Carlos menatap tumpukan kertas dihadapannya dengan pandangan muram, sedari tadi pikirannya terus tertuju pada Mikaila. Dia tersenyum sinis, dia pikir cara Mikaila memutuskan pertunangannya hanya untuk menarik perhatiannya.
Dalam otak Carlos, saat ini Mikaila hanyalah sedang marah karena dia mengusirnya di istana beberapa bulan lalu. Dan inilah cara Mikaila untuk merajuk, Mikaila itu gila pasti dia memakai cara seperti ini untuk membuat Carlos menatapnya, bukan?
Baiklah, kita lihat nanti. Pasti tak lama lagi dia akan datang dan meminta maaf kepadanya, kemudian dia pasti akan meminta untuk ditunangkan kembali. Setelah itu, Carlos akan berbaik hati untuk memaafkan gadis gila itu.
Tok tok tok
Pintu diketuk dari luar, Carlos menyuruh ajudannya untuk melihat siapa yang mengetuk pintu kamarnya.
Tak lama, muncul seorang pelayan dan masuk ke dalam kamar Carlos bersama ajudannya.
"Ada apa?!" Carlos bertanya dengan nada
Tubuh Kevlan serasa lemah. Mengapa? Mengapa kata-kata Mikaila barusan bisa berefek begitu kuat terhadapnya? Rasanya benar-benar sakit. Hatinya terasa dicabik-cabik.Otak Kevlan seketika blank. Kata 'benci' yang keluar dari mulut Mikaila, masih terngiang-ngiang di telinganya. Tanpa sadar ingatannya kembali mengingat kejadian Mikaila yang masih mengejar kasih sayangnya.Seorang gadis kecil yang setiap harinya akan berdiri di depan pintu kamarnya hanya untuk menyapanya."Ayah, selamat pagi. Aku sayang Ayah."Atau ... ketika dia meminta untuk dipeluk, karena iri melihat anak seusianya dipeluk oleh orang tuanya."Ayah? Kapan Ayah akan memelukku? Aku hanya ingin merasakan pelukan Ayah, dari dulu ... Ayah tidak pernah memelukku. Teman-temanku sering dipeluk oleh Ayahnya, Carlos juga. Aku juga ingin seperti mereka Ayah.""Apakah anak sial sepertimu pantas berharap dipeluk olehku? Pergilah pembunuh, semakin aku melihatmu semak
Mikaila menunggu di depan sebuah taman, bersama Marry. Tadi dia segera berteleportasi ke ruangan Marry dan membawa pelayannya itu segera pergi dari sana. Tak lupa, dia juga mengabari Xavier mengunakan alat sihir yang diciptakan oleh Anhard waktu itu, agar tempat pertemuan mereka pindah.Cukup lama Mikaila menunggu, tak lama Xavier datang menggunakan kereta kudanya.Pria tampan itu segera turun dari kereta, rambut peraknya terlihat begitu indah saat terkena sinar matahari Sore. Dengan langkah cepat, dia segera menghampiri Mikaila."Maaf sudah membuat anda menunggu, mari kita pergi Lady," ajak Xavier tanpa basa-basi lebih lanjut.Tatapan mata Xavier tanpa sadar memperhatikan Mikaila dari atas sampai bawah.Saat ini, Mikaila mengenakan gaun yang cukup terbuka, sehingga dibagian atas dadanya sedikit terlihat. Karena dia buru-buru pergi dari rumah, dan terlanjur emosi, Mikaila tidak memperdulikan gaun yang saat ini ia kenakan. Ya
Mikaila telah selesai membereskan semua barang-barang bersama Marry. Dia sedikit lelah, kemudian dia memutuskan untuk bersandar di sebuah kursi. Tatapan mata Mikaila tanpa sadar menatap sebuah boneka kain yang menggambarkan seorang perempuan berambut merah. Dia tersenyum sinis. Kemudian mengambil boneka itu dengan tatapan penuh kebencian."Ini tidak akan lama, kehancuranmu sudah berada di depan mata. Bersenang-senanglah, sebelum kau jatuh sampai ke dasar jurang," ucapnya sambil meremas boneka tersebut kuat. Seolah boneka yang ada di genggamannya itu adalah orang nyata, lalu kemudian Mikaila membuang boneka itu begitu saja, seolah dia tidak berharga.+++"Yang Mulia, kondisi rakyat saat ini makin terancam. Para pengikut kegelapan semakin lama, semakin meresahkan. Jika kita tidak segera bertindak, kemungkinan besar rakyat akan kehilangan kepercayaan pada pihak kerajaan." Marques Deorwine berkata dengan lantang. Semua orang yang memiliki gelar bangsawan
