Sebenarnya, setelah perkataan Lana, Kalia dan Fian sendiri. Untungnya, kegiatan minggu ini belum terlalu berat sehingga aku bisa melamun sesukaku. Kalia menyadari bahwa aku seharian ini diam dan terlalu sering melamun.
“Ra, mau diselesei bareng-bareng ga?” tanya Kalia.
“Selesein gimana maksudmu?” tanyaku.
“Ya, terserah kamu sih. Aku mau bantu kok kalo kamu butuh bantuan,”ujar Kalia sambil menepuk pundakku.
Setelah percakapan itu, aku meminta tolong kepada Lana untuk memperhatikan Nana dan Fian. Lana pun mengiyakan hal tersebut karena Fian dan Nana sudah seperti dulu lagi. Seperti tidak sudah bersamaku.
Ketika istirahat kedua, Lana menghampiriku dengan nafas yang tersenggal.
“Ra, nyerah aja deh kayanya. Fian sama Nana dah kaya orang pacaran,” ujar Lana.
“Iya, aku mau tunggu diputusin aja,” jawabku.
“Jangan, sakit hati nya nanti lebih lama. Mending kamu kumpulin bu
Aku akhirnya benar-benar bisa melihat mereka yang sedang berduaan dengan mataku sendiri. Padahal, aku memperbolehkan Nana untuk dekat dengan Fian tuh bukan sampe kaya gini.Aku yang terkejut hanya bisa diam di tempat, begitu juga dengan Fian dan Nana. Mereka langsung menunduk dan pura-pura bermain handphone nya. Aku yang tidak mau ribut dengan mereka memutuskan untuk mencari bangku lain. Untungnya, kakak kelas yang tadi menggunakan meja dan bangku di depan meja informasi sudah pergi, sehingga aku memutuskan untuk disana. Kalia yang sudah menemukan bukunya langsung duduk bersamaku.“Kal, aku ngeliat Fian sama Nana di ujung sana,” ucapku dengan suara lirih dan berusaha menahan air mata.“Hah?” Kalia yang mendengarkan ucapanku langsung berdiri. Aku berusaha menahan Kalia karena takut membuat keributan.“Udah, kamu cari materi yang kamu butuhin terus kita balik ke kelas aja,” ujarku dengan tersenyum.S
Pada awal kelas sebelas ini aku merasa sangat senang dan tidak merasakan tekanan apapun. Baik dari kehidupan sekolah maupun ayah. Teman-teman kelas yang kompak dan sangat komunikatif membuatku lebih berani untuk berbicara. “Temen-temen, minggu depan turnamen basket se-kota yang diselenggarain sama BDL akan dimulai lagi!” ujar Sakti, salah satu koordinator supporter di kelasku. Teman-teman perempuanku sangat histeris karena mereka akan sering melihat Raja bermain di lapangan. Kata Nadya, Raja sangat terlihat seksi apabila sedang berada di lapangan. Keringat yang membasahi tubuhnya mendapatkan poin lebih di mata kaum hawa. Aku yang mendengarkan hanya bisa tersenyum. Mas, sibuk banget? Kok udah gapernah ketemu. Ketika istirahat, Mei memanggilku. “Ra, sini,” panggilnya dari pintu kelas. “Kal, aku sama Mei sebentar ya,” ucapku kepada Kalia. “Iya, nanti kamu nyusul ke kantin ya,” jawab Kalia. “Eh, bareng aja,” kata M
