Share

Bab 16

Author: Daes Eag
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Jika Nona Pendeta ternyata masih hidup, bukankah seharusnya dia kembali?" Seorang wanita berujar seraya menghentikan kegiatan menyapunya.

Salah seorang wanita yang beberapa saat lalu menghampirinya itu pun mengangguk pelan. "Kau benar. Apa sekarang dia jadi berpihak pada Moa? Atau mungkin Nona sudah mati?"

"Kurasa Nona Pendeta masih hidup. Jika dia sudah mati, tidak mungkin Tuan Hwang mengirimkan orang untuk pergi ke hutan. Tuan Hwang tidaklah bodoh. Dia pasti bisa membaca rencana Moa. Itu artinya, kemungkinan Nona Pendeta masih hidup," ujar yang lain.

"Tapi sekarang desa kita ini terancam. Jika Moa mengamuk lagi seperti kemarin, kita semua bisa mati. Tuan Hwang dan Tuan Seungmo terluka parah dan mustahil bagi mereka untuk mengalahkan Moa. Lagi pula perbatasan sudah dibakar habis oleh Tuan Seungmo. Dia bahkan berniat membunuh cucunya sendiri. Tapi apa menurut kalian, Tuan Seungmo memiliki rencana lain? Apa dia sengaja melakukannya? Untuk memancing Moa?"
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • The Beauty & The Monster   Bab 17

    Tubuh Nara pasti sudah jatuh ke bawah jika saja seseorang tidak menahan tangannya. Gadis itu sudah menangis, dan dalam peglihatannya yang buram ia melihat seseorang. Nara terisak saat menyadari Moa ada di sana. Perlahan tubuhnya ditarik kembali ke atas. "Apa yang sedang kau lakukan di sini?" tanya Moa. Di tengah isakannya, Nara mengangkat salah satu tangannya. Ia menunjukkan sebuah tanaman obat yang berhasil dia dapatkan pada Moa. Kedua alis Moa bertaut. "Apa itu? Tanaman obat?"Nara mengangguk. "Aku berniat memberikan ini padamu tapi aku malah terpeleset. Kau lagi-lagi menolongku." "Dan tanaman itu pada akhirnya akan kau gunakan sendiri." Moa menggendong tubuh Nara dan membawanya pergi dari sana. "Lukamu sudah sembuh?" tanya Nara. "Hm. Sudah kubilang lukaku akan membaik dalam kurun waktu 24 jam. Kenapa juga kau harus bersusah payah mencari tanaman obat?" Nara menunduk. Selain ia melupakan tujuannya untuk

    Last Updated : 2024-10-29
  • The Beauty & The Monster   Bab 18

    Di bawah malam purnama itu, Kiara dan Moa melakukan perjanjian tanpa sepengetahuan orang-orang. Keduanya bertemu di perbatasan hutan dan melakukan perjanjian di sana. "Jika aku berhenti membantai penduduk, kau akan menyerahkan dirimu padaku?"Kiara mengangguk. "Aku akan datang padamu, jadi kau bisa membunuhku. Tapi ingat, kau juga harus menepati janjimu padaku.""Aku pegang janjimu. Namun jika kau mengingkarinya, akan aku pastikan seluruh keluargamu akan aku habisi, termasuk putri semata wayangmu itu." Kiara mengepalkan kedua tangannya. ***Kedua mata Moa terbuka lebar dan ia mendudukkan tubuhnya. Mimpi tentang perjanjian bersama Kiara selalu berulang dan membuat tidurnya tak tenang. Setelah sekian tahun, ia tidak bisa melupakan dendamnya begitu saja. Moa menatap pedang miliknya. Pedang berwarna silver itu menyimpan sisi gelap Kiara di dalamnya, dan siapa sangka kalau sisi gelap milik Kiara lah yang membuat kekuatan pedangnya

    Last Updated : 2024-10-29
  • The Beauty & The Monster   Bab 19

    "Ada apa?" Nara bertanya begitu Moa berhenti secara tiba-tiba. Pria itu tiba-tiba berputar balik dan membawa Nara pergi ke arah lain. "Ada apa?" Nara kembali bertanya."Seseorang memasuki hutan." Moa menjawab. "Ma-manusia?" Moa mengangguk. Ia dan Nara berlari menuju sebuah pohon besar. Moa tiba-tiba melepas mantelnya dan memakaikannya pada Nara. "Kau diam di sini dan jangan berani kabur," titahnya, lebih terdengar seperti ancaman. Setelah itu, dengan cepat Moa pergi dari sana dan menghilang dari pandangan Nara. Gadis itu semakin menyudutkan tubuhnya ke pohon. Kalau pun dia nekat pergi, bau dari mantel itu akan tetap bisa tercium oleh Moa dan makhluk itu akan dengan cepat menemukannya. "Kali ini siapa lagi yang datang?" gumam Nara. "Apakah kakek kembali ke sini?" Sementara itu Moa pergi mencari sosok yang menginjakkan kaki ke dalam hutannya. "Ini tidak hanya seperti langkah manusia, namun juga--"

