Tak bisa dipungkiri bahwa Girga Lyon benar-benar lawan yang berat untuk dikalahkan. Bahkan dengan tiga orang petarung hebat yang sedari tadi mengerahkan kemampuan terbaiknya untuk melumpuhkan Draconian ini, Girga Lyon tak juga tumbang.
Nero terus memutar otak, mengatur strategi, mencari kelemahan apa yang bisa fatal untuk lawannya. Semua serangan standar tidak mempan untuk Draconian ini. Kedua tangannya tak bisa ditebas, tak ada celah di kepalanya yang bisa dimanfaatkan untuk menancapkan Einar, dan Nero tidak tahu apa yang ada di balik dada Girga Lyon, yang membuat Nero tak bisa menusukkan apapun ke jantungnya.
"Kenapa orang menyebalkan susah sekali mati." Jo menggerutu setelah ia mencoba untuk memuntir leher Girga Lyon, tetapi gagal karena Girga Lyon dengan mudahnya mengibaskan tubuh Jo seperti sedang mengusir seekor lalat.
"Dia menyebalkan?" Nero bertanya, sembari menganalisa Draconian di hadapannya. Kini Pelayan yang tengah sibuk untuk mencari perhatian musuh
Hazkiel dan Purity sama-sama bukan seorang petarung handal. Tetapi dengan wujud Purity saat ini, ia memiliki keunggulan tersendiri. Ia lebih besar, lebih cepat, dan lebih mematikan.Walaupun dengan luka di sekujur tubuhnya yang kini penuh lumpur dan darah hitam pekat Draconian, Purity dapat membalik keadaan dengan mudah. Ia mendesak Hazkiel mundur hingga Hazkiel menjatuhkan senjata dari tangannya."Seandainya kau mau bekerja sama denganku. Kita tidak perlu berakhir seperti ini."Purity menjulang di hadapan Hazkiel yang jatuh terduduk. Sebatang pohon besar menjadi penghalang Hazkiel untuk menghindar."Kau menyesal??" Hazkiel menanyakan itu bukan karena ia sungguh ingin tahu jawabannya. Itu hanyalah pertanyaan yang dimaksudkan untuk membuat Purity merasa tercela.Purity tidak langsung menjawab pertanyaan itu. Ada kepahitan yang tergambar dalam sorot mata merahnya. Hujan membasahi wajah Purity, membuat Hazkiel sepintas mengira Purity tengah m
Ketimbang membuang waktu untuk mencari pintu utama, Nero, Jo, dan Pelayan memutuskan untuk keluar melalui jalan mereka masuk, dari penjara di bawah tanah, dan mengambil jalan memutar.Kaki mereka tak tahan untuk tidak berlari, tak mau ketinggalan untuk ambil bagian dalam apapun yang tengah terjadi saat ini.Langkah Pelayan tiba-tiba berhenti, dan dua orang yang bersamanya ikut berhenti."Ada apa?" tanya Nero, dan Jo menjawab pertanyaan itu dengan pertanyaan."Kau tidak mendengarnya?""Apa?"Nero memasang telinganya baik-baik. Tapi tak ada yang begitu ganjil dalam pendengarannya sampai harus membuatnya berhenti. Ia memasang wajah tak mengerti dan Jo dengan tidak sabar memberikan penjelasan."Suara itu, seperti ada kaca yang sangat besar retak dan berhamburan."Nero menggeleng, ia tak mendengar suara semacam itu."Pelindungnya telah hancur." Kini Pelayan yang berbicara, dan baru saja dia selesai berucap, langit malam dipen
Brak! Daun pintu terbanting menutup di hadapan Gemma dan Lysis. Mereka saling berpandangan, mengembuskan napas panjang yang merupakan wujud dari rasa sabar. Paling tidak, penolakan di hari ini tak sebanyak hari-hari kemarin. Lysis memeluk setumpuk selebaran di satu tangan, sedangkan tangan yang lain menenteng tas plastik berisi bahan makan malam mereka hari ini. "Kita coba beberapa rumah lagi?" tanya Lysis dengan enggan. Wajahnya berubah cerah saat Gemma menggeleng. Gemma memandang lekat-lekat selebaran yang ia genggam hingga kusut. PERSIAPKAN MASA DEPAN ANAK-ANAK ANDA, DENGAN MENJADI ARCHTURIAN SEJATI Judul selebaran yang ia buat dengan memutar otak habis-habisan. Tetapi penolakan yang ia dan Lysis alami bukan semata-mata karena judul yang buruk, ini lebih kepada para orang tua di Fiend yang memang tak pernah berpikir jauh untuk anak-anak mereka. "Padahal sedang promo gratis …," bisik Gemma, suaranya terdengar hampa. Mereka be
