“Siapa namamu?” tanya suara bariton Adam sambil memandangi wanita berambut pirang yang sedang meliuk manja di hadapannya.
“Mia,” desisnya dengan nada sesensual mungkin.
“Mia? Baiklah, Mia. Jadi, apa keahlian yang kau punya?”
Tatapan sayu Mia menyoroti wajah Adam yang masih tetap datar di kursi kebanggaannya. Dia mengumpat dalam hati, lantas mengubah taktik agar pria dingin itu terlihat tertarik atau setidaknya menunjukkan sedikit minat pada tubuh seksinya. ‘Dasar sialan!’ batin wanita itu.
“Cukup banyak, Adam.”
Satu alis Adam menukik dengan segera dan dia mencemooh, “Kau harus tahu posisimu,
“Dah, Arthur! Ingat ucapan Mom dan turuti pesan-pesan Dad,” pamit Angelina yang melambai pada putranya yang sedang duduk nyaman di samping Saga.“Dah, Mom!” balas Arthur dari balik taksi yang akan segera mengantar mereka menuju ke Hotel Lordé.Saga mengerling pada Angelina yang memberinya senyum perpisahan. Dia sempat mengangguk tanpa antusias sebelum kendaraan roda empat itu membawanya menjauhi lokasi. Ada rasa gelisah yang menaungi dadanya sejak tadi, seolah-olah akan muncul tragedi buruk yang mengintai kekasihnya.Saga bukan tipikal orang yang percaya dengan takhayul, tetapi untuk pertama kalinya dia merasa khawatir tanpa sebab pada Angelina. Sama sekali bukan Saga Wayne yang biasanya. Pria itu pun hanya mampu berharap segalanya akan baik-baik saja dalam perjalanan singkat yang membawa mereka ke sebuah penginapan terdekat dari kawasan flat.Setelah kepergian mereka, Angelina kembali masuk—meniti anak tangga dengan l
“A-apa?”“Aku tidak peduli dengan statusmu sekarang. Aku hanya ingin menyimpan dirimu untukku sendiri.”“Berhentilah melanjutkan mimpi siang bolongmu, Tuan Ford. Lepaskan aku sekarang juga atau aku akan berteriak dan mengundang para tetangga kemari!”Tuan Ford. Panggilan itu terasa melecut punggung Adam yang terluka oleh penolakan mentah-mentah dari Angelina. Dia benci mendengarnya. Sebutan asing yang serta-merta mengingatkannya pada momen perpisahan mereka terakhir kali.Tujuh tahun merupakan waktu yang lebih dari sekadar cukup untuk memorak-porandakan hidup Adam. Dunianya yang selalu terbiasa oleh pujaan dan penerimaan para lawan jenis itu mendadak runtuh sesaat selepas An
Suara tamparan itu sontak menggema dan membuat kedua telinga Adam berdengung karenanya. Hantaman tersebut mendarat tepat di wajahnya dengan sensasi riak yang menetap cukup lama. Angelina kemudian menurunkan jemari kanannya yang gemetar oleh aksinya sendiri.“Aku tidak ingin menikah denganmu, Tuan Ford. Aku milik seseorang.”Adam terkekeh pendek sesaat sebelum menjawab, “Aku tahu, tetapi itu bukan perkara yang sulit. Bukankah aku hanya harus membuat pria itu tiada?”“Kau sangat bebal!”“Tujuh tahun merupakan waktu yang cukup lama untuk mengubahku menjadi idiot.”“Mengapa kau tidak mengerti juga? Tiada lag
“Apa kau lapar, Arthur?”Bocah itu spontan menoleh pada Saga dan mengangguk. Dia kembali mengalihkan tatapan ke mainan yang ada di dalam genggamannya. Asyik dengan dunianya sendiri.“Dad juga lapar. Bagaimana jika kita turun ke lantai bawah dan memesan sesuatu? Kau pasti bosan duduk di dalam terus, bukan?”“Aku ingin makan ikan.”“Baiklah, Sobat. Kita akan memesan menu ikan untukmu.”“Apa aku juga boleh dapat es krim?”“Es krim?
