang. Terkadang kalau melihat itu, Raeli percaya kalau Ercher seumuran dengannya. Hebatnya pria itu suka kue dan permen. Semua kue yang Raeli berikan padanya selalu saja di makan sampai habis.“Apa enak?” tanya Raeli.Ercher mengangguk dengan wajah datar. Hanya saja matanya berbinar.“Seenak itu?”Ercher sekali lagi mengangguk.Raeli kemudian mengembuskan napas. “Sepertinya kue-kue buatanku kalah enak dengan kue ini.”Ercher langsung menjatuhkan garpu kecilnya dan menciptakan suara klotak pelan di piring. Pria itu dengan mulut setengah penuh menatap Raeli dengan wajah bersalah.Raeli pun menutupi mulutnya dengan kepalan tangan dan tertawa. “Ya ampun, aku hanya bercanda. Kau lahap sekali.”“Kue Tuan Putri paling enak.”Raeli mengangguk-angguk. “Iya-iya aku tahu. Kau kan sangat menyukai kue buatanku. Sekarang habiskan ini dan kita pulang.
“Yang Mulia, sebaiknya Anda beristirahat,” kata Tristan saat melihat Ein lagi-lagi memijat pangkal hidungnya.“Anda sudah seperti itu selama seminggu,” komentar Charlotte sambil meletakkan gelas teh yang ketiga hari ini. Matahari sudah sepenuhnya menghilang. Sudah malam lagi dan Ein masih belum beranjak untuk sedikit meregangkan tubuhnya.Pintu ruangan Ein yang terbuka diketuk seseorang. Melihat orang yang berdiri di pintu, Ein dan semua yang ada di ruangan itu langsung berdiri dan membungkuk.“Selamat malam matahari kekaisaran, Baginda Kaisar,” kata Ein.“Apa aku mengganggu?” tanya kaisar.“Tidak, Baginda,” jawab Charael. “Kami sedang bersantai. Justru Yang Mulia Pangeran—”Ein langsung menoleh pada Charael dengan tatapan peringatan.Kaisar tersenyum kecil. “Ada sesuatu yang ingin aku bicarakan dengan pangeran. Bisa kau ikut aku?”Kening Ein berkerut. “Anda seharusnya mengutus seseorang saja. Tidak perlu—”“Aku kaisar, tetapi aku juga orang tua. Tidak bolehkah orang tua datang sendir
Beberapa bulan setelah Raeli bangun dan kembali menjalani hidupnya sebagai putri tunggal Servant dan putri mahkota, tiba-tiba saja istana jadi heboh. Beberapa orang datang silih berganti menemui Raeli dengan membawa berbagai macam gaun pengantin. Memangnya siapa yang mau menikah?Belum lagi para pelayan ditambah untuk mempersiapkan acara di istana terpisah yang biasanya dibuka untuk acara-acara besar saja. Beberapa kali Raeli dipanggil untuk mencicipi menu makanan. Lalu keamanan istana juga makin diperketat. Pasukan ditambah, baik dari keluarga Servant bahkan sampai keluarga Sharakiel yang diperintahkan langsung oleh Mareyya.Sebenernya ada apa, sih? Apa ada yang mau menikah di istana? Apa baginda kaisar mau menikah lagi?Sebenarnya sampai sekarang Raeli masih sulit memercayai bahwa Mareyya itu adalah anak kecil biasa. Anak itu terlihat seperti orang dewasa dengan naturalnya. Dia bahkan mengatur urusan rumah tangga Shara