    Last Updated : 2024-10-29
  • The Beauty & The Monster   Bab 20

    "Nara--" Yooshin yang semula berniat maju mendekati Nara langsung berhenti saat Moa mendekat ke arahnya. "Aku sudah memperingatkanmu sejak awal. Seharusnya kau menurut dan menyerah saja," ujar Moa. "Aku tidak akan pernah menyerah padamu." Yooshin mencabut pedang miliknya tanpa melepas tatapannya barang sedetik pun. Ia lalu menatap Nara di belakang sana. Gadis itu tak bisa berbuat banyak dan tampak begitu khawatir. "Setidaknya dia masih hidup karena aku tidak membunuhnya langsung. Seharusnya kau bersyukur." Moa tersenyum miring. Ia berjalan memutari Yooshin. "Kau tahu kenapa aku masih membiarkanmu hidup hingga detik ini? Karena ... gadis itu yang menyuruhku." Moa memegang kedua bahu Yooshin dan menunjuk ke arah Nara. "Nara ... ""Dia memintaku untuk tidak membunuhmu." Dari posisinya, Moa bisa melihat kedua mata Nara yang berkaca-kaca. Netra milik gadis itu tampak berkilau karena pantulan cahaya api berwarna biru di sekelilingnya. 

    Last Updated : 2024-10-29
  • The Beauty & The Monster   Bab 21

    Moa membawa tubuh Nara ke permukaan dan ia langsung kehilangan keseimbangannya. Pria itu menatap Nara yang masih tak sadarkan diri. Suhu gadis itu juga kian menurun. Moa meraih wajah Nara dan ia mendekatlan wajahnya. Diberinya napas buatan, berharap gadis itu segera menunjukkan pergerakan.Dengan tenaga yang masih tersisa, Moa berusaha mengeluarkan air yang kemungkinan masuk ke dalam tubuh Nara."Sadarlah! Kau bisa!" Moa kembali memberikan napas buatan.Setelah beberapa saat, Nara terbatuk pelan namun kedua matanya tak kunjung terbuka."Hei. apa kau mendengarku? Kau bisa mendengarku?" Moa menepuk-nepuk pelan permukaan pipi Nara namun gadis itu masih memejamkan kedun matanya, sesekali mengerutkan dahi.Moa menatap kedua telapak tangan milik Nara yang terluka. Gadis itu nekat sekali. Jika saja pedang yang melukainya adalah pedang milik Moa, nyawanya pasti akan langsung melayang kurang dari satu menit.Begitu hujan reda. ia segera membawa Nara pergi dari sana. Ia tak akan bisa bergerak l

    Last Updated : 2024-10-29
  • The Beauty & The Monster   Bab 22

    Tubuh Nara seakan membeku saat material lembut itu menyapu permukaan bibirnya. Tubuh Moa perlahan kembai menjauh, dan menatap Nara yang masih tampak terkejut."Kau hanya perlu makan, tidak usah banyak bicara." Ucapan Moa membuat Nara tersadar dari lamunannya."Iya, maaf." Nara menunduk.Meskipun samar, Moa bisa melihat wajah Nara yang dihiasi oleh rona merah. Ia kembali menyuapkan sepotong kentang dan langsung disambut oleh Nara. Diam-diam, Nara memperhatikan wajah Moa."Wajahmu masih terlihat memar." ujar gadis itu pelan."Sudah tidak begitu sakit." ujar Moa. "Harusnya kau mengkhawatirkan pemuda itu."Kedua mata Nara melebar. "A-aku yakin kau tidak membunuh Yooshin.""Kenapa kau begitu percaya padaku?" ujar Moa."Aku tahu kalau kau bukanlah makhluk yang bisa dengan mudah berdusta. Aku yakin kau menepati perkataanmu.""Dan kau sengaja melakukan hal itu?" tebak Moa.Nara tersentak pelan. "A-aku--""Kau senga

