Jika bukan karena jam malam yang akan segera datang, Gemma tak ingin berhenti. Ia sudah lama tidak berlatih seberat tadi, dan sensasinya menimbulkan candu yang sudah lama tak ia rasakan.
Gemma bukan saja hanya menderita luka fisik, tetapi juga isi di dalam kepalanya rasanya seperti diaduk-aduk hingga membuat Gemma nyaris tak sanggup berjalan. Pelayan sampai harus memapahnya untuk bisa tiba di rumah.
Saat atasannya memberi tugas ini, Jo tahu bahwa ada campur tangan dari ayahnya. Jo tak mungkin menggerutu di hadapan siapapun. Ia hanya bisa melampiaskannya di sepanjang perjalanan menuju ke tempat pertemuan yang telah ditentukan.Seragam Archturiannya sedikit basah di bagian pundak karena sore ini gerimis ringan membasahi tanah Meubena. Dua garis berwarna merah di setiap sisi lengan seragam Jo menunjukkan pangkatnya yang cukup tinggi di Archturian.Jo mendongak untuk memastikan bahwa ia sudah sampai di tujuan. Sebuah kedai tua yang tak seorangpun akan sudi untuk mampir karena tampilannya yang kotor. Penduduk Meubena punya banyak pilihan kemewahan, dan tempat ini bukan salah satunya.Tulisan 'Old Cap' terpahat asal-asalan di papan kayu yang berayun karena angin. Fasad bangunannya terdiri dari kayu-kayu kusam yang dimakan usia dan cuaca. Hanya ada dua jendela di masing-masing tembok yang menghadap ke jalan, penuh dengan debu dan berkaca gelap.Jo mendorong
Gemma melihat melalui dinding kaca, langit Elenio yang perlahan berubah warna menjadi lembayung. Rakyat negara ini akan melewati satu malam yang lain lagi, dalam keheningan dan perasaan mencekam yang sudah menjadi bagian dari hidup mereka."Di sini tempat pertemuannya?" tanya Pelayan, yang berdiri di samping Gemma dan ikut menyaksikan matahari tenggelam.Gemma menggeleng pelan. "Bukan. King's Door ada di ruang bawah tanah gedung ini.""Lalu sedang apa kita di sini?"Gemma menoleh ke belakang, ke sisi gedung yang lain. Di sana ia pernah menghabiskan sejenak waktu bersama Nero.Deg.Jantungnya tersentak kecil. Hatinya terasa sesak. Tanpa sadar ia memeluk erat dirinya sendiri, yang tengah terbalut dalam jaket hitam Nero. Aroma Nero sudah menghilang, tapi memori atas wanginya masih melekat di ingatan Gemma.Wajarkah ia seperti ini? Gemma rasa tidak."Hanya menunggu malam datang. Maya minta bertemu saat malam.""Aku
Gemma menatap Maya untuk terakhir kalinya, lalu ia berdiri di samping Pelayan sembari menarik keluar Einar dari tangannya."Ada yang aneh," kata Pelayan, saat Gemma tengah berkonsentrasi untuk dapat melihat dalam kegelapan ini. Dimana para Draconian berada? Selain bau busuk yang mulai memenuhi udara, Gemma tak bisa melihat keberadaan monster itu."Apa?" Gemma berada dalam mode bertarung, Einar tergenggam erat dan mematikan di tangannya.
Gemma tak bisa berkata-kata, bahkan saat Nero menyuruhnya melepaskan jaket agar dia bisa memeriksa Gemma, Gemma melakukannya tanpa banyak bertanya.Luka-luka Gemma yang diakibatkan Draconian sudah hampir sembuh, semua karena energi Archturian yang mengalir dalam darahnya. Tapi sebanyak apapun energi itu, tak ada yang bisa mengobati apa yang kini meliputi hatinya.Suara Maya masih terngiang jelas di dalam kepala Gemma. Memantul dan berulang di
"Ini membosankan."Sarah tak henti-hentinya menggerutu pada rekan satu timnya malam ini. Jo, yang sedari tadi duduk sambil memutar-mutar ponsel di atas meja, memandang Sarah dengan tatapan malas."Kalau begitu, pergi saja dan tangkap beberapa Draconian."Sarah mendengus. Dia melihat Jo bergantian dengan ponselnya di meja. Sarah tahu Jo pasti sedang menunggu telepon dari Nero."Bisakah kau berhenti memutar-mutar ponsel? Itu sangat menggangguku.""Bisakah kau berhenti mengeluhkan segala sesuatu? Itu sangat menggangguku."Sarah memutar mata dan Jo mengangkat bahu, menunjukkan bahwa mereka sama-sama masa bodoh dengan perkataan satu sama lain.Sementara Nero mendapatkan tugas untuk secara diam-diam mengawal pertemuan Gemma, Sarah harus menerima jatahnya melakukan pengawasan terhadap orang yang diduga menjadi incaran berdasarkan data yang dibuat divisinya.Tidak tahu bagaimana, ia mendapatkan tugas ini bersama Jonathan, yang adalah a
Jo berlari menuju ke sumber ledakan. Dilihat dari asap yang membumbung pekat dan cahaya yang menyala-nyala, ledakan tadi berasal dari gedung pemerintahan di pusat kota.Getaran yang berasal dari alat komunikasi Archturian menghentikannya. Ada notifikasi yang berisi pesan singkat soal penyebab ledakan. Pemberontak mulai berani bergerak dan menunjukkan diri. Kini mereka membuat kerusuhan di alun-alun kota dan meledakkan gedung pemerintahan sebagai simbol protes.
