Rais dan Aisha telah berada di tengah-tengah proses analisis mereka. Dari hasil rekaman kameranya, Rais telah memproses citra-citra yang diperoleh menjadi sebuah simulasi di layar komputer. Seperti yang diharapkan, kamera buatan mereka berhasil merekam semua suara, panggilan, sinyal, maupun perubahan udara di apartemen semalam.
Dan seperti yang mereka duga, ada sebuah kontak misterius yang mengarah ke suatu tempat. Tempat itu masih berada di Washington DC.
Aisha meresumekan hasil pencitraan mereka.
“Ini dia identifikasi suara dan sinyal yang ada.” Katanya.
Aisha memproses beberapa perintah di papan ketik, lalu muncullah identifikasi alamat yang ada.
“Ini, adalah lokasi yang berhasil diidentifikasi.” Lanjutnya.
“Oke, terima kasih. Kerja bagus.”
“Dr. Hoetomo, saya kira kita harus memproteksi keamanan data kita lebih tinggi lagi.”
“Maksudmu?”
“Seorang petugas
Pagi ini cukup cerah. Ini adalah sebuah hari yang baru di Washington DC. Terutama di National Mall. Di dalamnya terdapat tempat bernama United States Holocaust Memorial Museum, yaitu museum untuk memperingati kejadian Holocaust.Hari ini, Museum Peringatan Holocaust akan dikunjungi oleh siswa dari berbagai sekolah dasar di Washington DC.Pada pukul sembilan pagi, mereka semua sudah datang dan memasuki area pelataran museum. Petugas keamanan mengatur barisan anak-anak itu. sementara guru-guru pendamping mereka terus mengingatkan agar menjadi anak-anak yang baik dan tidak merepotkan Bapak-bapak petugas keamanan.Anak-anak berbaris dengan rapi. Mereka saling bercengkerama dengan riang gembira.Di sekitar sana, Andrea Izmaylov telah datang. Matanya waspada mengamati sekitar. Beberapa saat lalu, informasi anonim telah memasuki ponselnya.Walaupun informasi tersebut anonim, tapi Andrea tahu bahwa pengirimnya adalah orang yang sangat bisa ia percaya.
Semua stasiun televisi di Amerika Serikat meliput kejadian pemboman di Holocaust Museum. Meskipun belum ada pihak yang mengklaim bertanggungjawab, namun spekulasi telah bermunculan.Nama Al Qassar disebut-sebut. Tapi yang mengejutkan, muncul juga rumor yang menyebut nama Caliph.Tiba-tiba CNN melakukan breaking news. Mereka mengatakan bahwa seorang narasumber hendak mengungkap siapa di belakang kejadian ini.Seketika perhatian para pemirsa tertuju pada CNN. Karena mereka tahu kelas CNN, maka mereka juga tahu narasumber yang didatangkan pasti tidak sembarangan. Layar pun menunjukkan pembaca berita yang sekaligus bertindak sebagai pewawancara telah memperkenalkan narasumber mereka.Dia adalah Diona Dublin.Aisha Mahmood memperhatikan layar televisi. Ia mencoba menyusun sejumlah alternatif langkah antisipasi untuk segala kemungkinan yang terjadi.“Mrs. Dublin, berapa lama Anda suda
“Mrs. Dublin, apa yang Anda lakukan?” tanya Al Qassar.“Maaf, saya tidak mengerti...” Dublin nampak ketakutan.“Sudahlah, Anda sudah mengkhianati kami.”“Maaf, ini pasti kesalahan...”“Anda tidak perlu mengelak lagi. Kini Anda mengorbankan kepentingan organisasi dan mengambil panggung demi kepentingan pribadi Anda?”Diona Dublin nampak kebingungan, ia meminta tolong kepada orang sekitarnya dan berusaha menjelaskan hal yang ia sendiri tidak mengerti.“Saya tidak ingin Anda mencuri panggung kami.” Kata Al Qassar. “Maka saya yang akan mengumumkannya. Diona Dublin bekerja bersama kami. Ialah informan utama kami. Dan ya, kami berada di balik pemboman Museum Holocaust. Jika Anda ingin mengadili orang yang paling bertanggung-jawab, maka orang itu ada di layar televisi Anda sekarang. Terima kasih.”
