Ein berpikir tidak masalah bertarung tanpa sihir saat melawan para bandit-bandit itu. Mereka terlihat hanya bandit-bandit biasa dan mungkin jika bisa membuat pikiran orang-orang itu berubah, mereka bisa saja diajak untuk menjadi bagian dari pasukan kekaisaran.
Sayangnya Ein salah besar. Mereka bukan orang yang bisa diajak bernegosiasi. Mendengar aksen bicara orang-orang itu, mereka bukan penduduk asli Easter. Para bandit ini semuanya pendatang.
Ein merasa pertarungan itu tidak terlalu berat, bahkan tanpanya Carry bisa mengatasi itu. Tetapi Ein sama sekali tidak menyangka bahwa pemimpin mereka punya sesuatu yang lain. Ein terlambat menyadarinya dan terkena tebasan pria besar itu. Termasuk beruntung hanya mengenai dadanya dan bukan leher.
Begitu sudah meringkus para bandit-bandit itu, Tristan menyarankan untuk ke perbatasan dan menemui Charlotte. Kesatria Ein yang satu itu punya kemampuan medis yang bagus dan juga satu-sat
Seharusnya sekarang Raeli sudah pergi bersama pangeran, ‘kan?Ya, seandainya ia sempat mengatakan keinginannya sebelum Charlotte datang semalam. Namun, ia terlambat menyebutkan pasar. Bahkan setelah Charlotte pergi, ia dan pangeran lupa sedang membicarakan apa.“Anda bosan?”Raeli mengangkat kepala tidak percaya. Setelah beberapa hari bersama ini adalah kali pertama Ercher memutuskan untuk berbicara lebih dulu pada Raeli. Sungguh. Ini sebuah kemajuan besar untuk seorang pria pendiam dan ternyata benar. Ercher punya insting yang kuat dan peka terhadap sesuatu di sekitarnya, termasuk Raeli.“Ingin bertemu pangeran?”“Apa!”Ercher tidak bereaksi terhadap teriakan Raeli. Enaknya, Raeli tidak akan dimarahi berteriak seperti itu saat bersama Ercher. Ia tidak akan diceramahi tentang tata krama putri seorang bangsawan dan ana
“Oh, Nona Charlotte?”Raeli menegang mendengar sapaan Liliane pada orang di belakangnya. Sejak pertama bertemu dengan Charlotte Merville dan mendengar cerita dari Anne, Raeli selalu berusaha untuk menghindari kontak dengan gadis itu. Jelas sekali kalau Charlotte sebagai kesatria pangeran sangat tidak menyukai Raeli.Liliane tersenyum cerah. Selama pindah ke istana, tampaknya hanya Liliane yang menjadi teman Raeli. Sampai hari ini ia masih sering menolak ajakan jamuan teh kalangan atas. Alasannya masih sama. Raeli tidak mau membicarakan tentang pangeran di meja-meja itu.“Selamat sore, Tuan Putri.”Raeli menunduk. Hanya menyapa tuan putri? Maaf, bukan berarti ia berharap untuk disapa juga.“Maaf sudah memintamu bergabung, Nona Charlotte. Aku memaksamu mengenakan gaun?”Raeli mendadak tertarik dengan ucapan Liliane dan memutu
“Apa kami melakukan kesalahan, Tuan? Kami sudah melaksanakan tugas dengan benar.”Pria berjubah itu datang untuk yang kedua kalinya ke tahanan istana Easter. Lagi-lagi harus membereskan yang namanya sampah tidak berguna.“Tidak ada yang salah. Hanya saja kalian begitu cepat tertangkap.”“K-kami tidak tahu bahwa rombongan itu membawa pangeran juga.”“Satchi,” kata pria berjubah sambil melirik beberapa sampah yang sudah mati di dekat kakinya. Mengikuti arah pandang orang bernama Satchi itu. Si ketua geng perampok. “Kalian tidak melakukan kesalahan. Justru kalian melakukan tugas dengan baik sampai kemari.”Senyum sedikit mengembang dalam wajah ketakutan Satchi. Sebuah harapan untuk bisa dibebaskan.“Tetapi mati juga salah satu tugasmu. Karena kau sudah tidak bisa mengemban tugas apa pun lagi.&rdqu
