Viona dan Saga yang telah selesai sarapan pagi mulai kembali ke lantai dua rumah ini menggunakan lift.
"Vio baru tahu kalau di rumah ini ternyata ada kotak naik turunnya ya, Suamiku, ucap gadis manis itu yang saat ini sedang berdiri di belakang kursi roda Sagara.
"Kemarin kamu nggak naik lift ini kah?" tanya Saga penasaran.
"Nggak," geleng Viona, "Kemarin Vio sama Kakak Bodyguard naik tangga biar sehat."
"Oh, pantesan aja kamu nggak tahu,"
"Hehe," Viona nyengir.
Ting!
Hanya perlu waktu sekejap saja untuk sampai ke lantai dua dengan lift ini.
"Wuih nggak sampe tiga detik udah nyampe aja," komen Viona takjub.
Saga hanya terkekeh geli mendengar perkataan konyolnya Viona yang sedang mengagumi kehebatan lift di rumah ini.
"Namanya juga lift, ya cepet lah," timpal Sagara.
Tangan Viona mulai mendorong kursi rodanya Sagara untuk melangkah keluar dari dalam lift ini setelah pintu kotak naik turun ini terbuka.
Viona dan Saga sudah masuk ke dalam ruangan kamar mandi. Namun pemuda itu tiba-tiba melepaskan kepala Viona yang sedari tadi dia tarik ke ruangan ini.Bukan tanpa sebab Saga melepaskan kepala Viona karena ponsel yang ada di sakunya berdering dengan nada dering yang khusus disetel untuk nomor Sekretaris Ken.Buru-buru Saga meraih ponselnya dan mengangkat panggilan itu. Sedangkan Viona hanya bisa melihat dengan pandangan yang bingung."Halo, Ken," sapa Saga."Tuan, Bundaku menghilang," ucap Sekretaris Ken yang langsung pada topik utama."Apa?! Kok bisa kayak gitu?" tanya Saga yang saat ini mulai memutar kursi rodanya untuk keluar dari ruangan ini.Viona pun membuntuti Sagara dari belakang."Pintu rumah lupa dikunci sama Bibi ART di rumahku dan gitulah," cakap Sekretaris Ken pasrah."Kalau gitu aku akan segera menyusulmu dan ikut membantu mencari Bundamu.""Jangan! Saat ini aku menelepon hanya untuk memberi kabar saja bahwa
Viona dan Saga saat ini sedang dalam perjalanan menuju ke sekolah gadis itu. Surat perjanjian kontrak nikah mereka pun sudah ditandatangani oleh Viona dan masing-masing memegang satu lembar surat kontrak."Nanti kamu pulang jam berapa?" tanya Saga yang saat ini sedang sibuk mempelajari laporan yang Sekretaris Ken kirimkan beberapa puluh menit yang lalu ke emailnya."Jam dua sore, Suamiku." sahut Viona sambil memilin salah satu ikatan rambutnya yang saat ini diikat menjadi dua."Nanti aku sempetin jemput kamu di sekolah. Kamu jangan ke mana-mana okay!" pesan Saga."Okay, Suamiku," angguk Viona patuh. Sedetik kemudian Viona teringat sesuatu, "Eh, tapi Vio ada latihan beladiri sore ini," ucap gadis itu."Beladiri?""Iya, beladiri, Suamiku. Vio nggak bisa pulang cepet. Paling cepet sekitar jam lima sorean.""Ya udah, nggak apa-apa. Nanti aku tetep jemput kamu jam lima sorean.""Makasih, Suamiku.""Oh iya, kalau seumpama ada
Pov VionaCewek mana sih yang nggak seneng saat cowok yang disukanya menjadi pendamping hidupnya yang sah di mata agama dan hukum? Pasti jawabannya nggak ada.Begitu pun aku, aku seneng banget akhirnya bisa nikah sama pangeran tampan berkuda putihku kemarin siang, meski dia sempat sok pura-pura menolak.Sagara Bhumi Saputra itulah namanya, bukan hanya bagus rupanya saja, namun hatinya juga tak kalah baiknya.Masih terpatri dengan jelas diingatanku, waktu itu aku dititipkan oleh Bunda Amanda kepada Paman Frank karena akan sulit bagi Bunda untuk meninggalkan Washington DC jika dia bersamaku.Aku tidak tahu alasannya apa, kenapa Bunda sulit meninggalkan kota itu jika pergi bersamaku, yang aku tahu, Bunda menitipkan aku kepada Paman Frank yang sudah Bunda anggap seperti saudaranya sendiri.Meksi usiaku