    Last Updated : 2024-10-29
  • The Beauty & The Monster   Bab 23

    Nara menatap kedua tangannya yang sudah sembuh. Luka yang sebelumnya menghiasi kedua telapak tangannya itu kini sudah tak terlihat lagi, berkat Moa.Gadis itu menghela napas, lalu menengadahkan kepalanya ke atas, menatap dedaunan di atas sana yang menari-nari tersapu angin."Maafkan aku. Yooshin," batinnya. "Aku juga tidak mengerti kenapa aku melakukan semua ini."Nara mengepalkan tangannya, lalu memejamkan mata. Mendadak, entah kenapa, ia merasa begitu berdosa kepada kedua orangnya. Jika keduanya masih hidup, mungkin Nara bisa melihat raut kekecewaan yang ada di wajahnya.Nara meremas pakaiannya."Ada makhluk jahat yang hidup jauh sebelum kakekmu lahir. Mereka jahat, sangat jahat, dan tidak memiliki belas kasihan sedikit pun.""Apa mereka membenci manusia, Bu?""Hm. Mereka sangat membenci manusia. Dan yang jadi masalahnya adalah, mereka itu abadi dan hampir tidak bisa dikalahkan bahkan oleh raja di negeri ini. Makhluk itu seolah tidak memiliki rasa takut, dan akan terus menyerang man

    Last Updated : 2024-10-29
  • The Beauty & The Monster   Bab 24

    "Aku tidak akan pernah lagi membiarkan Yooshin pergi ke hutan itu." Tuan Hwang membuang napas pelan melihat keadaan putranya. Yooshin terlihat belum sadarkan diri."Aku benar-benar menyesal. Maafkan aku," ujar Seungmo."Anda tidak bersalah. Tuan. Akulah yang lalai dalam memperhatikan putraku. Harusnya aku melarangnya pergi ke sana lagi. Dia sudah beberapa kali menghadapi situasi yang berbahaya yang bisa mengancam nyawanya, aku tidak bisa membiarkannya menghadapi hal seperti itu lagi."***"Kakekmu, Kim Seungmo, adalah manusia picik yang juga aku benci hingga detik ini. Dia penyebab dari semua ini. Dia mengadu dombakan aku dan juga ibumu. Dia tahu kami membuat kesepakatan dan dia mengacaukan segalanya. Dia dan juga orang-orangnya membunuh penduduk lalu berkata pada Kiara kalau akulah yang membunuh mereka semua.""Ibumu marah dan menyudutkanku. Dia dan ayahmu diam-diam masuk ke dalam hutan di malam purnama dan membunuh semua keluargaku. Dia membunuh mereka saat mereka dalam kondisi lema

    Last Updated : 2024-10-29

Latest chapter

  • The Beauty & The Monster   Extra Bab

    Seorang anak kecil terlihat berlari mengejar-ngejar seekor kelinci yang ada di halaman rumahnya. Beberapa orang wanita yang ada di sana melihat ke arah itu dengan seulas senyuman lebar yang terlihat begitu bahagia. "Nona Sowon terlihat begitu senang, bukankah begitu?" Salah seorang wanita yang baru saja selesai menjemur pakaian itu pun berujar. "Dia terlihat menggemaskan, sama seperti Nona Nara dahulu sewaktu beliau masih kecil," jawab rekannya. "Aku dulu sempat khawatir jika Nona Nara benar-benar akan berakhir persis seperti mendiang ibunya dulu, tapi aku benar-benar bersyukur karena ternyata Nona Nara memiliki seseorang di dekatnya seperti Tuan Yooshin, bahkan hingga mereka berdua menikah pun, Tuan Yooshin terlihat semakin bahagia, kurasa beliau memang sudah memiliki perasaan yang lebih kepada Nona Nara sejak lama, atau mungkin sejak mereka masih anak-anak karena mereka sering sekali menghabiskan waktunya berdua." Wanita yang merupakan seorang pelayan di kediaman itu pun membuan

  • The Beauty & The Monster   Bab 101

    Sebuah upacara pernikahan baru saja selesai diadakan begitu hari menjelang siang. Orang-orang yang datang terlihat begitu bergembira, menatap sepasang pengantin baru yang beberapa saat lalu mengucapkan janji sehidup semati.Takdir memang tak ada yang tahu, begitu pun dengan setiap rencana milik Tuhan. Namun sebaik apapun rencana yang manusia pilih, rencana dari Tuhan adalah rencana yang terbaik dari yang paling baik.Langit pun tampak begitu cerah, seolah mendukung pasangan muda ini untuk menikmati waktu bahagia mereka.Pasangan yang dulu dikenal sebagai sahabat dekat sedari usia mereka masih belia, kini bertranformasi menjadi pasangan yang sesungguhnya. Nara melingkarkan tangannya di salah satu lengan milik Yooshin, menatap pria itu selama beberapa saat sebelum akhirnya mereka berdua berjalan menyapa para tamu undangan.Kedua sudut bibir milik Nara naik ke atas melihat betapa bahagianya orang-orang di sana. Dan tanpa ia sadari pula, sedari tadi Yooshin menatapnya dari samping, menat