Ketika aku dan Kalia menaiki tangga, banyak anak lelaki berjalan dengan tergesa-gesa ketika menuruni anak tangga. Kami berdua hanya bisa saling menatap dan bertanya-tanya apa yang sedang terjadi. Hingga aku bertemu dengan Sakti.“Mas Raja bertengkar!” ucapnya sambil tergesa-gesa.Hah?Aku tidak berpikir panjang dan langsung menitipkan makananku dan meminta tolong kepada Kaila untuk menghubungiku apabila aku dicari guru yang akan mengajar setelah ini.Setelah itu aku menuruni anak tangga dengan tergesa-gesa dan berlari mengikuti Sakti.“Sak, dimana?” tanyaku kepada Sakti.“Belakang basecamp koor sekolah,” jawabnya.Aku pun bergegas kesana, ketika berlari aku hanya memikirkan bagaimana jika badannya sakit dan ia tidak bisa mengikuti kompetisi bergengsi itu.Sesampainya disana, ternyata ia bertengkar dengan Fian! Bawah mata Fian terlihat lebam dan terdapat darah yang keluar di
Setelah membeli makan, aku dan Kalia langsung kembali ke kelas. Ketika menuju kelas, Kalia menanyakan awal mula aku bisa berkenalan dengan Mas Raja.“Gimana sih kenalnya?” tanya Kalia kepadaku.“Gatau juga sih,” jawabku.“Waktu itu aku ga sengaja nabrak dia dua kali, terus di kantin aku diliatin terus, pas classmeet sempet ngomong sebentar. Diem-diem dia ngehubungin aku meskipun pake akun boongan, tapi ya ga aku jawab juga soalnya waktu itu masih sama Fian,” imbuhku.“Dah kaya cerita-cerita novel ya. Abis ketabrak terus jadian,” ucap Kalia.“Belom jadian kali,” jawabku dengan nada ketus.Sesampainya di kelas ternyata teman-temanku sedang menonton film melalui salah satu handphone temanku dan tentu saja aku dan Kalia langsung bergabung disana. Film yang kami tonton menceritakan tentang kisah sejarah tanah jawa gitu deh,Tidak lama kemudian, bel sekolah berbun
Apa yang diucapkan Mei membuatku lebih semangat menjalankan kehidupanku. Mei menjadi salah satu support sistemku setelah bunda tentunya. Sesampainya di GOR para pemain basket sedang melakukan strategi yang sudah disiapkan oleh pelatih mereka.Sang pelatih tidak menegur mereka dan hanya mengamati permainan mereka. Salah satu tim terlihat unggul dengan Mas Raja dan Mas Kafi di dalamnya, yaitu tim B. Mereka terihat saling serang dan tentunya bertahan. Tim B, terlihat lebih sering menyerang dan tim A selalu mencoba bertahan tetapi masih bisa ditembus oleh tim A.Priiiit. Peliut yang ditiup oleh pelatih mereka menandakan permainan selesai. Semua pemain itu terlihat lelah dan berusaha mengatur nafasnya. Mereka langsung berbaris dan mendengarkan perintah pelatih mereka. Tim A mendapatkan hukuman dari pelatih karena permainan mereka kurang bagus, apalagi bagian pertahanan mereka.“Raja, mainmu udah lebih baik dari kemarin. Good job,” ujar C
Pagi harinya, bunda membangunkanku lebih awal dari biasanya dan untungnya aku bisa bangun. Seperti biasanya, aku langsung menunaikan sholat dan menonton kartun sambil sarapan. Baru kemudian aku mandi dan berganti seragam pramuka.“Kakkk, ayo cepet turun,” kata bunda dari bawah. Padahl biasanya bunda gapernah ngajakin berangkat sepagi ini. Tapi tumben kok hari ini pagi banget?“Bentar-bentar,” ucapku dari atas.Setelah itu aku langsung menuruni anak tangga dengan tergesa-gesa dan ternyata di ruang tamu sudah ada Mas Raja yang sedang sarapan.“Hai Ara,” ucapnya sambil melambaikan tangan ke arahku.Aku hanya menggelengkan kepala dan menuruni anak tangga dengan tidak tergesa-gesa lagi.“Mulai hari ini berangkat sama Raja ya, kak,” kata bunda sambil memegang kepalaku.“Lumayan lah bunda bisa nganterin adek sekolah terus langsung kerja. Gimana Raja? boleh gak?” tanya bunda kepada M