“Ha ha ha!”Ein dan Xain menoleh pada Teja yang tiba-tiba saja tertawa keras setelah melihat apa yang terjadi pada Mareyya. Apa pria itu sebenarnya gila?“Lucu sekali, ya. Padahal ayahnya orang yang dikutuk dewa,” kata Teja dengan senyum lebar sambil mengawasi kotak tempat Raeliana dan Mareyya berada. “Sepertinya Reid sudah menentukan bayaran atas apa yang sudah si penyihir itu lakukan.”“Apa maksudmu?” tanya Xain.Teja menunjuk pada cahaya yang bersinar di bawah tangan Mareyya. “Kekuatannya mirip dengan pendeta agung pertama.”“Pendeta agung pertama?” ulang Ein.Kalau pendeta agung pertama itu berarti orang yang sudah membangun kekaisaran ini bersama kaisar pertama. Orang yang katanya bisa melihat kemakmuran pada Easter jika mereka membangun sebuah negara. Dengan kata lain, pendeta agung
Ein, Xain dan Teja melihat saja saat Mareyya bergerak mendekati kotak sihir di mana Raeliana terbaring di dalamnya. Anak itu hanya berdiri di sisi kotak sambil menatap Raeliana.Sulit dipercaya bahwa Mareyya cocok dengan sihir suci milik Xain. Ternyata anak itu memang anak normal. Hanya saja lebih cepat dewasa karena didikan ayahnya yang mendoktrin bahwa Mareyya harus bisa mengurus keluarga sejak dini. Itu berarti Mareyya sudah tahu bahwa ayahnya cepat atau lambat akan mati.Sebenarnya Ein tahu bahwa Xain tidak memercayai anak itu. Namun, Ein memintanya untuk mengizinkan Mareyya bertemu Raeliana. Anak kecil tidak akan bisa melakukan sesuatu yang aneh.Padahal baru saja Ein berpikir seperti itu, tiba-tiba saja Mareyya melirik dari balik bahunya pada mereka. Tersenyum kecil dan matanya terlihat bercahaya. Lalu sesaat kemudian anak itu melangkah lebar ke kotak di mana Raeliana melayang di dalamnya dan tertidur. 
Ein memberikan surat terakhir pada ajudan baginda kaisar. Sepertinya keributan yang terjadi di istana sampai menghancurkan kediaman pangeran cukup menggemparkan. Beberapa bangsawan yang memang setia pada keluarga kaisar dan negara tetangga pun mengirimkan surat untuk menanyai kabar atau apakah pangeran butuh bantuan.Namun, tidak Ein sangka bahwa pertarungan dengan Rict jadi sangat-sangat singkat. Bahkan seolah tidak pernah ada. Kabarnya juga Xain menggunakan sihir lama untuk menghapus kenangan tentang sebagian adu mulut Raeliana dan Kroma hari itu.“Yang Mulia?”Ein mengangkat kepala pada Charael dan Carry yang baru saja masuk ruangannya bersamaan.“Bagaimana keadaan di sana?” tanya Ein sambil berdiri dan mengitari meja. Bersandar pada bagian depan meja kerjanya, menatap dua kesatria itu.“Setelah melalui investigasi, tidak ada yang aneh di kediaman
“Bangunlah.”Raeli membuka mata yang sebelumnya berat karena mengantuk dan ia merasa lantai tempat dirinya berbaring sangatlah dingin. Setelah itu ia melihat seseorang tersenyum tipis padanya sambil berdiri.Raeli bangkit untuk duduk. “Apa kita sudah mati?” tanya Raeli pada orang itu.“Entahlah.”“Jadi … siapa aku harus memanggilmu? Thantiana atau Raeliana?”“Namaku Thantiana. Bukankah Raeliana itu dirimu?”Raeli mendengkus. Apa-apaan itu? Dirinya kan dipaksa masuk ke tubuh Raeliana karena perbuatan wanita itu juga yang sekarang mengaku sebagai Thantiana.“Aku bukan Raeliana,” sangkal Raeli dengan suara pelan.“Tapi ada orang yang ingin kau tetap hidup sebagai Raeliana yang dicintainya.”Ein.
