"apa yang kau lihat di atas sana, Anaxtra?" tanya Peter penasaran.
"Apakah di atas lebih indah dari sini ?" Lilia menyela dengan tidak sabar.
Anaxtra menghela nafas, dia ingin sekali menceritakan apa yang baru saja dilihatnya, namun dia mengurungkan niatnya ketika ayahnya juga bertanya.
"Bagaimana menurutmu Papan Selancar itu, apakah sudah berfungsi dengan sempurna ?"
"Aku rasa ini sudah berfungsi dengan baik, ayah".
Syemin tersenyum dengan puas.
"Buatkan satu untukku, Paman" kata Peter.
"Aku juga, Paman" kata Lilia tak mau kalah.
"Hai...kau anak perempuan, kenapa kau selalu ingin bersaing dengan kami" protes Peter.
Lilia menjulurkan lidahnya, "selama Paman bersedia, kenapa kamu yang keberatan".
Peter tidak bisa berkata lagi.
"Kalian tidak perlu bertengkar, aku pasti akan membuatkannya untuk kalian" Syemin berkata untuk melerai keributan dua bersaudara itu.
Lilia melompat kegirangan.
"Anaxtra, berikan Papan Selancar itu padaku !, Aku akan segera pulang untuk membuatkan beberapa lagi."
Anaxtra turun dari Papan Selancar yang masih di naikinya.
"Mungkin ayah masih bisa memodifikasi alat ini, seperti menambah senjata laser misalnya. Atau menambah lampu anti kabut untuk pencahayaan jika berkendara di malam hari". Kata Anaxtra kemudian.
Syemin berpikir sejenak,
"akan aku pikirkan" ucapnya sambil menaiki Papan Selancar itu.
"Lilia, kau pulanglah ikut bersama ayah, aku dan Peter masih ingin disini untuk sedikit berlatih"
Lilia sedikit ragu.
"Ayo naiklah, sekalian paman ingin mencoba kemampuan daya angkut alat ini." Kata Syemin menyetujui.
Lilia mengakat bahunya, "baklah"
Lalu tanpa ragu Lilia naik ke papan selancar, dia berdiri dibelakang Syemin dan mensejajarkan kedua kakinya dengan kaki Syemin.
"Berpeganglah padaku, kita akan segera berangkat" kata Syemin.
Papan Selancar itu kemudian mengapung dan segera meluncur meninggalkan Anaxtra dan Peter yang masih berdiri disana.
Tidak ada perubahan yang signifikan,Papan Selancar itu tetap berfungsi dengan sempurna, hanya daya apungnya yang sedikit berkurang. Jika di naiki satu orang, ketinggiannya bisa mencapai 10 meter. Namun karna ada dua beban, ketinggiannya hanya bisa sebatas 6 meter.
Tapi itu lebih baik dari sebelum dipasang sensor, karna sebelumnya hanya mampu mengapung setinggi 7 meter untuk satu penumpang, dan menurun menjadi 5 meter dengan 2 penumpang.
Sepeninggal Ayahnya dan Lilia yang menghilang di antara pepohonan hutan Lembah dieng. Anaxtra tiba-tiba melompat ke tengah sungai, setelah kakinya menginjak batu besar yang berada di tengah sungai, tumbuhnya kembali melayang ke atas dan bersalto di udara.Anaxtra mengeluarkan tiga kali tembakan laser dari tangan kirinya ke arah pepohonan yang berada jauh di tepian sungai itu. Pohon besar yang terkena tembakan itu langsung tumbang dengan sisi yang hancur.Tubuh Anaxtra kembali mendarat ke batu tempat dia berpijak tadi, kali ini dia kembali melakukan lompatan lagi, namun berbeda dengan lompatan tadi, dia melakukan lompatan ke belakang dan kembali bersalto sambil berkata,"Ayo Peter, bermainlah bersamaku"Lalu Anaxtra mengambil benda mirip korek api yang terselip di paha kanannya.Benda itu hanya memiliki panjang tidak lebih dari 15 cm. Ketika benda itu berada digenggaman Anaxtra, seketika benda itu memancarkan cahaya memanjang berukuran 1 meter