Angelina membuka kelopak matanya yang terasa berat. Satu-satunya yang mampu dia kenali pertama kali hanya cahaya dari lampu pijar yang bersinar kelewat terang, seolah-olah berambisi untuk membutakan saraf optik dan retinanya. Kening wanita itu mengernyit, lantas kembali terpejam menahan gempuran silau yang menusuknya.“Apa yang terjadi?” gumam Angelina dengan nada parau.Linglung dan pusing merupakan sensasi paling dominan yang sedang tubuh Angelina rasakan sekarang. Dia mencoba membuka matanya lagi, tetapi gagal. Otaknya masih belum berhasil membuat kompromi untuk menjadikan seluruh sistem kesadarannya terbangun secara penuh.Angelina spontan mengumpat dan membiarkan tubuhnya lumpuh sementara. Dia lagi-lagi berjuang agar dapat terjaga dari ketidakberdayaannya. B
“Apa kau merasa sakit? Ingin memukulku? Ingin menyumpahiku?” desis Adam yang kini berjongkok menyejajarkan posisi wajahnya pada Angelina.Wanita yang masih menangis itu balas memandang ke dalam sepasang mata abu-abu milik Adam dengan sorot ragu. Pertama kalinya, Angelina dapat kesempatan untuk menatap jelas iris dingin yang pernah menawan hatinya lagi setelah sekian lama berpisah. Tanpa serbuan rasa takut yang sempat menodong dadanya di flat sore kemarin.Angelina spontan menyeka air mata dan benda dengan potongan asscher—bentuk persegi yang meninggi—itu mengenai pipi kanannya. Dia mengerjap-ngerjap demi menjernihkan pandangan ke arah batu berlian yang memancarkan sejuta kilau di jari manisnya. Cincin yang membuat wanita itu
Angelina melepaskan handuk yang semula melekat di sana. Tubuh polosnya pun seketika terakses dengan leluasa, sementara sorot mata tajam Adam memindai dirinya tanpa kedip. Lekum di tenggorokan pria itu bergerak turun, lantas kembali naik dan menghamburkan segenap dahaga yang menuntut untuk dipuaskan.Setelah menunggu tahun demi tahun, akhirnya hari itu tiba. Masa di mana Adam dapat menyaksikan Angelina-nya meliukkan pinggul seksi itu lagi. Masa di mana Adam dapat mencicipi bibir wanita yang selalu membuatnya dijerat oleh candu.Semua penderitaan Adam akan terbayar tuntas sekarang. Seluruh kepedihan yang sempat mencengkeram erat setiap fragmen di dadanya juga akan lenyap dan tergantikan dengan sorak penuh kemenangan. Wanita itu resmi menjadi miliknya selepas janji sepihak yang terucap di depan seorang pendeta yang dipaksa untuk bungkam
Detik berikutnya, Adam serta-merta berubah menjadi sosok yang berbeda. Segalanya langsung terjadi dalam sekejap. Dia membuka ikatan gesper yang sempat membelenggu Angelina, lantas membopong tubuh polos itu ke atas ranjang dengan ayunan langkah panjangnya.Gerakan Adam lembut dan penuh perlindungan, seolah-olah Angelina merupakan figur yang akan rapuh oleh satu sentuhan. Dia menurunkan punggung kecil itu dengan hati-hati, kemudian mengecup singkat keningnya yang setengah basah sebab rambutnya—dari sisa keramas—masih belum kering sempurna.“Berbaringlah sebentar. Aku akan mengambil alat pengering rambut untukmu,” ucap Adam yang menjaga emosi di wajahnya tetap datar seperti semula.Adam beranjak ke arah nakas yang berukuran lebih pendek di dekat jendela, lantas memeriksa isi lacinya dengan sikap tenang. Setelah menemukan benda yang dicari, dia pun berbalik dan menyalakan alat yang mengeluarkan suara dengung itu untuk Angelina. Adam tersenyum
“Cepatlah, Dad. Kita akan terlambat,” gerutu Arthur yang tengah memakai kaos kakinya dengan terburu-buru.“Kau memintaku untuk bergerak cepat, tetapi kau sendiri belum selesai bersiap-siap sejak dua puluh menit yang lalu.”“Mom akan membunuh kita. Hari ini merupakan hari penting bagi Paman Saga. Dia tidak ingin melewatkan satu momen pun,” balas Arthur yang kini memasang sepatu pantofelnya.“Dia tidak akan membunuhku, Nak. Dia sangat mencintaiku—oh, astaga! Di mana dasiku?”“Bukankah Mom meletakkannya di atas ranjang?”“Tidak ada di sana.”“Entah, Dad. Kau harus bertanya padanya lagi.”“Dia sudah menyiapkan semuanya tadi. Jika aku kembali menanyakan tentang itu, maka dia akan membunuhku.”“Kau bilang, Mom sangat mencintaimu,” seloroh bocah itu dengan nada yang dibuat-buat.“Ya, tetapi untuk yang satu itu, aku dapat memastikan dia akan melakukannya. Ibumu cende
