Share

4

Penulis: Adinda Permata
last update Terakhir Diperbarui: 2021-06-24 17:32:34

The Coven

Porta (Bagian Empat)

“Paladin? Paladin apa?” Dannies tak merasa bahwa tiga sosok berpakaian putih serta berjubah itu membahayakan walaupun mereka membawa cambuk. Baginya, cambuk sesuatu yang normal untuk dibawa ke manapun. Bisa saja mereka bertiga penjinak hewan liar, pikir Dannies seperti itu.

Helyna menepuk jidatnya. “Aduh, aku belum pernah jelaskan ini ya?”

Dannies menggeleng.

Dalam hati Dannies, dia heran melihat wajah panik Helyna. Biasanya gadis itu bersikap tenang dan ceria, tiba-tiba menjadi panik serta pucat. Dannies tak memahami situasinya sama sekali, tapi yang pasti situasinya sedang tidak bagus.

“Paladin itu, kelompok yang memburu penyihir. Seperti aku dan Lea. Tidak hanya penyihir, bahkan makhluk dengan kemampuan magis lain juga diburu. Mereka menganggap keberadaan kami membahayakan,” jelas Helyna. “Tak kusangka ada kelompok itu di tempat tseperti ini.”

“Lalu bagaimana sekarang? Kita harus apa? Sembunyi di kolong tempat tidur?” usul Dannies.

Helyna menggeleng. Dia memerintahkan cerminnya untuk melihat Helea. Cermin itu memperlihatkan sosok Helea yang sedang berjalan di trotoar, tampaknya dia sedang ke arah panti asuhan. Helyna memejamkan matanya, mengatur napasnya. Dia mencoba terhubung dengan Helea sepertinya.

Kuharap Dannies tidak bertanya.

“Kau sedang apa, Lyn?”

Ah sial, dia bertanya. Kau bisa merusak konsentrasi Helyna, Dannies.

Helyna tak menjawab. Bibirnya bergerak mengatakan sesuatu, tapi Dannies tak bisa membaca gerakan bibir yang cepat itu. Dannies hanya bisa menunggu Helyna membuka kedua matanya. Ah, akhirnya si gadis penyihir membuka matanya.

“Apa yang kau ....”

“Mengirim pesan ke Helea secepat yang kubisa. Jujur saja, aku tidak tahu harus bagaimana. Aku sendirian tidak akan mampu menghadapi tiga orang paladin sekaligus,” jelas Helyna.

Dannies beralih ke arah cermin. Kali ini terlihat Helea menghentikan langkahnya. Gadis itu tampaknya baru menerima pesan Helyna barusan. Helea segera mengirimkan balasan dengan cara yang sama seperti adiknya. Mereka penyihir memang mempunyai cara yang unik untuk berkomunikasi jarak jauh.

Helyna menutup cerminnya. Dia bangkit lalu meraih tangan Dannies. “Kita harus pergi, sekarang.”

“Ke mana?”

“Ke halaman belakang.” Helyna menarik Dannies untuk pergi meninggalkan ruang baca secepat yang dia bisa. Dannies hanya bisa pasrah diseret oleh Helyna, dia sendiri belum mengerti dengan jelas situasinya.

***

“Aku harus cepat!” Helea yang awalnya berjalan santai, kini berlari secepat yang dia bisa. Dia tidak boleh terlambat. Dirinya harus tiba lebih dulu di panti asuhan sebelum tiga paladin itu atau akan terjadi sesuatu yang buruk. Helea sedikit bersyukur karena tujuannya adalah panti. Dia berpikir bahwa semua kejadian ini sudah direncanakan oleh Bunda Alam.

Helea tiba di depan paagar panti asuhan. Kebetulan Ms. Chamila sedang membersihkan halaman depan. Ms. Chamila segera membukakan pagar untuk Helea.

“Helea? Apa itu kau?”

Helea tersenyum tipis. “Ya ini aku, Ms. Maafkan aku, aku sedang buru-buru.” Helea berlari masuk ke dalam panti tanpa memperdulikan Ms. Chamila yang kebingungan.

“Helea datang ke sini dengan berlari? Apa yang terjadi, apa dia meninggalkan sesuatu?” kerutan terlihat jelas di kening wanita empat puluhan tahun tersebut.

Kedatangan Helea membuat anak-anak yang berada di ruang tengah menjadi heran sekaligus senang. Bagaimanapun juga, mereka merindukan Helea.

“Kak Leaa!” salah satu anak yang sibuk dengan lolipop di tangannya langsung menghampiri Helea.

Helea tersenyum lebar. Dia menyambut anak kecil itu dengan pelukan hangat. Begitu bibir Helea dekat dengan telinga anak itu, dia membisikan sesuatu. Sesuatu itu adalah spell yang aku tidak tahu spell apa. Yang pasti, tidak mungkin spell itu menyakiti anak itu.

