Setelah hari-hari padat bekerja, akhirnya akhir pekan datang. Dan mereka sudah menyiapkan kebutuhan untuk bersenang-senang. Awalnya Naomi terkejut begitu tahu bahwa Maven benar-benar akan bergabung, namun dia tidak berkomentar banyak. Rhea dan Naomi berbelanja hingga spa bersama sebelum hari liburan mereka. Hubungan mereka semakin dekat dengan itu hingga bisa kompak cekikikan untuk hal remeh.Begitu sampai, Rhea menatap villa bergaya modern dua lantai di depannya. Villa yang dikelilingi pohon-pohon dan ada pantai! Oh, perjalanan panjang mereka sepertinya terbayarkan dengan pemandangan indah di sini.Saat masuk bersama, Maven menjelaskan, “Ada 5 kamar, tiga di bawah dan dua di atas. Kolam renang indoor dan outdoor, kalian bisa gunakan yang mana pun. Hanya beberapa menit ke pantai di sisi barat dengan jalan kaki.”“Di dekat pantai cukup ramai tadi, sepertinya ada festival. Ingin ke sana?” Dalam perjalanan mereka kemari, dia memandang area pantai yang banyak tenda.“Festival musik,” ujar
“Ingin keripik lagi?” tanya Joaquin dan Naomi menggeleng.“Aku merasa perutku akan meledak sekarang.”“Yah, ini benar-benar seperti pesta makan besar.” Rhea menjilat jari-jarinya sebelum menoleh ke arah suaminya. “Bagaimana dengan—”Melihat tatapan intens Maven padanya, dia secara naluriah mengalihkan wajahnya.“Aku juga kenyang,” Maven berujar disambung Joaquin.“Aku pun sama.”“Well, saatnya membersihkan kekacauan yang kita buat.”“Setuju.”“Aku akan mengemasi peralatan di sana.”“Aku akan bantu.” Naomi berdiri, mengikuti Maven.“Biarkan aku membawa botol-botol ini.”Rhea tersenyum pada Joaquin. “Oke.”Sepeninggalan Rhea dan Joaquin, Naomi merasa ini waktu yang tepat dan dia berdeham untuk menarik perhatian Maven. “Uhm … thanks.”Maven meliriknya.“Awalnya aku khawatir Joaquin akan merasa buruk pada dirinya sendiri jika bertemu dengan Kakek. Kau tahu seperti apa cara bicaranya jika tidak menyukai seseorang. Tapi, aku menjadi lega setelahnya. Entah apa yang kau bicarakan dengan kakek
Jemari ringkih Rhea gemetar ketika berpegangan pada pinggiran kolam renang. Dia membelakangi suaminya yang bergerak penuh hasrat hingga air di sekeliling mereka berombak. Ditambah lagi mereka saat ini bukan berada di ruang pribadi malah menambah kegelisahannya.“Tunggu, Maven. Aku baru datang.”Di tengah-tengah kegelisahan dan gairah Rhea, Maven mencoba menenangkannya dengan cara memberi kecupan panas di punggungnya.“Tidak apa-apa, Rhe. Pintunya tertutup.”Rhea gemetar mendengar bisikan itu. Ia menggigit bibir memandang pintu yang tertutup. Pada cobaannya untuk menahan erangan, dia berusaha berbicara normal, “Kamu mengunci—”Ketika merasakan tubuh Maven mendorong tajam di bawah sana, erangan lolos dari bibir kecilnya. Dia segera menutup mulutnya sebelum menunduk. “Maven, ini benar-benar aneh. Airnya—”“Sshhh, jangan pedulikan hal lain, Sayang. Rasakan saja aku.”Maven mencubit lembut dagu istrinya sebelum menangkap bibir manis itu dan membawanya ke ciuman yang panjang. Tangannya yang
Di pagi hari, Rhea telah siap dengan pakaian rapi melangkah ke ruang makan. Dan alangkah terkejutnya dia mengetahui bahwa Maven duduk di kursi kepala hingga ia berhenti di tempatnya sebentar.Suaminya mengalihkan pandangannya pada iPad di tangannya. “Kemarilah, sarapan bersama.”“… Ya.” Rhea mendekatinya dan duduk di kursi kosong sisi kanan Maven. Saat mengambil roti, dia bertanya, “Uhm, kenapa kamu belum pergi ke kantor? Biasanya kamu berangkat sangat awal.”“Tidak ada pekerjaan mendesak di pagi hari.”“… Oh.”“Pergi bersamaku setelah kamu menghabiskan sarapanmu.”Sontak saja Rhea meliriknya. “Oke ….”Menggigit roti isinya, Rhea merasa udara di sekelilingnya terasa hangat.Tiba di depan kantornya, Maven berbicara, “Hubungi aku jika sudah selesai. Aku akan menjemputmu.”Dia yang baru selesai melepaskan seat belt bertanya, “Bukankah itu akan mengganggu jam kerjamu?”Mereka memiliki jam masuk dan pulang kerja yang berbeda.“Tidak ada pekerjaan yang mendesak.”Rhea tidak bisa berkata-kat