“Antar aku ke sana, Ercher,” kata Raeli.Lingkaran sihir Ercher menyala lagi. Pada saat itulah Raeli bisa melihat di sisi lain bangunan ada para kesatria yang terluka. Rict menyerang mereka. Lalu dalam sekejap mata mereka berpindah ke kamar pangeran yang hancur. Raeli bisa melihat Charael dan Tristan yang langsung bersiaga di dekat Ein.“Raeliana?” panggil Ein. “Jika kau bangun, seharusnya kau tetap tinggal di sana. Kenapa kau—”Raeli melirik sekilas dari balik bahunya. Saat membuat kesepakatan dengan Raeliana, ia sudah memilih keputusan. Semua kemalangan ini disebabkan oleh Raeliana sendiri. Bukankah wanita ini sudah tidak boleh hidup dan bersanding dengan putra mahkota?Raeli tidak ingin goyah, maka dari itu ia membuang wajah dari Ein.“Ah, Tuan Putri akhirnya bangun juga,” sindir Teja sambil berdiri.Ra
“Saat pertama kali bertemu, aku sudah tahu.”Orang-orang di ruangan itu mendadak syok mendengar suara Raeli. Bahkan Xain dan keluarga Servant pun nyaris melotot, tidak mengeluarkan suara saat mendengar dan melihat Raeli berdiri. Gadis itu seperti orang yang berbeda. Cara bicaranya yang dingin menyita perhatian.Raeli yang baru saja berdiri sedikit terhuyung karena kakinya yang sudah lama tidak digerakan malah dipaksa berdiri. Namun, sejak awal ia sudah membuat kesepakatan dengan Raeliana yang asli. Jika masalah ini selesai, ia bisa memilih meski dirinya sendiri tahu tidak ada pilihan yang lebih bagus dari yang Raeliana tawarkan.“Mareyya tidak mudah dekat dengan orang lain. Kalau ada orang yang dekat dengannya itu orang yang biasa bekerja di rumah Sharakiel,” kata Raeli sambil berjalan pelan menuruni mimbar singgahsana. “Apa itu tubuh barumu … Kroma?”Rosali
“Aku sudah bilang, aku tidak mau kembali ke sana,” kata Sheriel setelah sadar dari mimpi buruk kematian yang dialaminya untuk kedua kali. Saat membuka mata ia hanya tinggal bersama Raeliana. Lagi.“Aku tahu kau takut,” kata Raeliana. “Aku juga takut. Makanya aku melarikan diri. Tapi aku punya janji.”“Pada Ein?” Sheriel membuang muka. Entah kenapa membayangkan orang yang dicintai Ein berdiri di depannya itu terasa menjengkelkan.Raeliana menggeleng. “Pada Tuan Rict. Aku sudah berjanji untuk pergi pada Reid bersamanya. Itulah yang aku ingat setelah bereinkarnasi sebagai Raeliana. Ingatan terakhir pada kehidupan Thantiana.”“Aku tidak mau tahu.”“Jika kau tidak kembali ke Easter, Ein mungkin akan mati dan semua usahaku akan sia-sia.”“Kau yang menempatkan aku di situasi se
Berhari-hari sudah berlalu, ternyata benar kalau Sheriel hanya mengalami mimpi buruk yang panjang. Sebab, jangankan tertabrak truk, bahkan novel ‘Sang Permaisuri Pilihan’ itu saja tidak pernah terdaftar di dunia ini.Jadi, hidup Sheriel kembali normal. Ia pergi bekerja sambil mengantarkan Yuko ke sekolah. Saat pulang, Yuko akan menunggunya di tempat kerja.“Kakak sudah berhenti mencari tahu tentang mimpi aneh itu?” Yuko mendesah jenuh.“Lagi pula kan memang hanya mimpi semata. Jadi ... kupikir ya sudahlah. Aku akan melupakannya.”Tetapi anehnya setelah Sheriel mengatakan itu, hatinya jadi terasa sangat sakit. Hatinya merasakan rasa menyengat akan sesak. Ada yang kosong. Namun, Sheriel tidak ingin menghubungkannya dengan mimpi aneh itu. Justru ia gila kalau membawa-bawa perasaan cinta yang berasal dari mimpi itu ke dunia nyata.“Tapi, Yuko