Beberapa saat yang lalu, mobil yang dinaiki oleh Bunda Amanda memasuki pintu gerbang sekolah Viona.Sekolah Viona memang sedang melakukan beberapa renovasi di beberapa gedung di sekolah ini dan mobil kolbak itu bertugas untuk mengangkut material-material bangunan yang telah hancur dan tidak terpakai kembali.Supir mobil kolbak itu segera keluar dari dalam mobilnya saat mobil yang dia kendarai sudah terparkir di tempat yang seharusnya. Supir kaget saat melihat ada seorang wanita menumpang di mobil miliknya."Hei, siapa kau!" seru supir itu yang membuat Bunda Amanda terkaget dan segera turun dari atas mobil dengan cara melompat.Untung saja wanita itu bisa mendarat dengan aman di atas tanah berpaving di sekolah ini."Hei, mau ke mana kau?!" teriak Supir itu sambil menunjuk Bunda Amanda yang sudah berlari menjauh darinya.Bunda Amanda begitu gesit sehingga supir itu tidak bisa mengejar langkah kakinya.Setelah situasi aman, Bunda A
POV KenzoSaat ini aku sudah berada di dalam Rumah Sakit Citra Husada sedang menanti Dokter yang menangani Adikku keluar dari ruangan Instalasi Darurat di RS ini.Ya, Adikku, Viona itu adalah Adik kandungku yang telah hilang selama bertahun-tahun.Beberapa saat yang lalu Bunda Amanda sudah mengatakan yang sebenarnya bahwa Viona adalah Arrabella.Perasaanku saat ini kacau, tapi bukan kacau karena patah hati atau pun merasa kecewa dengan kenyataan ini.Aku merasa kacau karena selama ini aku tidak bisa mengenali Adikku sendiri yang keberadaannya ada di dalam jangkauan pandanganku.Kenapa aku begitu bodoh, sehingga tidak bisa mengenali Arra, seharusnya aku curiga saat hati ini bisa dengan mudah jatuh cinta kepada Arra meski aku belum pernah bertegur sapa dengannya.Seharusnya aku curiga, kena
"Bunda, bicaralah. Jangan diem aja! Ini bukan mimpi kok, ini kenyataan," yakin Sekretaris Ken kepada Ibunya.Namun Bunda Amanda hanya menggelengkan kepalanya tanda bahwa dia tidak mau bersuara.Bunda Amanda takut jika suaranya tercekat dan mengindikasikan bahwa semua ini mimpi belaka.Sudah sering wanita itu bermimpi hal seperti ini dan akhirnya dia kecewa saat terbangun dan tidak ada Arrabella di samping tubuhnya.Sekretaris Ken menatap nanar keadaan Ibunya saat ini.Pintu ruang kamar inap ini tiba-tiba diketuk oleh seorang perawat dan pintu putih itu mulai diputar knop pintunya dan terbuka, terlihat ada satu orang perawat wanita di ambang pintu.Hanya Sekretaris Ken saja yang mengalihkan pandangannya ke arah perawat itu."Permisi, Tuan. Dokter Mutia meminta Anda untuk segera datang ke ruangannya," tutur perawat itu.Sekretaris Ken segera berdiri dari duduknya dan melepaskan tangan Adiknya penuh ketidakrelaan.Kini perh
"Bunda, ini nyata kan, Bun? Bukan mimpi kan, Bun?" tanya Viona dengan tatapan penuh harap."Ini nyata," angguk Bunda Amanda kuat-kuat.Wusss!Tiba-tiba angin berhembus dengan sangat kencang memasuki ruangan kamar rawat inap ini melalui sela-sela jendela yang terbuka.Korden di ruangan ini juga berkibar dengan begitu hebatnya karena terkena terpaan angin yang begitu dahsyat.Belum lagi rintik-rintik air dan dedaunan kering dan basah yang ikut terbawa masuk juga ke dalam ruangan ini.Bunda Amanda dan Viona melihat ke luar jendela yang saat ini tengah menampilkan angin yang begitu kencang berhembus ke arah timur dengan awan mendung yang menghitam di atasnya.Kedua hati insan manusia itu mulai dirayapi rasa waswas dan takut bahwa kejadian saat ini hanya mimpi belaka seperti mimpi-mimpi yang mereka alami.Brakkk!Terdengar suara pintu masuk kamar ini terbuka dan ada seorang perawat perempuan yang tergesa masuk ke dalam ruanga
Di kantor utama Samudra Group, Saga saat ini sedang bersiap-siap ke ruang rapat. Meski tidak didampingi oleh Sekretaris Ken, namun pemuda itu bisa menghandle semuanya dengan sangat baik.Asisten pribadi Saga yang bertugas untuk membantu pekerjaan remeh temeh dari Sekretaris Ken mulai meletakkan sebuah dokumen di setiap kursi yang ada di ruang rapat ini.Hari ini memang Sagara mengadakan rapat dadakan untuk memutuskan kontrak kerjasama dengan beberapa perusahaan yang pemiliknya tidak punya attitude yang baik.Beberapa pengusaha yang akan menggantikan posisi pengusaha yang lama pun sudah mulai berdatangan dan duduk di sebuah tempat tunggu yang terpisah dengan pengusaha lainnya yang saat ini sudah bekerjasama dengan Samudra Group.Katakanlah Saga ini egois karena mencampur adukkan perasaan pribadinya pada bisnis yang sedang dia jalankan sekarang.
