Dina keluar dari dalam mobil Reynald dan langsung menuju ke kamarnya di dekat dapur. Sedangkan Reynald hanya menatap punggung Dina dengan tatapan sendunya. Berakhirlah sudah impiannya bersama dengan wanita yang sangat di cintainya tersebut.
Reynald ingin marah, Tapi dengan siapa? Reynald tak mungkin menyalahkan keadaan. Mamanya pernah berkata, ‘Seberapa buruk keadaan yang pernah kita alami, yakinlah jika akan ada kebahagiaan dibaliknya, ingat, akan selalu ada pelangi setelah hujan.’ Kata Allea pada saat itu.
Reynald akhirnya melangkah dengan langkah gontainya menuju ke kamarnya yang berada di lantai dua. Reynald menghempaskan dirinya di atas ranjang dengan sesekali menghela nafas kasar.
Clara Adista... Astaga bagaimana mungkin dirinya akan menikah dengan wanita menyebalkan dan wanita terarogan yang pernah ia temui??
Pikiran Reynald semakin berkelana tak menentu. Ya, setidaknya dengan menikahi Clara, dirinya tidak akan khawatir lagi jika terjadi sesuatu dengan sang Mama. Bukankah itu salah satu manfaat Clara, yaitu darahnya yang langka??
Reynald lantas bergegas mandi dan mengganti pakaiannya, lalu bergegas turun untuk makan malam dan kembali ke rumah sakit untuk menunggu mamanya. Sekarang yang terpenting adalah sang Mama, masalah perasaannya bisa di pikirkan nanti.
***
Reynald duduk terpaku menatap makan malam di hadapannya yang di hidangkan oleh Dina, mantan kekasihnya. Jika biasanya Reynald sesekali menggoda Dina, maka saat ini tak ada satu katapun di antara mereka. Keduanya sama-sama diam.
Bi Marni, Ibu Dina yang melihat merekapun akhirnya menyadari jika ada sesuatu yang aneh di antara mereka.
“Kamu ada masalah dengan Mas Reynald.” Tanya Marni pada putrinya.
“Enggak Bu.” Jawab Dina sedikit lemas. Dia tidak ingin sang ibu tau jika dirinya sudah putus hubungan dengan Reynald.
“Jangan bohong Dina.”
“Aku pergi dulu.” Kata Reynlad mengagetkan Dina dan ibunya.
Dina menatap wajah sendu Reynald. lalu menatap makanan di hadapannya, ternyata Reynald sama sekali tak menyentuh makanannya tersebut. “Mas Rey nggak makan?”
“Aku makan di rumah sakit saja.” Jawab Reynald lalu pergi begitu saja.
“Kalian sedang dalam masalah, ibu tau itu.” Bi Marni kembali membuka suaranya ketika Reynald sudah tak terlihat Lagi.
Sedangkan Dina hanya terdiam tak menanggapi perkataan ibunya. Pikirannya terlalu kacau. Reynald seperti bukan dirinya sendiri, Reynald seperti orang lain di hadapannya. Kenapa Reynald berubah seperti itu? Kenapa tiba-tiba Reynald memutuskan hubungan mereka secara sepihak? Dan masih banyak lagi kenapa-kenapa yang lain yang menari-nari dalam pikiran Dina.
***
Lagi-lagi Reynald terbangun dalam keadaan pegal-pegal karena tidur di sofa rumah sakit. Reynald menatap ke arah ranjang sang Mama dan sudah mendapati Mamanya sedang memakan buah-buahan dengan Sang Papa yang menyuapinya.
Pemandangan manis yang bagi Reynald sudah lama tak terlihat.
“Sudah bangun sayang.” Sapa Allea masih dengan suara yang lemah.
Reynald mengangguk. Reynal lalu melihat jam tangannya dan sedikit terkejut mendapati dirinya ternyata bangun saat waktu menunjukkan pukul Sepuluh siang.
“Kenapa Mama nggak bangunin Rey?” Tanya Reynald sedikit panik.
