Sekretaris Ken dan Sagara sudah berada di tempat parkir, begitu pula dengan Yunita, wanita itu ternyata sudah berada di tempat yang sama pula.
"Apa kau lihat-lihat?" ketus Yunita kepada Sekretaris Ken yang tidak sengaja melihat ke arahnya.
Sekretaris Ken hanya membuang wajahnya saja ke arah lain dan tidak ada keinginan sedikit pun untuk meladeni Yunita.
"Tuan, tolong pegangan kuat-kuat ke tubuhku!" pinta Sekretaris Ken kepada Sagara. Saat ini laki-laki itu ingin memindahkan tubuh Sagara ke dalam mobil.
Sagara pun menurutinya dan dengan mudahnya Sekretaris Ken bisa mengangkat tubuh Tuan Mudanya hanya dalam sekali coba.
"Wow, kuat banget." gumam Yunita yang masih memperhatikan kedua laki-laki itu dari balik kaca hitam mobilnya.
"Terimakasih, Ken." ucap Sagara.
"Sama-sama, Tuan."
Kini Sekretaris Ken segera melipat kursi roda Tuan Mudanya dan memasukkan
"Inget, Kimoci-nya jangan dikasih makan lagi ya, Teh. Tadi sudah Babeh kasih makan." ucap Tuan Batari."Okeh, Beh." jawab Yunita.Saat Yunita akan melanjutkan langkahnya, Tuan Batari tiba-tiba memanggilnya kembali."Kenapa, Beh?" tanya Yunita."Kamu udah ngasih tahu Raga belum, Teh?""Raga?" kening Yunita mengerut."Iya, Raga. Raga Surya Pratama." ucap Tuan Batari mengingatkan Yunita."Oh Raga anaknya Om Surya.""Iya,""Belum Teteh kasih tahu, Beh.""Cepetan kasih tahu! Acaranya nanti malem kok kamu malah belum ngasih tahu si Raga sih, Teh.""Iya, Beh. Nanti Teteh telepon nomor hapenya Raga. Oh iya, Babeh seriusan mau ngundang Raga dan kedua orang tuanya?""Seriusan lha, Teh. Kalau nggak serius, buat apa Babeh minta
"Bukan gitu, Yun. Nanti sore Om sama keluarga mau ngehadirin acara anniversary pernikahan Kakek dan Neneknya Raga. Kemungkinan acaranya baru selesai pukul enam sore-an. Nah, Om nggak tahu nih, keburu atau nggak dateng ke acara ultah kamu." jelas Tuan Surya."Masih keburu, Om. Acara ulang tahun Yun dimulai pukul delapan malam. Om harus dateng ya!" bujuk Yunita. "Om kan udah Yun anggep keluarga Yun sendiri, jadi Om harus banget hadir ya!""Iya, insyaallah ya, Yun.""Kalau gitu, telepon-nya Yun tutup dulu ya, Om. Maaf kalau Yun ganggu aktivitas Om saat ini.""Nggak kok, Yun. Om nggak merasa terganggu sama sekali.""Syukurlah kalau gitu. Sampai jumpa nanti malam ya, Om.""Iya, Yun."Tut tut tut tut.Panggilan telepon itu pun berakhir."Yang telepon siapa, Pah?" tanya Dania penasaran."Yunit
"Itu masalah gampang, Sayang. Apa sih yang nggak buat kamu." ucap Awan menyanggupi segala permintaan Sekretaris-nya."Oh iya, bukannya nanti malam kamu harus merayakan acara ulang tahunnya Yunita. Cepat sana, kamu pulang ke rumahmu! Kamu kan harus segera bersiap-siap juga untuk acara yang spesial.""Ssstt," jari telunjuk Awan membungkam bibir Sekretaris Diana. "Kamu jangan ngomong gitu, Yank. Bagiku nggak ada yang lebih spesial dibandingkan dengan kamu.""Masa?" tanya Sekretaris Diana tidak percaya."Sumpah, Yank." jawab Awan cepat sambil mengangkat dua jarinya membentuk huruf V.Sekretaris Diana mulai menghentikan aktivitasnya dan kini wanita itu mulai menghadap ke arah Awan. "Tapi aku ngerasanya Yunita tetap yang paling spesial bagi kamu, Yank." ucap Sekretaris Diana yang kini mulai meraba dada bidang milik Awan."Tapi bagi aku, Yunita itu tidak ada a
