Share

11. Borgol

Author: Laquisha Bay
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Angelina mematut dirinya sekali lagi dari belasan kali melakukannya di depan cermin. Dia menyentuh ujung rambutnya yang sengaja dibuat ikal oleh alat penggulung dan merasakan tekstur halusnya menggelitik permukaan kulit jemari tangannya. Penampilan wanita itu tampak anggun sekarang; sempurna.

Angelina mengenakan gaun pendek model selutut berpotongan dada rendah yang indah—taburan kristal berharga fantastis di sejumlah area—yang dipadukan dengan selop tali yang meliliti sepasang betisnya. Dia menjadi lebih mirip seperti seseorang yang berprofesi sebagai aktris daripada Angelina Wilson. Wanita itu mendesah canggung, kemudian memutar pinggulnya membelakangi kaca bening yang dicat air raksa itu—lagi dan lagi.

“Mengapa aku harus mengenakan pakaian terbuka hany

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • The Bastard CEO: CEO-ku yang Dingin   12. Hari Belanja

    Pagi itu udara cukup nyaman di luar, tetapi tak demikian yang dirasakan oleh Angelina. Dia justru merasa dingin—beku dan kaku—di sekujur tubuhnya, seolah-olah wanita itu baru saja dikurung dalam lemari pendingin selama beberapa jam dengan posisi tubuh yang salah. Punggungnya pun menjerit setiap kali dia melakukan gerakan kecil untuk aksi peregangan, sementara area selangkangannya turut serta mengambil posisi teratas yang menuntut perhatian agar disematkan ke dalam daftar khusus; kategori rasa nyeri yang sulit diabaikan.Adam yang bajingan itu melakukannya dengan kasar tadi malam. Sikapnya seketika berubah menjadi buas—gempuran liar dan gila—sesuatu yang belum pernah Angelina rasakan karena memang dia merupakan orang pertama yang menidurinya. Wanita itu mencoba untuk duduk setelah pikirannya kembali jernih dari kenangan panas yang masih tertinggal. Namun, keputusan itu

  • The Bastard CEO: CEO-ku yang Dingin   13. Vonis Mandul

    Waktu berlalu dengan cepat bagi Adam. Hari-hari yang dilaluinya seperti terbang. Kalender bulan berganti menjadi kalender tahun, pun resolusi lama ikut berganti menjadi resolusi baru untuk sebagian orang. Satu tahun yang dia lewati bersama Angelina terasa menakjubkan. Pria itu—yang pernah menganggap cinta hanya sekadar dongeng bualan belaka—sangat menikmati petualangan liar mereka sepanjang malam.Gairah Adam terhadap Angelina selalu tumbuh di setiap kesempatan seiring dengan menebalnya rajutan cinta itu juga hadir di dalam dirinya. Namun, mengakuinya secara terang-terangan sama sekali bukan karakter yang pria itu punya. Dia akan kehilangan seluruh harga dirinya sebab terpikat pada wanita itu merupakan sesuatu yang terlarang. Bukankah seharusnya singa memangsa buruannya?Adam jauh lebih suka bersikap dingin dan menjaga ja

  • The Bastard CEO: CEO-ku yang Dingin   14. Orang Asing

    Adam dan Angelina mendadak menjadi orang asing dalam waktu satu malam. Dia merasa hancur—remuk dalam sekejap, seolah-olah seisi dunia sedang menuding dengan sorot mata tajam serta mengata-ngatainya sekarang. Dia langsung pergi meninggalkan kediaman Ford sesaat setelah pria itu mengusirnya bersama seorang sopir pribadi suruhan Adam yang mengantarkannya ke satu alamat.Tujuan yang asing—rumah besar di kompleks Tibetan Rock City—kawasan elite dengan nilai prestise pada segenap bangunan berdesain modernnya. Lamunan Angelina buyar selepas mobil yang ditumpanginya berhenti dan sang pria separuh baya di kursi kemudi itu memintanya untuk turun.“Anda sudah sampai, Nona Wilson.”“Benarkah? Terima kasih,” bisik Angelina yang konsentrasinya ter