Keadaan luar biasa kacau di pusat kota Ayria. Jo tak tahu lagi harus menenangkan para pemberontak seperti apa, karena mereka begitu panik melihat Draconian. Jo hanya mampu melindungi manusia yang ada di dekatnya, sekaligus menghabisi para Draconian.Sepertinya pasukan Archturian dari Meubena telah dikirimkan ke Ayria untuk membantu mengatasi kerusuhan ini. Draconian dapat dipukul mundur, walaupun makhluk-makhluk jelek itu terus-terusan datang, tapi Archturian perlahan-lahan dapat mengendalikan situasi.
Dingin.Rasanya seperti sebongkah es ditempelkan di satu sisi tubuh Gemma saat ia membuka mata.Kepala Gemma berdenyut luar biasa menyakitkan, membuat Gemma kembali terpejam untuk beberapa saat.Dimana dia?Gemma ingin bangun, tapi ia tak bisa bergerak. Lebih tepatnya kesadaran Gemma belum kembali sepenuhnya, sehingga ia tak bisa merasakan keberadaan kaki dan tangannya.Gemma kembali membuka mata, dan ia mempelajari dimana tempatnya berada saat ini. Ia terbaring di lantai batu yang lembab, permukaannya yang tidak rata menghujam dan menyakiti tubuh Gemma setiap kali ia bergerak.Ruang ini nampak seperti penjara. Ruji-ruji besi di sisi terjauh dari Gemma berbaring menegaskan hal itu. Tak ada yang membantu penglihatan Gemma selain cahaya yang menyorot dari atas, mungkin itu cahaya bulan yang menerobos dari celah di dinding. Gemma menggeliat, dan ia baru menyadari kalau dua tangannya terborgol."Uhuk!" Suara batuk yang berasal dari atas k
“Men—menjalin hubungan?” Gemma tergagap. “Apa maksudmu?”Baru saja Gemma hendak mengatakan pada Nero untuk melupakan apa yang terjadi di antara mereka berdua. Apalagi setelah Gemma tahu bahwa Nero selama ini bertugas untuk mengawasinya, dan dia mengetahui segala gerak-gerik dan kebiasaan Gemma.Dan setelah apa yang Jo katakan, soal Gemma yang tak mungkin menjalin hubungan dengan siapapun… memulainya sekarang terdengar seperti ide yang buruk.“Kau tidak mengerti?” Ada ketidakpercayaan dalam cara Nero memberikan pertanyaan.Ya, tentu saja dia tidak percaya. Gemma bukanlah anak kecil yang tidak mengerti maksud pertanyaan Nero.“Bukan begitu…,” tukas Gemma. “Aku mengerti.” Gemma memejamkan mata untuk sejenak sembari menghirup udara dalam-dalam.Saat dia melakukannya, dia bisa mendengar suara dari dalam kepalanya. Entah suara miliknya sendiri atau milik Lanaya.Ini salah.“Lalu, apa jawabanmu?”Gemma membuka mata, mengerjap, lalu menatap Nero. “Haruskah aku menjawabnya sekarang?”“Aku yaki
Latar belakang waktu untuk chapter ini adalah setelah kejadian teror di Fiend (Chapter: Act of Patience) dan sebelum Gemma berlatih bersama Pelayan (Chapter: Mind Over Matter).---Gemma tidak tahu apa yang dia lakukan di sini.Saat Jo mengajaknya pergi tadi, Gemma pikir Jo membawanya ke tempat makan atau mengajaknya menyelidiki sesuatu. Dia hanya mengatakan soal melakukan kunjungan sebelum kembali ke Meubena, dan Gemma tidak menyangka bahwa kunjungan yang Jo maksud adalah pergi ke panti asuhan Saint Anna.Ini adalah rumah Sarah dan Nero.Cara Gemma memandang Nero terasa berbeda sekarang, setelah apa yang mereka lalui. Alarm yang memekikkan bahwa hubungan mereka bukanlah sesuatu yang tepat masih saja berbunyi, ditambah dengan keberadaan Lanaya di tubuhnya, Gemma tidak bisa bertindak sesuka hati.Setidaknya, dia tidak mungkin bisa mencium siapapun sekarang. Gemma membayangkan Lanaya akan mengeluarkan dengus jijik jika ia mendapati Gemma melakukannya.Namun Gemma tak bisa menghindari at