Adegan dibuka dengan gerakan slow motion dari Bunda Amanda dan Asisten pribadinya Saga yang saat ini sedang ingin melerai sepasang suami istri di ruangan kamar rawat inap ini yang sedang terhanyut dalam suasana yang romantic.Grep!Ternyata Asisten pribadinya Saga bukannya melerai malah menghentikan langkah Bunda Amanda yang ingin merusak suasana romantis yang sedang terjalin diantara Saga dan Viona anaknya."Tuan ayo cepat! Saya siap mengabdikan diri supaya anda bahagia," batin Asisten pribadinya Saga yang pengertian sekali kepada majikannya itu."Lepas!" pinta Bunda Amanda yang saat ini sedang berontak agar bisa bebas."Jan
"Cepet buka!" ucap Saga yang masih tidak sabaran."Iya, sabar, Tuan!"Ceklek!Pintu kamar rawat inap VIP milik Viona dibuka oleh Asisten pribadinya Saga.Seketika Saga dan Viona saling berpandangan sesaat setelah pintu kamar itu terbuka."Suamiku," gumam Viona menyebut nama Saga."Di ... di ... di-a," ucap Saga dengan jari telunjuknya yang mengarah ke Viona dan kedua bola matanya yang membulat melihat sosok gadis di depannya.Napas Saga mulai memburu dan tanpa sadar tangannya bergerak mencekik
"Kakak mau kemana?" tanya Viona yang saat ini sudah kembali ke ruang kamar rawat inapnya sendiri.Sekretaris Ken yang saat ini sedang bersiap-siap pergi menyempatkan diri untuk menjawab pertanyaan dari Adiknya itu."Tuan Batari dan keluarganya sedang dalam masalah. Kakak harus segera menjemput mereka. Kasihan, mereka sudah tidak punya tempat bernaung lagi."Bunda Amanda yang memang tidak tahu menahu tentang keluarganya Yunita langsung mengerutkan keningnya."Mereka siapa, Ken? Kok Bunda baru dengar kamu punya kenalan yang namanya Batari," tanya Bunda Amanda."Itu temannya Kenzo, Bun. Memang jarang yang tahu sih kalau aku ini
Tuan Batari, Nyonya Sherina, dan Yunita anak perempuan mereka saat ini sedang kebingungan di depan pintu gerbang rumah mereka yang telah diambil paksa oleh Awan dan Sekretaris Diana."Beh, nasib kita gimana ini?" tanya Nyonya Sherina panik sambil mengguncang-guncangkan tubuh lelaki tua itu."Babeh juga nggak tahu, Ma. Babeh buntu," sahut Tuan Batari yang saat ini sedang memegangi kepala plontosnya yang masih ada sisa-sisa sedikit helaian rambut di beberapa area.Yunita yang tidak ingin mereka terlunta-lunta seperti ini mulai menyuarakan apa yang ada di dalam pikirannya saat ini."Beh, coba Babeh telepon teman-teman Babeh buat bantuin Babeh agar bisa keluar dari masalah ini!" pinta Yunita."Babeh nggak bisa hubungin mereka, Teh. Ponsel Babeh ketinggalan di dalam rumah," jawab Tuan Batari lesu."Pakai ponsel Teh Yun aja, Beh! Inih!" ulur Yunita memberikan ponsel yang saat ini sudah dia ambil dari saku celananya.Beruntung sekali tadi Yu
Nyonya Dania dan Saga sudah berpindah tempat.Saat ini keduanya sedang duduk di dekat jendela kantor Saga sambil meminum teh hangat yang tadi diantarkan oleh salah satu Office Boy di perusahaan ini."Ma,""Hm,""Mama kok tahu kalau Saga kemarin sudah menikah? Tahu dari siapa?" tanya pemuda itu dengan pandangan menyelidik."Tahu dari temen yang datang ke resepsi pernikahan kamu," sahut Nyonya Dania enteng."Siapa?" kening Saga kini saling bertautan kerutannya."Rahasia," jawab Nyonya Dania sambil memelekan lidahnya ke arah Saga."Cih, sok rahasia-rahasiaan," gumam Saga tidak suka."Biarin." Nyonya Dania tidak peduli dan terus melanjutkan memakan snack yang ada di atas meja."Oh iya, besok kamu sama Arra datang ya ke rumah Mama," lanjut Nyonya Dania yang keceplosan bicara."Arra siapa, Ma?" tanya Saga tidak mengerti.'Aduh, mampus aku. Kalau Saga curiga, bisa-bisa aku diomelin sama Kenzo, nih,' b