Anaxtra dan Peter merebahkan tubuhnya menatap ke langit, seluruh badan mereka basah oleh keringat yang bercampur cipratan air sungai yang sesekali memercik ke tubuh mereka."Kecepatanmu sungguh luar biasa, aku selalu tertinggal jauh jika mengikuti gerakanmu" kata Peter memuji Anaxtra."Kekuatanmu juga lumayan naik pesat, aku kewalahan jika harus menghadapimu hanya mengandalkan kekuatan saja".Mereka tertawa bersama lalu kemudian hening memandang langit dengan gumpalan langit putih."Anaxtra, apa sebenarnya yang kau liat di atas sana." Tanya Peter kemudian.Anaxtra menoleh ke arah Peter."Peter, mungkin di luar sana ada kehidupan lain selain kita."Peter menatap serius ke arah Anaxtra,.Sementara Anaxtra bangun dengan posisi masih duduk. Peter juga ikut bangun dari rebahnya.Dengan tatapan yang menerawang Anaxtra bercerita."Diatas sana seperti layaknya Lembah ini, ada daratan yang membentang, namun memiliki suhu y
Berita Anaxtra berhasil menaiki Tebing Dieng tersebar dengan cepat ke seluruh penghuni Lembah. Keberhasilannya tak lepas dari Papan Selancar yang mengalami perkembangan cukup signifikan. Kebanyakan warga lembah menantikan sebuah transportasi yang dapat membawa mereka ke permukaan. Meskipun ada beberapa yang tidak setuju dengan dunia di luar lembah.Bukan lagi sebuah rahasia, desas-desus adanya kehidupan lain di luar lembah sudah menjadi kepercayaan yang turun temurun.Beberapa warga pagi-pagi sudah berkumpul di depan rumah Syemin, mereka ingin melihat bagaimana Anaxtra, Peter dan Lilia mengoperasikan alat transportasi tersebut.Selang beberapa waktu kemudian, Syamin dan ketiga remaja itu kekuar dengan membawa Papan Selancar masing-masing."Syemin, apakah kau akan membiarkan anak-anak kita bermain terlalu jauh dengan barang mainanmu itu?" Kata seorang laki-laki di antara kerumunan warga yang berkumpul."Kau tak perlu mengkhawatirkan mereka, mereka s
Seperti halnya perangkat smartwatch yang berintegrasi dengan ponsel, cara kerja Papan Selancar hampir sama. Perbedaan yang mendasar hanyalah tubuh Anaxtra sediri yang berfungsi operating sistemnya, dan Papan selancar adalah bagian aksesoris yang mendapat perintah sepenuhnya."Aku beri nama Papan Selancarku dengan sebutan Alpha" kata Anaxtra setelah melakukan sinkron dan setting pada Papan Selancar miliknya."Papan selancarku, ku beri nama Beta" sahut Peter."Kalau begitu aku juga akan memberi nama Charli" Lilia tak mau kalah.Syemin tersenyum puas."Hei siapa yang memberi ijin kepadamu untuk ikut bersama kita, kau seorang perempuan" protes Peter.Lilia menjulurkan lidahnya, "aku tak perlu meminta ijin kepada siapapun untuk terbang kemanapun aku mau"Anaxtra hanya memandang ke arah ayahnya, seakan meminta penjelasan kepadanya."Kalian tak perlu mengkhawatirkannya,, meskipun dia seorang perempuan, namun kemampuannya dalam hal pem
Sementara jauh di atas permukaan Lembah Dieng, 5 pesawat terbang dengan cepat menuju ke sebuah kubah raksasa. Pesawat itu tidak terlalu besar,hanya seukuran mobil Ferrari yang balapan di Formula 1.Mengunakan sayap layaknya pesawat tempur, pesawat ini hanya memiliki dua tempat duduk, satu di depan sebagai pengemudi dan satu lainnya dibelakang sebagai penumpang atau bisa digunakan untuk navigator maupun penembak jika sedang kondisi bertempur.Kelima pesawat itu mendarat di hanggar dalam kubah, lalu seorang perempuan turun di ikuti 4 orang lainnya dengan senjata laras panjang yang terhantung di punggungnya, sepertinya 4 orang yang mengikuti perempuan itu adalah pengawalnya.Mereka lalu berjalan menyusuri sebuah lorong dan menuju ke sebuah ruang besar. Ruang besar itu terlihat seperti ruang pertemuan pada jaman ke kaisaran.Sementara dalam ruangan itu telah duduk seorang laki-laki berpenampilan layaknya raja-raja yang duduk di singgahsana. Dia lah Zack, sang