Satu persatu Helea memeluk adik-adiknya. Dia membisikan spell yang sama pada setiap anak yang dipeluknya. Sebagian dirinya senang karena berpelukan dengan saudaranya, di sisi lain dia sedikit sedih karena spell yang dia bisikan pada mereka.

Ms. Veronica dan Ms. Chamila yang melihat tingkah Helea hanya tertawa kecil. Mereka sama sekali tidak curiga dengan sikap Helea. Di mata mereka, Helea hanya melampiaskan kerinduan pada adik-adiknya.

“Helea tidak berubah, ya?” komentar Ms. Veronica.

“Bagaimanapun juga, dia adalah kakak favorit di panti asuhan ini, bukan begitu?” balas Ms. Chamila.

Sesuatu menghantam pintu rumah itu. Pintu itu langsung roboh seketika. Ms. Chamila dan Ms. Veronica terkejut bukan main. Seingat mereka, mereka tak memiliki tamu hari ini, apalagi tamu kasar seperti tiga sosok yang kini menyelonong masuk ke dalam panti.

“Maafkan aku, Tuan-Tuan, apa ada yang bisa kami bantu?” Ms. Veronica memberanikan diri untuk bertanya. Walaupun sebenarnya dia juga ragu.

Salah satu pia yang mengenakan jubah dan berpakaian putih itu mengeluarkan cambuk di pinggangnya. Sepertinya mereka buru-buru hingga tak tertarik meladeni para pengurus panti asuhan. Cambuk itu berhasil membuat dua pengurus panti itu pingsan di tempat.

Oh ini buruk.

Sangat buruk!

Helea yang menyadari ketidak beruntungan ini mempercepat aksinya. Dia meraih salah satu serangga yang berhasil ditangkapnya, lalu menggunakan serangga itu sebagai drone. “Pergilah ke tempat Paman Rei, aku akan menyusul. Jaga diri kalian.” Serangga itu terbang cepat ke halaman belakang panti.

“Oh Bunda Alam, berilah aku kekuatan.”

***

Dannies tak bergeming dari tempatnya berpijak, sementara Helyna menarik tangannya. Tatapannya terarah pada panti asuhan yang sedikit menimbulkan keributan di dalam sana.

“Dann please, kita harus pergi.”

“Tidak tanpa Kak Lea. Apa maksudmu meninggalkannya di sini bersama tiga sosok paladin? Kau tidak peduli padanya?” Dannies geram dengan keputusan Helyna.

“Dengarkan aku, Helea sendiri yang meminta kita untuk meninggalkan tempat ini dan pergi ke kediaman Paman Rei. Ini bukan keputusanku,” jelas Helyna.

“Dia mau apa? Bunuh diri?”

Helyna menggeleng. “Helea tidak sebodoh itu by the way. Kita harus cepat.”

“But ... apa dia akan baik-baik saja?” wajah cemas Dannes tampak jelas. Dia berusaha keras menahan air matanya yang hendak tumpah.

“Bunda Alam bersamanya, dia akan baik-baik saja. Ayolah, Dann.” Helyna memelas, dia kehabisan akal untuk meyakinkan Dannies agar pergi dari panti asuhan ini sesegera mungkin.

“Kak Lea bukan orang yang suka dengan kekerasan. Aku ragu dia akan selamat, sebaiknya kita membantunya.” Dannies justru melangkah memasuki panti asuhan.

Helyna tak tinggal diam. Dia mnghentikan langkah Dannies dengan akarnya. “Kau tidak pcrcaya padaku?”

“But Lyn ....” Dannies hampir menangis. Lagi.

“”Dia akan baik-baik saja, trsut me. My word is my bound, remember?”

Walaupun Dannies masih ragu, akhirnya dia menurut juga. Dia pasrah ketika Helyna menarik lengannya menjauhi tempat itu. Untuk terakhir kalinya Dannies menoleh ke belakang, menatap bangunan tua itu.

“Be save, Sist.”

***

Kita kembali lagi pada Helea saat ini. Gadis itu masih bertahan,walau dia menerima beberapa luka lebam di kedua lengannya. Helea berlari secepat yang dia bisa meninggalkan panti asuhan yang di sana terdapat tiga sosok paladin. Helea tak menyangka, baru saja dia pulang ke rumah, sekarang dia harus pergi lagi.

“Bunda, jagalah adik-adikku di sana,” ucap Helea smabil terus berlari.

Untungnya kecepatan lari Helea sama seperti kecepatan sepeda. Walaupun menguras banyak tenaga, dia berusaha sampai di tempat ayah angkatnya secepat yang dia bisa. Yang dia cemaskan kali ini tidak hanya kedua saudarinya, tapi juga ayah angkatnya. Helea paham paladin akan menandai lokasi di mana dia menginjakkan kakinya, termasuk kediaman Paman Rei.