Nyonya Dania telah sampai di kantor Samudra Group, meski langkahnya di hadang oleh para staf yang bertugas berjaga di kantornya Sagara, namun mereka tidak bisa berbuat banyak karena mereka tahu bahwa Nyonya Dania adalah Ibu kandungnya Awan dan Sagara, selain itu posisinya yang merupakan Istri dari pemilik Perusahaan pesaing Perusahaan ini semakin menambah ciut nyali mereka."Saga!" pekik Nyonya Dania yang kini telah berhasil masuk ke dalam ruangan kantor anaknya."Ngapain kamu ke sini?" tanya Saga dengan nada yang sinis.Asisten pribadinya Sagara yang sedang menggantikan posisi Sekretaris Ken hanya bisa meremas kedua jemari tangannya karena dia telah gagal mencegah Nyonya Dania masuk."Ngapain katamu?!" ucap Nyonya Dania bertanya balik dengan raut wajah yang marah.Saga kini memberikan kode kepada Asisten pribadinya agar pergi meninggalkan ruangan ini dengan gerakan tangannya.Asisten itu pun undur diri dari ruangan ini dan menutup rapat pin
Namun yang tidak diketahui oleh Nyonya Helena adalah kenyataan bahwa bayi perempuannya telah ditukar kembali oleh perawat lain yang bernama Alia sesaat setelah perawat bayaran Nyonya Helena berlalu dari ruangan khusus bayi.Alia yang merupakan sahabat Bunda Amanda tidak rela jika anak temannya dicurangi oleh orang lain. Perempuan itu pun mengadukan hal ini kepada Bunda Amanda, tapi Bunda Amanda tidak ingin melabrak Nyonya Helena.Justru yang Bunda Amanda lakukan adalah membiarkannya berjalan seperti air, mengalir saja, dan hal seperti ini bisa dia gunakan di masa-masa mendatang agar Arrabella-nya tidak diambil paksa oleh mantan suami kejamnya itu.Tentu saja dengan menumbalkan anaknya Nyonya Helena untuk menggantikan posisinya Arrabella yang asli di sisi Tuan Smith.Persetan dengan semua harta yang dimiliki oleh mantan suaminya, jika hanya kesakitan yang dia rasakan.Sekretaris Ken saat ini langsung ditarik oleh Bunda Amanda agar berlindung di bali
Bunda Amanda menarik putra lelakinya untuk segera keluar dari ruang rawat adiknya karena dia telah mengatakan hal-hal yang menurut wanita tua itu tidak pantas dikatakan."Bunda apa-apaan sih? Kok tarik-tarik aku keluar?" protes Sekretaris Ken kepada Ibundanya."Lha kamu yang apa-apaan? Udah tahu adikmu itu masih kecil dan masih polos, pake bilang bekas-bekas segala tentang Saga," sahut Bunda Amanda seraya memukul lengan pemuda di depannya."Ih, nyatanya Tuan Muda Saga itu udah bekas kok. Ken nggak rela ya kalau Adiknya Ken nikah sama laki-laki modelan kayak Tuan Muda Saga," sungut Sekretaris Ken sambil memajukan bibirnya tanda bahwa ia tidak terima."Lah, bukannya Saga itu sahabat kamu? Bunda juga lihatnya Nak Saga itu baik, pengertian. Bunda meski dulu dalam keadaan tidak waras tapi masih ingat dengan jelas ya gimana kebaikannya Nak Saga sama Bunda," bela Bunda Amanda yang tidak terima Saganya dijelek-jelekkan."Itu kan sama Bunda. Kalau sama oran
POV VionaAku senang karena akhirnya aku bisa berkumpul kembali dengan Bundaku dan juga bisa bertemu dengan kakak laki-lakiku yang ternyata adalah kak Kenzo, Sekretaris pribadinya suamiku Sagara.Aku bersyukur karena memiliki kakak laki-laki seperti dia, yang tidak pernah memandang orang lain dari fisiknya semata.Dan saat ini aku sesungguhnya kecewa dengan suamiku, dia ternyata tipe laki-laki yang hanya peduli dengan penampilan fisik seseorang saja.Mungkin, jika aku masih Viona yang berpola pikir aneh seperti dulu, aku tidak terlalu mempermasalahkannya, tapi saat ini aku sudah normal, sudah bisa berpikir dengan jernih, dan kak Sagara bukan orang yang pantas untuk disukai.Aku masih ingat dengan jelas tatapan menjijikkannya kepadaku saat aku berdandan norak dengan make up yang sangat menor.Ugh, rasanya pengen kucakar saja wajah Kak Saga.Akan tetapi, entah kenapa aku masih suka sama dia, terlepas dari semua kelakuan buruknya.