Beranda / Romansa / The Bad Life / Penyelesaian

Share

Penyelesaian

Penulis: Hanabelle
last update Terakhir Diperbarui: 2021-07-03 19:33:49

Aku pun mengikuti wali kelasku menuju ruang guru. Sepanjang perjalanan menuju ruang guru, wali kelasku tidak terlihat galak, tetapi sebaliknya ia terlihat sangat baik.

Sesampainya di ruang guru, wali kelasku mengajak ke dalam ruangan kecil yang ada di ruang guru. Di dalam ruangan itu ada seorang wanita paruh baya dengan wajah yang sangat menenangkan. Siapa dia? Batinku di dalam hati.

“Oh, ini Rara ya?” tanyanya dengan suara yang sangat lembut. Kemudian aku pun mengangguk.

“Saya mama dari Nana.”

Deg. Ngapain ini mamanya? Mau ikutan marahin juga? Aku sudah panik pada saat itu, tetapi wali kelasku, Bu Tika langsung menyaut.

“Ini mamanya mau minta maaf sama perlakuannya Nana ke kamu selama ini. Saya tinggal dulu ya, bu. Nanti bisa panggil saya di depan.” Kata Bu Tika sambil meninggalkan kami berdua.

Beberapa menit kami tidak saling bertatap dan tidak berbicara sama sekali. Kemudian mama Nana

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • The Bad Life   Bagian Selanjutnya

    Perempuan itu adalah Nana, ia meminta maaf kepadaku dan aku menyambutnya dengan senyum.“Boleh ngomong berdua aja ngga?”“Iya boleh, kemana?”“Di taman belakang sana. Nanti kita izin telat aja ke Bu Oni.” Aku pun menegiyakan permintaannya. Namun, aku berbicara kepada Mei agar kembali ke kelas terlebih dahulu dan kalau Bu Oni ada di kelass, aku meminta tolog untuk menghubungiku.Setelah itu aku pergi ke taman belakang bersama Nana.“Ra, maaf ya. Pasti kamu udah denger semua dari mama kan ya?” tanyanya dengan wajahnya yang sangat lembut. Berbeda dari biasanya.“Iya, mamamu udah cerita semua. Udah dimaafin kok.”“Aku masih boleh deket sama Fian kan?”“Iya, gapapa. Aku gapernah ngelarang kamu buat deket sama Fian lagi. Santai aja.”“Makasih ya, Ra. Sekali lagi aku minta maaf.”Kemudian kami berdua kembali ke kelas, tetapi d

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-05
  • The Bad Life   Class Meeting I

    Ujian yang berlangsung selama satu minggu itu akhirnya selesai juga. Aku, Mei, Lana dan Fian memutuskan untuk pergi ke salah satu mall di kotaku. Kami berempat memutuskan untuk memesan mobil melalui aplikasi ojol. “Eh, itu mobilnya udah sampe,” kata Mei sambil memastikan bahwa plat nomor mobil yang sudah sampai sesuai dengan di aplikasi. Kami berempat langsung masuk ke mobil dengan Lana di depan, aku, Mei dan Fian ada di kursi tengah dengan aku diantara Mei dan Fian. Kami berempat berencana untuk menonon film, makan dan berkeliling di mall itu. Sesampainya di mall itu, kami langsung menuju bioskop dan membeli tiket dan popcorn. Aku dan Mei bagian membeli popcorn dan minuman yang akan diambil nanti ketika akan mulai nonton. “Main yuk,” kata Lana kepada kami bertiga. “Ayo, skalian latihan buat class meeting hari Senin,” ujar Fian. “Oiya, Senin class meeting ya?” tanya Mei. “Hooh, kalian basket aja,” jawab Fian.