Kalia yang spertinya mengetahui bahwa Nana sedari tadi memperhatikaku memberi tahuku.“Nana ngeliatin kamu terus dari kamu ngobrol sama Mas Kafi,” bisik Kalia.“Iya, aku tau. Biarin aja,” jawabku.Setelah kami keluar, Nana langsung menghampiri kami.“Ra, ati-ati tadi aku denger Mbak Gina mau ngelabrak ke kelasmu,” ucapnya.“Oh. Yaampun kirain kenapa kamu ngeliatin aku,” jawabku sambil menghela nafas panjang.“Hehe uda mau mikir yang engga-engga ya?” tanyanya.“Maaf, Na,” ujarku.“Jangan ke kelasmu dulu, Ra. Di kantin dulu aja,” ujar Nana.Setelah itu aku dan Kalia memutuskan untuk di kantin. Benar saja, tidak lama kemudian Hana menelponku.“Ra, jangan balik. Gina ada disini,” ujar Hana.“Iya. Aku di kantin, makasih ya,” jawabku.“Sumpa-sumpa jangan balik. Dia udah bawa telor sama tepung,&
Aku yang berpapasan dengan Gina hanya bisa melihatnya dengan tatapan yang menakutkan agar dia berhenti menggangguku.“Waw, udah berani ya sekarang?” tanyanya sambil menenggor badanku.Kemudian aku dan Kalia tidak menghiraukannya dan segera masuk ke dalam musala karena sholat akan segera dimulai.Selesai salat, seperti biasanya aku menemani Kalia untuk membeli makan siang. Ketika masuk ke kantin, Mas Raja sudah berada di sana dan sedang berbincang denga teman-teman basketnya sehingga aku tidak berani untuk menghampirinya.“Tanya aja sendiri sama Ara,” ucap Mbak Sofi sambil menoleh ke arahku.“Ara gapapa?” tanya Mas Raja dengan wajahnya yang panik.“Apanya mas?” tanyaku balik.“Gapapa-gapapa. Nanti langsung ke GOR sama Mei kalo udah pulang. Aku sudah pulang sekarang,” ujarnya.“Lah ngapain aku ke GOR?” tanyaku.“Aku tunggu disana anak cantik,&rdq
Tanpa sepengetahuanku, ternyata Fian masih saja kembali ke sekolah melalui pintu belakang yang sudah tidak dijaga oleh satpam. Aku yang sudah merasa tenang karena ia tidak ada di sekolah, tidak membuka ponsel sama sekali. Untungnya, waktu itu aku membuka ponsel karena akan mengabari bunda bahwa hari ini aku pulang agak terlambat karena Mas Raja masih ada urusan di sekolah."Lana ngapain telfon?" tanyaku dalam hati."Halo? Lan?" tanyaku ketika Lana sudah mengangkat telfonnya."ARA! FIAN BALIK KE SEKOLAH!" ucapnya sambil teriak.Seketika itu aku langsung berlari menuju ruang guru dimana Mas Raja ternyata sudah tidak ada disana. Aku langsung berlari dan menghampiri satpam untuk membantuku mencari dimana Fian dan Mas Raja.Tiba-tiba Lana menghubungiku,"Lan? Fian sama Mas Raja gatau dimana" ucapku."Aku otw sana. Di jalan kecil belakang ruang komputer," ujarnya. Lalu aku segera berlari kesana, setelah memastikan disana ada mereka, aku pun
Keesokan harinya, aku sudah berencana bertemu dengan seseorang yang dapat menjadi kunci penyelesaian masalahku dengan Fian.“Minta tolong ya, mas,” ucapku kepadanya.“Iya. Arabella, semangat ya!” ujar lelaki tersebut.Setelah itu aku baru masuk ke kelas. Kalia seperti terkejut melihatku datang lebih siang daripada biasanya.“Mas Raja jemputnya telat, Ra?” tanyanya.“Engga kok,” jawabku sambil tersenyum.“Terus kenapa? Ada masalah kah?” tanya Kalia.“Hmmm.. gini” jawabku kemudian menjelaskan apa yang akan terjadi.“Lah. Kamu mau gimana?” tanya Kalia.Pertama, menurut Lana aku harus bertemu dengan beberapa orang yang akan dihasut Fian untuk bergabung bersamanya. Aku sudah bertemu satu diantara enam yang akan diajak Fian. Orang tersebut adalah Mas Fajar, ia tidak diterima bukan karena Mas Raja yang terlalu bagus, justru menurutnya Raja adala