Helea sampai di rumah sederhana ayah angkatnya. Keadaan halaman depannya berantakan, sukses membuat Helea lebih panik dari sebelumnya. Sepertinya dia sedikit terlambat atau mungkin sudah terlambat.

Begitu Helea menyentuh pintu depan rumah itu, pintunya langsung roboh. Sepertinya pintu itu telah menerima perlakuan kasar, sungguh malang.

“Astaga, Paman!” Helea menjerit histeris melihat Paman Rei yang tergeletak di lantai dengan berselimbah darah. Helea menyentuh tubu pria itu lalu menyalurkan energi kehidupan miliknya. Kalian tahu penyihir memiliki keahlian dalam penyembuhan, Helea salah satunya.

Paman Rei tersadar setelah Helea menghentikan pendarahan di perut pria itu. “Helea, is that you?”

“Ya Paman, ini aku.”

“Pergi ke hutan, Nak. Di sana ada kabin milikku yang sudah lama kutinggalkan. Dua saudarimu sudah pergi ke sana, cepatlah.”

“Tapi Paman?” Helea ragu meninggalkan ayah angkatnya dengan keadaan seperti itu. Dia berpikir untuk membawa pria itu bersamanya.

“Jangan cemaskan aku, cepatlah pergi.”

“Aku akan telfon ambulans,” ucap Helea yang kemudian buru-buru mengangkat telefon rumah yang ada di atas meja.

Pria yang penuh noda darah itu ingin menghentikan Helea tapi tak berdaya. Akhirnya dia hanya bisa pasrah. Dalam hatinya, dia tak peduli nyawanya selamat atau tidak, asalkan nyawa anak gadisnya selamat.

“Ambulans akan tiba secepat mungkin paman, berstahanlah.” Helea menutup telefon setelahnya. Dia menghampiri pria itu namun Paman Rei memberi isyarat untuk berhenti.

“Pergi Nak, susul saudarimu.”

Helea mengangguk pelan. Helea membungkuk untuk mengucapkan terima kasih kemudian berlari meninggalkan kediaman ayah angkatnya.

“Helea anakku, kau harus selamat. Dua saudarimu lebih membutuhkanmu dibandingkan aku,” ucap pria muda itu. Di sisa kesadarannya, wajah putri kandungnya tergambar di benaknya. Sesaat pria itu tersenyum. “Jika Tuhan berkehendak, aku akan menyusulmu, Putriku.”

***

Helea tak sanggup lagi berlari. Tentu saja, kau pikir sudah berapa lama dia berlari? Walaupun dia penyihir, dia tetap punya batas. Akhirnya Helea memutuskan berjalan dengan pelan sambil merenung. Pikirannya sedikit tidak jernih karena kejadian yang menimpanya hari ini. Hangatnya cahaya matahari yang menerpa tubuhnya membuatnya bisa rileks walau sesaat.

“Aku tak menyangka akan ada paladin di kota ini,” gumam Helea pelan. Memang benar, kota tempat dia tinggal hanyalah kota kecil. Mereka para paladin pasti enggan berpatroli ke kawasan yang sepi penduduk seperti ini.

Tiba-tiba saja, Helea menjadi waspada. Dia merasakan ada pengguna sihir lain di sekitarnya. Pandangannya menajam, memperhatikan seiap detail yang ada di hadapannya. Mendadak muncul sebuah spell yang terarah padanya dari balik pohon. Helea berhasil menghindarinya.

“Siapapun kau yang ada di balik pohon itu, aku tidak ingin mencari masalah.”

Seorang gadis berpakaian serba hitam dengan rambut terurai keluar dari balik pohon. Senyum misterius itu menyambut Helea. Gadis dengan bibir tebal, hidung mancung, serta tingginya di atas Helea beberapa centi.

“Hebat juga kau bisa merasakan kehadiranku, huh. Kau pengguna sihir juga, apa tebakanku benar?” ucap gadis asing itu.

Siapa dia? Apa dia datang untuk mencari masalah?

“Ya, tebakanmu tidak salah.”

“Kalau begitu menjauh dari sini, ini adalah wilayahku!” gadis berbaju hitam itu kembali melempar spell ke arah Helea.

Helea menghindari setiap spell yang terarah padanya. “Hei dengar penjelasanku, tolong. Aku tak mau ada keributan.”

“Aku tidak tertarik mendengar penjelasanmu, pergi dari wilayahku.”

Helea menggelengkan kepalanya. “Dengar, ada sebuah kabin tua milik ayah angkatku di hutan ini, Paman Rei. Dua saudariku ada di kabin itu, aku harus menyusul mereka sekarang. Aku sedang buru-buru.”

“Kau tidak terlihat seperti sedang buru-buru, kau berjalan,” balas gadis itu.

