Pagi ini cukup cerah. Ini adalah sebuah hari yang baru di Washington DC. Terutama di National Mall. Di dalamnya terdapat tempat bernama United States Holocaust Memorial Museum, yaitu museum untuk memperingati kejadian Holocaust.
Hari ini, Museum Peringatan Holocaust akan dikunjungi oleh siswa dari berbagai sekolah dasar di Washington DC.
Pada pukul sembilan pagi, mereka semua sudah datang dan memasuki area pelataran museum. Petugas keamanan mengatur barisan anak-anak itu. sementara guru-guru pendamping mereka terus mengingatkan agar menjadi anak-anak yang baik dan tidak merepotkan Bapak-bapak petugas keamanan.
Anak-anak berbaris dengan rapi. Mereka saling bercengkerama dengan riang gembira.
Di sekitar sana, Andrea Izmaylov telah datang. Matanya waspada mengamati sekitar. Beberapa saat lalu, informasi anonim telah memasuki ponselnya.
Walaupun informasi tersebut anonim, tapi Andrea tahu bahwa pengirimnya adalah orang yang sangat bisa ia percaya.
Semua stasiun televisi di Amerika Serikat meliput kejadian pemboman di Holocaust Museum. Meskipun belum ada pihak yang mengklaim bertanggungjawab, namun spekulasi telah bermunculan.Nama Al Qassar disebut-sebut. Tapi yang mengejutkan, muncul juga rumor yang menyebut nama Caliph.Tiba-tiba CNN melakukan breaking news. Mereka mengatakan bahwa seorang narasumber hendak mengungkap siapa di belakang kejadian ini.Seketika perhatian para pemirsa tertuju pada CNN. Karena mereka tahu kelas CNN, maka mereka juga tahu narasumber yang didatangkan pasti tidak sembarangan. Layar pun menunjukkan pembaca berita yang sekaligus bertindak sebagai pewawancara telah memperkenalkan narasumber mereka.Dia adalah Diona Dublin.Aisha Mahmood memperhatikan layar televisi. Ia mencoba menyusun sejumlah alternatif langkah antisipasi untuk segala kemungkinan yang terjadi.“Mrs. Dublin, berapa lama Anda suda
“Mrs. Dublin, apa yang Anda lakukan?” tanya Al Qassar.“Maaf, saya tidak mengerti...” Dublin nampak ketakutan.“Sudahlah, Anda sudah mengkhianati kami.”“Maaf, ini pasti kesalahan...”“Anda tidak perlu mengelak lagi. Kini Anda mengorbankan kepentingan organisasi dan mengambil panggung demi kepentingan pribadi Anda?”Diona Dublin nampak kebingungan, ia meminta tolong kepada orang sekitarnya dan berusaha menjelaskan hal yang ia sendiri tidak mengerti.“Saya tidak ingin Anda mencuri panggung kami.” Kata Al Qassar. “Maka saya yang akan mengumumkannya. Diona Dublin bekerja bersama kami. Ialah informan utama kami. Dan ya, kami berada di balik pemboman Museum Holocaust. Jika Anda ingin mengadili orang yang paling bertanggung-jawab, maka orang itu ada di layar televisi Anda sekarang. Terima kasih.”
Aisha memeriksa tubuh Rais dengan scanner di laboratorium mereka.“Tidak ada kerusakan apa pun.” Kata Aisha.“Alhamdulillah.” Timpal Rais.“Dia tidak akan berhenti di sini.” Kata Malikha.“Tentu saja. Ia masih memegang tantangannya kepadaku.”“Jadi apa rencanamu?” tanya Aisha.“Oh, aku akan memainkan apa yang ia kira sedang dimainkannya.”Capitol Hill, keesokan paginya.Abdul Aziz berjalan berputar-putar di ruang kerjanya.Pintu ruangannya terbuka. Andrea Izmaylov masuk.“Sudah ada kabar tentang Al Qassar?” tanya Abdul Aziz.“Belum. Ia menghilang sejak tadi malam.”“Tidak ada jejak?”Izmaylov menggeleng.“Kita harus mendapatkan orang ini.”“Barangkali bisa kita mulai dari Iqbal Anwar.”&ldq
Andrea Izmaylov mengumpulkan semua anggota FBI di bawah kordinasinya. Ia juga memanggil pasukan SWAT untuk bergerak bersama dengan FBI. Tanpa ketinggalan, Andrea meminta CIA untuk ikut mencari Al Qassar.Ia berjaga-jaga jika ada kejutan lagi dalam waktu dekat. Semua yang terjadi sudah berada di luar nalarnya.“Panggil semua agen federal. Kerahkan semua sumber daya yang ada. Presiden telah memerintahkan kita. Prioritas kita adalah menemukan lokasi Al Qassar berada. Tidak ada yang boleh berhenti sebelum kita menemukannya!” perintah Andrea.“Agen Izmaylov, jadi tadi Anda dipanggil oleh Presiden?” tanya seorang agen.“Ya, dan ia memerintahkanku langsung untuk memimpin pencarian ini. Segera lakukan tugasmu.”“Siap, Bos.”Si agen segera pergi.Sementara di ruang rahasia, Rais dan Aisha bergeming di depan komputer.“Kau sudah berhasil meretas jaringan CNN?” tany