Aisha memeriksa tubuh Rais dengan scanner di laboratorium mereka.“Tidak ada kerusakan apa pun.” Kata Aisha.“Alhamdulillah.” Timpal Rais.“Dia tidak akan berhenti di sini.” Kata Malikha.“Tentu saja. Ia masih memegang tantangannya kepadaku.”“Jadi apa rencanamu?” tanya Aisha.“Oh, aku akan memainkan apa yang ia kira sedang dimainkannya.”Capitol Hill, keesokan paginya.Abdul Aziz berjalan berputar-putar di ruang kerjanya.Pintu ruangannya terbuka. Andrea Izmaylov masuk.“Sudah ada kabar tentang Al Qassar?” tanya Abdul Aziz.“Belum. Ia menghilang sejak tadi malam.”“Tidak ada jejak?”Izmaylov menggeleng.“Kita harus mendapatkan orang ini.”“Barangkali bisa kita mulai dari Iqbal Anwar.”&ldq
Andrea Izmaylov mengumpulkan semua anggota FBI di bawah kordinasinya. Ia juga memanggil pasukan SWAT untuk bergerak bersama dengan FBI. Tanpa ketinggalan, Andrea meminta CIA untuk ikut mencari Al Qassar.Ia berjaga-jaga jika ada kejutan lagi dalam waktu dekat. Semua yang terjadi sudah berada di luar nalarnya.“Panggil semua agen federal. Kerahkan semua sumber daya yang ada. Presiden telah memerintahkan kita. Prioritas kita adalah menemukan lokasi Al Qassar berada. Tidak ada yang boleh berhenti sebelum kita menemukannya!” perintah Andrea.“Agen Izmaylov, jadi tadi Anda dipanggil oleh Presiden?” tanya seorang agen.“Ya, dan ia memerintahkanku langsung untuk memimpin pencarian ini. Segera lakukan tugasmu.”“Siap, Bos.”Si agen segera pergi.Sementara di ruang rahasia, Rais dan Aisha bergeming di depan komputer.“Kau sudah berhasil meretas jaringan CNN?” tany
Iqbal Anwar membalas tatapan Abdul Aziz. Mereka berdua beradu pandang tanpa berkedip. Iqbal mengeluarkan senyum liciknya. Sementara Abdul Aziz masih bergeming.Abdul Aziz berdiri dan duduk di sisi meja tempat Iqbal duduk.“Aku tidak ingin membuang banyak waktu di sini. Jadi, sebaiknya kau bekerja sama.” Kata Abdul Aziz.Iqbal tersenyum lagi.“Aku tahu kau berusaha mempermainkan kami. Tapi percayalah, di sini bukan tempat kau bisa melakukan itu. Pikirkanlah, berapa lama kau akan bisa bertahan dengan terus bersikap seperti ini.”“Memangnya apa yang akan kau lakukan?”“Itu bukan wewenangku. Bahkan bukan hakku untuk berada di sini dan menginterogasimu. Tapi aku bisa berada di sini, di hadapanmu, tanpa ada satu pun petugas yang mendampingiku. Kau tahu kenapa? Karena mereka sudah muak terhadapmu sehingga harus memintaku untuk turun tangan. Dan kau tahu? Aku tidak memiliki dasar pelatihan interogasi. Karena
01.00 amWarga negara Amerika Serikat terpecah menjadi dua kelompok. Kelompok pertama adalah mereka yang berusaha melarikan diri dari negaranya. Mereka mencoba melakukan segala cara untuk menembus perbatasan ke Meksiko dan Kanada.Perdana Menteri Kanada telah membuka perbatasan negaranya untuk mempersilakan orang-orang dari Amerika Serikat yang hendak berlindung di negeri tersebut. Meskipun ada beberapa pemeriksaan oleh petugas, namun semua itu hanya dilakukan sebagai syarat administratif untuk memastikan orang yang mengungsi tidak memiliki catatan criminal apalagi tercatat sebagai teroris.Sementara pemerintah Meksiko memberlakukan kebijakan yang jauh berbeda. Meksiko menutup perbatasan sehingga para pengungsi dari Amerika Serikat menumpuk di daerah batas antara dua negara.Ada belasan ribu orang Amerika yang berada di perbatasan Meksiko dan menunggu pemerintah negara tetangga mereka tersebut membuka perbatasannya dan mengizinkan mereka