  • The Beauty & The Monster   Bab 100

    Moa menyentuh permukaan wajahnya yang lain menggunakan tangan, dan menemukan adanya darah di sana, sebelum akhirnya kembali menatap Nara. Kini gadis itu bersungguh-sungguh untuk membunuhnya, tanpa mau memikirkan hal lain lagi. Nara beberapa kali melayangkan serangan padanya tanpa adanya ragu sedikit pun. "Nara ... " Yooshin berniat berdiri untuk membantu Nara. Dengan menggunakan pedangnya untuk tumpuan, pria itu berdiri dari posisinya dan mendekati Nara secara perlahan. Yooshin berlari sekuat yang ia bisa dengan pedang yang sudah bersiap di tangannya. Namun sebelum ia benar-benar mendekati Moa, mahluk itu sudah terlebih dulu berbalik dan menangkis serangannya dan memukul bahu Yooshin beberapa kali hingga tubuh pria itu terdorong beberapa kali ke belakang. "Yooshin!!" Di saat lengah itulah, Moa memanfaatkan kesempatan untuk melancarkan serangan terakhirnya pada Yooshin. "Matilah kau!!!" Tangan Moa sudah siap mengoyak perut Yooshin, membuat Nara membelalakkan kedua matanya. "Ti

  • The Beauty & The Monster   Bab 99

    "A-aku percaya Paman adalah orang yang baik." Kalimat itu menjadi kalimat terakhir yang keluar dari gadis kecil malang yang berusaha menyelamatkan Nara. Haewon tak bisa berkata-kata lagi. Wanita itu terduduk di atas permukaan tanah dengan air mata yang berderai."Tidakkk!!" Nara langsung bergerak dari posisinya dan meraih tubuh kecil yang kini tak berdaya itu. Air matanya berderai, tak percaya kalau seorang gadis kecil akan berbuat sampai sejauh itu demi menyelamatkan hidupnya. Gadis itu tak bersalah. Ia tak ada kaitannya dengan ini dan tak seharusnya berkorban sampai sejauh itu. Yooshin yang melihat itu tampak tak menduga kalau hal seperti ini akan terjadi, bahkan Moa sekalipun tak bisa menghindar. Gadis kecil yang baru saja meregang nyawa di hadapannya itu tak lain adalah gadis kecil yang beberapa waktu terakhir pernah ia selamatkan. Satu-satunya orang lain yang menganggapnya sebagai orang baik dan memperlakukannya layaknya seperti orang yang tak pernah membunuh.Dan siapa sangka

  • The Beauty & The Monster   Bab 98

    "Nara, kau—" Kedua mata Yooshin membulat saat melihat Nara yang benar-benar berhasil mencabut pedang itu sepenuhnya. "Yooshin, aku berhasil." Nara menatap Yooshin. Gadis itu berhasil. Yooshin dengan segera membantu Nara agar gadis itu tak kehilangan keseimbangannya. Pria itu lalu menatap luka yang ada di punggung Nara. "Nara, tapi lukamu tak menghilang sedikit pun." Napas Nara tersengal, "tak apa, Yooshin. Aku sudah tak lagi merasakan sakitnya. Ha-hanya saja—" Tubuhnya tiba-tiba limbung namun Yooshin dengan sigap menahannya. "Nara, kau tak apa?" tanya Yooshin cemas. "Aku tak apa, rasa sakitnya sudah berkurang, hanya saja aku merasa kalau tenagaku terkuras banyak hingga aku merasa kalau kedua kakiku tak sanggup menahan beban tubuhku sendiri," lirih Nara. "Ayo, kembali ke desa. Kita harus menolong semua orang. Mereka pasti memerlukan bantuan." Yooshin mengangguk. Ia segera memapah Nara dan mulai bergerak keluar dari hutan. *** Moa menggeram dengan darah yang menetes dari ujung