“Nah sekarang mari makan, Semua.”Panggilan Alex membuatnya tersadar dan segera memandang hidangan di atas meja.“Jadi, apa yang terjadi pada kalian?” tanya Maven. “Aku mengenal kalian. Kalian tidak pernah datang ke tempat seperti ini.”Alex tersenyum polos. “Apa maksudmu? Hei, jangan mencurigai kami. Kami memang ingin makan di sini.”“Ucapanmu terdengar mencurigakan. Sejauh yang kukenal, kalian akan memesan ruang pribadi alih-alih salah satu meja di tempat terbuka seperti ini.”Mereka terdiam sejenak menyatakan bahwa itu benar membuat Maven mengumpati mereka pelan.Lalu Cade tertawa. “Suasana baru lebih segar, kau tidak tahu? Toh kami sudah merencanakan ini sejak lama.”“Kapan tepatnya?”“Minggu.”“Jumat?”“Tanggal 26.”Ketiganya menjawab serempak membuat Rhea dan Maven tidak dapat berkata-kata. Rhea yang mencoba menahan tawa berbanding terbalik dengan Maven yang ingin menenggelamkan mereka jika dilihat dari wajah dinginnya. Dia mengecek tanggal dari ponselnya yang ternyata hari Rabu
Memasuki ruang kerja Maven, dia membantu Rhea melepaskan coat panjangnya dan menggantungnya bersama jasnya. Kemudian mata indah Rhea mengitari segala penjuru ruangan luas tersebut.“Kamu tampak bahagia,” ujar Maven setelah sejak dari aula memperhatikan istrinya. Wanitanya tidak berhenti tersenyum dan sekarang senyuman itu semakin lebar.“Benarkah?”Maven bersandar di pinggiran meja kerjanya dan tersenyum samar. “Sudah kubilang untuk menggunakanku lebih sering.”Rhea tertawa kecil. “Aku sedikit menyesal tentang itu. Namun, melihat dari ekspresinya tadi sepertinya dia tidak akan betah terlalu lama di sini ….”Enzo akan mengundurkan diri dari Celadon dan kesenangannya akan berhenti saat itu juga.“Tidak akan. Tetapi aku yang akan memecatnya.”Rhea melirik Maven yang berjalan mendekat dan duduk di sofa. Suara pria ini cukup lembut dan santai, tetapi entah kenapa terdengar tegas dan yakin.“Maaf kita harus makan siang di sini.”Perubahan topik itu membuat Rhea menghela napas diam-diam. Lag
Swiss, negara yang kaya sejarah dan dipenuhi dengan bangunan abad pertengahan yang indah. Salah satunya Bern, pusat kota mereka. Arsitekturnya terawat dengan baik, jalan-jalannya menawan, serta kota ini sebagian besar tidak berubah sejak abad ke-12, hingga memberikan suasana bersejarah yang unik.Rhea dan Maven mengunjungi landmark paling terkenal di Bern, yaitu menara jam abad pertengahan. Kemudian ke museum seni yang menyimpan koleksi karya menakjubkan dari abad pertengahan hingga seni kontemporer. Karena sangat banyak intitusi budaya yang luar biasa, Rhea sampai bingung ingin memilih salah satu di antara tempat-tempat itu. Tak lupa mereka pun pergi ke Einsteinhaus, sebuah museum yang dulunya pernah menjadi tempat tinggal Albert Einstein. Hanya sebuah apartemen sederhana, namun saat mereka berkeliling Rhea bisa merasakan bagaimana fisikawan terkenal itu hidup jika dilihat furnitur dan barang pribadi yang masih di sana. Banyak foto-foto hingga dokumen yang berkaitan dengan kehidupann