Aku yang mengetahui sumber suara tersebut langsung menghampiri dan menyeretnya keluar dari tribun.Sesampainya di luar, ia tidak terima karena aku menyeretnya keluar.“Apa maksudmu ngomong kaya gitu, hah?” tanyaku.“Gaterima?” tanyanya.“Ya engga lah! Berani-berani ngehujat, emang kamu bisa kaya dia?” tanyaku.Kemudian ia terdiam dan aku langsung bergegas kembali ke dalam barisan tribun bersama teman-temanku. Untungnya saat aku kembali, lagu untuk merayakan kemenangan itu baru saja diputar.Teman-temanku langsung bertanya kepadaku kemana Fian setelah kuseret keluar. Aku pun hanya mengatakan tidak tahu karena aku hanya menegurnya lalu aku kembali takut ketika Mas Raja mencariku ternyata aku tidak ada disana.Setelah pertandingan tersebut selesai, kami memutuskan untuk membeli makan di salah satu restoran cepat saji, tetapi ternyata disana sangat ramai sehingga kami memutuskan untuk makan di salah sat
Aku yang terkejut langsung menarik Mas Raja kembali masuk ke dalam bioskop.“Mana sih, Ra?” tanya Mas Raja.“Itu loh!” jawabku dengan suara yang bergetar.“Ara, bukan,” ucapnya sambil mengelus kepalaku.“Bukan ayahmu itu. Cuma mirip aja,” imbuhnya.Aku pun menghela nafas panjang dan kami pun berjalan keluar dari bioskop. Ketika akan pulang, aku dan Mas Raja mampir ke salah satu restoran yang menjual makanan korea. Untungnya, Mas Raja bukan tipe pemilih dan dia mau-mau saja kuajak makan disana. Kamipun segera memesan makanan.Setelah selesai makan, aku dan Mas Raja pun segera kembali karena sore ini Mas Raja ada tambahan pelajaran. Di perjalanan, Mas Raja bertanya kepadaku tentang latihannya kemarin.“Latihanku gimana, Ra?” tanyanya.“Udah bagus. Tim nya juga udah mendingan daripada latihan sebelumnya. Gatau lagi, sih,” ucapku.“Iya emang aku ju
Ketika pelajaran di sekolah hari ini usai, Mei langsung menghampiriku dan mengajakku untuk segera pergi ke GOR. Namun, Mei mengajakku keluar untuk membeli makanan terlebih dahulu karena ia sudah bosan membeli makanan di kantin.“Nah kita beli ini pake apa?” tanyaku.“Pake mobil Kafi,” katanya sambil menunjukkan kunci mobil.“Eh, aku belum kabarin Mas Raja. Takutnya nanti dicari sama Mas Raja,” ucapku.“Aku udah kabarin Kafi. Santai,” ucapnya sambil mengajakku masuk ke dalam mobil Mas Kafi.Setelah itu aku dan Mei pun keluar dari sekolah dan membeli makanan khas Jepang yang tidak jauh dari sekolah. Mei pun memesan banyak makanan yang katanya nanti dibagikan kepada tim basket saat istirahat.“Saya mau yang paket A dua ya mas,” ucapku kepada kasir tersebut.“Loh Ra gausa,” ucap Mei.“Aku uda pesen buat semua kok, kamu juga udah,” ujarnya.&l