"Betul itu," sahut Irna dan Intan yang sependapat dengan jalan pikirannya Rima.Riri yang sedari tadi tetap fokus dalam memetik bunga, kini gerakannya mulai terhenti. "Terserah kalian saja lah." ucap Riri menanggapi semua ocehan dari rekan kerjanya dan kini dia mulai sibuk kembali memetik bunga.Hatinya Rima, Irna, dan Intan menjadi dongkol karena Riri tidak menggubris semua perkataan mereka."Eh, itu wajah kamu kenapa memar gitu?" tanya Intan yang kini mulai penasaran dengan keadaan tubuh Riri yang saat ini terlihat sangat berantakan dan terdapat beberapa luka di bagian wajah gadis itu. Ditambah lagi dengan rambutnya yang acak-acakan seperti orang habis jambak-jambakan."Kepo banget sih." ketus Riri yang saat ini telah selesai memetik bunga. Langkah kakinya kini mulai menapaki lantai marmer kembali setelah sebelumnya menapaki rumput sintetis yang dipasang di
Riri yang tidak suka kalau bantal tidur milik Tuan Mudanya diciumi oleh Viona segera mendekati sang pelaku.Srett.Bantal tidur itu langsung Riri rebut paksa dari pelukan Viona.Viona yang tersentak kaget langsung membuka kedua matanya dan langsung menatap ke arah Riri."Kenapa Kakak ngerebut bantal itu dari Vio?" tanya Viona polos."Heh gadis jelek-""Makasih pujiannya Kakak." potong Viona menyela Riri yang sedang berbicara dengan wajahnya yang ceria."Heh, jangan potong perkataanku ya!" Riri semakin bertambah emosi."Ayo lanjutkan, Kak. Kakak tadi mau bilang apa?" sahut Viona lugu."Arghhh, sini kau! Cepat turun!" kali ini Riri mulai menarik tubuh Viona agar turun dari atas kasur empuk itu."Aku nggak mau turun, Kak. Lepasin!" ronta Viona."Heh, kau itu gadis je
Riri bergidik ngeri saat terbayang aura mengerikan yang terpancar dari Viona yang terkenal akan kejelekan dan kebodohannya.Kini langkah wanita itu sudah hampir dekat dengan ruang kamarnya Sagara. Sebelum masuk ke dalam ruangan yang pintunya masih terbuka, dia sempatkan untuk mengetuk pintu terlebih dahulu, sebagai bentuk kesopan-santunan yang telah dia pelajari sejak dia menginjakkan kedua kakinya di kediaman Tuan Bhumi Cakra saat dia masih remaja.Riri adalah pelayan lawas di kediaman Tuan Bhumi Cakra dan ketika Tuan-nya meninggal dunia, dia ikut bersama Sagara karena dia memang dekat dengan laki-laki itu yang sekaligus adalah cinta pertamanya.Riri disebut sebagai pelayan kesayangannya Sagara bukan tanpa alasan. Wanita itu memang kerap kali diistimewakan oleh Tuan Muda pemilik rumah ini. Jika wanita lain hanya memiliki satu kesempatan untuk menghangatkan ranjang tidurnya Sagara, maka lain ceritanya dengan Riri.
Rumah mewah yang dijadikan markasnya Sagara memang tidak terlalu luas, tapi sangat tertutup bagi orang luar.Asisten rumah tangga yang bertugas membersihkan rumah ini saja hanya diberikan waktu sekitar dua jam untuk menyelesaikan semua pekerjaannya.Sebelum ART itu masuk ke dalam rumah, dia perlu melewati pintu khusus yang dipasangi alat pendeteksi canggih yang bisa mendeteksi barang-barang yang mencurigakan seperti kamera pengintai atau alat penyadap dan lain-lain.Setelah seisi rumah bersih maka tidak ada satu orang pun yang boleh masuk ke dalam rumah itu kecuali Sagara dan Sekretaris pribadinya.Para penjaga rumah ini hanya berjumlah dua sampai tiga orang saja karena lokasi rumah ini memang di rahasiakan dari siapa pun.Tempat parkir yang memang tertutup membuat Sagara bisa leluasa untuk berjalan menggunakan kedua kakinya ke tempat penyimpanan mobil itu."Tuan," seru Sekretaris Ken yang kini mulai berlari kecil ke arah Tuan Mudanya.