02.30 am“Saudara sekalian, perubahan di posisi perolehan suara terus terjadi. Fenomena yang terjadi dari detik ke detik semakin tidak terprediksi. Saat ini secara mengejutkan, Massachussets berada di posisi puncak perolehan suara menggeser Washington yang lima belas menit lalu menjadi pendulang suara terbanyak. “Sejumlah netizen yang mengaku sebagai warga Massachussets mengatakan bahwa mereka menduga kuat bahwa warga Washington memveto Massachussets sebanyak mungkin untuk menyelamatkan negara bagian mereka.“Netizen yang mengaku sebagai warga Massachussets ini mulai melakukan provokasi kepada seluruh warga negara bagian lain agar memveto Washington. Mereka bahkan menyebarkan tagar #VoteWashington di Twitter. Hal ini segera ditanggapi oleh sejumlah netizen yang mengaku sebagai warga Washington yang membalas dengan tagar #VoteMassachussets sambil mereka juga membantah tuduhan yang di
Silvester Morran memasuki ruangan kantornya. Ia telah menyaksikan apa yang terjadi. Walaupun Morran menyatakan turut bersukacita atas apa yang dicapai Abdul Aziz, tapi ia tidak pernah serius mengatakannya.Bagi Morran, saat ini yang penting adalah pencalonan dirinya sebagai Presiden Amerika Serikat semakin memiliki saingan kuat. Dan ia tidak bahagia akan hal itu.“Pagi.” Sebuah suara mengagetkannya.Seseorang telah berada di ruangan kerja Morran sebelum dirinya masuk.“Ka...kau...” Morran tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya.“Kejutan, bukan?” tanya orang tersebut.“Dengar, kau tidak seharusnya ada di sini.”“Begitu juga denganmu.”“Apa maksudmu?”“Kau sama sekali tidak layak berada di tempat ini. Tidak sedikit pun.”Orang itu mengokang pistol, membidik ke arah kepala Morran.“Hei, tunggu, ada apa ini?” Morr
Di kantor FBI, Andrea Izmaylov telah menerima pesan dari nomor tidak dikenal mengenai posisi Al Qassar. Walaupun nomor tersebut tidak dikenalnya, ia tahu siapa yang mengirimkan pesan tersebut. Andrea segera memerintahkan mobilisasi.“Cepat, siagakan pasukan dan bergeraklah menuju Gedung Putih!!!” perintahnya.Sementara itu di Gedung Putih, Presiden menyambut Abdul Aziz. Mereka adalah saingan berat pada pemilihan sekarang, namun Presiden merasa perlu untuk menunjukkan wajah hangat Amerika Serikat.Karena itu ia mengundang Abdul Aziz, Janna, dan Fathia, putri mereka. Presiden memandu sendiri tur mereka mengelilingi bagian dalam Gedung Putih. Ia menunjukkan kantor-kantor, sayap Barat dan Timur, bahkan Oval Office.Tidak lupa, Presiden juga menunjukkan area residency.“Ini tempat Presiden Amerika Serikat menjalani kehidupan pribadinya.” Kata Presiden.Abdul Aziz dan Janna mengangguk-a