Suara kaca selebar tiga meter yang menghantam tanah seolah menghentikan waktu untuk sementara.Gemma dan Nero membeku di tempat mereka berdiri, saling berpandangan dengan mata terbelalak. Ciuman mereka terhenti, pun dengan pikiran apapun yang tadi sempat merayapi benak mereka dan membuat pandangan mereka berkabut.Semua terjadi dalam hitungan detik, namun setiap momen terasa begitu lambat.Saat draconian-draconian yang terbang di sekitar menara berhenti dan berbalik arah. Raungan, kepakan sayap, dan berpasang-pasang mata berwarna merah yang kini mengarah kepada Gemma dan Nero.“Lari!” teriak Nero.Gemma mengambil inisiatif sepersekian detik sebelum Nero memberi perintah. Dia berlari ke arah tangga, tetapi berhenti dan memberi jalan pada Nero karena Gemma tak tahu kemana mereka harus berlari.Tak ada satupun dari mereka yang membawa senjata khusus, dan meskipun Gemma baru mengetahui kemarin kalau dia tak akan mati saat terkena cakar Draconian, bukan berarti Gemma akan melawan mereka be
“Siapa sangka pria itu adalah pacar dari wanita yang tadi menggodamu.”“Bagaimana bisa dia bersikap seperti itu padahal dia punya kekasih.”Gemma mengangguk, mengamini perkataan Nero. Mereka segera meninggalkan arena begitu masalah dengan pria gila itu terselesaikan.Ternyata setelah Gemma membawa Nero pergi dari hadapan wanita bernama Angel itu, dia menelepon kekasihnya dan mengatakan bahwa Gemma telah menyakitinya. Pacarnya langsung datang ke arena laser tag dan memaksa untuk ikut di dalam permainan.Kesalahpahaman terselesaikan saat Nero meminta pengelola menunjukkan rekaman cctv sesaat setelah pengarahan selesai dilaksanakan. Di situ terlihat jelas bahwa Angel yang mendekati Gemma dan Nero terlebih dulu dan Gemma tidak melakukan apapun padanya.“Seharusnya tadi kau meminta ganti rugi,” gumam Nero.“Aku tidak mau urusannya menjadi panjang.” Seolah Gemma belum banyak masalah saja.Kemudian Nero menengok ke arah Gemma yang berjalan di sampingnya. “Maaf. Kita jadi gagal memenangkan ko
Setelah melakukan pendaftaran, Gemma menerima sebuah rompi dengan lampu berbentuk segi lima di bagian dada. Dia mengenakan rompi itu, lalu mengikat rambutnya dengan karet yang ia bawa di pergelangan tangannya. Nero menyerahkan sebuah pistol laser berwarna hitam dengan seutas tali sepanjang lengan. Dia memasangkan kait di ujung tali itu ke kait yang ada di bagian depan rompi Gemma. “Peraturannya sederhana. Arahkan pistolmu ke bagian depan lawan, ke arah lampu di rompi,” Nero menjelaskan sambil menunjuk lampu segi lima di rompi Gemma yang kini berpendar dalam warna biru laut. Lampu itu terbagi menjadi lima bagian. “Jika semua lampu ini mati, itu berarti kau kalah dan harus keluar dari permainan.” Kemudian Nero menunjuk ke arah pintu yang letaknya berlawanan dengan pintu masuk. Pintu itu terbuka lebar, dan Gemma bisa melihat hamparan tanah lapang dengan pepohonan tinggi yang tumbuh dalam jarak beberapa meter antara satu sama lain. “Kita akan melakukan permainan outdoor. Tim yang berhasi
