Roseline menjatuhkan sendok perak ke lantai. Rasa marah menyerang hingga membuat dadanya panas. Sialan. Sudah 3 hari ia ditangkap dari toko roti dan dikurung dalam kamar istana Easter atas perintah Pangeran Ein.
Setelah mendekati Roseline, pria itu datang dengan sikap dingin sambil bilang bahwa Rose sekarang adalah tawanan perang.
Awalnya Rose ingin tetap bersandiwara tidak tahu dengan maksud pangeran. Sayangnya, sebelum pria itu menghilang entah ke mana, mereka sempat bertemu. Dengan ancaman pangeran tegas mengatakan identitas asli Roseline, lengkap dengan nama baptisnya.
Sialan. Apa sih sebenarnya yang dilakukan Klein?
“Sialan!” teriak Roseline.
“Kau merasa tidak adil berada di tempat ini?”
Rose segera berdiri dan berbalik, menatap pria pirang yang baru saja masuk itu. Si pengawal putra mahkota. Kalau sebelumnya Rose harus berpura-pura merasa cang
Raeli sudah hampir terbiasa makan malam dengan Klein yang mengawasinya tanpa henti sampai ia selesai makan. Sudah hampir seminggu pria itu melakukannya dan selalu saja diakhiri dengan pertanyaan yang sama.“Kau yakin tidak mau jadi permaisuri dan penguasa Faiore?”Raeli mengelap mulutnya. Untuk ukuran seorang tawanan, bukankah ia terlalu santai? Tetapi tidak masalah. Sampai pangeran datang ke medan perang sebulan lagi, Raeli bisa menahan diri untuk bersabar. Raeli harus bisa cari aman sampai penjagaan longgar dan bisa kabur. Meski rencana ini tidak sepenuhnya akurat.Namun, tidak ada jaminan pangeran akan menyelamatkannya, bukan? Kira-kira pangeran tahu tidak kalau gadis yang disukainya adalah adik dari musuhnya? Kalau pangeran Ein tahu, apa yang akan dia lakukan?“Aku sudah bilang, aku tidak akan jadi permaisuri,” jawab Raeli. Berapa kali ia harus menegaskan hal ini?&
Sudah berkali-kali Ein bilang. Kegilaan yang ada dalam dirinya tidak melebihi dari pria yang sedang berdiri di pagar terasnya itu. Hanya bermodal kegilaan pria itu datang ke markas besar Easter, sendirian. Tersenyum menantang pada Ein.“Klein,” desis Ein melalui gigi-giginya. Rahang Ein mengeras.“Yang Mulia!”Pintu kamar Ein berdentang dengan keras dan Charael masuk sambil merentangkan pedang untuk melindungi Ein. Klein yang dengan santainya berdiri di pagar, bukannya takut malah tersenyum dengan lebar.“Sungguh sambutan yang tidak hangat,” kata Klein. “Padahal aku sudah lama menunggumu untuk turun ke medan perang, sang Black Saint.”Charael tersenyum. “Hmm, Anda kembali sangat cepat begitu menyadari pasukan Faiore sedang terdesak.”Senyum di wajah Klein menghilang. Lalu tatapannya menajam
Klein melemparkan gelas ke dinding hingga pecah berantakan. Bagaimana caranya menyingkirkan Ercher Silabent itu lebih dulu? Pria itu berbahaya. Sedangkan menghadapi Ein saja ia sudah harus mengeluarkan setengah mananya agar tidak terluka sedikitpun.Bisa-bisanya anak haram baron punya kekuatan besar seperti itu.Untuk sekarang Klein perlu waspada dan meningkatkan pengamanan markas. Easter sudah punya 3 binatang buas di medan perang, salah satu adalah pemimpinnya. Kapan saja Faiore bisa diberantas jika mereka lemah.Klein kemudian menyeringai. Bukankah ia memiliki tunangannya Pangeran Ein. Gadis itu bisa jadi pancingan yang bagus. Rumor tentang pangeran yang jatuh cinta pada teman sejak kecilnya itu sudah jadi rahasia umum.Kalau Ein masih mementingkan Raeliana, maka pria itu akan datang untuk menyelamatkannya. Jika saat itu datang, ia akan membunuh mereka semua.***