Penjara Distrik Columbia yang baru saja menerima tamu istimewa semalam tidak terlihat akan mendapat kejutan di hari yang baru ini. Betapa tidak, malam sebelumnya mereka baru saja merayakan keberhasilan gabungan pasukan MPDC, SWAT, dan Garda Nasional dalam meringkus seorang teroris paling berbahaya di Washington.Tapi kini, justru keadaan berbalik. Orang tersebut berjalan dengan bebasnya di area penjara, bahkan tidak ada seorang pun petugas keamanan yang mencegahnya.Al Qassar berdiri di hadapan kepala penjara.Di sekitar mereka, pasukan berseragam petugas penjara berjaga-jaga sambil bersiap dengan senjata masing-masing.“Kau... benar-benar orang gila.” Kata kepala penjara.“Jika kau tidak keberatan, akuilah, bahwa pasukanmu lebih loyal kepadaku dibandingkan bos mereka sendiri.”Si kepala penjara terdiam menahan geram.“Aku tahu kau marah. Aku tahu kau juga sedih. Tapi inilah kenyataan. Kau harus belajar u
Washington Monument, keesokan harinya.Podium telah disiapkan. Tidak ada panggung khusus, hanya podium. Masyarakat Washington telah ramai memenuhi area tersebut. Pers juga tidak tertinggal.Waktu telah menunjukkan pukul sembilan pagi. Abdul Aziz menaiki podium. Janna menyaksikan di antara masyarakat Washington.Sementara dari sisi lain kota, di sebuah griya tawang, Rais Hoetomo menyaksikan CNN yang meliput Abdul Aziz.“Telah banyak tersebar berita dalam beberapa waktu ke belakang ini. Berita-berita yang membahas tentang pencalonan sejumlah nama sebagai Presiden Amerika Serikat. Banyak nama yang beredar, di antaranya nama saya. Tapi hal itu bukan menjadi perhatian saya pada waktu-waktu tersebut.“Perhatian saya tertuju kepada timbulnya kelompok-kelompok ekstremis dan teroris, baik di Amerika Serikat maupun seluruh dunia. Aksi dari kelompok-kelompok tersebut, sejak awal saya percaya, tidak mewakili apa pun di atas muka bumi i
Abdul Aziz telah berada di mobil evakuasi. Sesuai rencana, pasukan SWAT akan segera membawanya pergi sesaat setelah Al Qassar datang.Sasaran mereka adalah Al Qassar. Sejak awal, tidak ada niat dari pasukan SWAT maupun MPDC untuk membiarkan Abdul Aziz menjadi umpan yang akan disantap Al Qassar.Di depan dan belakang mobil yang ditumpangi Abdul Aziz, terdapat masing-masing dua mobil SWAT yang mengawal mereka. Sekilas, mereka tampak aman.Namun itu hanya nampaknya.Mobil pengawal paling belakang tiba-tiba terjungkal. Dari bawahnya terlihat api berkobar.Di belakang mereka, terlihat pasukan Al Qassar.Al Qassar memang bukan orang bodoh. Ia tahu bahwa sejak awal tidak mungkin mereka menempatkan senatornya sebagai tumbal.Karena itu ia menempatkan seorang Al Qassar palsu untuk menyerang Northwest, sementara ia sendiri mengamati ke mana Abdul Aziz akan dibawa pergi.Kini Al Qassar hanya me
Jika dibandingkan dengan peperangan-peperangan yang telah dialaminya, baik di Timur Tengah maupun tempat lain, malam ini bukanlah hal yang aneh bagi Rais. Ia akan berhadapan dengan satu atau sekelompok teroris.Dan ini bukan hal baru baginya.Tapi Rais tahu bahwa ia harus tetap waspada. Al Qassar bukan teroris biasa. Ia adalah seorang mastermind. Bahkan masih belum dapat dipastikan apakah Al Qassar akan memakan umpan Rais.Jika umpan ini berhasil, Al Qassar akan menyerang Abdul Aziz di Northwest. Saat itulah Rais akan beraksi.Rais juga menyadari bahwa Al Qassar tidak akan datang sendirian. Orang ini tidak cukup bodoh untuk menghadapi pasukan MPDC seorang diri. Ia pasti membawa pasukannya.Dalam hatinya Rais berharap semua rencananya bersama Abdul Aziz berhasil. Lalu Al Qassar akan ditangkap dan dipenjarakan dengan keamanan maksimum sebelum menerima hukuman terberat dari pengadilan. Mungkin hukuman mati.Tapi seperti yang telah dika