  • The Bastard CEO: CEO-ku yang Dingin   15. Trimester Pertama

    Suasana rumah sakit pagi itu cukup lengang. Hanya ada sejumlah pasien yang duduk mengantre di bangku tunggu—sekitar enam atau tujuh orang—salah satunya termasuk Angelina di sana. Dia masih merasa aneh dengan tubuhnya. Rasa mual yang tak kunjung berhenti sejak semalam membuat wanita itu lemas sebab apa pun yang dia makan justru keluar sebagai muntahan yang selalu berakhir di saluran kamar mandi.“Nomor antrean XX dipersilakan masuk!” seru suara seorang wanita yang berpakaian ala perawat di depan pintu ruang periksa.Angelina bangkit dengan segera—berjalan pelan—menghemat tenaganya. Dia kembali mengingat-ingat jenis makanan yang dimakannya sekali lagi, lantas duduk di hadapan seorang pria tampan dengan kisaran usia sekitar tiga puluh atau lebih sedikit dari itu. Sang dokter memindai kondisi waj

  • The Bastard CEO: CEO-ku yang Dingin   16. Gagal

    “Apa yang kau lakukan di sini?” tanya Angelina yang terkejut dengan kehadiran Adam di teras rumahnya.Adam sontak berbalik dan menjumpai Angelina yang sedang berdiri memandangnya sambil menjinjing tiga kantong belanjaan berlogo supermarket. Dia melirik sebentar, lantas memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana. Pria itu terlihat salah tingkah, tetapi suara Samuel yang telah memberikannya ide kemarin mendadak muncul memperingatkannya.“Aku hanya kebetulan lewat saja. Apa itu tidak boleh mampir? Bukankah aku yang memberimu fasilitas untuk dinikmati?”Detik berikutnya, Adam menggigit ujung lidahnya dan menyembunyikan indra pengecap miliknya itu ke langit-langit. Dia spontan mengutuk dirinya sendiri. Mengapa pikiran dan mulutnya sulit saling menyink

  • The Bastard CEO: CEO-ku yang Dingin   17. Ini Bukan Cerita Dongeng

    “Apa yang harus kulakukan?” bisik Angelina yang sedang tertegun di depan lemari pendingin sekarang.Pikiran Angelina kembali membawanya mengenang tentang hari-hari yang dia lalui bersama Adam. Dia benci mengakuinya, tetapi dia memang merindukan pria itu. Makhluk arogan yang sukses memorak-porandakan dunianya. Andai saja sang CEO itu...“Sudahlah. Lupakan manusia sombong itu,” gerutu Angelina lagi.Angelina mulai menyibukkan diri pada barang-barang yang baru dibelinya tadi—memisahkan dan menyusun bahan makanan—ke dalam rak pantri, lantas duduk di dekat jendela yang langsung mengarah ke halaman belakang. Ada taman mini yang dilengkapi oleh kolam air mancur serta sejumlah tanaman pionir berukuran sedang berordo

  • The Bastard CEO: CEO-ku yang Dingin   18. Kalung Berlian

    “Kau lagi?” sungut Angelina yang terkejut dengan kehadiran Adam di depan pintu rumahnya siang itu.“Apa maksudmu aku lagi?” balas Adam yang menukikkan satu alisnya ke atas.Angelina melipat kedua tangannya di dada dan memalingkan wajahnya ke samping, “Sungguh, kau orang yang tidak tahu malu. Bukankah kau benci padaku? Bukankah aku wanita gagal? Kau juga yang mengusirku tempo hari.”“Temani aku makan siang di luar,” pinta Adam tanpa memedulikan ucapan Angelina sebelumnya.“Bermimpilah, Tuan Ford.”“Temani aku makan siang di luar sekarang,” ulang Adam dengan nada ketus.&nbs