Ein melirik keluar celah sempit. Apakah tempat seperti ini sengaja dibuat? Kalau memang benar, apa tujuannya? Tetapi hal itu sama sekali tidak penting. Perasaan Ein sudah tidak enak sejak menginjak lapangan markas Faiore. Untuk sebuah markas dan benteng perang, tempat ini sangat tenang.Saking tenangnya, penyusupan Ein benar-benar lancar. Justru hal itu membuat Ein berpikir kalau mungkin saja Klein sengaja. Pria itu pasti sudah mengatur siasat. Klein mungkin sudah tahu kalau cepat atau lambat Ein akan datang untuk menjemput Raeliana.Kemungkinan semacam itu sangat tinggi. Kalau memang benar, maka yang harus Ein lakukan adalah melawan mereka dan keluar membawa Raeliana.Tepat sekali saat Ein memikirkan Raeliana, gadis itu berdiri beberapa meter dari Ein—menatap pintu yang tertutup di samping celah tempat Ein berada. Jadi Raeliana dibebaskan berkeliaran begitu saja? Syukurlah gadis itu tidak dikurung seperti yang Ein
Markas besar Easter mulai sibuk sejak kedatangan Ercher yang menggendong putri Duke Servant. Gadis itu tidak sadarkan diri dengan tubuh penuh darah dan anak panah menancap di dada kirinya.Charlotte yang sebelumnya sudah diberitahu tentang rencana gila pangeran dan tentang mungkin saja akan ada penanganan cepat, segera mengambil alih Raeliana. Lalu Ercher langsung pergi begitu saja menyusul pasukan Charael yang menyerbu Faiore untuk menyelamatkan pangeran.Charlotte mengembuskan napas menatap Raeliana yang belum juga sadarkan diri bahkan setelah 6 jam. Tampaknya luka itu sangat parah walau tidak mengenai vitalnya.Jujur saja Charlotte terkejut saat kembarannya memberitahu rencana penyusupan pangeran. Pria itu sejak dulu bisa sering melakukan hal gila hanya karena gadis bernama Raeliana ini. Bahkan menyerahkan nyawa untuk membawa Raeliana kembali.“Ketua?” Salah seorang perawat masuk ke ruangan. “Pasukan Yang Mulia sudah kembali.”“Yang Mulia kembali?” Charlotte berbalik pada perawatny
Xain melirik pada kaisar dan keluarga Duke Servant yang menunggu. Setelah menarik napas dan menenangkan diri, Xain duduk di tempat tidur—di sisi Raeliana. Sesuai perintah kaisar dan keingin pangeran yang tertulis di surat yang datang bersamaan, mereka ingin Raeliana dirawat di kamar pangeran. Di istana kekaisaran hanya kamar itu yang penuh dengan mana.Banyaknya mana di dalam kamar pangeran itu bisa memfokuskan kinerja penyembuhan lebih cepat. Saat rombongan kecil yang membawa Raeliana sampai, Xain sudah merasakan hal tidak mengenakan. Ternyata setelah melihat kondisi Raeliana barulah ia tahu apa perasaan tidak enak itu.Xain memeriksa denyut nadi Raeliana yang normal. Bahkan suhu tubuh gadis itu juga sangat normal. Rona wajahnya tetap seperti biasa meski di surat Charlotte tempo hari bilang bahwa Raeliana sepucat dan sedingin es.Xain membuka penutup luka Raeliana. Melihat lubang bekas luka itu membiru terang dan bukan lebam seperti luka kebanyakan.“Gawat,” gumam Xain tanpa sadar.“