“Kita lengah lagi,” kata Tristan saat mereka semua sudah kembali ke ruang kerja Ein.Sesampainya di sel tahanan di mana kelima perampok yang Ein tangkap berada, keadaan orang-orang itu sama mengenaskannya dengan paman Roseline. Mereka mati dengan leher tersayat dan semuanya belum sempat diintrogasi.Pria berjubah itu sengaja datang untuk membunuh mereka sebelum membocorkan informasi.Ein duduk di kursinya. Menahan diri untuk tidak menghancurkan sesuatu. Tetapi sedikit ada kemajuan. Dengan adanya Ercher mereka bisa tahu yang mengincar sel istana adalah seorang pria. Namun, tetap saja tidak ada lagi hal berarti lainnya.Sepertinya Ein akan mencari waktu untuk mendiskusikan ini dengan kaisar.“Ercher?” panggil Ein.Ercher membungkuk pada Ein.“Apa yang kau lakukan sehingga bisa sampai di sana?” tanya Ein.Tentu saja ia tahu jawabannya. Ercher berada di sana karena insting tajamnya bisa tahu kalau ada seseorang yang sangat berbahaya di dekatnya.“Kau meninggalkan Raeliana.” Ein menatap ta
Ein menggulung lagi kertas di tangannya dan mengenggamnya dengan keras. Mungkin sudah saatnya mengambil keputusan. Walaupun Ein tahu dampak dari semua keputusan ini adalah penyesalan.“Apa Anda akan mengambil tindakan, Yang Mulia?” tanya Tristan.“Ya. Kupikir sudah waktunya menyudahi keraguan ini.”Ternyata keheningan di medan perang bukanlah hal biasa. Tetapi memang ada yang aneh. Karena rasa penasan, Charael akhinya memutuskan untuk menyusup sendiri ke markas musuh. Lalu menemukan fakta mencengangkan.Keheningan ini rupanya menyimpan rahasia.“Seluruh anak kaisar Faiore menghilang. Termasuk panglima tertinggi,” jawab Ein kemudian. Matanya menyipit, menahan emosi yang tiba-tiba saja menyerang dadanya. Sebuah kemarahan.Pria licik itu meninggalkan tempat di saat peperangan? Sungguh kurang ajar.“Sepertinya mereka hanya sedang berpikir mengimbangi pasukan kita, Yang Mulia.” Charlotte yang berdiri di dekat rak buku berkomentar. Dari sekian banyaknya peperangan selama ini, gadis itu meng
“Selamat pagi, Rose?” sapa Raeli begitu melihat Roseline membereskan etalase kue-kue mereka. Wajah gadis itu terlihat bahagia dan ceria, seakan sesuatu terjadi pada hari sebelumnya.Akhirnya Raeli bisa datang ke toko setelah berada di istana bersama kebosanan yang tak ada habisnya.“Ah, pagi, Nona.” Rose sedikit membungkuk untuk menyambut Raeli. Kemudian senyum gadis itu menghilang saat melihat sosok Ercher dan malah menampakkan rasa takut.Ya, Raeli harus mengakui hal itu. Ketampanan Ercher menyimpan banyak hal misterius. Hal itu yang membuatnya jadi dambaan dan berbahaya di satu waktu sekaligus. Tidak banyak gadis yang berani padanya. Kecuali Liliane, beberapa orang lainnya. Tentu saja Raeli termasuk dari mereka.Raeli sudah memperingatkan Ercher untuk tidak membuat gadis-gadis takut. Sayangnya, sikap waspada pria itu teramat berlebihan sampai membuat Raeli ingin memukulnya