Helea menghela napas. “Aku sudah terlalu lama berlari, aku juga bisa kelelahan, tahu.”

Gadis itu tertawa kecil. “Baik baik .... Apa kau bilang tadi Paman Rei? Paman Reigi?”

Helea mengangguk. “Kau kenal dia juga?”

Gadis berbaju hitam itu ganti mengangguk. “Ya, anak paman itu adalah temanku dulu. Putrinya mati di kabin itu, menyedihkan. Oh, apa kau anak angkatnya? Kapan dia mengadopsimu?”

“Akan kujelaskan di perjalanan, sekarang aku harus ke kabin itu dulu,” ucap Helea.

“I will guide you then.”

***

Di lain tempat, Dannies dan Helyna baru saja tiba di kabin tua yang dimaksud ayah angkat Helea. Dannies langsung duduk di kursi kayu karena kelelahan. Berbeda dengan Helyna yang berdiri di depan pintu. Helyna tak menurunkan kewaspadaannya sedikit pun.

“Kenapa kau waspada begitu, masa ada hewan buas di sekitar sini?” tanya Dannies heran.

“Tidak, bukan itu. Dalam perjalanan tadi, aku merasakan seseorang dengan magicia yang berbeda dariku dan Helea. Syukurnya kita tidak bertemu dengan orang itu.”

Dannies yang aawalnya merasa lelah langsung melompat dari kursi. “Pengguna sihir? Just like you and Kak Lea?”

“Yes, tapi berbeda elemen, sepertinya berbahaya.”

“Elemen apa? Hei beri tahu aku!”

Oh tidak, Dannies mulai lagi. Beginilah respondnya jika membahas sesuatu yang berkaitan dengan magic, tidak peduli bahaya atau tidak.

“Aku tidak tahu pasti, sih.”

“Apa memang banyak pengguna sihir di hutan ini, Lyn?” tanya Dannies antusias.

“Kalau kujawab iya, bagaiman- oh!” Helyna sedikit terkejut melihat Dannies yang melompat kegirangan.

“Bagus!”

“Kenapa? Kau mau apa?” Helyna heran melihat tingkah saudarinya itu.

“Ah tidak, tidak kok. Mungkin aku akan mendapat magic lebih banyak setelah ini. Apa kau tidak berpikir begitu?” balas Dannies.

Helyna tersenyum lebar. “Oh yeah, tentu saja.”

“Kenapa Kak Lea belum juga sampai?” Dannies tiba-tiba cemas karena kakaknya belum juga datang. “Apa dia nyasar?”

“Jangan samakan Helea denganmu yang tidak tahu arah,” balas Helyna. “Aku yakin dia akan datang sebentar lagi. Aku bisa merasakan energi kehidupannya. Hanya saja ....”

“Hanya saja apa?”

“Dia tidak datang sendiri,” ucap Helyna.

Tak lama kemudian, dua orang muncul dan mendekati Helyna yang berdiri di pintu. Dannies yang berdiri di belakang Helyna bisa melihat dua sosok itu. Salah satunya adalah Helea. Di sampingnya berdiri sosok gadis berpakaian serba hitam tersenyum.

“Kak Lea!” seru Dannies.

“Yes Dann, maaf aku sedikit terlambat. Ada sedikit masalah kecil dalam perjalanan tadi. You guys okay?” Helea mengamati dua adiknya itu secara bergantian.

“Im guuuud!” seru Helyna. Dannies membalasnya dengan anggukkan.

Dannies mengamati gadis asing yang dibawa oleh Helea. Gadis berambut lurus terurai, berpakaian serba hitam, dengan bibir tebal serta hidung mancung. Gadis asing itu balas menatap Dannies yang langsung membuat Dannies salah tingkah.

“Mm-maaf,” ucap Dannies.

“Its okay, Little Piggy. Kau pasti Dannies, adik Helea, benar?”

“Eh?” Dannies menatap Helea sesaat lalu beralih ke gadis asing itu lagi. “Iya, benar. Maaf, kakak siapa?”

“Salam kenal, Mandy Grmmie,” gadis bernama Mandy itu mengulurkan tangan, hendak mengajak Dannies bersalaman.

Dannies menyambut uluran tangan itu. “Dannies.”

“Kau penyihir seperti kami, kan?” tanya Helyna tiba-tiba.

Helea langsung menatap Helyna dengan tajam. Rasanya tidak sopan langsung bertanya seperti itu.

“Oh Helyna darling, kau benar. Im a witch, just like you and your sister. Hanya saja elemenku berbeda denganmu.”

“Apa kau punya coven? Kenapa kau hanya sendirian?” tanya Helyna lagi.

“Aku hanya penyihir bebas tanpa coven. Lagipula, aku bisa bertahan dari para paladin itu,” sahut Mandy dengan santainya.