“Tenang Rey... Libur sehari nggak apa-apa kan?” Renno yang menjawab.
Reynald menghela nafas, Ya, libur sehari sepertinya bagus untuk badan dan pikirannya yang sedang kacau. Tak lama Reynald mendapati ponselnya bergetar. Tanda jika ada panggilan masuk. Semoga saja bukan Dina. Reynald belum ingin berbicara dengan Dina setelah mereka resmi putus hubungan.
Reynald mengernyit saat mendapati Nomer baru di ponselnya. “Halo..” Akhirnya Reynald menjawab telepon tersebut.
“Kamu masih ingat kan jika kamu baru saja tunangan dengan seorang wanita cantik?” Tanya suara di seberang dengan nada sinisnya. Ya tuhan... Itu adalah si wanita menyebalkan. Sial..!!!
“Aku sibuk, bisa telepon nanti saja?”
“What?? Hello, jangan berpikir kamu bisa lari dari tanggung jawabmu.”
Reynald mendengus. “Lari dari tanggung jawab apa maksudmu?”
“Ingat Rey.. Aku sudah donor darah untuk ibumu, sekarang giliran kamu nikahin aku.”
“Oke, aku akan menikahimu. Apa kamu puas?” Reflek Reynald berteriak pada ponselnya. Seperti disadarkan oleh sesuatu, Reynald akhirnya menatap kedua orang tuanya yang kini sedang terngaga menatap dirinya.
“Kalau begitu aku mau kamu jemput aku Rey..”
Reynald tak menjawab, Dirinya masih sibuk mencerna apa yang di katakannya tadi. Ahhh Sial..!! kedua orang tuanya pasti akan tau jika Reynald akan menikahi seorang wanita, Padahal Reynald ingin menyembunyikan kabar ini dulu setelah suasana hatinya membaik.
“Ryy... kamu dengar kan? Jemput aku.”
“Iya, aku akan jemput kamu.” Pungkas Reynald lalu cepat-cepat menutup teleponnya dan pergi ke kamar mandi sebelum orang tuanya menyerbunya dengan berbagai macam pertanyaan.
***
Dengan bosan Reynald menunggu Clara di dalam mobilnya. Tadi setelah keluar dari kamar mandi di dalam ruang inap Mamanya, Reynald segera bergegas pergi walau di iringi dengan tatapan aneh Sang Mama dan Papa.
Reynald tak tau harus berkata apa dengan Mama Papanya tentang hubungan percintaannya kali ini. Mama Papanya tau jika Reynald memiliki hubungan serius dengan Dina, tapi bagaimana cara Reynald menjelaskan jika hubungan mereka sudah berakhir?? Reynald juga tak mungkin tiba-tiba mengenalkan Clara sebagai calon istrinya kepada kedua orang tuanya.
Lagi-lagi Reynald mengacak rambutnya dengan frustasi. Ahhh Sial!!! kenapa ini bisa terjadi dengannya??
Tiba-tiba seorang wanita membuka pintu mobilnya, dan tanpa permisi wanita tersebut duduk begitu saja di kursi penumpang di sebelahnya. Reynald ternganga saat melihat wanita tersebut.
Aroma Vanilla bercampur dengan Lavender seketika memenuhi mobil Reynald. Aroma khas dari seorang Clara Adista. Siang ini dia mengenakan mini Dress berwarna hitam dengan potongan ketat. Sedangan kakinya dibalut dengan Stiletto hitam yang membuat kakinya terlihat semakin seksi. Wajah cantiknya itu di poles dengan Make up tipis dan juga dengan kaca mata hitam menghias wajahnya.
Reynald benar-benar ternganga mendapati penampilan Clara yang baginya super seksi tersebut, belum lagi sepanjang kulit Clara yang terpampang entah kenapa menimbulkan letupan-letupan aneh dalam diri Reynald.
Clara menatap kearah Reynald sambil menurunkan sedikit kacamatanya. “Kamu kenapa?” Tanya Clara dengan nada anehnya.