Iqbal Anwar membalas tatapan Abdul Aziz. Mereka berdua beradu pandang tanpa berkedip. Iqbal mengeluarkan senyum liciknya. Sementara Abdul Aziz masih bergeming.Abdul Aziz berdiri dan duduk di sisi meja tempat Iqbal duduk.“Aku tidak ingin membuang banyak waktu di sini. Jadi, sebaiknya kau bekerja sama.” Kata Abdul Aziz.Iqbal tersenyum lagi.“Aku tahu kau berusaha mempermainkan kami. Tapi percayalah, di sini bukan tempat kau bisa melakukan itu. Pikirkanlah, berapa lama kau akan bisa bertahan dengan terus bersikap seperti ini.”“Memangnya apa yang akan kau lakukan?”“Itu bukan wewenangku. Bahkan bukan hakku untuk berada di sini dan menginterogasimu. Tapi aku bisa berada di sini, di hadapanmu, tanpa ada satu pun petugas yang mendampingiku. Kau tahu kenapa? Karena mereka sudah muak terhadapmu sehingga harus memintaku untuk turun tangan. Dan kau tahu? Aku tidak memiliki dasar pelatihan interogasi. Karena
01.00 amWarga negara Amerika Serikat terpecah menjadi dua kelompok. Kelompok pertama adalah mereka yang berusaha melarikan diri dari negaranya. Mereka mencoba melakukan segala cara untuk menembus perbatasan ke Meksiko dan Kanada.Perdana Menteri Kanada telah membuka perbatasan negaranya untuk mempersilakan orang-orang dari Amerika Serikat yang hendak berlindung di negeri tersebut. Meskipun ada beberapa pemeriksaan oleh petugas, namun semua itu hanya dilakukan sebagai syarat administratif untuk memastikan orang yang mengungsi tidak memiliki catatan criminal apalagi tercatat sebagai teroris.Sementara pemerintah Meksiko memberlakukan kebijakan yang jauh berbeda. Meksiko menutup perbatasan sehingga para pengungsi dari Amerika Serikat menumpuk di daerah batas antara dua negara.Ada belasan ribu orang Amerika yang berada di perbatasan Meksiko dan menunggu pemerintah negara tetangga mereka tersebut membuka perbatasannya dan mengizinkan mereka
02.30 am“Saudara sekalian, perubahan di posisi perolehan suara terus terjadi. Fenomena yang terjadi dari detik ke detik semakin tidak terprediksi. Saat ini secara mengejutkan, Massachussets berada di posisi puncak perolehan suara menggeser Washington yang lima belas menit lalu menjadi pendulang suara terbanyak. “Sejumlah netizen yang mengaku sebagai warga Massachussets mengatakan bahwa mereka menduga kuat bahwa warga Washington memveto Massachussets sebanyak mungkin untuk menyelamatkan negara bagian mereka.“Netizen yang mengaku sebagai warga Massachussets ini mulai melakukan provokasi kepada seluruh warga negara bagian lain agar memveto Washington. Mereka bahkan menyebarkan tagar #VoteWashington di Twitter. Hal ini segera ditanggapi oleh sejumlah netizen yang mengaku sebagai warga Washington yang membalas dengan tagar #VoteMassachussets sambil mereka juga membantah tuduhan yang di
Jika dibandingkan dengan peperangan-peperangan yang telah dialaminya, baik di Timur Tengah maupun tempat lain, malam ini bukanlah hal yang aneh bagi Rais. Ia akan berhadapan dengan satu atau sekelompok teroris.Dan ini bukan hal baru baginya.Tapi Rais tahu bahwa ia harus tetap waspada. Al Qassar bukan teroris biasa. Ia adalah seorang mastermind. Bahkan masih belum dapat dipastikan apakah Al Qassar akan memakan umpan Rais.Jika umpan ini berhasil, Al Qassar akan menyerang Abdul Aziz di Northwest. Saat itulah Rais akan beraksi.Rais juga menyadari bahwa Al Qassar tidak akan datang sendirian. Orang ini tidak cukup bodoh untuk menghadapi pasukan MPDC seorang diri. Ia pasti membawa pasukannya.Dalam hatinya Rais berharap semua rencananya bersama Abdul Aziz berhasil. Lalu Al Qassar akan ditangkap dan dipenjarakan dengan keamanan maksimum sebelum menerima hukuman terberat dari pengadilan. Mungkin hukuman mati.Tapi seperti yang telah dika