Ada apa dengan gadis itu? Sandiwaranya luar biasa.Ein tidak mengira kalau Raeliana akan muncul di sana. Lagi pula tidak ada tanda-tanda kereta kuda yang membawa gadis itu. Ke mana mereka menyembunyikannya? Lalu si Ercher malah terlihat lebih tidak peduli yang justru membuat Ein bertambah kesal.“Beritahukan kedatanganku, Tristan. Lalu berdirilah sedikit menjauh dari pintu,” perintah Ein saat melihat Ercher menyadari kedatangannya. “Bawa juga bocah itu.”“Baik, Yang Mulia.”Tristan mengambil langkah lebar lebih dulu mencapai kamar Raeliana dan mengetuk sekali, lalu meneriakkan kunjungan putra mahkota.Jika dilihat dari sifatnya, Ein tidak akan menunggu balasan Raeliana. Gadis itu sudah pasti mencari alasan untuk mengusirnya. Ein tidak akan memberikan kesempatan Raeliana melakukan hal semacam itu.Jadi Ein langsung mendorong
Setelah pertemuan Raeli dan pangeran beberapa malam lalu, tampaknya pria itu jadi lebih terang-terangan mendatangi Rose. Ya, bagus juga. Raeli menolak bertemu pria itu sama halnya seperti yang pangeran lakukan sebelumnya.Jika pangeran pikir Raeli akan marah dengan kedekatannya bersama Rose, maka pangeran benar. Raeli marah. Kenapa baru sekarang mencoba tertarik pada Rose? Bukankah Raeli sudah menyodorkannya sejak lama?Hal itu membuat Raeli jadi sebal luar biasa. Semalaman Raeli berpikir, mungkin inilah batasan dari rasa sabar yang Raeliana miliki. Hatinya entah kenapa jadi sakit setiap melihat pangeran berpaling.Raeli benci kondisi seperti ini dan ia ingin melarikan diri.Sepertinya cerita ini sudah kembali ke plot awal. Kematian Raeliana sudah semakin diperjelas dengan adanya tatapan kebencian pangeran. Raeli sudah benar-benar harus menciptakan masa depannya dengan matang sebelum plot kematian it
Beberapa bulan setelah Raeli bangun dan kembali menjalani hidupnya sebagai putri tunggal Servant dan putri mahkota, tiba-tiba saja istana jadi heboh. Beberapa orang datang silih berganti menemui Raeli dengan membawa berbagai macam gaun pengantin. Memangnya siapa yang mau menikah?Belum lagi para pelayan ditambah untuk mempersiapkan acara di istana terpisah yang biasanya dibuka untuk acara-acara besar saja. Beberapa kali Raeli dipanggil untuk mencicipi menu makanan. Lalu keamanan istana juga makin diperketat. Pasukan ditambah, baik dari keluarga Servant bahkan sampai keluarga Sharakiel yang diperintahkan langsung oleh Mareyya.Sebenernya ada apa, sih? Apa ada yang mau menikah di istana? Apa baginda kaisar mau menikah lagi?Sebenarnya sampai sekarang Raeli masih sulit memercayai bahwa Mareyya itu adalah anak kecil biasa. Anak itu terlihat seperti orang dewasa dengan naturalnya. Dia bahkan mengatur urusan rumah tangga Shara