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-05
  • The Bad Life   Class Meeting II

    “Ara! Semangat ya!” sontak saja smeua orang yang berada di ruangan itu langsung menoleh ke arahnya. Orang ini ngapain? Aku yang mendengarkan itu langsung membuang muka dan segera menuju belakang panggung untuk persiapan lomba. “Ra? Orang itu kenapa?” tanya Mei kepadaku. Aku hanya menggelengkan kepala karena sebenarnya aku juga tidak tahu mengapa tiba-tiba ia seperti itu. Kemudian kami bertiga segera naik ke atas panggung karena cerdas cermat akan segera dimulai. Pada babak pertama, kami bisa meraih poin yang sangat tinggi. Poin tersebut mayoritas diperoleh oleh Mei yang sedari tadi panik dan mengatakan tidak usah belajar. Pada babak kedua ini, kami mendapatkan poin yang sama dengan salah satu kelas. Pemenang babak ini ditentukan oleh satu pertanyaan rebutan. “Negara mana yang dikenal dengan sebutan negara “adidaya”?” tanya si MC. Kriiing. Sontak aku langsung memencet bel. “Amerika,” jawabku. Pertanyaan

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-05
  • The Bad Life   Hari Terakhir Sekolah

    “Aku duduk disini ya,” ujarnya. Aku hanya tersenyum dan membuang mukaku.Lain halnya dengan perempuan yang berada di GOR itu, mereka terlihat sinis kepadaku karena lelaki idamannya duduk di sebelahku.Mei masih saja berteriak untuk menyemangati Mas Kafi, tetapi sebenarnya ia terlihat sedikit mengganggu jalannya permainan.GOR sangat berisik karena pertandingan berjalan dengan sangat panas. Kedua tim saling menyerang dan mencetak poin. Kekompakan tim sangat terlihat jelas dan tidak hanya bergantung pada salah satu pemain saja seperti yang dilakukan oleh kelas Mas Raja. Permainan penutup pada hari ini berakhir seri, sehingga diberikan waktu tambahan.Pada waktu tambahan ini, kedua tim bermain lebih sengit daripada biasanya. Mereka menyerang hingga pada akhirnya Mas Kafi terjatuh.“Hei?!” teriak Mei, karena permainan masih saja berlangsung padahal Mas Kafi sudah tegeletak.Mas Raja yang mengetahui Mas Kafi terjatuh langs

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-06
  • The Bad Life   Kenaikan Kelas

    “Are you okay? Kabarin ya kalo ada apa-apa.” Pesan itu dikirimkan oleh akun dengan nama yang tidak kukenali di akun InstaJramku.Aku pun bertanya-tanya siapa pemilik akun ini, tetapi siapa yang diikuti dan siapa yang mengikuti tidak jelas, sehingga aku juga tidak tau siapa pemilik akun tersebut. Aku hanya berusaha untuk tidak mengindahkannya.“Kak, liburan nanti ke Kampung Inggris, ya?” tanya bunda sesampainya di rumah.“Okay bun.”“Mau ngajak Fian?” tanya bunda.“Aku tanya anaknya dulu, bisa apa engga.”Setelah itu aku langsung menghubungi Fian dan menanyakan apakah dia mau ikut denganku ke kampung Inggris selama seminggu.“Sorry Ra, gabisa. Ibu ku gabisa kasih biaya segitu,” ucapnya.Ketika Fian mengatakan bahwa ia tidak bisa menemaniku, aku sempat berfikir bahwa aku akan pergi sendirian saja, tetapi tidak lama Mei menghubungiku.

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-06
  • The Bad Life   Pergi dari Rumah

    “Kakak! Bunda pulaaaang,” panggil bunda dari bawah. Sebenarnya aku tidak dengar terlalu jelas apa yang diucapkan bunda karena aku menggunakan earphone sambil menonton drama korea.“Kak!” kata bunda sambil membuka pintu yang tentu saja mengagetkanku.“Astaga bundaaaaa! Bikin kaget aja,” kataku sambl melepas earphone ku.“Kamu ga pingin tahu nilaimu?” tanya bunda sambil menyenggol badanku.“Takut akutu bundaaaa,” ucapku sambil menjatuhkan badanku ke kasur lagi.Bunda langsug menarik badanku yang membuatku duduk kembali. bunda langsung mengeluarkan rapotku dari sebuah tas yang berisika rapot dan beberapa kertas lainnya. Kemudian bunda membuka rapotku yang membuatku gugup.“Biasa aja kali,” kata bunda.Setelah itu bunda menunjukkan rapotku, disana nilaiku tertulis A semua kecuali salah satu mata pelajaran yang memang sangat sulit menurutku, bahasa da

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-06
  • The Bad Life   Suasana Baru