“Coven? Apa itu?” tanya Dannies.

“Itu adalah tempat di mana para penyihir berkumpul, istiralahnya rumah para penyihirlah,” jelas Helea. “Ah, kau bilang kau bisa bertahan dari para paladin?”

Mandy tertawa kecil. “Yep, dan alasan kalian mengungsi kemari karena dikejar oleh tiga paladin, ya kan?”

Bab terkait

  • The Coven    5

    The CovenElidma (Bagian Lima)Oh, sepertinya keadaan bertambah buruk. Beberapa jam setelah Dannies dan ketiga penyihir itu tiba di kabin tua itu, tiga sosok yang mengejar Helea juga sampai di sana. Untungnya ketiga penyihir itu sempat beristirahat dan memulihkan energi mereka. Dannies hanya bisa melongo melihat tiga sosok yang dia lihat di cermin Helyna kini berada di depan matanya.“Kalian pikir kalian bisa lari, huh?” ucap salah satu dari mereka. Sosok paling tinggi serta mengenakan kacamata bundar.“Apa kita harus mealwan?” tanya Helea. “Sebaiknya minta mereka pergi baik-baik.”“Kau bisa coba,” usul Mandy.Helea maju dua langkah dari posisinya semula. “Maaf, tapi kami tidak ingin cari ribut. Bisa kalian pergi dari sini?” terdengar lembut tapi maksudnya tersampaikan dengan jelas. Cara mengusir yang baik dan benar, menurutku.

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-25
  • The Coven    6

    The CovenInamu (Bagian Enam)Oh wow, kedatangan Momo ke kabin itu membuat suasana menjadi sedikit ramai. Setelah Momo dan Helea bertatap muka di warung kcil itu, Helea memutuskan untuk mengundang Momo ke rumahnya. Sebenarnya Helea mengundangnya juga berniat untuk mendiskusikan ajakan Momo tersebut. Walaupun Helea anak tertua, bukan berarti dia bisa mengambil keputusan seenaknya tanpa berdiskusi terlebih dahulu.“Wah, satu lagi penyihir, kereeen!” seru Dannies. Pandangan berbinar-binar menatap ke arah Momo.Momo balas menatap Dannies lalu tertawa kecil. “Yes Little girl, banyak sihir di luar sana. Apa kau mau melihat lebih banyak?”Helea menggelengkan kepalanya. Dia sudah bisa menebak jawaban Dannies akan sepeerti apa.“MAU MAU MAU!”Yep, seperti tebakan Helea. Hal-hal tentang sihir selalu berhasil membuat Dannies tertarik. Terkad

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-25
  • The Coven    7

    The CovenGarta (Bagian Tujuh)Panik.Ricuh.Yep, dua kata itu cukup menggambarkan suasana Coven Childern Of Salem untuk saat ini. Setelah Mandy membawa Dannies yang pingsan dan menceritakan kalau adiknya itu tercebur ke danau, seperti inilah suasananya. Mandy malah heran, kenapa para healer dan perawat panik. Bahkan yang non magic seperti Rhena juga ikut panik. Apa gerangan yang membuat mereka panik?“Bagaimana keadaan dia sekarang, Mad?” tanya Rhena setelah Mandy menidurkan Dannies di ruang kesehatan.Mandy memiringkan kepalanya. “Masih belum sadar, tapi dia masih bernapas.”“Benarkah?” Rhena justru tampak kaget. Respond Rhena yang tak biasa ini membuat dahi Mandy berkerut. Bukannya dia harusnya senang karena Dannies masih hidup? Oh tidak, Mandy membaca isi kepala Rhena secepat kilat.“Kau pikir adikku sudah mati, huh? Dia tidak

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-26
  • The Coven    8

    The CovenErtoz (Bagian Delapan)Baik Dannies maupun Helea, tak menyangka akan menyaksikan pemandangan tak menyenangkan itu. Sudah kubilang mereka terlalu terburu-buru. Jika mereka lebih lambat beberapa menit saja, Delnessie sudah terlepas dari akar mematikan milik Helyna. Yah, walaupun di lehernya terdapat luka, tapi lebih baik daripada melihat pemandangan seperti ini, kan?“Dannies aku ....”Dannies menggeleng. “Ya ya, aku paham. No need to explain, Lyn. Bisa tolong lepaskan dia? Dia meringis, Lyn.” Dannies menatap Delnessie penuh simpati. Dannies tahu walaupun Delnessielah yang membuatnya celaka, namun dia tetap tidak tega melihat keadaan Delnessie yang seperti itu.Helyna mengangguk. Detik berikutnya, akar yang melilit Delnessie itu terlepas dan kembali masuk ke dalam tanah. Delnessie menepuk-nepuk pakaiannya yang kotor. Delnessie melirik Helyna sinis lalu berjalan menjauhi Helyn