Suara ketukan pintu terdengar dari luar, membuat Mikaila yang tengah bersantai sambil membaca buku merasa sedikit terganggu. Saat dia ingin menyuruh Marry untuk membuka pintu, dia baru ingat bahwa Marry sedang ke pasar untuk membeli bahan makanan.Dengan terpaksa, Mikaila turun dari sofa malas, dan pergi membuka pintu.Ketika pintu terbuka betapa terkejutnya dia saat melihat empat pria tampan berdiri tepat di depan rumahnya.Siapa lagi memangnya kalau bukan, Anhard, Xavier, Casis dan Leonard.Anhard datang dengan senyum ramahnya.Xavier dengan wajah datar seperti biasanya.Casis dengan senyum imut, dan menatap Mikaila dengan tatapan menggoda.Dan Leonard datang dengan ekspektasi tenang.Tapi ... tunggu, ada yang aneh. Perasaan tadi, ia hanya menyuruh Anhard dan Leonard, kenapa sekarang tiba-tiba ada Casis di sini? Apa yang dilakukan oleh Putra Mahkota kelainan otak di rumah barunya?
"Jika ratu adalah otak dari semua ini. Berarti cara yang harus kita lakukan pertama-tama adalah mencari tahu kelemahan ratu terlebih dahulu, jika iya kita ingin menggunakan metode membuat menderita secara perlahan." Leonard menyuarakan pendapat, dia menatap ketiga orang lainnya menunggu persetujuan.Mikaila mengangguk. "Ya, benar. Tapi tidak perlu susah-susah mencari tahu apa kelemahan ratu. Karena saya sudah tahu," ujarnya dengan nada yang terdengar misterius."Apa itu Lady? Apakah itu Carlos?" tanya Leonard lagi.Mikaila tersenyum miring, seraya menggelengkan kepalanya. "Tentu saja bukan, Irene tidak pernah menganggap Carlos, dia hanya mengganggap Carlos hanyalah alat. Irene begitu mencintai Kevlan. Otomatis kelemahan Irene adalah orang yang dicintainya tersebut.""Kita memiliki dua rencana. Rencana pertama, buat Kevlan membenci Irene, rencana kedua dengan cara ... membunuh Kevlan agar Irene menderita," lanjutnya lagi.Ketika me
Kevlan mencari-cari Mikaila di mansion keluarga Arundell bagai orang linglung. Seperti orang bodoh dia menanyai para pelayan di mana keberadaan Mikaila. Akan tetapi para pelayan tidak mengetahui keberadaan sama sekali. Anthonio dan Edward yang melihat Ayahnya seperti itu. Langsung menghampiri Ayahnya tersebut. "Ayah, ada apa? Mengapa seperti ini?" Anthonio bertanya lebih dulu. "Adik kalian, di mana?" tanya Kevlan pada kedua putranya. "Evands, ada di ruang hukuman Ayah, Ayah yang menyuruh kami untuk menghukum Kevlan," jawab Edward dengan ekspresi sedikit heran. Kevlan menggelengkan kepalanya. "Bukan, bukan Evands. Tapi Mikaila." Anthonio dan Edward nampak bingung. Mengapa tiba-tiba ayahnya menanyai Mikaila sampai seperti ini. Hati Kevlan merasa tak tenang, entah mengapa seperti ada seseorang yang memberikan bisikan bahwa putrinya benar-benar pergi. "Kemungkinan ... dia di kamarny