Sepertinya Gemma baru saja terlelap saat ponselnya berdering nyaring. Suaranya seperti alarm pengganggu yang membuat Gemma melenguh malas. Dia mengulurkan tangan dan meraba-raba ke atas nakas untuk mencari benda berisik itu. Gemma membuka mata yang masih terasa berat untuk mencari tahu siapa manusia yang berani mengganggu tidurnya. Di layar ponsel tertera nama Purity. Gemma melirik ke sudut layar ponsel dan mendapati bahwa sekarang sedang masuk jam sibuk perpustakaan. Mungkin Purity membutuhkan bantuannya. “Ada apa?” Suara Gemma parau karena tenggorokannya terasa sekering padang pasir. “Ada yang mencarimu.” “Siapa?” Gemma bertanya sembari berguling di atas ranjang. Satu tangannya menyibak gorden untuk melihat langit. Hari ini cerah. Suasananya terasa begitu damai hingga Gemma tak percaya bahwa semalam baru saja terjadi tragedi mengerikan di King’s Door. Setelah ini dia akan menelepon Jo untuk mengetahui perkembangan terbaru soal kejadian semalam. “Lelaki yang mengantarmu tadi.” “H
Pemberhentian pertama mereka adalah restoran yang biasa Gemma kunjungi bersama Jo. Restoran ini selalu penuh pada jam makan siang, dan kebanyakan pengunjungnya adalah mahasiswa serta pekerja kantoran yang tengah mengambil jam istirahat.Gemma hanya bisa menggerutu dalam hati saat berpasang-pasang mata memandang lapar ke arah Nero, seolah dia adalah hidangan utama di tempat ini. Jika hal ini terjadi pada Jo, Gemma pasti akan mengomel dan memelototi gadis-gadis genit itu.“Kau mau duduk di mana?” tanya Nero. Mereka berhenti di tengah-tengah restoran dan menjadi pusat perhatian seperti pohon natal dengan lampu berkelap-kelip.Gemma memandang ke sekeliling dengan gusar sebelum mencengkeram lengan Nero dan mengajaknya ke jajaran bangku di luar restoran. “Di sini saja,” ucap Gemma, yang kemudian menyeret sebuah bangku di dekat mereka dan menyuruh Nero untuk duduk.Nero menyunggingkan senyum kecil di satu sudut bibirnya sebelum dia duduk dan senyuman itu tak kunjung hilang saat Gemma duduk d
Setelah melakukan pendaftaran, Gemma menerima sebuah rompi dengan lampu berbentuk segi lima di bagian dada. Dia mengenakan rompi itu, lalu mengikat rambutnya dengan karet yang ia bawa di pergelangan tangannya. Nero menyerahkan sebuah pistol laser berwarna hitam dengan seutas tali sepanjang lengan. Dia memasangkan kait di ujung tali itu ke kait yang ada di bagian depan rompi Gemma. “Peraturannya sederhana. Arahkan pistolmu ke bagian depan lawan, ke arah lampu di rompi,” Nero menjelaskan sambil menunjuk lampu segi lima di rompi Gemma yang kini berpendar dalam warna biru laut. Lampu itu terbagi menjadi lima bagian. “Jika semua lampu ini mati, itu berarti kau kalah dan harus keluar dari permainan.” Kemudian Nero menunjuk ke arah pintu yang letaknya berlawanan dengan pintu masuk. Pintu itu terbuka lebar, dan Gemma bisa melihat hamparan tanah lapang dengan pepohonan tinggi yang tumbuh dalam jarak beberapa meter antara satu sama lain. “Kita akan melakukan permainan outdoor. Tim yang berhasi