Raeli duduk di tempat tidur. Ia baru saja bangun pagi ini. Saat itu ia terkejut bukan main ada banyak orang. Keluarga kaisar, keluarganya. Kemudian Raeli baru ingat kalau dirinya terkena anak panah saat ingin melarikan diri dari Klein.Ternyata Duke Servant menjemputnya untuk pulang ke Easter, ya? Itu artinya Pangeran sudah menepati janji.Tetapi kenapa Raeli harus dirawat di kamar Pangeran Ein? Di tempat tidur pangeran? Memangnya ini tidak termasuk ke dalam pasal mengotori properti keluarga kaisar?“Kenapa aku di sini?” tanya Raeli untuk yang ketiga kalinya setelah bangun dan setelah kamar itu hanya tinggal dirinya, Pendeta Xain, Carry dan Tristan. “Di tempat tidur Pangeran.”Xain tertawa. “Kau kan sudah berbaring di sini selama seminggu. Jadi, protes apa pun tidak akan berguna.”Seminggu? Selama itu? Apa yang terjadi pada Raeli sampai tidak sadar seminggu? Sudah mirip seperti orang yang mau mati.“Bagaimana perasaanmu, Raeli?” tanya Carry yang sudah mendekat ke tempat tidur.Raeli m
Ein keluar dari kamar mandi sambil mengusap rambutnya dengan handuk. Melihat secangkir teh sudah ada di meja, tepat di sisi surat Raeliana. Setelah melempar handuk ke sebuah kursi di dekat pintu kamar mandi, Ein mengambil surat yang tadi tertunda untuk dibaca.Sambil membuka surat Ein berjalan menghampiri pintu beranda, berdiri di sana. Berharap sinar bulan bisa menerangi surat Raeliana. Senyum Ein merekah membaca kalimat pertama di surat itu.Aku benci sekali.Sebenarnya apa yang kulakukan? Aku tidak bisa menulis surat selain surat penolakan undangan minum teh. Tetapi sepertinya aku harus mengucapkan terima kasih, kalau tidak hidupku takkan kembali normal.Sebenarnya gadis ini ingin mengirim surat atau malah ingin mengutuk?Jujur saja, aku tidak tahu apa yang terjadi. Tiba-tiba saja aku bangun di ruangan yang luar biasa mewah hingga terkesan berleb
Beberapa bulan setelah Raeli bangun dan kembali menjalani hidupnya sebagai putri tunggal Servant dan putri mahkota, tiba-tiba saja istana jadi heboh. Beberapa orang datang silih berganti menemui Raeli dengan membawa berbagai macam gaun pengantin. Memangnya siapa yang mau menikah?Belum lagi para pelayan ditambah untuk mempersiapkan acara di istana terpisah yang biasanya dibuka untuk acara-acara besar saja. Beberapa kali Raeli dipanggil untuk mencicipi menu makanan. Lalu keamanan istana juga makin diperketat. Pasukan ditambah, baik dari keluarga Servant bahkan sampai keluarga Sharakiel yang diperintahkan langsung oleh Mareyya.Sebenernya ada apa, sih? Apa ada yang mau menikah di istana? Apa baginda kaisar mau menikah lagi?Sebenarnya sampai sekarang Raeli masih sulit memercayai bahwa Mareyya itu adalah anak kecil biasa. Anak itu terlihat seperti orang dewasa dengan naturalnya. Dia bahkan mengatur urusan rumah tangga Shara