Anaxtra, Peter dan Lilia telah keluar dari dasar Lembah Dieng. Mereka berhenti sejenak di depan mulut tebing."Kalian bisa merasakan perbedaan suhu antara disini dan tempat tinggal kita,kan " kata Anaxtra.Lilia dan Peter memandang sekeliling,"Aku rasa tidak terlalu buruk, tempat ini terasa lebih hangat di banding di bawah" kata Lilia berseloroh."Jangan asal bicara gadis bodoh" hardik Peter."Apakah kau tidak merasakan udara yang terlalu panas? , Bahkan paru-paruku terasa terbakar dengan udara yang tak biasa ini" lanjut Peter."Aku rasa Peter benar, kadar oksigennya terlalu buruk disini, dan yang aku tau,semakin tinggi dataran yang kita lewati,seharusnya hawanya semakin dingin karena terjadi kerapatan udara." Kata Anaxtra menjelaskan.Lilia mengangkat bahunya, "kita tak akan tahu apa-apa jika hanya berdiri di sini, bagaimana jika kita sedikit berkeliling di sekitar sini"."Baiklah, tapi aku akan menadai dulu tempat ini sebaga
Pada dasarnya, Lembah Dieng merupakan bagian dari Ring of Fire. Sepanjang jalan yang di lalui Anaxtra adalah jalur pegunungan gunung berapi yang aktif.Setelah melewati beberapa perbukitan, Anaxtra bisa melihat Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing yang bersebelahan.Anaxtra mengarahkan Alpa sedikit ke kanan ke arah gunung Merapi yang belum terlihat, perhatiannya terusik pada sebuah gundukan berbentuk bujur sangkar yang berundak.Anaxtra mengurangi kecepatannya kemudian berhenti di atas gundukan bebatuan itu."Apakah kalian tidak merasa aneh dengan bentuk bebatuan ini ?" Tanya Anaxtra kepada Peter dan Lilia."Sepanjang jalan yang kita lewati semuanya aneh, kenapa kau masih bertanya" Jawab Peter."Tidak, tempat yang kita pijak sekarang berbeda" bantah Anaxtra"Kalian lihatlah dengan teliti, bentuk dari gundukan ini seperti bujur sangkar, dan ini terjadi pasti bukan kebetulan""Maksudmu ada orang yang membuatnya?" Tebak L
Anaxtra berjongkok dan mengambil segenggam tanah."Tanah yang kita pijak ini memang bukan tanah, ini lebih mirip pasir atau serpihan abu yang mengeras karna waktu yang lama" kata Anaxtra"Menurut catatan yang pernah aku baca, dulu di sebuah negara bernama Indonesia ada sebuah kuil terbesar di Dunia bernama Borobudur, kuil ini dibangun hampir 2000 tahun yang lalu pada masa Wangsa Syailendra, sempat terkubur hampir 1000 tahun ketika bangsa Indonesai berhasil menemukan kembali dan melakukan perbaikan karna bangunannya banyak yang rusak"Peter dan Lilia yang mendengarkan penjelasan Anaxtra ikut berjongkok."Aku juga pernah membaca cerita itu, aku berfikir kalau cerita Borobudur hanyalah sebuah karangan fiksi" imbuh Peter."Jika benar gundukan ini adalah Borobudur, seharusnya ada Setupa besar di tengah gundukan itu.""Kamu benar" kata Anaxtra"Borobudur sendiri merupakan sebuah kuil tempat beribadat umat buddha,bukan hanya penduduk I