“Siapa sangka pria itu adalah pacar dari wanita yang tadi menggodamu.”“Bagaimana bisa dia bersikap seperti itu padahal dia punya kekasih.”Gemma mengangguk, mengamini perkataan Nero. Mereka segera meninggalkan arena begitu masalah dengan pria gila itu terselesaikan.Ternyata setelah Gemma membawa Nero pergi dari hadapan wanita bernama Angel itu, dia menelepon kekasihnya dan mengatakan bahwa Gemma telah menyakitinya. Pacarnya langsung datang ke arena laser tag dan memaksa untuk ikut di dalam permainan.Kesalahpahaman terselesaikan saat Nero meminta pengelola menunjukkan rekaman cctv sesaat setelah pengarahan selesai dilaksanakan. Di situ terlihat jelas bahwa Angel yang mendekati Gemma dan Nero terlebih dulu dan Gemma tidak melakukan apapun padanya.“Seharusnya tadi kau meminta ganti rugi,” gumam Nero.“Aku tidak mau urusannya menjadi panjang.” Seolah Gemma belum banyak masalah saja.Kemudian Nero menengok ke arah Gemma yang berjalan di sampingnya. “Maaf. Kita jadi gagal memenangkan ko
Suara kaca selebar tiga meter yang menghantam tanah seolah menghentikan waktu untuk sementara.Gemma dan Nero membeku di tempat mereka berdiri, saling berpandangan dengan mata terbelalak. Ciuman mereka terhenti, pun dengan pikiran apapun yang tadi sempat merayapi benak mereka dan membuat pandangan mereka berkabut.Semua terjadi dalam hitungan detik, namun setiap momen terasa begitu lambat.Saat draconian-draconian yang terbang di sekitar menara berhenti dan berbalik arah. Raungan, kepakan sayap, dan berpasang-pasang mata berwarna merah yang kini mengarah kepada Gemma dan Nero.“Lari!” teriak Nero.Gemma mengambil inisiatif sepersekian detik sebelum Nero memberi perintah. Dia berlari ke arah tangga, tetapi berhenti dan memberi jalan pada Nero karena Gemma tak tahu kemana mereka harus berlari.Tak ada satupun dari mereka yang membawa senjata khusus, dan meskipun Gemma baru mengetahui kemarin kalau dia tak akan mati saat terkena cakar Draconian, bukan berarti Gemma akan melawan mereka be
“Men—menjalin hubungan?” Gemma tergagap. “Apa maksudmu?”Baru saja Gemma hendak mengatakan pada Nero untuk melupakan apa yang terjadi di antara mereka berdua. Apalagi setelah Gemma tahu bahwa Nero selama ini bertugas untuk mengawasinya, dan dia mengetahui segala gerak-gerik dan kebiasaan Gemma.Dan setelah apa yang Jo katakan, soal Gemma yang tak mungkin menjalin hubungan dengan siapapun… memulainya sekarang terdengar seperti ide yang buruk.“Kau tidak mengerti?” Ada ketidakpercayaan dalam cara Nero memberikan pertanyaan.Ya, tentu saja dia tidak percaya. Gemma bukanlah anak kecil yang tidak mengerti maksud pertanyaan Nero.“Bukan begitu…,” tukas Gemma. “Aku mengerti.” Gemma memejamkan mata untuk sejenak sembari menghirup udara dalam-dalam.Saat dia melakukannya, dia bisa mendengar suara dari dalam kepalanya. Entah suara miliknya sendiri atau milik Lanaya.Ini salah.“Lalu, apa jawabanmu?”Gemma membuka mata, mengerjap, lalu menatap Nero. “Haruskah aku menjawabnya sekarang?”“Aku yaki
Latar belakang waktu untuk chapter ini adalah setelah kejadian teror di Fiend (Chapter: Act of Patience) dan sebelum Gemma berlatih bersama Pelayan (Chapter: Mind Over Matter).---Gemma tidak tahu apa yang dia lakukan di sini.Saat Jo mengajaknya pergi tadi, Gemma pikir Jo membawanya ke tempat makan atau mengajaknya menyelidiki sesuatu. Dia hanya mengatakan soal melakukan kunjungan sebelum kembali ke Meubena, dan Gemma tidak menyangka bahwa kunjungan yang Jo maksud adalah pergi ke panti asuhan Saint Anna.Ini adalah rumah Sarah dan Nero.Cara Gemma memandang Nero terasa berbeda sekarang, setelah apa yang mereka lalui. Alarm yang memekikkan bahwa hubungan mereka bukanlah sesuatu yang tepat masih saja berbunyi, ditambah dengan keberadaan Lanaya di tubuhnya, Gemma tidak bisa bertindak sesuka hati.Setidaknya, dia tidak mungkin bisa mencium siapapun sekarang. Gemma membayangkan Lanaya akan mengeluarkan dengus jijik jika ia mendapati Gemma melakukannya.Namun Gemma tak bisa menghindari at