Mendongak kuat, menatap langit-langit hotel dengan lampu gantung indah, Rhea mendesah panjang. Tangannya yang mencengkeram erat sprei tiba-tiba tenggelam di dalam genggaman besar Maven. Suaminya bergerak kasar, tajam, dan kuat. Dan tatapannya yang membara terus tertuju padanya. Sensasi penuh dan sesak di bawah sana semakin meningkatkan kenikmatannya.“Sangat baik. Rasamu sangat luar biasa, Baby. Astaga ….”Geraman rendah di telinganya membuatnya bergidik dan kenikmatan yang luar biasa melandanya. Ia mengeluarkan erangan putus asa dan secara naluriah melilitkan kedua kaki jenjangnya di pinggang suaminya.Dikala dia mengatur napasnya, dia mendengar umpatan pelan Maven. Ketika suaminya mengusap titik sensitifnya, dia gemetar hebat. “Wait, Maven—”Dia menjadi lebih sensitif setelah klimaks dan pria ini kembali mengisinya dengan perlahan membuat mereka sama-sama mengerang. Maven kemudian menarik tubuhnya.“Bagaimana ini, Rhe? Aku tidak bisa berhenti menikmati tempatmu. Kamu sangat lembut.”
“… Ini sudah larut dan aku tidak punya energi untuk bergagumen hal kecil seperti ini.”Ucapan Enzo pada malam itu membuat Andini mendiamkannya. Tentu dia lebih marah karena tidak menyangka suaminya menganggap kecemasannya sebagai ‘hal kecil’. Suaminya itu bahkan tidak tahu betapa terluka perasaannya.Di saat bersiap ke kantor, Enzo berkata, “Aku sepertinya akan pulang malam lagi hari i—”“Lakukan saja apa yang kamu mau,” potong Andini yang segera mengambil tasnya. Dia selalu pulang sangat malam, jadi untuk apa mengatakan ‘hal kecil’ itu?Gerakannya yang memasang dasi terhenti seketika. Enzo kemudian melihat kepergian Andini. Tepat hari itu suaminya menyadari perang dingin yang dibuatnya. Terima kasih untuk kesibukan Enzo beberapa minggu berikutnya, perang dingin itu semakin menyesakkan dada.Suasana hatinya menjadi buruk dari hari ke hari. Bahkan di tempat kerjanya. Andini beberapa kali nyaris kehilangan kendali dirinya. Dia akui, hal kekanakkan yang ia lakukan ini pun menyakiti dirin
Di salah satu restoran jepang, Maven dan Zayden saling pandang dengan ekspresi datar.Lalu, Cade tertawa memecahkan suasana aneh di sekeliling mereka. “Demi Tuhan, kali ini sungguh kebetulan! Jadi berhentilah memasang ekspresi saling membunuh. Kalian menakutiku, tahu?”Melirik Alex yang juga terkejut membuat Maven percaya, Dan jika pertemuan kebetulan seperti ini terjadi, ini bukan hal yang menyenangkan untuk mereka berempat.Alex mengembuskan napas dengan mata terpejam. “Sial, keberuntunganku tahun ini hilang gara-gara kalian. Karena urusanku di sini telah selesai, aku akan pergi lebih dulu. Dan jangan temui aku beberapa hari ke depan.”“Aku juga berharap tidak bertemu denganmu untuk sementara waktu.” Cade masih tertawa lalu pergi juga bersama asistennya.“Aku hanya pergi buang air. Sebentar lagi urusanku di sini berakhir,” kata Zade setelah mendapatkan ekspresi menuntut Maven.Mendesah, Maven mengusap wajahnya. Mereka pun berjalan beriringan di lorong menuju ruang pribadi masing-mas
Menggigit rotinya, Rhea sesekali menatap pria di seberang yang meminum kopi dengan tenang sambil membaca laporan di iPad. Ini sangat tenang seolah tidak ada masalah yang berarti malam sebelumnya, hingga rasanya canggung.“Anda ingin tambah lagi, Bu?” Yana sudah berada di sampingnya mengisi cangkir Rhea yang kosong, membuatnya tersadar dari lamunannya.“Tidak perlu, terima kasih, Yana.”Yana hanya tersenyum sebelum pergi. Dan Rhea menghabiskan minumannya sebelum mengelap sudut bibir.“Sudah selesai?” tanya Maven dan Rhea mengangguk. “Ayo pergi.”Sambil berjalan di belakangnya, Rhea memandang punggung lebar suaminya. Maven tampak biasa saja, tidak marah atau kesal. Ketika makan juga tidak ada keanehan. Apa hanya dia saja yang berlebihan?Di perjalanan pun Rhea masih mencuri pandang diam-diam hingga Maven menoleh mantap ke arahnya tepat ketika ia sedang menatapnya.“Kamu ingin mengatakan sesuatu?”Lihat, cara bicaranya juga tidak ada yang berbeda.Rhea membersihkan tenggorokannya sebelum