  • The Bastard CEO: CEO-ku yang Dingin   19. Intrik dan Kejutan

    Suara entakkan pintu yang terbuka dengan kasar terdengar menyeruak di antara suasana hening yang membungkus Adam. Dia menoleh ke asal bunyi dan mendapati Kate yang sedang disulut emosi berjalan menuju ke arahnya. Wanita itu terlihat marah—kedua alisnya berkumpul di tengah-tengah dan bibirnya mengerucut seperti buah plum kering—siap meledak kapan saja.“Apa yang kau lakukan, Adam? Mengapa kau membekukan kartu kreditku?” hardik Kate yang memprotes sambil menunjuk-nunjuk wajah Adam.Kening Adam spontan berkerut bingung. Dia mengalihkan pandangannya kembali dan menenggak minuman keras yang dipegangnya sejak tadi, lantas tersenyum lebar pada Kate. Pria itu tengah berada di bawah pengaruh alkohol—mabuk berat—dalam beberapa hari belakangan.&ldqu

Latest chapter

  • The Bastard CEO: CEO-ku yang Dingin   Bab Ekstra — Titik Untuk Selamanya

    “Cepatlah, Dad. Kita akan terlambat,” gerutu Arthur yang tengah memakai kaos kakinya dengan terburu-buru.“Kau memintaku untuk bergerak cepat, tetapi kau sendiri belum selesai bersiap-siap sejak dua puluh menit yang lalu.”“Mom akan membunuh kita. Hari ini merupakan hari penting bagi Paman Saga. Dia tidak ingin melewatkan satu momen pun,” balas Arthur yang kini memasang sepatu pantofelnya.“Dia tidak akan membunuhku, Nak. Dia sangat mencintaiku—oh, astaga! Di mana dasiku?”“Bukankah Mom meletakkannya di atas ranjang?”“Tidak ada di sana.”“Entah, Dad. Kau harus bertanya padanya lagi.”“Dia sudah menyiapkan semuanya tadi. Jika aku kembali menanyakan tentang itu, maka dia akan membunuhku.”“Kau bilang, Mom sangat mencintaimu,” seloroh bocah itu dengan nada yang dibuat-buat.“Ya, tetapi untuk yang satu itu, aku dapat memastikan dia akan melakukannya. Ibumu cende

  • The Bastard CEO: CEO-ku yang Dingin   Bab Ekstra — Cinta yang Sempurna

    “Saga? Apa kau sudah mengirim undangan untuk teman-temanmu? Semuanya?” tanya Ruby sambil menyesap kopinya yang setengah dingin.“Uh-huh.”“Bagaimana dengan Adam dan Angelina?”“Tentu saja. Mereka juga sudah kukirimi minggu kemarin,” sahut Saga yang masih enggan melepaskan pandangannya dari layar laptop.“Aku harus mengecek ulang tentang daftar orang-orang yang belum kita kirimi. Aku tidak ingin membuat kesalahan dengan melewatkan satu-dua orang yang terlupakan untuk hari penting kita,” keluh Ruby yang kemudian memijit ruang di antara kedua alisnya.“Tenanglah, kau tidak perlu merasa setegang itu.”“Tidak. Aku tidak merasa tegang,” kilah wanita itu sambil mengedikkan bahunya.“Kau menyeruput kopimu berkali-kali. Kau juga menyentuh keningmu tanpa henti. Caramu duduk pun mencerminkan isi hatimu.”“Apa kau memperhatikanku?”“Ya, Ruby. Mengapa kau pikir aku tidak