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-27
  • The Coven    9

    The CovenRha (Bagian Sembilan)Oh baiklah, sampai di mana kita. Ah, aku ingat. Kita sampai pada bagian Delnessie menantang Helyna untuk berduel. Aku sendiri juga heran, apa duel bisa menyelesaikan masalah? Mungkin bagusnya kita menyimak cerita ini supaya mendapatkan penjelasan.“For Loki Sake, kau sudah jelas bersalah, tapi masih mengadukan duel?” Mandy menatap Delnessie geram. Kekesalan tampak jelas di matanya. Bukan, bukan kesal karena Delnessie yang tidak mau mengalah. Melainkan karena janjinya tidak akan cepat lunas kalau Delnessie seperti ini.“Kenapa, Anak Baru? Kau tidak suka? Memang seperti ini aturan di coven ini, tahu,” balas Delnessie seraya melipat tangan di dada. “Mother Coven, aku mohon undur diri untuk duel besok pagi.” Delnessie memberi hormat lalu meninggalkan ruangan.“Ah, sial,” gerutu Mandy.“Monic, bisa kau bawa

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-28
  • The Coven    10

    The CovenNagda (Bagian Sepuluh)Dannies dan ketiga saudarinya sedang berkumpul di ruangan Helyna dirawat. Kondisi Helyna tidak baik saat ini. Infus terpasang di tangan kirinya, wajahnya pucat, rambutnya acak-acakkan. Yah, walau Helea sudah merapikan rambut adiknya itu tadi. Helyna baru saja mengonsumsi herbal yang diberikan perawat untuknya. Untuk sementara, dia belum bisa menggunakan sihirnya karena chakranya sangat tipis.“Dann, bisa kau berhenti menatapku? Aku risih tahu,” komentar Helyna pada Dannies yang memang sudah menatapnya bermenit-menit yang lalu.“Sorry, aku hanya ingin memastikan kondisimu, Cuma itu,” balas Dannies.Helyna tersenyum tipis. “Aku baik-baik saja, serius.”Helea dan Mandy hanya diam, memperhatikan kedua adik mereka yang asyik berbicang itu. Helea memperhatikan mereka berdua bergantian, begitu juga Mandy. Tampaknya duel hari

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-29
  • The Coven    11

    The CovenHaagza (Bagian 11)Nah, sampai di mana kita. Oh iya, aku ingat. Mandy, dia masuk ke dalam mimpi Delnessie untuk mencuri informasi yang dia butuhkan. Mandy melihat sosok Momo di dalam kamera perekam itu. Dia tak menyangka Momolah yang memberikan benda terlarang itu pada Delnessie untuk memenangkan duel. Mandy mencengkram kamera perekam di kedua tangannya.“Sulit dipercaya. But, pada akhirnya aku tahu juga.”Tiba-tiba saja, terdengar suara tepuk tangan di belakang Mandy. Spontan Mandy berbalik. Dia lihat Delnessie yang berpenampilan layaknya anggota kerajaan itu berdiri di hadapannya. Gaun besar, mewah, dengan motif-motif rumit, perhiasan di pergelangan tangan, leher, serta daun telinga, tak lupa mahkota emas di kepalanya, membuatnya tampak seperti seorang putri kerajaan. Well, ini memang mimpinya. Terserah dia membayangkan dirinya menjadi apa, kan?“Wah wah wah, ada tamu tak diudang

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-30
  • The Coven    12

    The CovenTurtaagza (Dua Belas)Baiklah, para pembaca sekalian. Sampai di mana kita? Oh, aku ingat. Kita sampai di mana kita mengetahui beberapa fakta. Fakta bahwa Mother Coven berencana meanggil 13 demon menggunakan portal. Itu mengejutkan. Baik Helea maupun Mandy, tak menyangka akan menghadapi masalah yang sebesar ini.“Apa kita beritahu dua anak itu?” tanya Mandy. Dia baru selesai sembahyang langsung menemui Helea yang berada di pinggir waduk.“Maksudmu Dann dan Lyn? Tidak, mereka pasti akan terkejut,” balas Helea tak setuju. “Mereka masing anak-anak, Mad.”“Membuat mereka terkejut, memang itu tujuannya.” Mandy mengibaskan tangan kanannya.“Mad, please.”“Yea yea, i will shut up then.”“Kau juga, Monic. Tolong jangan biarkan dua adikku itu tahu,” pinta Helea p