“Saga? Apa kau sudah mengirim undangan untuk teman-temanmu? Semuanya?” tanya Ruby sambil menyesap kopinya yang setengah dingin.“Uh-huh.”“Bagaimana dengan Adam dan Angelina?”“Tentu saja. Mereka juga sudah kukirimi minggu kemarin,” sahut Saga yang masih enggan melepaskan pandangannya dari layar laptop.“Aku harus mengecek ulang tentang daftar orang-orang yang belum kita kirimi. Aku tidak ingin membuat kesalahan dengan melewatkan satu-dua orang yang terlupakan untuk hari penting kita,” keluh Ruby yang kemudian memijit ruang di antara kedua alisnya.“Tenanglah, kau tidak perlu merasa setegang itu.”“Tidak. Aku tidak merasa tegang,” kilah wanita itu sambil mengedikkan bahunya.“Kau menyeruput kopimu berkali-kali. Kau juga menyentuh keningmu tanpa henti. Caramu duduk pun mencerminkan isi hatimu.”“Apa kau memperhatikanku?”“Ya, Ruby. Mengapa kau pikir aku tidak
“Apa kau yakin itu garis dua?”“Tentu saja. Aku sudah mencobanya empat kali dan hasilnya tetap positif,” sahut Angelina yang netranya berkaca-kaca sekarang.Adam seketika menyambar alat uji kehamilan tersebut dari genggaman Angelina dan memandanginya lekat-lekat. Pria itu kemudian menjatuhkan benda yang semula dia pegang—kedua tangannya terulur menarik pinggang ramping sang istri. Kepalanya pun turun—membuat posisi sejajar dengan perut agar dapat memberi kecupan di sana.“Bayiku sedang tumbuh di dalam,” bisik Adam dengan nada memuja.“Dia akan membuat kita jauh lebih lengkap lagi.”Adam sontak mengalihkan tatapan dan beranjak memeluk tubuh Angelina dengan perasaan haru yang menjejali dadanya. Mereka saling mendekap erat satu sama lain. Tenggelam dalam ledakan euforia yang menghujani pikiran masing-masing.Berita tentang kehadiran calon anggota keluarga baru dalam hidup mereka
“Apa kau yakin kau tidak akan ikut bersama kami?”Saga serentak menoleh pada James Ambrose dan Seth O’Connor—rekannya, kemudian mengangguk dengan mantap. Dia kembali mengalihkan pandangan ke layar komputer yang masih menyala di depannya. Berjuang untuk memfokuskan pikirannya yang sedang kacau.“Kami akan mengenalkanmu pada wanita-wanita cantik di sana,” bujuk James sambil menyandarkan kedua sikunya ke atas meja kerja Saga.“Jawabannya tetap tidak.”“Aku kenal satu yang sesuai dengan tipemu.”“Tidak, James.”“Dia pirang, dia juga bermata biru. Ada banyak yang punya ciri-ciri fisik serupa, tetapi aku tahu Barbara sangat pas untukmu.”“Tutup mulutmu atau aku akan menjahitnya tanpa anestesi.”“Ada apa denganmu, Bung? Kau berubah menjadi Saga yang pemarah sekarang,” timpal Seth yang menanggapi lirikan tajam Saga pada mer
Lima pekan berlalu dalam gelombang tenang yang membuat Arthur bahagia untuk keluarga lengkapnya. Pun dengan Adam dan Angelina yang sedang mempersiapkan dokumen kepindahan bagi pendidikan Arthur serta acara pernikahan kedua mereka. Sesuatu yang sakral itu akan berlangsung esok.Angelina siap untuk menjadi pengantin—berdiri mengikat janji pada Adam dalam balutan gaun megar yang memesona—dengan melepaskan semua masa lalunya. Berjalan sebagai sosok yang baru. Angelina Wilson Ford yang telah mendapatkan cintanya lagi.Bersama Adam, Angelina merasa utuh. Bersama pria itu, dia merasa sempurna. Adam seperti kepingan puzzle yang sudah lama hilang, lantas ditemukan kembali olehnya lewat perjalanan panjang.Esok akan menjadi hari yang paling istimewa untuk mereka. Masa yang akan membuat Angelina enggan membiarkan waktu berganti kelewat cepat. Dia ingin mengabadikan segenap momen itu dalam pikirannya.Merekam seluruh prosesinya dengan bentuk memori luar b