Penjahat yang mendapatkan giliran pertama untuk menikmati tubuh Viola semakin dekat dengan mobil hitam itu yang memang dijadikan tempat untuk menodai gadis cantik itu.Tangan kekar dengan tato kapak 121 menghiasi punggung tangan penjahat itu yang saat ini tengah berusaha untuk membuka pintu mobil.Brakk.Pintu mobil telah berhasil dibuka oleh penjahat itu.Viola terkesiap dengan perasaan yang bercampur takut di dalam relung hatinya."Mmmmm mmmm mmmm," ucap Viola yang sedang berusaha memberitahu bahwa dirinya tidak mau diperk*s* oleh mereka."Mmmmmm mmmm mmmm." tutur Viola lagi yang sedang mengatakan bahwa dirinya minta dibebaskan.Meski Viola masih ditutup kedua matanya, namun gadis itu bisa tahu bahwa penjahat itu sudah mulai masuk ke dalam mobil. Yang bisa Viola lakukan hanya bergeser ke arah pojok kanan untuk memberi jarak antara tubuhnya dengan penjahat it
Adegan dibuka dengan gerakan slow motion dari Bunda Amanda dan Asisten pribadinya Saga yang saat ini sedang ingin melerai sepasang suami istri di ruangan kamar rawat inap ini yang sedang terhanyut dalam suasana yang romantic.Grep!Ternyata Asisten pribadinya Saga bukannya melerai malah menghentikan langkah Bunda Amanda yang ingin merusak suasana romantis yang sedang terjalin diantara Saga dan Viona anaknya."Tuan ayo cepat! Saya siap mengabdikan diri supaya anda bahagia," batin Asisten pribadinya Saga yang pengertian sekali kepada majikannya itu."Lepas!" pinta Bunda Amanda yang saat ini sedang berontak agar bisa bebas."Jan
"Cepet buka!" ucap Saga yang masih tidak sabaran."Iya, sabar, Tuan!"Ceklek!Pintu kamar rawat inap VIP milik Viona dibuka oleh Asisten pribadinya Saga.Seketika Saga dan Viona saling berpandangan sesaat setelah pintu kamar itu terbuka."Suamiku," gumam Viona menyebut nama Saga."Di ... di ... di-a," ucap Saga dengan jari telunjuknya yang mengarah ke Viona dan kedua bola matanya yang membulat melihat sosok gadis di depannya.Napas Saga mulai memburu dan tanpa sadar tangannya bergerak mencekik
"Kakak mau kemana?" tanya Viona yang saat ini sudah kembali ke ruang kamar rawat inapnya sendiri.Sekretaris Ken yang saat ini sedang bersiap-siap pergi menyempatkan diri untuk menjawab pertanyaan dari Adiknya itu."Tuan Batari dan keluarganya sedang dalam masalah. Kakak harus segera menjemput mereka. Kasihan, mereka sudah tidak punya tempat bernaung lagi."Bunda Amanda yang memang tidak tahu menahu tentang keluarganya Yunita langsung mengerutkan keningnya."Mereka siapa, Ken? Kok Bunda baru dengar kamu punya kenalan yang namanya Batari," tanya Bunda Amanda."Itu temannya Kenzo, Bun. Memang jarang yang tahu sih kalau aku ini
Tuan Batari, Nyonya Sherina, dan Yunita anak perempuan mereka saat ini sedang kebingungan di depan pintu gerbang rumah mereka yang telah diambil paksa oleh Awan dan Sekretaris Diana."Beh, nasib kita gimana ini?" tanya Nyonya Sherina panik sambil mengguncang-guncangkan tubuh lelaki tua itu."Babeh juga nggak tahu, Ma. Babeh buntu," sahut Tuan Batari yang saat ini sedang memegangi kepala plontosnya yang masih ada sisa-sisa sedikit helaian rambut di beberapa area.Yunita yang tidak ingin mereka terlunta-lunta seperti ini mulai menyuarakan apa yang ada di dalam pikirannya saat ini."Beh, coba Babeh telepon teman-teman Babeh buat bantuin Babeh agar bisa keluar dari masalah ini!" pinta Yunita."Babeh nggak bisa hubungin mereka, Teh. Ponsel Babeh ketinggalan di dalam rumah," jawab Tuan Batari lesu."Pakai ponsel Teh Yun aja, Beh! Inih!" ulur Yunita memberikan ponsel yang saat ini sudah dia ambil dari saku celananya.Beruntung sekali tadi Yu
Nyonya Dania dan Saga sudah berpindah tempat.Saat ini keduanya sedang duduk di dekat jendela kantor Saga sambil meminum teh hangat yang tadi diantarkan oleh salah satu Office Boy di perusahaan ini."Ma,""Hm,""Mama kok tahu kalau Saga kemarin sudah menikah? Tahu dari siapa?" tanya pemuda itu dengan pandangan menyelidik."Tahu dari temen yang datang ke resepsi pernikahan kamu," sahut Nyonya Dania enteng."Siapa?" kening Saga kini saling bertautan kerutannya."Rahasia," jawab Nyonya Dania sambil memelekan lidahnya ke arah Saga."Cih, sok rahasia-rahasiaan," gumam Saga tidak suka."Biarin." Nyonya Dania tidak peduli dan terus melanjutkan memakan snack yang ada di atas meja."Oh iya, besok kamu sama Arra datang ya ke rumah Mama," lanjut Nyonya Dania yang keceplosan bicara."Arra siapa, Ma?" tanya Saga tidak mengerti.'Aduh, mampus aku. Kalau Saga curiga, bisa-bisa aku diomelin sama Kenzo, nih,' b