"Bagaimana? Apakah kalian berhasil menemukan Mikaila?" Kevlan langsung bertanya pada Edward dan Anthonio. Yang dijawab dengan gelengan kompak dari mereka.Kemarin, Kevlan sudah mengerahkan seluruh orang suruhannya termasuk kedua putranya untuk mencari Mikaila. Akan tetapi bagai orang yang hilang ditelan bumi, Mikaila sama sekali tidak bisa ditemukan.Kevlan juga ikut mencari, bahkan semalaman ini dia tidak tidur karena terus memikirkan Mikaila. Jujur saja dia merasa khawatir, dia bertanya-tanya apakah putrinya tinggal dengan nyaman diluar sana? Kevlan merasa frustasi. Bahkan kini kantung mata terlihat jelas dibawah matanya.Padahal sebentar lagi, mereka akan pergi ke hutan dekat perbatasan untuk menyerang persembunyian makhluk kegelapan atas titah raja. Tapi dia masih sibuk pergi mencari Mikaila."Ayah, tenanglah cepat atau lambat aku akan menemukan Mikaila." Edward segera berkata menenangkan. Dia juga turut merasa bersalah a
Pagi ini, istana digaduhkan dengan sikap berubahnya Carlos. Semenjak dia terluka saat melakukan penyerangan di hutan dekat perbatasan tiga hari yang lalu, dia bersikap aneh. Setelah bangun dan sembuh pasca tak sadarkan diri itu, dia mengurungkan dirinya di kamar seharian.Karena kejadian itu juga, para rakyat dan para pejabat memuji Leonard karena dianggap sebagai sang penyelamat, tidak hanya karena dia yang memberitahukan kepada raja tempat di mana persembunyian para makhluk kegelapan, tapi juga saat penyerangan berlangsung, dia dan Xavier menjadi yang paling gagah dan memberantas semua makhluk kegelapan secara membabi buta.Mikaila yang mendengar berita ini sudah tertawa keras, dia bahagia. Pasti saat ini Carlos sedang depresi karena banyak orang-orang yang mulai kehilangan kepercayaan terhadapnya. Posisinya sebagai putra mahkota sekarang sudah mulai terancam."Hahaha, tidak saya sangka Yang Mulia Leonard begitu berguna." Mikaila tersenyum miring, rencan
Saat ini, keluarga Theo sudah sampai di dunia manusia. Mereka menyamar, sebagai manusia biasa, karena tidak ingin manusia-manusia di sana ricuh dengan kedatangan mereka.Theo berserta istri dan anaknya, langsung pergi ke kerajaan Valcke. Karena sebelumnya, Mikaila sudah memberitahukan kedatangannya pada Serena, melalui kalung yang waktu itu dia berikan pada Serena. Ternyata, kalung itu selain berguna untuk melindungi Serena, juga bisa digunakan untuk berkomunikasi.Cara kerjanya mirip dengan alat sihir yang dibuat oleh Anhard waktu itu. Hanya saja ini berbentuk kalung.Sekarang, Leonard dan Serena telah menjadi raja dan ratu kerajaan Valcke. Semenjak kejadian jatuhnya Irene waktu itu dan semua kebusukan Irene terbongkar, Irene langsung di hukum mati dengan cara dipenggal atas segala dosa-dosanya. Jasad Carlos dimakamkan di makam khusus kerajaan, karena biar bagaimanapun dia mati sebagai pahlawan.Dan semenjak kejadian itu semua, Petricio jatuh
7 tahun kemudian"Tidak, Ayah, aku ingin bersama Ibu, Ayah pergi sana." Bocah kecil berusia kisaran tujuh tahun itu menatap Theo dengan galak, dia memeluk Mikaila seolah takut Theo, akan mengambil ibunya darinya.Ya, bocah berusia tujuh tahun itu adalah anak Mikaila dan Theo. Namanya Axelion, tidak ada alasan khusus mengapa Theo dan Mikaila menamai anaknya seperti itu. Nama ini, Theo dapat secara tidak sengaja ketika sedang memikirkan nama yang bagus untuk anaknya. Akhirnya, tanpa sengaja Theo mempunyai ide untuk memberikan nama Axelion pada anaknya itu.Saat Mikaila melahirkan Axelion, Mikaila merasakan rasa sakit yang begitu luar biasa. Saat Mikaila sedang melahirkan, suara petir bergemuruh diiringi dengan terdengarnya suara tangisan bayi.Sesuai dengan yang sudah ditakdirkan, keturunan Dewi Cahaya dan Dewa Kegelapan akan memiliki kekuatan yang maha dahsyat, dan Axelion adalah buktinya.Saat pertama kali Axel