“Ha ha ha!”Ein dan Xain menoleh pada Teja yang tiba-tiba saja tertawa keras setelah melihat apa yang terjadi pada Mareyya. Apa pria itu sebenarnya gila?“Lucu sekali, ya. Padahal ayahnya orang yang dikutuk dewa,” kata Teja dengan senyum lebar sambil mengawasi kotak tempat Raeliana dan Mareyya berada. “Sepertinya Reid sudah menentukan bayaran atas apa yang sudah si penyihir itu lakukan.”“Apa maksudmu?” tanya Xain.Teja menunjuk pada cahaya yang bersinar di bawah tangan Mareyya. “Kekuatannya mirip dengan pendeta agung pertama.”“Pendeta agung pertama?” ulang Ein.Kalau pendeta agung pertama itu berarti orang yang sudah membangun kekaisaran ini bersama kaisar pertama. Orang yang katanya bisa melihat kemakmuran pada Easter jika mereka membangun sebuah negara. Dengan kata lain, pendeta agung
Ein, Xain dan Teja melihat saja saat Mareyya bergerak mendekati kotak sihir di mana Raeliana terbaring di dalamnya. Anak itu hanya berdiri di sisi kotak sambil menatap Raeliana.Sulit dipercaya bahwa Mareyya cocok dengan sihir suci milik Xain. Ternyata anak itu memang anak normal. Hanya saja lebih cepat dewasa karena didikan ayahnya yang mendoktrin bahwa Mareyya harus bisa mengurus keluarga sejak dini. Itu berarti Mareyya sudah tahu bahwa ayahnya cepat atau lambat akan mati.Sebenarnya Ein tahu bahwa Xain tidak memercayai anak itu. Namun, Ein memintanya untuk mengizinkan Mareyya bertemu Raeliana. Anak kecil tidak akan bisa melakukan sesuatu yang aneh.Padahal baru saja Ein berpikir seperti itu, tiba-tiba saja Mareyya melirik dari balik bahunya pada mereka. Tersenyum kecil dan matanya terlihat bercahaya. Lalu sesaat kemudian anak itu melangkah lebar ke kotak di mana Raeliana melayang di dalamnya dan tertidur. 
Ein memberikan surat terakhir pada ajudan baginda kaisar. Sepertinya keributan yang terjadi di istana sampai menghancurkan kediaman pangeran cukup menggemparkan. Beberapa bangsawan yang memang setia pada keluarga kaisar dan negara tetangga pun mengirimkan surat untuk menanyai kabar atau apakah pangeran butuh bantuan.Namun, tidak Ein sangka bahwa pertarungan dengan Rict jadi sangat-sangat singkat. Bahkan seolah tidak pernah ada. Kabarnya juga Xain menggunakan sihir lama untuk menghapus kenangan tentang sebagian adu mulut Raeliana dan Kroma hari itu.“Yang Mulia?”Ein mengangkat kepala pada Charael dan Carry yang baru saja masuk ruangannya bersamaan.“Bagaimana keadaan di sana?” tanya Ein sambil berdiri dan mengitari meja. Bersandar pada bagian depan meja kerjanya, menatap dua kesatria itu.“Setelah melalui investigasi, tidak ada yang aneh di kediaman
“Bangunlah.”Raeli membuka mata yang sebelumnya berat karena mengantuk dan ia merasa lantai tempat dirinya berbaring sangatlah dingin. Setelah itu ia melihat seseorang tersenyum tipis padanya sambil berdiri.Raeli bangkit untuk duduk. “Apa kita sudah mati?” tanya Raeli pada orang itu.“Entahlah.”“Jadi … siapa aku harus memanggilmu? Thantiana atau Raeliana?”“Namaku Thantiana. Bukankah Raeliana itu dirimu?”Raeli mendengkus. Apa-apaan itu? Dirinya kan dipaksa masuk ke tubuh Raeliana karena perbuatan wanita itu juga yang sekarang mengaku sebagai Thantiana.“Aku bukan Raeliana,” sangkal Raeli dengan suara pelan.“Tapi ada orang yang ingin kau tetap hidup sebagai Raeliana yang dicintainya.”Ein.