Keluarga besar Tony Williams berkumpul di rumahnya, termasuk orang tua Naomi dan Rhea. Mereka mengobrol dan makan malam bersama dengan perasaan hangat dan kebersamaan. Rhea dan Maven membagikan oleh-oleh dari Swiss untuk mereka, tanpa terkecuali. Ya, Gemma dan keluarga kecil Henry pun ikut mendapatkannya. Tentu saja awalnya Maven mengatakan tidak perlu, namun dia tidak ingin membuat situasi menjadi canggung.Rhea tahu, Gemma tidak akan peduli dengan pemberian mereka dan dia pun tidak mempermasalahkan itu. Sementara untuk keluarga Henry, dia menyerahkannya lewat Vexia.“Ow, how cute! Lihatlah baju ini, ini terlalu cantik untuk anak kami! Terima kasih banyak, Rhea,” Vexia, istri Henry berseru gembira. “Henry pun pasti merasa senang dengan pemberian kalian.”Bicara tentang Henry, pria itu sedang berkumpul bersama Tony, Maven, Gemma, Ivanka, dan orang tua Naomi di meja tamu. Sedangkan mereka bertiga berbincang ringan di meja lain yang tidak jauh.Rhea membalas senyuman Vexia tak kalah tul
Kembali dari liburan, seperti biasa Maven mengantarnya ke galeri dan membukakan pintu untuknya. “Setelah selesai aku akan menjemputmu. Kita perlu mengunjungi Kakek dan Mama.”Rhea bergumam ketika menyampirkan tali tas di bahu setelah melepas seat belt. Dia keluar bersamaan dengan kedatangan Naomi.“Hei, di sana,” sapa Naomi.Rhea tersenyum. “Hai, Naomi.”“Hai,” balas Maven pendek. “Naomi, pulang nanti ikutlah dengan kami ke rumah kakek.”Naomi mengangkat alisnya tinggi. “Apa ini tentang oleh-oleh yang kalian bawa?”Dia kemudian menjerit senang setelah Maven mengangguk singkat dan Rhea yang tertawa kecil.Tidak ingin membuat Maven terlambat sampai di kantornya, Rhea mengecup cepat bibir suaminya. “Aku akan menghubungimu nanti. Sampai jumpa.”“Hm, sampai jumpa nanti,” Maven bergumam. “Sampai jumpa, Naomi.”“Ya, sampai jumpa!” Naomi melambaikan tangannya pada Maven begitu pria itu mengendarai mobilnya, di bawah tatapan penuh pengertian dari Rhea. “What?”Tertawa pelan, Rhea mengajaknya m
Mendongak kuat, menatap langit-langit hotel dengan lampu gantung indah, Rhea mendesah panjang. Tangannya yang mencengkeram erat sprei tiba-tiba tenggelam di dalam genggaman besar Maven. Suaminya bergerak kasar, tajam, dan kuat. Dan tatapannya yang membara terus tertuju padanya. Sensasi penuh dan sesak di bawah sana semakin meningkatkan kenikmatannya.“Sangat baik. Rasamu sangat luar biasa, Baby. Astaga ….”Geraman rendah di telinganya membuatnya bergidik dan kenikmatan yang luar biasa melandanya. Ia mengeluarkan erangan putus asa dan secara naluriah melilitkan kedua kaki jenjangnya di pinggang suaminya.Dikala dia mengatur napasnya, dia mendengar umpatan pelan Maven. Ketika suaminya mengusap titik sensitifnya, dia gemetar hebat. “Wait, Maven—”Dia menjadi lebih sensitif setelah klimaks dan pria ini kembali mengisinya dengan perlahan membuat mereka sama-sama mengerang. Maven kemudian menarik tubuhnya.“Bagaimana ini, Rhe? Aku tidak bisa berhenti menikmati tempatmu. Kamu sangat lembut.”