“Aku akan kembali kemari esok, Mom.” “Ya, Sayang. Pulanglah bersama Paman Sam dan istirahat. Mom tidak ingin kau kelelahan, kemudian jatuh sakit.” Arthur spontan mengangguk pada ibunya, lantas meregangkan tubuhnya yang terasa kaku. Detik berikutnya, bocah itu menguap lebar hingga sepasang iris abu-abunya berair. Angelina yang menyaksikan tingkah sang putra pun tersenyum dan menanggapi, “Hari yang panjang, hm?” “Sangat amat panjang, tetapi aku mendapatkan hadiah terbaikku juga. Jadi, kupikir itu sepadan.” “Hadiah terbaik?” Arthur pun menoleh pada sosok dominan yang sedang melamun memandang ke luar jendela. Angelina yang mengikuti arah pandangan Arthur seketika paham dengan maksudnya. Adam menjadi kado terindah bagi mereka. Aneh? Angelina juga merasa demikian. Namun, takdir bekerja seperti sihir—ajaib dan tanpa batas. Keadaan bertukar hanya dalam waktu sekejap. Kemarin, dia bersikeras untuk mengenyahkan seluruh luka lamanya. Kini, dia ju
“Bagaimana perasaanmu?” tanya Adam pada Angelina yang baru saja sadar setelah wanita itu dipindahkan dari ruang transisi ke ruang perawatan untuk pemulihan.“Aku akan selalu ada bersamamu. Kau tidak perlu khawatir tentang apa pun,” lanjutnya lagi.Angelina menyunggingkan senyumnya, lantas menganggukkan kepala tanpa menyahut. Sepasang matanya beralih ke arah lain—mencari sosok Arthur—di sana. Namun, yang dia temukan hanya lah dinding dengan dominasi cat putih dan dua buah nakas kecil di sekitar jendela.“Di mana putraku?” bisik Angelina dengan suara parau.“Dia sedang bicara bersama seseorang di luar.”“Seseorang?”“Saga,” sahut Adam dengan nada enggan.“Apa Saga baik-baik saja?”Kedua alis Adam spontan bertaut pada ekspresi khawatir di wajah Angelina dan membalas, “Pertanyaan itu seharusnya untukmu. Bukan dia.”&ld
“Apa Mom akan baik-baik saja?” tanya Arthur sambil memandangi pintu bangsal ICU yang baru saja ditutup.Adam seketika melayangkan tatapan muram pada Arthur. Dia juga berharap Angelina akan baik-baik saja seperti yang mereka inginkan. Namun, satu-satunya hal yang dapat mereka lakukan hanya menunggu para tim medis selesai bekerja dan membiarkan sedikit keajaiban datang.“Angelina wanita yang kuat. Satu luka tembak tidak akan membuatnya menyerah.”Arthur spontan menoleh dan balas menatap pada Adam. Dua pasang iris dengan warna persis itu saling beradu dalam rasa cemas yang menggantung kental di benak mereka masing-masing. Adam kemudian memalingkan wajahnya sambil mendengus canggung.“Jadi, kau adalah Ayahku?”“Kau boleh memanggilku Dad atau sebutan apa saja yang kau suka.”“Apa yang terjadi pada kalian? Mengapa Ayah Saga sangat marah dan ingin menembakmu?” selidik Arthur yang penasaran
“Caramu salah. Itu tidak akan menghentikan pendarahannya. Minggirlah, biar aku yang melakukannya,” ucap Saga setelah dia tersadar dari syok yang sempat menggulung dirinya.“Diam di sana atau aku akan melemparmu ke dalam penjara sekarang juga!”“Tidak ada waktu untuk bertengkar. Nyawa Angelina dalam bahaya.”“Kaulah yang melukainya!” teriak Adam dengan sorot mata penuh dendam.“Ber-berhentilah berkelahi, kumohon. A-aku tidak apa-apa. Ha-hanya se-sedikit sesak,” ungkap Angelina selepas menyaksikan ketegangan yang lagi-lagi menggantung di antara mereka.“Posisikan tubuhnya lebih tinggi lagi. Dia harus tetap terjaga sampai tim medis datang. Ajaklah dia bicara tentang apa saja,” pinta Saga sambil meraba tekanan detak nadi di salah satu pergelangan tangan Angelina.Adam menurut—memosisikan tubuh Angelina sesuai dengan instruksi, lantas mengecup lembut kening Angelina yan