    Sesampainya di sana, aku dan Mei langsung pergi ke salah satu rumah yang menjadi sebuah kantor. Di kantor tersebut kami melakukan pendaftaran ulang, mengumpulkan foto yang diminta untuk membawa, memilih ukuran kaos seragam yang nantinya dipakai ketika hari terakhir dan memilih fasilitas asrama yang tersedia.Aku dan Mei memilih kamar yang ada pendingin dan kamar mandi dalam. Kami pun diantarkan ke rumah tersebut. Sesampainya di sana ternyata sudah banyak anak, tetapi kami hanya meletakkan barang saja dan keluar lagi.“Bunda balik ya. Ati-ati, jaga dirinya,” ucap bunda sambil memelukku.“Iya,” jawabku.“Ati-ati ya, Mei,” ucap bunda kepada Mei.“Iya, tante,” jawab Mei kepada bunda.Setelah bunda meninggalkanku dan Mei, kami memutuskan untuk kembali ke kamar. Ternyata kamar tersebut akan berisi empat orang, sedangkan saat ini kamar hanya berisikan aku dan Mei. Tidak lama kemudian ada dua orang lag

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-07
  • The Bad Life   Adaptasi Lingkungan Baru

    Notifikasi pesan itu ternyata dari nomor yang sama seperti kemarin ketika mengucapkan hati-hati sebelum aku berangkat kesini. Tentu saja aku tidak merespons pensan tersebut. Setelah aku tenang, aku meminta maaf kepada Mei dan si kembar karena aku menangis, kami berempat tidak jadi berkeliling menggunakan sepeda. Untungnya, mereka memaafkanku. Mau tidak mau aku menceritakan semua yang terjadi, tetapi apabila hanya menceritakan bagian itu saja tentunya mereka akan bingung. Oleh karena itu, aku menceritakan semuanya dari awal.“Astaga, maaf ya Ra. Kamu jadi buka luka lamamu,” ucap Mei sambil memelukku.Si kembar tidak mengatakan apapun dan langsung memelukku. Aku merasa lega karena bisa becerita tentang masalahku ini ke orang lain tanpa harus memendam terlalu lama.Setelah aku bercerita, Melisa memutuskan untuk mandi terlebih dahulu dan kemudian disusul oleh Melina, Mei dan terakhir aku. Selesai bercerita, aku menyiapkan pakaian ganti untuk mengikuti ac

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-07

Bab terbaru

  • The Bad Life   The War is Over

    Tanpa sepengetahuanku, ternyata Fian masih saja kembali ke sekolah melalui pintu belakang yang sudah tidak dijaga oleh satpam. Aku yang sudah merasa tenang karena ia tidak ada di sekolah, tidak membuka ponsel sama sekali. Untungnya, waktu itu aku membuka ponsel karena akan mengabari bunda bahwa hari ini aku pulang agak terlambat karena Mas Raja masih ada urusan di sekolah."Lana ngapain telfon?" tanyaku dalam hati."Halo? Lan?" tanyaku ketika Lana sudah mengangkat telfonnya."ARA! FIAN BALIK KE SEKOLAH!" ucapnya sambil teriak.Seketika itu aku langsung berlari menuju ruang guru dimana Mas Raja ternyata sudah tidak ada disana. Aku langsung berlari dan menghampiri satpam untuk membantuku mencari dimana Fian dan Mas Raja.Tiba-tiba Lana menghubungiku,"Lan? Fian sama Mas Raja gatau dimana" ucapku."Aku otw sana. Di jalan kecil belakang ruang komputer," ujarnya. Lalu aku segera berlari kesana, setelah memastikan disana ada mereka, aku pun

  • The Bad Life   The War Has Just Begin

    Keesokan harinya, aku sudah berencana bertemu dengan seseorang yang dapat menjadi kunci penyelesaian masalahku dengan Fian.“Minta tolong ya, mas,” ucapku kepadanya.“Iya. Arabella, semangat ya!” ujar lelaki tersebut.Setelah itu aku baru masuk ke kelas. Kalia seperti terkejut melihatku datang lebih siang daripada biasanya.“Mas Raja jemputnya telat, Ra?” tanyanya.“Engga kok,” jawabku sambil tersenyum.“Terus kenapa? Ada masalah kah?” tanya Kalia.“Hmmm.. gini” jawabku kemudian menjelaskan apa yang akan terjadi.“Lah. Kamu mau gimana?” tanya Kalia.Pertama, menurut Lana aku harus bertemu dengan beberapa orang yang akan dihasut Fian untuk bergabung bersamanya. Aku sudah bertemu satu diantara enam yang akan diajak Fian. Orang tersebut adalah Mas Fajar, ia tidak diterima bukan karena Mas Raja yang terlalu bagus, justru menurutnya Raja adala