02.30 am“Saudara sekalian, perubahan di posisi perolehan suara terus terjadi. Fenomena yang terjadi dari detik ke detik semakin tidak terprediksi. Saat ini secara mengejutkan, Massachussets berada di posisi puncak perolehan suara menggeser Washington yang lima belas menit lalu menjadi pendulang suara terbanyak. “Sejumlah netizen yang mengaku sebagai warga Massachussets mengatakan bahwa mereka menduga kuat bahwa warga Washington memveto Massachussets sebanyak mungkin untuk menyelamatkan negara bagian mereka.“Netizen yang mengaku sebagai warga Massachussets ini mulai melakukan provokasi kepada seluruh warga negara bagian lain agar memveto Washington. Mereka bahkan menyebarkan tagar #VoteWashington di Twitter. Hal ini segera ditanggapi oleh sejumlah netizen yang mengaku sebagai warga Washington yang membalas dengan tagar #VoteMassachussets sambil mereka juga membantah tuduhan yang di
01.00 amWarga negara Amerika Serikat terpecah menjadi dua kelompok. Kelompok pertama adalah mereka yang berusaha melarikan diri dari negaranya. Mereka mencoba melakukan segala cara untuk menembus perbatasan ke Meksiko dan Kanada.Perdana Menteri Kanada telah membuka perbatasan negaranya untuk mempersilakan orang-orang dari Amerika Serikat yang hendak berlindung di negeri tersebut. Meskipun ada beberapa pemeriksaan oleh petugas, namun semua itu hanya dilakukan sebagai syarat administratif untuk memastikan orang yang mengungsi tidak memiliki catatan criminal apalagi tercatat sebagai teroris.Sementara pemerintah Meksiko memberlakukan kebijakan yang jauh berbeda. Meksiko menutup perbatasan sehingga para pengungsi dari Amerika Serikat menumpuk di daerah batas antara dua negara.Ada belasan ribu orang Amerika yang berada di perbatasan Meksiko dan menunggu pemerintah negara tetangga mereka tersebut membuka perbatasannya dan mengizinkan mereka
Iqbal Anwar membalas tatapan Abdul Aziz. Mereka berdua beradu pandang tanpa berkedip. Iqbal mengeluarkan senyum liciknya. Sementara Abdul Aziz masih bergeming.Abdul Aziz berdiri dan duduk di sisi meja tempat Iqbal duduk.“Aku tidak ingin membuang banyak waktu di sini. Jadi, sebaiknya kau bekerja sama.” Kata Abdul Aziz.Iqbal tersenyum lagi.“Aku tahu kau berusaha mempermainkan kami. Tapi percayalah, di sini bukan tempat kau bisa melakukan itu. Pikirkanlah, berapa lama kau akan bisa bertahan dengan terus bersikap seperti ini.”“Memangnya apa yang akan kau lakukan?”“Itu bukan wewenangku. Bahkan bukan hakku untuk berada di sini dan menginterogasimu. Tapi aku bisa berada di sini, di hadapanmu, tanpa ada satu pun petugas yang mendampingiku. Kau tahu kenapa? Karena mereka sudah muak terhadapmu sehingga harus memintaku untuk turun tangan. Dan kau tahu? Aku tidak memiliki dasar pelatihan interogasi. Karena