Saat ini, Mikaila sedang mengandung anak pertama mereka. Usia pernikahan Mikaila dan Theo sudah berjalan 7 bulan, dan di bulan ke-tiga pernikahan mereka, Mikaila telah telah mengandung buah hati mereka. Karena Mikaila adalah seorang Dewi dan Theo adalah seorang Dewa. Tentu saja kehamilan Mikaila tidak seperti manusia normal.Di kehamilannya yang baru menginjak bulan ke-tiga ini, perut Mikaila sudah membesar seperti orang yang telah hamil sembilan bulan.Mikaila dan Theo saat ini tengah bersantai di kamar mereka, Theo yang kini telah menjadi Dewa Agung, memiliki tanggung jawab yang besar dan jarang memiliki waktu bersama istri tercintanya.Makanya ketika ada waktu luang begini, biasanya akan Theo gunakan untuk bermanja-manja pada Mikaila. Seperti saat ini, dia dengan manjanya tertidur di pangkuan Mikaila, dengan paha Mikaila sebagai bantalnya, wajahnya menghadap langsung pada perut Mikaila yang sudah membuncit sesekali Theo mengecupi perut bunci
"Dewa Agung, gawat! Dewa Kegelapan dan Dewi Cahaya telah bangkit dan sepertinya mereka akan membalas dendam karena peperangan besar yang terjadi waktu itu!" Salah satu orang kepercayaan Dewa Agung lari dengan terburu-buru menghampiri Dewa Agung. Dia khawatir, bahwa Mikaila dan Theo akan bersatu dan pada akhirnya membunuh Dewa Agung."Mereka sudah bangkit kembali?" tanya Dewa Agung, yang dibalas dengan anggukan oleh orang kepercayaannya itu.Bukannya takut, Dewa agung itu malah tersenyum. "Kita lihat, sampai mana bocah-bocah itu, berhasil melawanku," katanya yang masih saja merasa sombong.BoomTepat setelah Dewa Agung berkata seperti itu, pintu istana Royalgeez hancur. Semua yang ada di dalam ruangan nampak kaget. Setelahnya, mereka melihat Mikaila dan Theo yang berdiri dengan gagahnya di hadapan mereka.Mikaila menatap Dewa Agung yang ada di kursi singgasana dengan pandangan dingin. Sesuai sumpahnya waktu itu, dia a
1000 tahun laluMikaila memeluk tubuh Theo yang sudah tidak bernyawa, dia menangis keras karena kini lelaki yang dicintainya tidak lagi memiliki tanda-tanda akan membuka matanya."Theo kau harus bangun! Kau tidak bisa meninggalkan aku sendiri di sini," ucap Mikaila sambil memeluk wajah Theo yang kini sudah dipenuhi darah. Bahkan kini pakaian yang dikenakan oleh Mikaila ikut memerah karena terkena darah milik pria itu.Mikaila merasa dunianya runtuh, dia tidak tahu bahwa perang besar ini akan terjadi. Dewa agung dan pasukannya terlalu licik, mereka tahu bahwa Theo kehilangan alat pengendali alam kegelapan miliknya. Dan saat kesempatan ini, mereka menyerang Theo dan membuatnya kalah dengan mudah.Mikaila tahu, dari dulu Dewa Agung selalu takut posisinya terancam oleh Theo karena semakin lama, Theo semakin kuat. Di dunia ini, di mana yang kuat adalah pemenangnya. Dan jika Theo terus bertambah kuat, maka kemungkinan besar Theo bisa mengalahkan Dew