  • The Bad Life   Before The War Begin

    Aku yang mengetahui sumber suara tersebut langsung menghampiri dan menyeretnya keluar dari tribun.Sesampainya di luar, ia tidak terima karena aku menyeretnya keluar.“Apa maksudmu ngomong kaya gitu, hah?” tanyaku.“Gaterima?” tanyanya.“Ya engga lah! Berani-berani ngehujat, emang kamu bisa kaya dia?” tanyaku.Kemudian ia terdiam dan aku langsung bergegas kembali ke dalam barisan tribun bersama teman-temanku. Untungnya saat aku kembali, lagu untuk merayakan kemenangan itu baru saja diputar.Teman-temanku langsung bertanya kepadaku kemana Fian setelah kuseret keluar. Aku pun hanya mengatakan tidak tahu karena aku hanya menegurnya lalu aku kembali takut ketika Mas Raja mencariku ternyata aku tidak ada disana.Setelah pertandingan tersebut selesai, kami memutuskan untuk membeli makan di salah satu restoran cepat saji, tetapi ternyata disana sangat ramai sehingga kami memutuskan untuk makan di salah sat

  • The Bad Life   Pertandingan Pertama

    Aku yang terkejut langsung menarik Mas Raja kembali masuk ke dalam bioskop.“Mana sih, Ra?” tanya Mas Raja.“Itu loh!” jawabku dengan suara yang bergetar.“Ara, bukan,” ucapnya sambil mengelus kepalaku.“Bukan ayahmu itu. Cuma mirip aja,” imbuhnya.Aku pun menghela nafas panjang dan kami pun berjalan keluar dari bioskop. Ketika akan pulang, aku dan Mas Raja mampir ke salah satu restoran yang menjual makanan korea. Untungnya, Mas Raja bukan tipe pemilih dan dia mau-mau saja kuajak makan disana. Kamipun segera memesan makanan.Setelah selesai makan, aku dan Mas Raja pun segera kembali karena sore ini Mas Raja ada tambahan pelajaran. Di perjalanan, Mas Raja bertanya kepadaku tentang latihannya kemarin.“Latihanku gimana, Ra?” tanyanya.“Udah bagus. Tim nya juga udah mendingan daripada latihan sebelumnya. Gatau lagi, sih,” ucapku.“Iya emang aku ju

  • The Bad Life   Pengobatan

    Ketika pelajaran di sekolah hari ini usai, Mei langsung menghampiriku dan mengajakku untuk segera pergi ke GOR. Namun, Mei mengajakku keluar untuk membeli makanan terlebih dahulu karena ia sudah bosan membeli makanan di kantin.“Nah kita beli ini pake apa?” tanyaku.“Pake mobil Kafi,” katanya sambil menunjukkan kunci mobil.“Eh, aku belum kabarin Mas Raja. Takutnya nanti dicari sama Mas Raja,” ucapku.“Aku udah kabarin Kafi. Santai,” ucapnya sambil mengajakku masuk ke dalam mobil Mas Kafi.Setelah itu aku dan Mei pun keluar dari sekolah dan membeli makanan khas Jepang yang tidak jauh dari sekolah. Mei pun memesan banyak makanan yang katanya nanti dibagikan kepada tim basket saat istirahat.“Saya mau yang paket A dua ya mas,” ucapku kepada kasir tersebut.“Loh Ra gausa,” ucap Mei.“Aku uda pesen buat semua kok, kamu juga udah,” ujarnya.&l