  • The Bastard CEO: CEO-ku yang Dingin   60. Triplet

    “Apa kau yakin itu garis dua?”“Tentu saja. Aku sudah mencobanya empat kali dan hasilnya tetap positif,” sahut Angelina yang netranya berkaca-kaca sekarang.Adam seketika menyambar alat uji kehamilan tersebut dari genggaman Angelina dan memandanginya lekat-lekat. Pria itu kemudian menjatuhkan benda yang semula dia pegang—kedua tangannya terulur menarik pinggang ramping sang istri. Kepalanya pun turun—membuat posisi sejajar dengan perut agar dapat memberi kecupan di sana.“Bayiku sedang tumbuh di dalam,” bisik Adam dengan nada memuja.“Dia akan membuat kita jauh lebih lengkap lagi.”Adam sontak mengalihkan tatapan dan beranjak memeluk tubuh Angelina dengan perasaan haru yang menjejali dadanya. Mereka saling mendekap erat satu sama lain. Tenggelam dalam ledakan euforia yang menghujani pikiran masing-masing.Berita tentang kehadiran calon anggota keluarga baru dalam hidup mereka

  • The Bastard CEO: CEO-ku yang Dingin   59. Takdir di Ujung Senja

    “Apa kau yakin kau tidak akan ikut bersama kami?”Saga serentak menoleh pada James Ambrose dan Seth O’Connor—rekannya, kemudian mengangguk dengan mantap. Dia kembali mengalihkan pandangan ke layar komputer yang masih menyala di depannya. Berjuang untuk memfokuskan pikirannya yang sedang kacau.“Kami akan mengenalkanmu pada wanita-wanita cantik di sana,” bujuk James sambil menyandarkan kedua sikunya ke atas meja kerja Saga.“Jawabannya tetap tidak.”“Aku kenal satu yang sesuai dengan tipemu.”“Tidak, James.”“Dia pirang, dia juga bermata biru. Ada banyak yang punya ciri-ciri fisik serupa, tetapi aku tahu Barbara sangat pas untukmu.”“Tutup mulutmu atau aku akan menjahitnya tanpa anestesi.”“Ada apa denganmu, Bung? Kau berubah menjadi Saga yang pemarah sekarang,” timpal Seth yang menanggapi lirikan tajam Saga pada mer

  • The Bastard CEO: CEO-ku yang Dingin   58. Kepingan Puzzle

    Lima pekan berlalu dalam gelombang tenang yang membuat Arthur bahagia untuk keluarga lengkapnya. Pun dengan Adam dan Angelina yang sedang mempersiapkan dokumen kepindahan bagi pendidikan Arthur serta acara pernikahan kedua mereka. Sesuatu yang sakral itu akan berlangsung esok.Angelina siap untuk menjadi pengantin—berdiri mengikat janji pada Adam dalam balutan gaun megar yang memesona—dengan melepaskan semua masa lalunya. Berjalan sebagai sosok yang baru. Angelina Wilson Ford yang telah mendapatkan cintanya lagi.Bersama Adam, Angelina merasa utuh. Bersama pria itu, dia merasa sempurna. Adam seperti kepingan puzzle yang sudah lama hilang, lantas ditemukan kembali olehnya lewat perjalanan panjang.Esok akan menjadi hari yang paling istimewa untuk mereka. Masa yang akan membuat Angelina enggan membiarkan waktu berganti kelewat cepat. Dia ingin mengabadikan segenap momen itu dalam pikirannya.Merekam seluruh prosesinya dengan bentuk memori luar b

  • The Bastard CEO: CEO-ku yang Dingin   57. Dongeng Masa Kini

    “Aku akan kembali kemari esok, Mom.” “Ya, Sayang. Pulanglah bersama Paman Sam dan istirahat. Mom tidak ingin kau kelelahan, kemudian jatuh sakit.” Arthur spontan mengangguk pada ibunya, lantas meregangkan tubuhnya yang terasa kaku. Detik berikutnya, bocah itu menguap lebar hingga sepasang iris abu-abunya berair. Angelina yang menyaksikan tingkah sang putra pun tersenyum dan menanggapi, “Hari yang panjang, hm?” “Sangat amat panjang, tetapi aku mendapatkan hadiah terbaikku juga. Jadi, kupikir itu sepadan.” “Hadiah terbaik?” Arthur pun menoleh pada sosok dominan yang sedang melamun memandang ke luar jendela. Angelina yang mengikuti arah pandangan Arthur seketika paham dengan maksudnya. Adam menjadi kado terindah bagi mereka. Aneh? Angelina juga merasa demikian. Namun, takdir bekerja seperti sihir—ajaib dan tanpa batas. Keadaan bertukar hanya dalam waktu sekejap. Kemarin, dia bersikeras untuk mengenyahkan seluruh luka lamanya. Kini, dia ju