Tidak lama kemudian, guru pengajar mata pelajaran selanjutnya datang.Sial. Aku tidak bisa menghampiri Mas Raja.Ting! Mas Kafi mengabariku bahwa guru kesiswaan sudah pergi dari sana.“Kal, aku ke UKS ya. Mau ke Mas Raja,” ucapku kepada Kalia dengan pelan.“Iya. Ati-ati,” ujarnya.“Kalo ada apa-apa kabarin ya, Kal. Makasih,” ucapku.Setelah itu aku izin ke guru pengajar untuk ke kamar mandi, tetapi aku berlari turun dan segera bergegas ke UKS untuk menghampiri Mas Raja.Sesampainya disana ada empat pasang sepatu. Ternyata di dalamnya ada Mas Kafi, Mas Raja dan Fian. Satu diantaranya adalah sepatu perempuan. Benar saja, disana ada Nana yang menemani Fian. Ketika aku melihat Mas Raja tergeletak dan ada beberapa luka di wajahnya sangat membuatku terkejut dan aku langsung menghampirinya.“Mas....” ucapku lirih dan tidak sadar aku menitikkan air mata.“Lo
Aku yang baru saja membuka ponsel setelah bersenang-senang dengan Raja langsung down ketika membaca pesan dari Mei.“Ra, Fian berulah lagi,” ujar Mei dengan mengirimkan screenshot sebuah video ayah yang hampir saja menamparku karena Mas Raja sudah menahan tangan ayah. Keterangan video yang sudah dipublikasikan oleh Fian adalah “Waw, kapten basket sekarang jadi jagoan juga ya? Eh tunggu dulu, itu pacarnya kan ya? Kok bisa sih sama cewek yang ayahnya kaya preman?”Aku yang tidak bisa berkata apapun hanya bisa membaca pesan yang dikirimkan oleh Mei.“Ra? Kenapa?” tanya Mas Raja ketika melihat wajahku yang terkejut.Aku masih belum bisa menjawab pertanyaannya hingga ia mengambil paksa ponsel yang sedang kugenggam.“ANJING YA ORANG INI!” ucapnya sambil emosi.“Ara, tenangin dirimu ya. Abis sholat isya langsung tidur ya,” ucapnya sambil memelukku.Pelukan yang dib
Mas Raja merasakan bahwa aku sedang memikirkan sesuatu sehingga bertanya kepadaku.“Kenapa, Ra?” tanyanya sambil menengok kepadaku.“Gapapa, mas,” jawabku.“Kalo gapapa juga ga diem aja kali. Biasanya langsung tanya ke aku boleh apa ngga nyalain radio. Sekarang kok engga?” tanyanya penasaran.“Iya kenapa-kenapa tapi nanti aja kasih taunya. Kalo timingnya udah pas,” jawabku.“Boleh nyalain radio, ngga mas?” imbuhku.Setelah itu, radio pun sudah dinyalakan Mas Raja dan kami langsung bernyanyi bersama karena lagu yang dipopulerkan Jaz ini sangat menggambarkan kami berdua.“Kalo ada apa-apa langsung kabarin ya, Ra,” ucap Mas Raja.“Jangan ditahan-tahan. Aku pasti pasti pasti bakal mendengarkan dan sebisa mungkin bantu kamu. Okay?” imbuhnya.Aku pun mengangguk sambil tersenyum.Setelah itu Mas Raja bercerita bahwa ia tadi menungguku di
Di perjalanan, aku dan Mas Raja seperti biasanya. Mendengarkan radio dan bernyanyi bersama.“Mau beli cemilan dulu gak?” tanyanya.“Mauuu!” jawabku dengan semangat.Setelah itu, mobil pun berjalan dengan sangat kencang. Mas Raja dan aku pergi ke salah satu supermarket.Sesampainya disana, Mas Raja mengambil troli belanjaan.“Lah ngapain ambil ini mas?” tanyaku.“Ya kan biar gausa bawa-bawa, Ara,” jawabnya sambil menyandarkan tangannya di troli dan menengok ke arahku dengan senyumannya yang menawan.“Kaya mau belanja banyak aja,” ucapku.Aku dan Mas Raja menyusuri satu persatu lorong untuk mencari letak makanan ringan.“Ra, ini Ra,” ujarnya sambil menunjukkan sabun mandi.“Mas?” tanyaku dengan heran.“Beli aja, warna pink lo! Wanginya juga kaya wangimu,” ucapnya sambil mencium aroma dari sabun tersebut. Aku hanya