Pemberhentian pertama mereka adalah restoran yang biasa Gemma kunjungi bersama Jo. Restoran ini selalu penuh pada jam makan siang, dan kebanyakan pengunjungnya adalah mahasiswa serta pekerja kantoran yang tengah mengambil jam istirahat.Gemma hanya bisa menggerutu dalam hati saat berpasang-pasang mata memandang lapar ke arah Nero, seolah dia adalah hidangan utama di tempat ini. Jika hal ini terjadi pada Jo, Gemma pasti akan mengomel dan memelototi gadis-gadis genit itu.“Kau mau duduk di mana?” tanya Nero. Mereka berhenti di tengah-tengah restoran dan menjadi pusat perhatian seperti pohon natal dengan lampu berkelap-kelip.Gemma memandang ke sekeliling dengan gusar sebelum mencengkeram lengan Nero dan mengajaknya ke jajaran bangku di luar restoran. “Di sini saja,” ucap Gemma, yang kemudian menyeret sebuah bangku di dekat mereka dan menyuruh Nero untuk duduk.Nero menyunggingkan senyum kecil di satu sudut bibirnya sebelum dia duduk dan senyuman itu tak kunjung hilang saat Gemma duduk d
Sepertinya Gemma baru saja terlelap saat ponselnya berdering nyaring. Suaranya seperti alarm pengganggu yang membuat Gemma melenguh malas. Dia mengulurkan tangan dan meraba-raba ke atas nakas untuk mencari benda berisik itu. Gemma membuka mata yang masih terasa berat untuk mencari tahu siapa manusia yang berani mengganggu tidurnya. Di layar ponsel tertera nama Purity. Gemma melirik ke sudut layar ponsel dan mendapati bahwa sekarang sedang masuk jam sibuk perpustakaan. Mungkin Purity membutuhkan bantuannya. “Ada apa?” Suara Gemma parau karena tenggorokannya terasa sekering padang pasir. “Ada yang mencarimu.” “Siapa?” Gemma bertanya sembari berguling di atas ranjang. Satu tangannya menyibak gorden untuk melihat langit. Hari ini cerah. Suasananya terasa begitu damai hingga Gemma tak percaya bahwa semalam baru saja terjadi tragedi mengerikan di King’s Door. Setelah ini dia akan menelepon Jo untuk mengetahui perkembangan terbaru soal kejadian semalam. “Lelaki yang mengantarmu tadi.” “H
Brak! Daun pintu terbanting menutup di hadapan Gemma dan Lysis. Mereka saling berpandangan, mengembuskan napas panjang yang merupakan wujud dari rasa sabar. Paling tidak, penolakan di hari ini tak sebanyak hari-hari kemarin. Lysis memeluk setumpuk selebaran di satu tangan, sedangkan tangan yang lain menenteng tas plastik berisi bahan makan malam mereka hari ini. "Kita coba beberapa rumah lagi?" tanya Lysis dengan enggan. Wajahnya berubah cerah saat Gemma menggeleng. Gemma memandang lekat-lekat selebaran yang ia genggam hingga kusut. PERSIAPKAN MASA DEPAN ANAK-ANAK ANDA, DENGAN MENJADI ARCHTURIAN SEJATI Judul selebaran yang ia buat dengan memutar otak habis-habisan. Tetapi penolakan yang ia dan Lysis alami bukan semata-mata karena judul yang buruk, ini lebih kepada para orang tua di Fiend yang memang tak pernah berpikir jauh untuk anak-anak mereka. "Padahal sedang promo gratis …," bisik Gemma, suaranya terdengar hampa. Mereka be
Ketimbang membuang waktu untuk mencari pintu utama, Nero, Jo, dan Pelayan memutuskan untuk keluar melalui jalan mereka masuk, dari penjara di bawah tanah, dan mengambil jalan memutar.Kaki mereka tak tahan untuk tidak berlari, tak mau ketinggalan untuk ambil bagian dalam apapun yang tengah terjadi saat ini.Langkah Pelayan tiba-tiba berhenti, dan dua orang yang bersamanya ikut berhenti."Ada apa?" tanya Nero, dan Jo menjawab pertanyaan itu dengan pertanyaan."Kau tidak mendengarnya?""Apa?"Nero memasang telinganya baik-baik. Tapi tak ada yang begitu ganjil dalam pendengarannya sampai harus membuatnya berhenti. Ia memasang wajah tak mengerti dan Jo dengan tidak sabar memberikan penjelasan."Suara itu, seperti ada kaca yang sangat besar retak dan berhamburan."Nero menggeleng, ia tak mendengar suara semacam itu."Pelindungnya telah hancur." Kini Pelayan yang berbicara, dan baru saja dia selesai berucap, langit malam dipen