Suara kaca selebar tiga meter yang menghantam tanah seolah menghentikan waktu untuk sementara.Gemma dan Nero membeku di tempat mereka berdiri, saling berpandangan dengan mata terbelalak. Ciuman mereka terhenti, pun dengan pikiran apapun yang tadi sempat merayapi benak mereka dan membuat pandangan mereka berkabut.Semua terjadi dalam hitungan detik, namun setiap momen terasa begitu lambat.Saat draconian-draconian yang terbang di sekitar menara berhenti dan berbalik arah. Raungan, kepakan sayap, dan berpasang-pasang mata berwarna merah yang kini mengarah kepada Gemma dan Nero.“Lari!” teriak Nero.Gemma mengambil inisiatif sepersekian detik sebelum Nero memberi perintah. Dia berlari ke arah tangga, tetapi berhenti dan memberi jalan pada Nero karena Gemma tak tahu kemana mereka harus berlari.Tak ada satupun dari mereka yang membawa senjata khusus, dan meskipun Gemma baru mengetahui kemarin kalau dia tak akan mati saat terkena cakar Draconian, bukan berarti Gemma akan melawan mereka be
“Siapa sangka pria itu adalah pacar dari wanita yang tadi menggodamu.”“Bagaimana bisa dia bersikap seperti itu padahal dia punya kekasih.”Gemma mengangguk, mengamini perkataan Nero. Mereka segera meninggalkan arena begitu masalah dengan pria gila itu terselesaikan.Ternyata setelah Gemma membawa Nero pergi dari hadapan wanita bernama Angel itu, dia menelepon kekasihnya dan mengatakan bahwa Gemma telah menyakitinya. Pacarnya langsung datang ke arena laser tag dan memaksa untuk ikut di dalam permainan.Kesalahpahaman terselesaikan saat Nero meminta pengelola menunjukkan rekaman cctv sesaat setelah pengarahan selesai dilaksanakan. Di situ terlihat jelas bahwa Angel yang mendekati Gemma dan Nero terlebih dulu dan Gemma tidak melakukan apapun padanya.“Seharusnya tadi kau meminta ganti rugi,” gumam Nero.“Aku tidak mau urusannya menjadi panjang.” Seolah Gemma belum banyak masalah saja.Kemudian Nero menengok ke arah Gemma yang berjalan di sampingnya. “Maaf. Kita jadi gagal memenangkan ko
Setelah melakukan pendaftaran, Gemma menerima sebuah rompi dengan lampu berbentuk segi lima di bagian dada. Dia mengenakan rompi itu, lalu mengikat rambutnya dengan karet yang ia bawa di pergelangan tangannya. Nero menyerahkan sebuah pistol laser berwarna hitam dengan seutas tali sepanjang lengan. Dia memasangkan kait di ujung tali itu ke kait yang ada di bagian depan rompi Gemma. “Peraturannya sederhana. Arahkan pistolmu ke bagian depan lawan, ke arah lampu di rompi,” Nero menjelaskan sambil menunjuk lampu segi lima di rompi Gemma yang kini berpendar dalam warna biru laut. Lampu itu terbagi menjadi lima bagian. “Jika semua lampu ini mati, itu berarti kau kalah dan harus keluar dari permainan.” Kemudian Nero menunjuk ke arah pintu yang letaknya berlawanan dengan pintu masuk. Pintu itu terbuka lebar, dan Gemma bisa melihat hamparan tanah lapang dengan pepohonan tinggi yang tumbuh dalam jarak beberapa meter antara satu sama lain. “Kita akan melakukan permainan outdoor. Tim yang berhasi