Nyonya Dania telah sampai di kantor Samudra Group, meski langkahnya di hadang oleh para staf yang bertugas berjaga di kantornya Sagara, namun mereka tidak bisa berbuat banyak karena mereka tahu bahwa Nyonya Dania adalah Ibu kandungnya Awan dan Sagara, selain itu posisinya yang merupakan Istri dari pemilik Perusahaan pesaing Perusahaan ini semakin menambah ciut nyali mereka."Saga!" pekik Nyonya Dania yang kini telah berhasil masuk ke dalam ruangan kantor anaknya."Ngapain kamu ke sini?" tanya Saga dengan nada yang sinis.Asisten pribadinya Sagara yang sedang menggantikan posisi Sekretaris Ken hanya bisa meremas kedua jemari tangannya karena dia telah gagal mencegah Nyonya Dania masuk."Ngapain katamu?!" ucap Nyonya Dania bertanya balik dengan raut wajah yang marah.Saga kini memberikan kode kepada Asisten pribadinya agar pergi meninggalkan ruangan ini dengan gerakan tangannya.Asisten itu pun undur diri dari ruangan ini dan menutup rapat pin
Namun yang tidak diketahui oleh Nyonya Helena adalah kenyataan bahwa bayi perempuannya telah ditukar kembali oleh perawat lain yang bernama Alia sesaat setelah perawat bayaran Nyonya Helena berlalu dari ruangan khusus bayi.Alia yang merupakan sahabat Bunda Amanda tidak rela jika anak temannya dicurangi oleh orang lain. Perempuan itu pun mengadukan hal ini kepada Bunda Amanda, tapi Bunda Amanda tidak ingin melabrak Nyonya Helena.Justru yang Bunda Amanda lakukan adalah membiarkannya berjalan seperti air, mengalir saja, dan hal seperti ini bisa dia gunakan di masa-masa mendatang agar Arrabella-nya tidak diambil paksa oleh mantan suami kejamnya itu.Tentu saja dengan menumbalkan anaknya Nyonya Helena untuk menggantikan posisinya Arrabella yang asli di sisi Tuan Smith.Persetan dengan semua harta yang dimiliki oleh mantan suaminya, jika hanya kesakitan yang dia rasakan.Sekretaris Ken saat ini langsung ditarik oleh Bunda Amanda agar berlindung di bali
Bunda Amanda menarik putra lelakinya untuk segera keluar dari ruang rawat adiknya karena dia telah mengatakan hal-hal yang menurut wanita tua itu tidak pantas dikatakan."Bunda apa-apaan sih? Kok tarik-tarik aku keluar?" protes Sekretaris Ken kepada Ibundanya."Lha kamu yang apa-apaan? Udah tahu adikmu itu masih kecil dan masih polos, pake bilang bekas-bekas segala tentang Saga," sahut Bunda Amanda seraya memukul lengan pemuda di depannya."Ih, nyatanya Tuan Muda Saga itu udah bekas kok. Ken nggak rela ya kalau Adiknya Ken nikah sama laki-laki modelan kayak Tuan Muda Saga," sungut Sekretaris Ken sambil memajukan bibirnya tanda bahwa ia tidak terima."Lah, bukannya Saga itu sahabat kamu? Bunda juga lihatnya Nak Saga itu baik, pengertian. Bunda meski dulu dalam keadaan tidak waras tapi masih ingat dengan jelas ya gimana kebaikannya Nak Saga sama Bunda," bela Bunda Amanda yang tidak terima Saganya dijelek-jelekkan."Itu kan sama Bunda. Kalau sama oran
POV VionaAku senang karena akhirnya aku bisa berkumpul kembali dengan Bundaku dan juga bisa bertemu dengan kakak laki-lakiku yang ternyata adalah kak Kenzo, Sekretaris pribadinya suamiku Sagara.Aku bersyukur karena memiliki kakak laki-laki seperti dia, yang tidak pernah memandang orang lain dari fisiknya semata.Dan saat ini aku sesungguhnya kecewa dengan suamiku, dia ternyata tipe laki-laki yang hanya peduli dengan penampilan fisik seseorang saja.Mungkin, jika aku masih Viona yang berpola pikir aneh seperti dulu, aku tidak terlalu mempermasalahkannya, tapi saat ini aku sudah normal, sudah bisa berpikir dengan jernih, dan kak Sagara bukan orang yang pantas untuk disukai.Aku masih ingat dengan jelas tatapan menjijikkannya kepadaku saat aku berdandan norak dengan make up yang sangat menor.Ugh, rasanya pengen kucakar saja wajah Kak Saga.Akan tetapi, entah kenapa aku masih suka sama dia, terlepas dari semua kelakuan buruknya.