Swiss, negara yang kaya sejarah dan dipenuhi dengan bangunan abad pertengahan yang indah. Salah satunya Bern, pusat kota mereka. Arsitekturnya terawat dengan baik, jalan-jalannya menawan, serta kota ini sebagian besar tidak berubah sejak abad ke-12, hingga memberikan suasana bersejarah yang unik.Rhea dan Maven mengunjungi landmark paling terkenal di Bern, yaitu menara jam abad pertengahan. Kemudian ke museum seni yang menyimpan koleksi karya menakjubkan dari abad pertengahan hingga seni kontemporer. Karena sangat banyak intitusi budaya yang luar biasa, Rhea sampai bingung ingin memilih salah satu di antara tempat-tempat itu. Tak lupa mereka pun pergi ke Einsteinhaus, sebuah museum yang dulunya pernah menjadi tempat tinggal Albert Einstein. Hanya sebuah apartemen sederhana, namun saat mereka berkeliling Rhea bisa merasakan bagaimana fisikawan terkenal itu hidup jika dilihat furnitur dan barang pribadi yang masih di sana. Banyak foto-foto hingga dokumen yang berkaitan dengan kehidupann
Memasuki ruang kerja Maven, dia membantu Rhea melepaskan coat panjangnya dan menggantungnya bersama jasnya. Kemudian mata indah Rhea mengitari segala penjuru ruangan luas tersebut.“Kamu tampak bahagia,” ujar Maven setelah sejak dari aula memperhatikan istrinya. Wanitanya tidak berhenti tersenyum dan sekarang senyuman itu semakin lebar.“Benarkah?”Maven bersandar di pinggiran meja kerjanya dan tersenyum samar. “Sudah kubilang untuk menggunakanku lebih sering.”Rhea tertawa kecil. “Aku sedikit menyesal tentang itu. Namun, melihat dari ekspresinya tadi sepertinya dia tidak akan betah terlalu lama di sini ….”Enzo akan mengundurkan diri dari Celadon dan kesenangannya akan berhenti saat itu juga.“Tidak akan. Tetapi aku yang akan memecatnya.”Rhea melirik Maven yang berjalan mendekat dan duduk di sofa. Suara pria ini cukup lembut dan santai, tetapi entah kenapa terdengar tegas dan yakin.“Maaf kita harus makan siang di sini.”Perubahan topik itu membuat Rhea menghela napas diam-diam. Lag
“Nah sekarang mari makan, Semua.”Panggilan Alex membuatnya tersadar dan segera memandang hidangan di atas meja.“Jadi, apa yang terjadi pada kalian?” tanya Maven. “Aku mengenal kalian. Kalian tidak pernah datang ke tempat seperti ini.”Alex tersenyum polos. “Apa maksudmu? Hei, jangan mencurigai kami. Kami memang ingin makan di sini.”“Ucapanmu terdengar mencurigakan. Sejauh yang kukenal, kalian akan memesan ruang pribadi alih-alih salah satu meja di tempat terbuka seperti ini.”Mereka terdiam sejenak menyatakan bahwa itu benar membuat Maven mengumpati mereka pelan.Lalu Cade tertawa. “Suasana baru lebih segar, kau tidak tahu? Toh kami sudah merencanakan ini sejak lama.”“Kapan tepatnya?”“Minggu.”“Jumat?”“Tanggal 26.”Ketiganya menjawab serempak membuat Rhea dan Maven tidak dapat berkata-kata. Rhea yang mencoba menahan tawa berbanding terbalik dengan Maven yang ingin menenggelamkan mereka jika dilihat dari wajah dinginnya. Dia mengecek tanggal dari ponselnya yang ternyata hari Rabu