  • The Beauty & The Monster   Bab 97

    "AKU TAK AKAN MENGAMPUNMU!" Seungmo merasakan rasa sakit yang luar biasa pada bagian perutnya begitu salah satu tangan Moa berhasil merobek permukaan kulitnya. "Entah apa saja yang sudah kau katakan pada Nara yang jelas kau sudah menghancurkan semuanya!!" Moa berteriak tepat di depan wajah Kim Seungmo. Ia seakin mendorong masuk kuku-kuku di tangannya ke dalam, membuat Sungmo terbatu dengan darah yang keluar dari mulutnya. "Tuan Kim!" Tuan Hwang berdiri sekuat tenaga dengan bertumpu pada pedangnya dan pria itu berjalan mendekat ke arah Moa dan Seungmo. Moa langsung melompat menghindar tapat ketika Tuan Hwang mengayunkan pedang ke arahnya. "Semua kekacauan yang terjadi di desa ini, aku takkn pernah bisa memaafkanmu!" murka Tuan Hwang. "Kenapa, Kim Seungmo?" Kedua tangan Moa mengepal dengan kuat. "Kenapa kau melakukan hal ini lagi? Kenapa kau selalu saja menggagalkan semua rencanaku?!" "Ka-karena aku tak ingin menyerahkan cucuku padamu, Moa." Seungmo kembali terbatuk setelahnya.

  • The Beauty & The Monster   Bab 96

    Nara mencoba bergerak namun ia merasakan sakit yang luar biasa di bagian punggungnya. Salah satu tangannya mencoba meraih punggungnya dan ia berhasil menemukan sebuah luka di sana. Ia merasa permukaan kulitnya robek dan itu pasti berasal dari serangan Moa tadi. Rasa sakit ini seolah membawa Nara kembali ke hari di mana ia mendapatkna luka di lehernya. Kedua tangannya meremas kuat dedaunan kering yang berada di sekitarnya namun rasa sakit itu masih bisa ia rasakan. Sementara itu, Yooshin yang menemukan kuda milik Nara berada di perbatasan hutan pun segera turun dari kudanya dan ia dengan segera berlari masuk ke dalam hutan. Ia harus cepat sebelum Moa melakukan sesuatu yang buruk pada Nara. Tidak lama setelah ia masuk ke dalam hutan itu, ia melihat siluet seseorang mendekat dari depan dengan cepat. Yooshin segera menyembunyikan dirinya di balik sebuah pohon besar dan lelaki itu mengintip dari baliknya. Moa terlihat bergerak menjauhi hutan sebelum akhirnya benar-benar menghilang dari

  • The Beauty & The Monster   Bab 95

    "Mau ke mana kau sepagi ini?" Seungmo mengadang Nara yang yang hendak pergi. Gadis itu sudah bersiap dengan pedang dan juga panah yang berada di punggungnya. "Minggir," tegas Nara seraya menatap kakeknya dengan pandangan tajam. "Nara, ini masih terlalu pagi. Kau berencana menemui Moa dengan kondisi seperti itu? Jangan menemuinya dengan ambisi seperti itu-" "Kubilang minggir!" ulang Nara dengan nada yang lebih keras, membuat tubuh Seungmo tersentak pelan dan pria itu itu pada akhirnya memilih menyingkir dan membiarkan gadis itu berjalan melewatinya. "Nara!" Dengan sedikit berlari, Seungmo berusaha mencegah Nara yang kini sudah menaiki kudanya. Namun gadis itu seakan menulikan indra pendengarannya dan ia benar-benar diselimuti oleh kebencian yang timbul dalam dirinya. Perasaan sakit hati yang ia rasakan membuatnya kehilangan kendali atas dirinya sendiri. Nara merasa dipermainkan, setelah apa yang ia lakukan. "Naraaa!!" Nara sudah melesat keluar dari kediamannya. Beberapa orang pela

  • The Beauty & The Monster   Bab 94

    Musim dingin kali ini benar-benar dimanfaatkan oleh Nara dengan sebaik mungkin, karena ia yang tak ingin kehilangan momen berharga bersama dengan orang-orang terdekatnya. Salju-salju sudah mulai menghilang dan hanya tersisa sebagian kecil. Bunga-bunga dan pohon sudah mulai mempersiapkan diri menyambut angin musim baru.Keadaan desa juga baik-baik saja, membuat Nara bersyukur. Ia, Yooshin dan juga Haewon sempat berhenti di tengah perjalanan pulang ke rumah.“Bintang-bintang banyak bermunculan malam ini, Nona,” ujar Haewon.“Kau benar.” Nara tersenyum tipis, akan tetapi hal itu tak berlangsung lama begitu ia kembali mengingat apa yang harus ia lakukan setelah ini. Mungkin, momen seperti ini akan menjadi salah satu yang ia rindukan.Diam-diam, Nara menatap Yooshin yang berdiri di sebelahnya. Wajah itu terlihat menanggung tanggung jawab yang teramat besar, akan tetapi tak pernah sekali pun Nara mendengar lelaki itu mengeluh padanya. Malahan justru Nara yang lebih sering meminta maaf padan

DMCA.com Protection Status