“Ehh.. Enggak..” entah kenapa Reynald menjadi gugup seketika, dirinya juga tak mengerti kenapa bisa menelan ludah berkali-kali saat melihat wanita di hadapannya ini.
“Antar aku ke cafe langgananku. Setelah itu kita temui Mommy sama Daddyku.” Perintah Clara penuh dengan keangkuhannya.
Siall!! Reynald merasa dirinya sudah seperti cecunguk suruhan Clara. “Mau apa kita ke cafe?”
“Ada yang perlu kita bahas nanti di sana.”
Akhirnya Reynald hanya menuruti permintaan Clara. Reynald berusaha mengemudikan mobilnya penuh dengan konsentrasi, aroma dari tubuh Clara benar-benar mempengaruhi otaknya, membuat Reynald merasakan sesuatu yang tak pernah di rasakannya dengan Dina sebelumnya.
-TBC-
“Apa maksud kamu dengan ini?” Tanya Reynald setelah membaca beberapa berkas yang di berikan oleh Clara.“Kamu sudah baca kan? Itu surat perjanjian kita tentang pernikahan palsu kita.” Kata Clara dengan santainya.“Sial!! walau aku terpaksa menikahimu, tapi aku tak pernah berfikir pernikahan kita main-main.” Jawab Reynald penuh penekanan.“Terus... Kamu ingin kita menikah selamanya dan hidup bahagia seperti di negeri dongeng gitu? Hello... Rey.. Kamu mabuk?”“Cla... Aku bukan orang yang bisa dengan mudah mempermainkan sebuah komitmen seperti pernikahan. Apa kata orang tuaku nanti saat tau aku menceraikanmu setelah dua tahun menikah?”“Ya bilang saja kita nggak cocok.” Jawab Clara dengan enteng.Reynald menghela nafas panjang. Astaga.. Dari mana datangnya wanita menyebalkan seperti Clara ini?“Dan satu lagi. Tidak akan pernah ada hubungan badan antara kita, ok
Clara merasakan bibir panas itu menyapu habis bibirnya, melumatnya penuh dengan gairah. Clara tak pernah merasakan perasaan seperti saat ini. Perasaan dikuasai oleh seseorang karena biasanya dirinyalah yang menguasai orang-orang di sekitarnya.Clara mencoba meronta, ingin menjauhkan diri dari Reynald, tapi lelaki yang sedang menindihnya kini sangatlah kuat. Clara bahkan tak dapat melakukan apa-apa selain membalas ciuman panas dari Reynald.Ya, Clara akhirnya membalas ciuman itu.. Ciuman yang semula hanya dijadikan sebagai hukuman untuk membungkan mulut cerewetnya, akhirnya kini berubah menjadi ciuman yang sarat akan hawa nafsu. Sesekali Clara bahkan mendengar suara erangan, entah itu darinya atau dari Reynald, Clara sendiri tak tahu. Yang Clara sadari adalah saat ini dirinya sangat menikmati momen ini. Momen dimana dirinya merasakan perasaan aneh yang membuncah dihatinya.***Reynald benar-benar tak sadar dengan apa yang sudah dilakukannya. Mencium
“Jadi Clara seorang Model?” Tanya Allea dengan lembut ke arah Clara yang saat ini duduk di sebelahnya dan sesekali menyuapi Allea dengan masakan Mommynya yang di bawanya tadi.“Iya Ma, kenapa? Mama nggak suka punya menantu Model?”“Tidak, apapun pilihan Rey, Mama pasti setuju kok.”“Bagus deh kalau begitu.”Allea masih mengamati Clara, wanita ini benar-benar terlihat angkuh dalam pandangannya. Clara bahkan tak berhenti mengangkat dagunya, sangat berbeda jauh dengan Dina yang suka menunduk dan malu-malu. Kenapa Reynald bisa bersama dengan wanita ini? Apa Reynald memiliki masalah hingga harus bersama dengan wanita ini?Tak lama Reynald dan Renno masuk ke dalam ruang inap Allea, ya, kedua lelaki tersebut tadi sedang mengurus beberapa urusan luar, meninggalkan Allea hanya berdua dengan Clara.Clara lantas menghampiri Reynald dan berbisik di telinga Reynald.“Sialan!! bagaimana mungkin