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-01

Bab terbaru

  • The Coven    18

    The Coven Ertozagza (Delapan Belas) Pagi hari, penghuni coven menjalani rutinitasnya masing-masing. Meja makan sudah ramai dengan anak-anak yang ingin sarapan mengisi perut mereka. Suasana hangat itu selalu menjadi ciri khas di dalam bangunan coven ini. Mereka berkumpul dalam satu atap. Walau tak sedarah, namun memiliki ikatan bagai keluarga.Mandy, Helyna, dan Cat sudah duduk berkumpul di satu meja. Ada yang kurang. Helea dan Dannies tidak bergabung bersama mereka. Belum. Dua anak itu masih belum kelihatan badang hidungnya.“Si anak cengeng itu mana? Belum bangun?” cetus Mandy. Dia sibuk mengoleskan selai pada rotinya.“Tadi aku lihat Helea masuk ke ruangannya. Mungkin mereka sedang bicara empat mata,” jawab Cat. Dia menyantap sup hangat di hadapannya. Sesekali menawarkan Helyna menu sarapan miliknya.Helyna tak banyak bicara pagi ini. Padahal biasanya dia selalu cerewet di setiap keadaan. Entahlah, ses

  • The Coven    17

    The CovenGartaagza (Bagian Tujuh Belas)“Tujuanku memang menghancurkan coven kecil ini, Nona Madicum.” Theo bersiap dengan cambuk listrik di tangannya.Baku hantam pun tak bisa dihindari. Cambuk listrik milik Theo berhasil dihindari dengan Delnessie dengan mulus. Di mata Delnessie, pergerakan cambuk itu lambat, dengan mudah dia menghindarinya.Delnessie melompat mundur. “Kau berurusan dengan penyihir yang salah, Theo.” Delnessie menggerakkan telunjuknya, membentuk sebuah rune.Detik berikutnya, sosok Delnessie lenyap dari pandangan. Theo sudah memahami trik murahan ini. Dia tidak panik, matanya mengamati tiap detail keadaan di sekitarnya. Theo mengeluarkan sesuatu dibalik jubahnya, sebuah botol kecil berisi cairan perak.Botol kecil itu dia pecahkan dengan melemparnya ke tanah. Seketika cairan silver itu mengeluarkan asap yang tak tampak

  • The Coven    16

    The CovenInamuagza (Bagian Enam Belas)Pagi itu, Dannies berdiri di depan sebuah pintu yang tertutup rapat. Mata Dannies menyapu keadaan di sekitarnya. Bosan. Dia menunggu salah satu kakaknya yang menjanjikan tontonan menarik. Sebenarnya Dannies ragu. Menarik bagi Mandy, belum tentu manrik bagi dirinya. Contohnya saja seperti kejadian di kuburan waktu itu.“Lama,” keluh Dannies. Dia ingin sekali pergi meninggalkan tempat itu. Tapi Mandy memintanya menunggu sebentar.”Hal apalagi yang mau Kak Mad tunjukkan?”Tiba-tiba saja sesuatu menyentuh bahu Dannies dari belakang, sukses membuatnya meloncat terkejut. Spontan Dannies berbalik badan. Didapatinya Mandy yang cekikikan pelan melihat reaksinya.“Jantungku, Kak. Tidak kasihan sama jantungku?” Dannies menunjuk dada.“Tapi kau masih hidup, tuh,” balas Mandy santai.Dannies menggel

  • The Coven    15

    The CovenElidmaagza (Bagian Lima Belas)Helyna menopang dagu dengan kedua tangan. Kedua matanya tak lepas dari sosok Cat yang memberikan penjelasan mengejutkan. Helyna buta situasi. Dia tidak tahu kalau saudarinya sedang menghadapi situasi yang buruk. Kenapa tidak ada satupun yang memberiahukan ini padanya? Helea? Mandy? Bahkan Momo? Lupakan soal Dannies, Helyna tak ingin melibatkan dia dalam hal berbahaya semacam ini.“Informasi terakhir yang kudapatkan, Kak Hena berhasil mendapatkan cawan suci untuk ritual pemanggilan itu,” tambah Cat. Dia menutup buku tua di hadapannya lalu mengembalikannya ke dalam rak perpustakaan.Helyna terdiam untuk berpikir. “Berarti, masih ada dua material lagi. Darah healer dan buku fenriz warior.”“Darah healer yang dibutuhkan dalam ritual itu cukup banyak, Lyn. Minimal tiga individu berdarah healer akan menjadi tumbal.” Cat menjelaskan

  • The Coven    14

    The CovenPortaagza (Empat Belas)Helea mengelap keringat yang mengalir di keningnya dengan punggung tangan kanannya. Napasnya memburu, karena telah berjalan cukup lama. Akhirnya, dia berhenti di suatu titik. Helea mengatur napas, tatapannya lurus ke depan. Momo yang berdiri sejajar di samping Helea juga ikut berhenti. Mereka berdua menatap ke arah yang sama.“Ini tempatnya?” komentar Momo kemudian.Momo mengamati bangunan tua yang berdiri di hadapannya. Bangunan kuil tua yang dibangun dengan kayu dan bata. Kuil ini sangat tua, tapi masih terawat. Sebenarnya, tidak ada yang merawat kuil ini. Tapi kuil itu yang merawat dirinya sendiri. Momo pernah membaca arsip tentang kuil kuno yang kini ada di hadapannya. Dijelaskan di sana bahwa kuil ini sebenarnya hidup. Walaupun kuil ini dirusak oleh pihak tak bertanggung jawab, bangunan ini akan memperbaiki dirinya sendiri.Seram? Tidak juga. Setidaknya ban