“Ha ha ha!”Ein dan Xain menoleh pada Teja yang tiba-tiba saja tertawa keras setelah melihat apa yang terjadi pada Mareyya. Apa pria itu sebenarnya gila?“Lucu sekali, ya. Padahal ayahnya orang yang dikutuk dewa,” kata Teja dengan senyum lebar sambil mengawasi kotak tempat Raeliana dan Mareyya berada. “Sepertinya Reid sudah menentukan bayaran atas apa yang sudah si penyihir itu lakukan.”“Apa maksudmu?” tanya Xain.Teja menunjuk pada cahaya yang bersinar di bawah tangan Mareyya. “Kekuatannya mirip dengan pendeta agung pertama.”“Pendeta agung pertama?” ulang Ein.Kalau pendeta agung pertama itu berarti orang yang sudah membangun kekaisaran ini bersama kaisar pertama. Orang yang katanya bisa melihat kemakmuran pada Easter jika mereka membangun sebuah negara. Dengan kata lain, pendeta agung
Ein, Xain dan Teja melihat saja saat Mareyya bergerak mendekati kotak sihir di mana Raeliana terbaring di dalamnya. Anak itu hanya berdiri di sisi kotak sambil menatap Raeliana.Sulit dipercaya bahwa Mareyya cocok dengan sihir suci milik Xain. Ternyata anak itu memang anak normal. Hanya saja lebih cepat dewasa karena didikan ayahnya yang mendoktrin bahwa Mareyya harus bisa mengurus keluarga sejak dini. Itu berarti Mareyya sudah tahu bahwa ayahnya cepat atau lambat akan mati.Sebenarnya Ein tahu bahwa Xain tidak memercayai anak itu. Namun, Ein memintanya untuk mengizinkan Mareyya bertemu Raeliana. Anak kecil tidak akan bisa melakukan sesuatu yang aneh.Padahal baru saja Ein berpikir seperti itu, tiba-tiba saja Mareyya melirik dari balik bahunya pada mereka. Tersenyum kecil dan matanya terlihat bercahaya. Lalu sesaat kemudian anak itu melangkah lebar ke kotak di mana Raeliana melayang di dalamnya dan tertidur. 
Ein memberikan surat terakhir pada ajudan baginda kaisar. Sepertinya keributan yang terjadi di istana sampai menghancurkan kediaman pangeran cukup menggemparkan. Beberapa bangsawan yang memang setia pada keluarga kaisar dan negara tetangga pun mengirimkan surat untuk menanyai kabar atau apakah pangeran butuh bantuan.Namun, tidak Ein sangka bahwa pertarungan dengan Rict jadi sangat-sangat singkat. Bahkan seolah tidak pernah ada. Kabarnya juga Xain menggunakan sihir lama untuk menghapus kenangan tentang sebagian adu mulut Raeliana dan Kroma hari itu.“Yang Mulia?”Ein mengangkat kepala pada Charael dan Carry yang baru saja masuk ruangannya bersamaan.“Bagaimana keadaan di sana?” tanya Ein sambil berdiri dan mengitari meja. Bersandar pada bagian depan meja kerjanya, menatap dua kesatria itu.“Setelah melalui investigasi, tidak ada yang aneh di kediaman
“Bangunlah.”Raeli membuka mata yang sebelumnya berat karena mengantuk dan ia merasa lantai tempat dirinya berbaring sangatlah dingin. Setelah itu ia melihat seseorang tersenyum tipis padanya sambil berdiri.Raeli bangkit untuk duduk. “Apa kita sudah mati?” tanya Raeli pada orang itu.“Entahlah.”“Jadi … siapa aku harus memanggilmu? Thantiana atau Raeliana?”“Namaku Thantiana. Bukankah Raeliana itu dirimu?”Raeli mendengkus. Apa-apaan itu? Dirinya kan dipaksa masuk ke tubuh Raeliana karena perbuatan wanita itu juga yang sekarang mengaku sebagai Thantiana.“Aku bukan Raeliana,” sangkal Raeli dengan suara pelan.“Tapi ada orang yang ingin kau tetap hidup sebagai Raeliana yang dicintainya.”Ein.