Clara terbangun dengan badan yang sangat pegal dan kaku, Bahkan ia mersakan dirinya tak dapat bergerak karena ada seseorang yang sedang memeluknya dari belakang. Memeluk? Clara sontak membuka matanya lebar-lebar, melihat ke arah perutnya yang ternyata benar jika ada seseorang yang sedang melingkarkan lengannya di sana, pelan-pelan Clara menolehkan kepalanya kebelakang, Dan benar saja, ada Reynald yang sudah tidur di belakangnya dan sedang memeluknya. Mereka tidur bersama di Sofa ruang inap mama Reynald yang sedikit lebih kecil untuk di tiduri mereka berdua.Secepat kilat Clara mendorong Reynald hingga Reynald jatuh dari atas sofa dan mengerang kesakitan.“Astaga.. apa yang kamu lakukan?” Reynald sedikit berteriak karena kesal dengan Clara yang membangunkannya dengan cara yang sangat tidak sopan.“Harusnya aku yang tanya, apa yang kamu lakukan, main peluk-peluk, enak saja.” Gerutu Clara tak mau kalah.“Kalian sudah bangun?&rdq
Clara merasakan benar- benar ada yang aneh pada diri Reynald. Dia diam dan cenderung datar, dingin dan Ahh... Clara bahkan tak mengerti apa yang sedang di pikirkan Reynald.“Kamu aneh.” Clara memulai pembicaraan.“Apa maksudmu dengan Aneh?”“Entalah.. Kupikir ada hubungannya dengan pembantu itu.”Reynald mencengkeram erat kemudi mobilnya? Pembantu? Bagaimana mungkin wanita sialan ini menyebut kekasihnya dengan sebutan pembantu? Kekasih? Astaga.. bukankah hubungannya dengan Dina sudah berakhir?“Jangan pernah sebut dia Pembantu.” Ucap Reynald penuh penekanan.“Please deh Rey, kamu benar-benar ada hubungan sama wanita udik itu??”Dan seketika itu juga Reynald menghentikan laju mobilnya. Amarahnya sudah sampai di ubun-ubun, Clara benar-benar keterlaluan, menyebut Dina sebagai pembantu dan juga udik. Dan Reynald tak suka itu, Reynald tak pernah suka jika ada orang yang m
Reynald menggulingkan badannya ke samping dan sedikit heran saat mendapati ranjang di sebelahnya kosong. Ia merasa sedikit kehilangan, ya tentu saja, bukankah tadi malam ia bergelung dengan tubuh Clara semalaman? Tapi dimana wanita itu saat ini? bukankah seharusnya dia masih disini karena sakit??Reynald membuka matanya sedikit demi sedikit, memandang sekeliling kamar Clara. Kamarnya terlihat rapi, tapi penuh dengan barang-barang wanita. Reynald lalu menatap tubuhnya, Ia ternyata masih telanjang dada. Teringat dengan kejadian tadi malam, Astaga.. bagaimana mungkin ia bisa tergoda dengan sosok Clara Adista?Tadi malam….“Sudahlah.. ayo tidur, supaya besok cepat sembuh..” Ucap Reynald masih dengan memeluk Clara.Reynald merasakan Clara memeluknya semakin erat, wajah Clara yang tenggelam di dadanya entah kenapa membuatnya sedikit bergetar. Gesekan-gesekan kulit lembut itu membuat semua y