  • The Coven    13

    The CovenKaligaagza (Tiga Belas)Malam itu, semua anggota coven berkumpul di meja makan untuk menyantap makan malam. Suasana hangat disertai dengan hidangan yang memanjakan lidah. Penghuni bangunan itu tampak menikmatinya. Dannies terutama. Suasana hangat ini mengingatkan dirinya tentang panti asuhan. Suasana hangat, ramai, makanan lezat, dan dikelilingi keluarga. Well, memang Dannies masih baru berada di keluarga para penyihir ini. Tapi tidak masalah. Baginya, selama tiga saudarinya ada di sisinya, tak ada yang perlu dia khawatirkan.“Lho, Kak Momo mana?” Dannies menoleh mencari sosok Momo. Biasanya Momo akan ikut makan bersama dengannya, Helyna, dan Helea. Tapi sosoknya tidak ada. Dannies mengerutkan keningnya.“No worry, dia ada sedikit urusan,” jawab Mandy santai.“Urusan? Hmm ...,” gumam Dannies pelan.Mendadak Dannies mengingat kisah yang dibaw

  • The Coven    12

    The CovenTurtaagza (Dua Belas)Baiklah, para pembaca sekalian. Sampai di mana kita? Oh, aku ingat. Kita sampai di mana kita mengetahui beberapa fakta. Fakta bahwa Mother Coven berencana meanggil 13 demon menggunakan portal. Itu mengejutkan. Baik Helea maupun Mandy, tak menyangka akan menghadapi masalah yang sebesar ini.“Apa kita beritahu dua anak itu?” tanya Mandy. Dia baru selesai sembahyang langsung menemui Helea yang berada di pinggir waduk.“Maksudmu Dann dan Lyn? Tidak, mereka pasti akan terkejut,” balas Helea tak setuju. “Mereka masing anak-anak, Mad.”“Membuat mereka terkejut, memang itu tujuannya.” Mandy mengibaskan tangan kanannya.“Mad, please.”“Yea yea, i will shut up then.”“Kau juga, Monic. Tolong jangan biarkan dua adikku itu tahu,” pinta Helea p

  • The Coven    11

    The CovenHaagza (Bagian 11)Nah, sampai di mana kita. Oh iya, aku ingat. Mandy, dia masuk ke dalam mimpi Delnessie untuk mencuri informasi yang dia butuhkan. Mandy melihat sosok Momo di dalam kamera perekam itu. Dia tak menyangka Momolah yang memberikan benda terlarang itu pada Delnessie untuk memenangkan duel. Mandy mencengkram kamera perekam di kedua tangannya.“Sulit dipercaya. But, pada akhirnya aku tahu juga.”Tiba-tiba saja, terdengar suara tepuk tangan di belakang Mandy. Spontan Mandy berbalik. Dia lihat Delnessie yang berpenampilan layaknya anggota kerajaan itu berdiri di hadapannya. Gaun besar, mewah, dengan motif-motif rumit, perhiasan di pergelangan tangan, leher, serta daun telinga, tak lupa mahkota emas di kepalanya, membuatnya tampak seperti seorang putri kerajaan. Well, ini memang mimpinya. Terserah dia membayangkan dirinya menjadi apa, kan?“Wah wah wah, ada tamu tak diudang

  • The Coven    10

    The CovenNagda (Bagian Sepuluh)Dannies dan ketiga saudarinya sedang berkumpul di ruangan Helyna dirawat. Kondisi Helyna tidak baik saat ini. Infus terpasang di tangan kirinya, wajahnya pucat, rambutnya acak-acakkan. Yah, walau Helea sudah merapikan rambut adiknya itu tadi. Helyna baru saja mengonsumsi herbal yang diberikan perawat untuknya. Untuk sementara, dia belum bisa menggunakan sihirnya karena chakranya sangat tipis.“Dann, bisa kau berhenti menatapku? Aku risih tahu,” komentar Helyna pada Dannies yang memang sudah menatapnya bermenit-menit yang lalu.“Sorry, aku hanya ingin memastikan kondisimu, Cuma itu,” balas Dannies.Helyna tersenyum tipis. “Aku baik-baik saja, serius.”Helea dan Mandy hanya diam, memperhatikan kedua adik mereka yang asyik berbicang itu. Helea memperhatikan mereka berdua bergantian, begitu juga Mandy. Tampaknya duel hari

DMCA.com Protection Status