“Antar aku ke sana, Ercher,” kata Raeli.Lingkaran sihir Ercher menyala lagi. Pada saat itulah Raeli bisa melihat di sisi lain bangunan ada para kesatria yang terluka. Rict menyerang mereka. Lalu dalam sekejap mata mereka berpindah ke kamar pangeran yang hancur. Raeli bisa melihat Charael dan Tristan yang langsung bersiaga di dekat Ein.“Raeliana?” panggil Ein. “Jika kau bangun, seharusnya kau tetap tinggal di sana. Kenapa kau—”Raeli melirik sekilas dari balik bahunya. Saat membuat kesepakatan dengan Raeliana, ia sudah memilih keputusan. Semua kemalangan ini disebabkan oleh Raeliana sendiri. Bukankah wanita ini sudah tidak boleh hidup dan bersanding dengan putra mahkota?Raeli tidak ingin goyah, maka dari itu ia membuang wajah dari Ein.“Ah, Tuan Putri akhirnya bangun juga,” sindir Teja sambil berdiri.Ra
“Saat pertama kali bertemu, aku sudah tahu.”Orang-orang di ruangan itu mendadak syok mendengar suara Raeli. Bahkan Xain dan keluarga Servant pun nyaris melotot, tidak mengeluarkan suara saat mendengar dan melihat Raeli berdiri. Gadis itu seperti orang yang berbeda. Cara bicaranya yang dingin menyita perhatian.Raeli yang baru saja berdiri sedikit terhuyung karena kakinya yang sudah lama tidak digerakan malah dipaksa berdiri. Namun, sejak awal ia sudah membuat kesepakatan dengan Raeliana yang asli. Jika masalah ini selesai, ia bisa memilih meski dirinya sendiri tahu tidak ada pilihan yang lebih bagus dari yang Raeliana tawarkan.“Mareyya tidak mudah dekat dengan orang lain. Kalau ada orang yang dekat dengannya itu orang yang biasa bekerja di rumah Sharakiel,” kata Raeli sambil berjalan pelan menuruni mimbar singgahsana. “Apa itu tubuh barumu … Kroma?”Rosali
“Aku sudah bilang, aku tidak mau kembali ke sana,” kata Sheriel setelah sadar dari mimpi buruk kematian yang dialaminya untuk kedua kali. Saat membuka mata ia hanya tinggal bersama Raeliana. Lagi.“Aku tahu kau takut,” kata Raeliana. “Aku juga takut. Makanya aku melarikan diri. Tapi aku punya janji.”“Pada Ein?” Sheriel membuang muka. Entah kenapa membayangkan orang yang dicintai Ein berdiri di depannya itu terasa menjengkelkan.Raeliana menggeleng. “Pada Tuan Rict. Aku sudah berjanji untuk pergi pada Reid bersamanya. Itulah yang aku ingat setelah bereinkarnasi sebagai Raeliana. Ingatan terakhir pada kehidupan Thantiana.”“Aku tidak mau tahu.”“Jika kau tidak kembali ke Easter, Ein mungkin akan mati dan semua usahaku akan sia-sia.”“Kau yang menempatkan aku di situasi se
Berhari-hari sudah berlalu, ternyata benar kalau Sheriel hanya mengalami mimpi buruk yang panjang. Sebab, jangankan tertabrak truk, bahkan novel ‘Sang Permaisuri Pilihan’ itu saja tidak pernah terdaftar di dunia ini.Jadi, hidup Sheriel kembali normal. Ia pergi bekerja sambil mengantarkan Yuko ke sekolah. Saat pulang, Yuko akan menunggunya di tempat kerja.“Kakak sudah berhenti mencari tahu tentang mimpi aneh itu?” Yuko mendesah jenuh.“Lagi pula kan memang hanya mimpi semata. Jadi ... kupikir ya sudahlah. Aku akan melupakannya.”Tetapi anehnya setelah Sheriel mengatakan itu, hatinya jadi terasa sangat sakit. Hatinya merasakan rasa menyengat akan sesak. Ada yang kosong. Namun, Sheriel tidak ingin menghubungkannya dengan mimpi aneh itu. Justru ia gila kalau membawa-bawa perasaan cinta yang berasal dari mimpi itu ke dunia nyata.“Tapi, Yuko