Saat ini Reynald sedang sibuk memilih-milih warna untuk dekorasi resepsi pernikahan sialannya. Sial!! Benar-benar Sial!! Reynald merasa Clara sedang mengerjainya. Bagaimana mungkin ia saat ini yang sedang di kantor, sibuk mengurus pekerjaannya, lalu tiba-tiba sekertaris pribadinya datang membawa sebuah paket besar berisi album-album dekorasi pernikahan. Lalu tak lama wanita sialan itu meneleponya dan dengan entengnya menyuruh memilihkan sebuah warna untuk dekorasi resepsi pernikahan mereka nanti.Dan bodohnya Reynald menuruti permintaan Sialan Clara tersebut. Siall!!! bisa saja saat ini ia membuang semua album-album tersebut lalu melanjutkan pekerjaannya. Tapi entah kenapa Reynald tak bisa. Akhirnya disinilah saat ini. Reynald duduk di atas kursi kebesarannya, dengan wajah seriusnya Ia memilah-milah Dekorasi yang paling bagus untuk pernikahannya.Tak lama, pintu ruangannya tersebut di buka oleh seseorang. Reynald mendengus kesal, siapa yang berani-berani mengganggu kon
Reynald lalu melepaskan pelukannya, menatap Clara dengan tatapan mendambanya, membuat Clara merona memererah karena ia tak pernah mendapatkan tatapan seperti itu dari seorang lelaki dalam posisi sedekat ini.“Kamu cantik.” Lagi-lagi kata itu yang di ucapkan Reynald sambil semakin mendekatkan diri pada Clara.“Apa yang akan kamu lakukan Rey??”“Aku menginginkanmu.”Dan setelah perkataan Reynald tersebut, Clara tak dapat merasakan apapun karena tubuhnya seakan melayang seiring dengan sentuhan lembut bibir Reynald pada bibirnya.Saling melumat, saling mencecap satu sama lain membuat keduanya terbuai oleh asmara bercampur dengan gairah. Tangan Reynald bahkan sudah bergerilya ke sekujur tubuh Clara, membelainya dengan lembut penuh kasih sayang. Clara bahkan lupa jika lelaki yang sedang mencumbunya kini dalam pengaruh minuan beralkohol.Reynald menendang pintu di belakangnya dengan kakinya hingga pintu tersebut
-Reynald-Aku menatap wanita yang sedang duduk di pinggiran ranjang dan sedang sibuk melipati bajunya memasukkannya ke dalam sebuah tas yang sudah di siapkannya. Wajahnya menunduk, aku tak tahu ekspresi apa yang di tampakkannya.Dengan santai aku berjalan menuju ke arahnya, berjongkok tepat di hadapannya. Dan kini aku tau, ekspresi apa yang sedang terpampang pada wajah cantik istriku ini.“Hei, kamu kelihatan gelisah.” Kataku sambil mendongakkan wajahnya.“Ya tentu saja.” Hanya itu jawabannya.Sontak aku memeluk perut besarnya yang di dalam sana ada buah hati kami.“Tenanglah, tidak akan terjadi apapun.” Aku berusaha menenangkannya. Aku tahu dia gelisah, gugup dan takut dengan operasi yang akan di jalaninya besok pagi.“Aku takut Rey.”Aku tersenyum, masih dengan memeluk perutnya, selama aku mengenal Clara, baru sekarang aku malihatnya serapuh
Reynald terbangun saat cahaya mentari seakan menelusup ke dalam kelopak matanya. Ia Mengedip-ngedipkan matanya mencoba membiasakan diri dari sinar yang menerangi ruangan ini.Dilihatnya ranjang sebelahnya ternyata sudah kosong, Reynald tersenyum, tentu Clara sudah bangun dan menyiapkan sarapan pagi untuknya, bukankah wanita itu adalah wanita yang berbeda saat ini?Reynald melompat bangun, menuju ke kamar mandi untuk membersihkan diri dan pergi ke dapur tempat yang di yakini ada Clara di sana.Saat kakinya sampai di area dapur, ia tercenung melihat seorang wanita yang tengah sibuk dengan berbagai macam peralatan dapurnya. Dulu, ia selalu membayangkan wanita itu adalah Dina, wanita yang akan selalu membangunkannya dari tidurnya, wanita yang akan selalu memakaikan dasi untuknya, wanita yang akan selalu memasak makanan enak untuknya, Tapi nyatanya Tuhan berkata lain.Secepat membalik telapak tangan takdirnya di tentukan. Hanya karena ingin menolong sang mama,