“Antar aku ke sana, Ercher,” kata Raeli.Lingkaran sihir Ercher menyala lagi. Pada saat itulah Raeli bisa melihat di sisi lain bangunan ada para kesatria yang terluka. Rict menyerang mereka. Lalu dalam sekejap mata mereka berpindah ke kamar pangeran yang hancur. Raeli bisa melihat Charael dan Tristan yang langsung bersiaga di dekat Ein.“Raeliana?” panggil Ein. “Jika kau bangun, seharusnya kau tetap tinggal di sana. Kenapa kau—”Raeli melirik sekilas dari balik bahunya. Saat membuat kesepakatan dengan Raeliana, ia sudah memilih keputusan. Semua kemalangan ini disebabkan oleh Raeliana sendiri. Bukankah wanita ini sudah tidak boleh hidup dan bersanding dengan putra mahkota?Raeli tidak ingin goyah, maka dari itu ia membuang wajah dari Ein.“Ah, Tuan Putri akhirnya bangun juga,” sindir Teja sambil berdiri.Ra
“Saat pertama kali bertemu, aku sudah tahu.”Orang-orang di ruangan itu mendadak syok mendengar suara Raeli. Bahkan Xain dan keluarga Servant pun nyaris melotot, tidak mengeluarkan suara saat mendengar dan melihat Raeli berdiri. Gadis itu seperti orang yang berbeda. Cara bicaranya yang dingin menyita perhatian.Raeli yang baru saja berdiri sedikit terhuyung karena kakinya yang sudah lama tidak digerakan malah dipaksa berdiri. Namun, sejak awal ia sudah membuat kesepakatan dengan Raeliana yang asli. Jika masalah ini selesai, ia bisa memilih meski dirinya sendiri tahu tidak ada pilihan yang lebih bagus dari yang Raeliana tawarkan.“Mareyya tidak mudah dekat dengan orang lain. Kalau ada orang yang dekat dengannya itu orang yang biasa bekerja di rumah Sharakiel,” kata Raeli sambil berjalan pelan menuruni mimbar singgahsana. “Apa itu tubuh barumu … Kroma?”Rosali
“Aku sudah bilang, aku tidak mau kembali ke sana,” kata Sheriel setelah sadar dari mimpi buruk kematian yang dialaminya untuk kedua kali. Saat membuka mata ia hanya tinggal bersama Raeliana. Lagi.“Aku tahu kau takut,” kata Raeliana. “Aku juga takut. Makanya aku melarikan diri. Tapi aku punya janji.”“Pada Ein?” Sheriel membuang muka. Entah kenapa membayangkan orang yang dicintai Ein berdiri di depannya itu terasa menjengkelkan.Raeliana menggeleng. “Pada Tuan Rict. Aku sudah berjanji untuk pergi pada Reid bersamanya. Itulah yang aku ingat setelah bereinkarnasi sebagai Raeliana. Ingatan terakhir pada kehidupan Thantiana.”“Aku tidak mau tahu.”“Jika kau tidak kembali ke Easter, Ein mungkin akan mati dan semua usahaku akan sia-sia.”“Kau yang menempatkan aku di situasi se
Berhari-hari sudah berlalu, ternyata benar kalau Sheriel hanya mengalami mimpi buruk yang panjang. Sebab, jangankan tertabrak truk, bahkan novel ‘Sang Permaisuri Pilihan’ itu saja tidak pernah terdaftar di dunia ini.Jadi, hidup Sheriel kembali normal. Ia pergi bekerja sambil mengantarkan Yuko ke sekolah. Saat pulang, Yuko akan menunggunya di tempat kerja.“Kakak sudah berhenti mencari tahu tentang mimpi aneh itu?” Yuko mendesah jenuh.“Lagi pula kan memang hanya mimpi semata. Jadi ... kupikir ya sudahlah. Aku akan melupakannya.”Tetapi anehnya setelah Sheriel mengatakan itu, hatinya jadi terasa sangat sakit. Hatinya merasakan rasa menyengat akan sesak. Ada yang kosong. Namun, Sheriel tidak ingin menghubungkannya dengan mimpi aneh itu. Justru ia gila kalau membawa-bawa perasaan cinta yang berasal dari mimpi itu ke dunia nyata.“Tapi, Yuko