  • The Bad Life   Healing

    Tidak lama kemudian, guru pengajar mata pelajaran selanjutnya datang.Sial. Aku tidak bisa menghampiri Mas Raja.Ting! Mas Kafi mengabariku bahwa guru kesiswaan sudah pergi dari sana.“Kal, aku ke UKS ya. Mau ke Mas Raja,” ucapku kepada Kalia dengan pelan.“Iya. Ati-ati,” ujarnya.“Kalo ada apa-apa kabarin ya, Kal. Makasih,” ucapku.Setelah itu aku izin ke guru pengajar untuk ke kamar mandi, tetapi aku berlari turun dan segera bergegas ke UKS untuk menghampiri Mas Raja.Sesampainya disana ada empat pasang sepatu. Ternyata di dalamnya ada Mas Kafi, Mas Raja dan Fian. Satu diantaranya adalah sepatu perempuan. Benar saja, disana ada Nana yang menemani Fian. Ketika aku melihat Mas Raja tergeletak dan ada beberapa luka di wajahnya sangat membuatku terkejut dan aku langsung menghampirinya.“Mas....” ucapku lirih dan tidak sadar aku menitikkan air mata.“Lo

  • The Bad Life   Raja Vs Fian

    Aku yang baru saja membuka ponsel setelah bersenang-senang dengan Raja langsung down ketika membaca pesan dari Mei.“Ra, Fian berulah lagi,” ujar Mei dengan mengirimkan screenshot sebuah video ayah yang hampir saja menamparku karena Mas Raja sudah menahan tangan ayah. Keterangan video yang sudah dipublikasikan oleh Fian adalah “Waw, kapten basket sekarang jadi jagoan juga ya? Eh tunggu dulu, itu pacarnya kan ya? Kok bisa sih sama cewek yang ayahnya kaya preman?”Aku yang tidak bisa berkata apapun hanya bisa membaca pesan yang dikirimkan oleh Mei.“Ra? Kenapa?” tanya Mas Raja ketika melihat wajahku yang terkejut.Aku masih belum bisa menjawab pertanyaannya hingga ia mengambil paksa ponsel yang sedang kugenggam.“ANJING YA ORANG INI!” ucapnya sambil emosi.“Ara, tenangin dirimu ya. Abis sholat isya langsung tidur ya,” ucapnya sambil memelukku.Pelukan yang dib

  • The Bad Life   One Fine Day (2)

    Mas Raja merasakan bahwa aku sedang memikirkan sesuatu sehingga bertanya kepadaku.“Kenapa, Ra?” tanyanya sambil menengok kepadaku.“Gapapa, mas,” jawabku.“Kalo gapapa juga ga diem aja kali. Biasanya langsung tanya ke aku boleh apa ngga nyalain radio. Sekarang kok engga?” tanyanya penasaran.“Iya kenapa-kenapa tapi nanti aja kasih taunya. Kalo timingnya udah pas,” jawabku.“Boleh nyalain radio, ngga mas?” imbuhku.Setelah itu, radio pun sudah dinyalakan Mas Raja dan kami langsung bernyanyi bersama karena lagu yang dipopulerkan Jaz ini sangat menggambarkan kami berdua.“Kalo ada apa-apa langsung kabarin ya, Ra,” ucap Mas Raja.“Jangan ditahan-tahan. Aku pasti pasti pasti bakal mendengarkan dan sebisa mungkin bantu kamu. Okay?” imbuhnya.Aku pun mengangguk sambil tersenyum.Setelah itu Mas Raja bercerita bahwa ia tadi menungguku di

  • The Bad Life   One Fine Day

    Di perjalanan, aku dan Mas Raja seperti biasanya. Mendengarkan radio dan bernyanyi bersama.“Mau beli cemilan dulu gak?” tanyanya.“Mauuu!” jawabku dengan semangat.Setelah itu, mobil pun berjalan dengan sangat kencang. Mas Raja dan aku pergi ke salah satu supermarket.Sesampainya disana, Mas Raja mengambil troli belanjaan.“Lah ngapain ambil ini mas?” tanyaku.“Ya kan biar gausa bawa-bawa, Ara,” jawabnya sambil menyandarkan tangannya di troli dan menengok ke arahku dengan senyumannya yang menawan.“Kaya mau belanja banyak aja,” ucapku.Aku dan Mas Raja menyusuri satu persatu lorong untuk mencari letak makanan ringan.“Ra, ini Ra,” ujarnya sambil menunjukkan sabun mandi.“Mas?” tanyaku dengan heran.“Beli aja, warna pink lo! Wanginya juga kaya wangimu,” ucapnya sambil mencium aroma dari sabun tersebut. Aku hanya

DMCA.com Protection Status