Clara membuka mata dan mendapati lengan seseorang melingkari tubuhnya. Telapak tangan besar itu tepat berada di atas perutnya yang kini sudah sedikit berbentuk. Selalu seperti ini yang terjadi selama tiga bulan terakhir ketika mereka pindah ke rumah baru yang di hadiahkan Reynald untuknya.Clara membalikkan tubuhnya dan mendapati lelaki di hadapannya ini tidur dengan sangat pulas. Ahh mungkin Reynald kecapekan. Beberapa hari ini Reynald memiliki proyek kerja di luar kota, tapi nyatanya Reynald selalu kembali ke jakarta malam harinya karena tak ingin berpisah dengan Clara. Sungguh, Lelaki ini sangat manis.Tiba-tiba Clara teringat pada malam itu, malam dimana Reynald menyatakan perasaan cintanya tiga bulan yang lalu..Malam itu....“Kenapa? Apa bedanya?” Tanyanya pada saat itu.Reynald lalu membalikkan tubuhnya, membuatnya menatap Reynald seketika. “Karena kamu.&rd
Sampai di rumah, Reynald segera masuk dan menuju ke dapur untuk membawa barang belanjaannya. Ternyata di sana sudah ada Sang Mama yang sibuk memberi interuksi pada menantunya.‘Ehhmmm..’ Suara deheman yang di buat Reynald membuat Clara dan sang Mama menoleh ke arahnya.“Ehh kamu sudah pulang Rey?” Sapa sang mama, sedangkan Clara membali mempalingkan wajahnya ke arah panci di hadapannya.Reynald mengerutkan keningnya tak suka dengan sikap cuek yang di tampilkan Clara. “Sedang buat apa Ma?”“Clara minta di ajarin masak, Saat ini kami sedang buat sayur asem, dia mau makan yang asem-asem katanya.” Kata Allea menjelaskan sedangkan Clara sendiri masih sibuk dengan panci di hadapannya dan tak menghiraukan semua orang yang sedang ada di dapur.Reynald hanya menatap punggung Clara dengan tatapan anehnya. Ada yang aneh dengan wanita di hadapannya itu. Clara seperti sedang menghindari kontak mata
Selalu gugup, gelisah, Deg degan, dan sedikit salah tingkah, itulah yang di rasakan Clara pada saat ini ketika duduk dan berusaha sesantai mungkin di sebelah Reynald. Ia tak mengerti apa yang terjadi tadi malam. Reynald mencumbunya sepanjang malam, Bibir lelaki itu tak berhenti mengucap kata sayang pada dirinya. Dan Clara benar-benar merasa di sayangi tadi malam.Tapi pagi ini lelaki itu kembali pada mode datarnya seperti tak terjadi apapun di antara mereka, meski tentu saja perhatian Reynald tak berkurang sedikitpun, Reynald kini bahkan mengemudikan mobilnya dengan hanya sebelah tangannya karena sebelahnya lagi sedang sibuk menggenggam jari jemari milik Clara.“Rey, aku mau ke apartemen.”Reynald sedikit terkejut. “Kenapa ke sana?”“Aku mau ketemu sama Mily.”“Nanti, kita pulang dulu. Kamu harus istirahat. Lagi pula kita harus memberitau kabar bahagia ini pada keluargaku.”Clara hanya menghela