  • The Bastard CEO: CEO-ku yang Dingin   56. Titian yang Berbeda

    “Bagaimana perasaanmu?” tanya Adam pada Angelina yang baru saja sadar setelah wanita itu dipindahkan dari ruang transisi ke ruang perawatan untuk pemulihan.“Aku akan selalu ada bersamamu. Kau tidak perlu khawatir tentang apa pun,” lanjutnya lagi.Angelina menyunggingkan senyumnya, lantas menganggukkan kepala tanpa menyahut. Sepasang matanya beralih ke arah lain—mencari sosok Arthur—di sana. Namun, yang dia temukan hanya lah dinding dengan dominasi cat putih dan dua buah nakas kecil di sekitar jendela.“Di mana putraku?” bisik Angelina dengan suara parau.“Dia sedang bicara bersama seseorang di luar.”“Seseorang?”“Saga,” sahut Adam dengan nada enggan.“Apa Saga baik-baik saja?”Kedua alis Adam spontan bertaut pada ekspresi khawatir di wajah Angelina dan membalas, “Pertanyaan itu seharusnya untukmu. Bukan dia.”&ld

  • The Bastard CEO: CEO-ku yang Dingin   55. Pernah Singgah

    “Apa Mom akan baik-baik saja?” tanya Arthur sambil memandangi pintu bangsal ICU yang baru saja ditutup.Adam seketika melayangkan tatapan muram pada Arthur. Dia juga berharap Angelina akan baik-baik saja seperti yang mereka inginkan. Namun, satu-satunya hal yang dapat mereka lakukan hanya menunggu para tim medis selesai bekerja dan membiarkan sedikit keajaiban datang.“Angelina wanita yang kuat. Satu luka tembak tidak akan membuatnya menyerah.”Arthur spontan menoleh dan balas menatap pada Adam. Dua pasang iris dengan warna persis itu saling beradu dalam rasa cemas yang menggantung kental di benak mereka masing-masing. Adam kemudian memalingkan wajahnya sambil mendengus canggung.“Jadi, kau adalah Ayahku?”“Kau boleh memanggilku Dad atau sebutan apa saja yang kau suka.”“Apa yang terjadi pada kalian? Mengapa Ayah Saga sangat marah dan ingin menembakmu?” selidik Arthur yang penasaran

  • The Bastard CEO: CEO-ku yang Dingin   54. Patah Hati

    “Caramu salah. Itu tidak akan menghentikan pendarahannya. Minggirlah, biar aku yang melakukannya,” ucap Saga setelah dia tersadar dari syok yang sempat menggulung dirinya.“Diam di sana atau aku akan melemparmu ke dalam penjara sekarang juga!”“Tidak ada waktu untuk bertengkar. Nyawa Angelina dalam bahaya.”“Kaulah yang melukainya!” teriak Adam dengan sorot mata penuh dendam.“Ber-berhentilah berkelahi, kumohon. A-aku tidak apa-apa. Ha-hanya se-sedikit sesak,” ungkap Angelina selepas menyaksikan ketegangan yang lagi-lagi menggantung di antara mereka.“Posisikan tubuhnya lebih tinggi lagi. Dia harus tetap terjaga sampai tim medis datang. Ajaklah dia bicara tentang apa saja,” pinta Saga sambil meraba tekanan detak nadi di salah satu pergelangan tangan Angelina.Adam menurut—memosisikan tubuh Angelina sesuai dengan instruksi, lantas mengecup lembut kening Angelina yan

DMCA.com Protection Status