Setelah Javis menghilang, suasana mencekam pun hilang, angin dan kabut yang sangat kencang pun reda.Kini suasana kembali tenang. Cahaya bulan purnama merah telah meredup. Kini digantikan dengan cahaya bulan dan bintang.Mikaila tersenyum menatap Theo, yang dibalas dengan senyuman oleh lelaki itu.Dua orang itu saling berjalan menghampiri. Lalu, Mikaila kembali mendekap kembali tubuh Theo dengan erat. "Akhirnya, aku tidak jadi kehilanganmu, aku taku sekali," ucap Mikaila dalam dekapan Theo."Aku tidak akan pernah pergi Kai, aku akan selalu ada untukmu, dan semuanya akan selalu baik-baik saja," bisik Theo tepat di telinga Mikaila, seraya mengecup lama puncak kepala gadis itu."Apakah setelah ini, kita akan kembali ke dunia Dewa?" tanya Mikaila mendongkakan kepalanya, dan mata biru tuanya bertatapan langsung dengan mata violet milik Theo."Ya, karena biar bagaimanapun ini bukanlah dunia kita," jawabnya sambil mengelus p
Tiba-tiba saja terdengar suara ledakan yang sangat kuat, itu adalah Carlos yang menggunakannya tubuhnya untuk menerobos pada lingkaran sihir hitam yang dibuat oleh Javis.Carlos dengan cepat mengambil alat berbentuk segitiga yang mengapung di udara itu. Dan ketika Carlos berhasil mengambil alat itu, seluruh tubuhnya terasa remuk, organ dalamnya seakan hancur. Namun, akibat hal itu pula tubuh Javis terpental karena dorongan kekuatan yang berbalik padanya.Semua yang menyaksikan hal ini merasa terkejut, dengan aksi heroik Carlos yang tiba-tiba. Tidak ada yang menyangka, bahwa Carlos yang mereka anggap tidak layak untuk menjadi putra mahkota akan mengorbankan nyawanya sendiri.Seperti yang dikatakan oleh Theo barusan, hal ini hanya bisa dilakukan oleh pemilik darah kegelapan. Karena alat itu adalah pengendali alam kegelapan jadi hanya bisa ditaklukkan oleh pemilik darah kegelapan juga.Orang tua Carlos adalah pengikut Kegelapan, jadi ketika
Namun, bukannya takut Javis malah tertawa bahagia. "Hahaha Mikaila, apakah kau pikir, kau bisa membunuhku? Simpan pikiranmu itu karena sebelum kau membunuhku aku dulu yang akan membuatmu mati dan menghancurkan dunia ini!" Javis mengeluarkan alat pengendali alam kegelapan. Alat itu berbentuk segitiga dan di tengah-tengahnya terdapat simbol bunga.Sementara Theo yang tahu apa yang ingin Javis lakukan merasa panik. Iblis gila itu ingin menghancurkan dunia dengan alat pengendali alam kegelapan. Karena alat pengendali alam kegelapan milik seorang Dewa. Tentu saja kekuatannya tidak bisa dibandingkan dengan kekuatan orang-orang yang ada di dunia ini.Terlebih alat itu, juga dianggap sebagai alat yang sangat kuat di dunia para Dewa. Jika Javis sampai menghancurkan dunia ini menggunakan alat pengendali alam kegelapan, maka semuanya musnah. Dunia akan hancur, dan dunia Dewa pun akan setengahnya hancur."Kau gila Javis, kembalikan alat itu padaku! karena aku lah pemi
Theo yang melihat hal ini merasa khawatir. Dia menghampiri Mikaila, dan memegang bahu gadis itu. "Kau tidak apa-apa? Jangan bertarung dengan dia lagi, kau diam. Biar aku yang akan mengalahkannya."Mikaila menggelengkan kepalanya. "Tidak, kekuatanmu belum bangkit sepenuhnya, jika kau nekad untuk melawannya maka kau akan mati. Aku tidak ingin, melihatmu mati dihadapanku untuk kedua kalinya. Aku tidak ingin Theo," ucap Mikaila yang masih terbayang dengan memori masa lalu."Ta—"Belum sempat Theo berucap, Mikaila sudah memulai pertarungan kembali dengan Javis, si Raja Iblis itu.Kali ini, Mikaila fokus bertarung. Dia menganalisa kekuatan lawan terlebih dahulu.Sedangkan Javis, hanya tersenyum remeh melihat Mikaila yang nampak begitu berani.Sebenarnya, kekuatan Javis sebagai Raja iblis sangat tidak mungkin untuk menang, hanya saja karena saat ini Javis sudah memakan darah-darah manusia selama ribuan tahun, dan telah