Reynald masuk ke dalam kamar Clara dan mendapati wanita itu naik di atas kursi riasnya untuk meraih sesuatu yang berada di atas lemari pakaiannya.Seketika itu juga Reynald berlari menghampiri Clara sambil sedikit berteriak.“Apa yang kamu lakukan?” Reynald memeluk kaki Clara, takut jika wanita di hadapannya itu terjatuh.“Aku mau mengambil kardus kecil itu.”“Cepat turun. Kamu harus menghilangkah kebiasaanmu yang ceroboh ini Cla..”“Ceroboh? Enak saja kamu bilang aku ceroboh.”“Sudah jangan banyak bicara, sekarang cepat turun, atau aku dengan paksa akan menurunkanmu.”“Okay, Mr. Protective.” Dengus Clara.Akhirnya Clarapun turun di bantu dengan Reynald. Lalu kini gantian Reynald yang menaiki kursi tersebut dan mengambil kardus yang di maksudkan Clara.“Memangnya apa isinya? Sampa-sampai kamu bela-belain naik kursi segala.&
Sungguh sangat menjengkelkan, setidaknya itu yang di rasakan Clara. Bagaimana tidak, semenjak keluar dari rumah sakit tadi, Reynald tak berhenti menggenggam tangannya, bahkan ketika mereka berjalan bersama, tangan Reynald tak berhenti melingkari pingggangnya.“Rey, kamu bisa lepasin nggak?” Tanya Clara sedikit kesal. Saat ini mereka sedang berada di sebuah restoran. Tertu saja Reynald yang sejak tadi sibuk mengajak Clara ke sana, katanya Clara harus sering-sering makan mengingat porsi makan Clara yang tak bisa banyak.“Enggak.” Jawab Reynald dengan Cuek dan masih setia menggandeng pinggang Clara sambil berjalan menuju ke sebuah Private Room yang di sediakan restoran tersebut.Dengan kekesalan yang sudah mengakar di kepalanya Clara mengangkat sebelah kakinya dan menginjak keras-keras kaki milik Reynald.Reynald meringis kesakitan sambil sesekali terpincang-pincang.“Apa yang kamu lakukan?” Tanya Reynald y
Clara masih tak ingin keluar dari dalam bathup kamar mandinya. Di dalam sana begitu segar, semua otot tegangnya seakan rileks kembali. Sikap kucing-kucingan Dina dan Reynald yang membuatnya ingin meledak-ledak seakan hilang begitu saja. Ahhh jika tahu begini sangat nyaman, ia akan berendam sepanjang malam di dalam kamar mandi.Saat matanya mulai sayu-sayu, Clara terkejut saat mendengar suara yang sangat nyaring dari arah pintu kamar mandinya.‘Bruaaaakkkk’Clara terbangun seketika sambil menutupi seluruh tubuh polosnya dengan kedua belah tangannya. Clara ingin berteriak tapi di urungkan niatnya saat melihat Reynald yang sudah terduduk di hadapannya dengan wajah khawatirnya.“Kamu nggak apa-apa kan? Kamu nggak apa-apa kan?” kata-kata itu terucap berkali-kali dari bibir Reynald tanpa menghilangkan ekspresi khawatir dari raut wajah lelaki tersebut.“Aku? Memangnya aku kenapa?” Tanya Clara dengan wajah bingu
Reynald menjalankan mobilnya sepelan mungkin. Ia takut jika Clara benar-benar hamil dan bayinya akan terganggu karena mendapatkan sedikit guncangan akibat mengendarai mobil yang melaju cukup cepat.Sesekali Reynald melirik ke arah perut Clara. Benarkah wanita di sebelahnya ini sedang hamil? Mengandung anaknya? Ahh Sial!! Ia benar-benar harus segera memastikannya.Lagi-lagi Reynald tak kuasa menahan diri untuk melirik kearah wanita di sebelahnya tersebut.“Kamu kenapa? Risih tau nggak.” ucap Clara yang memang sejak tadi merasa sedang di perhatikan oleh Reynald.“Enggak, Kupikir kamu kedinginan, bajumu terbuka.” Reynald mengelak dengan memberikan jawaban seadanya.“Ya, aku memang kedinginan.” Jawab Clara jujur. Sejak tadi Clara memang sedikit kedinginan. Tentu saja, Tadi Reynald menggendongnya begitu saja tanpa membiarkan Clara mengganti pakaiannya terlebih dahulu.Reynald lalu menepikan dan menghentik