Pemberhentian pertama mereka adalah restoran yang biasa Gemma kunjungi bersama Jo. Restoran ini selalu penuh pada jam makan siang, dan kebanyakan pengunjungnya adalah mahasiswa serta pekerja kantoran yang tengah mengambil jam istirahat.Gemma hanya bisa menggerutu dalam hati saat berpasang-pasang mata memandang lapar ke arah Nero, seolah dia adalah hidangan utama di tempat ini. Jika hal ini terjadi pada Jo, Gemma pasti akan mengomel dan memelototi gadis-gadis genit itu.“Kau mau duduk di mana?” tanya Nero. Mereka berhenti di tengah-tengah restoran dan menjadi pusat perhatian seperti pohon natal dengan lampu berkelap-kelip.Gemma memandang ke sekeliling dengan gusar sebelum mencengkeram lengan Nero dan mengajaknya ke jajaran bangku di luar restoran. “Di sini saja,” ucap Gemma, yang kemudian menyeret sebuah bangku di dekat mereka dan menyuruh Nero untuk duduk.Nero menyunggingkan senyum kecil di satu sudut bibirnya sebelum dia duduk dan senyuman itu tak kunjung hilang saat Gemma duduk d
Sepertinya Gemma baru saja terlelap saat ponselnya berdering nyaring. Suaranya seperti alarm pengganggu yang membuat Gemma melenguh malas. Dia mengulurkan tangan dan meraba-raba ke atas nakas untuk mencari benda berisik itu. Gemma membuka mata yang masih terasa berat untuk mencari tahu siapa manusia yang berani mengganggu tidurnya. Di layar ponsel tertera nama Purity. Gemma melirik ke sudut layar ponsel dan mendapati bahwa sekarang sedang masuk jam sibuk perpustakaan. Mungkin Purity membutuhkan bantuannya. “Ada apa?” Suara Gemma parau karena tenggorokannya terasa sekering padang pasir. “Ada yang mencarimu.” “Siapa?” Gemma bertanya sembari berguling di atas ranjang. Satu tangannya menyibak gorden untuk melihat langit. Hari ini cerah. Suasananya terasa begitu damai hingga Gemma tak percaya bahwa semalam baru saja terjadi tragedi mengerikan di King’s Door. Setelah ini dia akan menelepon Jo untuk mengetahui perkembangan terbaru soal kejadian semalam. “Lelaki yang mengantarmu tadi.” “H
Brak! Daun pintu terbanting menutup di hadapan Gemma dan Lysis. Mereka saling berpandangan, mengembuskan napas panjang yang merupakan wujud dari rasa sabar. Paling tidak, penolakan di hari ini tak sebanyak hari-hari kemarin. Lysis memeluk setumpuk selebaran di satu tangan, sedangkan tangan yang lain menenteng tas plastik berisi bahan makan malam mereka hari ini. "Kita coba beberapa rumah lagi?" tanya Lysis dengan enggan. Wajahnya berubah cerah saat Gemma menggeleng. Gemma memandang lekat-lekat selebaran yang ia genggam hingga kusut. PERSIAPKAN MASA DEPAN ANAK-ANAK ANDA, DENGAN MENJADI ARCHTURIAN SEJATI Judul selebaran yang ia buat dengan memutar otak habis-habisan. Tetapi penolakan yang ia dan Lysis alami bukan semata-mata karena judul yang buruk, ini lebih kepada para orang tua di Fiend yang memang tak pernah berpikir jauh untuk anak-anak mereka. "Padahal sedang promo gratis …," bisik Gemma, suaranya terdengar hampa. Mereka be
Ketimbang membuang waktu untuk mencari pintu utama, Nero, Jo, dan Pelayan memutuskan untuk keluar melalui jalan mereka masuk, dari penjara di bawah tanah, dan mengambil jalan memutar.Kaki mereka tak tahan untuk tidak berlari, tak mau ketinggalan untuk ambil bagian dalam apapun yang tengah terjadi saat ini.Langkah Pelayan tiba-tiba berhenti, dan dua orang yang bersamanya ikut berhenti."Ada apa?" tanya Nero, dan Jo menjawab pertanyaan itu dengan pertanyaan."Kau tidak mendengarnya?""Apa?"Nero memasang telinganya baik-baik. Tapi tak ada yang begitu ganjil dalam pendengarannya sampai harus membuatnya berhenti. Ia memasang wajah tak mengerti dan Jo dengan tidak sabar memberikan penjelasan."Suara itu, seperti ada kaca yang sangat besar retak dan berhamburan."Nero menggeleng, ia tak mendengar suara semacam itu."Pelindungnya telah hancur." Kini Pelayan yang berbicara, dan baru saja dia selesai berucap, langit malam dipen