Suara ledakan yang ditimbulkan oleh bom yang dilemparkan Toni menciptakan guncangan yang sangat dahsyat, getaran dan kerusakan yang ditimbulkan memicu sistem alarm di kediaman Albert. Tot! ... tot! … tot! Lampu menyala merah diiringi raungan sirine di ruangan laboratorium bawah tanah tempat Lilia dan Peter berada untuk menjaga Princess Sabrina. “Suara apa itu?” tanya Peter yang merasakan getaran diiringi suara alarm yang menggema. Lilia hanya menatap ke arah Peter seakan sama-sama mencari jawaban. “Pasti sesuatu telah terjadi di atas sana,” ucap Princess Sabrina yang tanpa sepengetahuan Peter dan Lilia sudah duduk di atas tempat tidurnya. “Sabrina?” ucap Peter dan Lilia bersama-sama karena terkejut melihat Princes Sabrina yang sudah siuman. Sabrina bangkit dan menoleh ke kanan dan ke kiri seperti mencari sesuatu, setelah melihat sebuah layar monitor yang berada di atas meja yang tak jauh dari tempat duduk Peter dan Lilia, Sabin
Satu regu pasukan elit segera dikerahkan menuju kediaman Albert, regu yang beranggotakan 30 pasukan darat dan 10 pasukan udara dipimpin langsung oleh Hans. Dari ke-30 pasukan darat, Hans hanya membawa 20 orang untuk bersamanya, sementara 10 yang lain disiagakan diatas kendaraan masing-masing, sedangkan 10 pasukan udara tetap berjaga di atas untuk menjaga kemungkinan kaburnya dari atas.“Hai…ada apa ini?” tanya seorang pengawal yang berjaga di kediaman Albert.“Buka pintunya jika kalian ingin selamat,” ucap Hans dengan arogan.“Ini kediaman Tuan Albert, bagaimana mungkin Tuan Hans bisa seenaknya memberi perintah kepada kami?”Zaaaap!Sebuah tembakan laser langsung merobohkan penjaga itu. Sementara seorang penjaga lainnya tak bisa berbuat apa-apa dan hanya menuruti perintah Hans.“Cepat buka pintunya!”“Ba—baik, Tuan Hans.”Setelah pintu terbuka, Hans kembal
Ruang kantor HansTubuh Evan ditarik secara paksa oleh dua orang pengawal yang membawanya menemui Hans. Setelah mereka sudah sampai di depan Hans, tubuh Evan didorong dengan hingga jatuh bersimpuh di kaki Hans. Hans sendiri hanya berdiri di tepi tembok kaca sambil menatap keluar memperhatikan suasana Kota Sludge City yang masih dipenuhi lalu-lalang para prajurit yang mencari keberadaan Anaxtra.“Kemana perginya Rudi dan Riris?” tanya Hans dengan dingin tanpa melihat ke arah Evan.“A—aku tidak tahu, Tuan!” jawab Evan dengan terbata, “Mereka membuatku tak sadarkan diri sebelum meninggalkanku dan membawa ayah serta Riris pergi?”“Siapa yang telah membawa mereka?”“Ju—Juan dan A—Anaxtra.”“Hmmmm! … Bocah asing itu, ternyata,” ucap Hans sambil berbalik menatap Juan.“Bagaimana dia bisa bersama Juan? Pantas s
Dug!Sebuah pukulan keras bersarang di perut Rudi."Katakan yang jelas Rudi? jangan berbelit-belit dan membuatku benar-benar marah!"Rudi berdiri terhuyung-huyung setelah mendapat pukulan dari Juan."Aku mengatakannya dengan jujur, Juan!" kilah Rudi."Benar, Juan! Ayahku sama sekali tidak bernohong," bela Riris sambil membantu Rudi berdiri."Lalu bagaimana kau bisa selamat dari senjata laser milik Hans?" tanya Anaxtra.Rudi mengatur napasnya yang masih tersengal-sengal."Itu tidak ada hubungannya dengan Rhinoceros, aku hanya mengarang cerita agar Hans membiarkanku pergi berburu keluar Slude City untuk menemukan Rhinoceros.""Aku memang terkena senjata laser milik Hans yang mengandung racun CO yang bisa menggerogoti tubuhku secara perlahan-lahan, namun yang menyembuhkanku bukanlah karena aku memakan penawar yang terbuat dari cula Rhinoceros.""Aku sengaja membuat cerita kepada Hans bahwa aku telah menemukan obat yang bisa menangka
Pesawat Juan segera meninggalkan kediaman Evan bersama Rudi dan Riris yang ikut di dalamnya.Meskipun keamanan Sludge City sedang ketat, bagi Juan untuk keluar dari Sludge City sangatlah mudah, terlebih Albert menginstruksikan anak buahnya untuk tidak mempersulit Juan. "Dimana kau terakhir menemukan Rhinoceros, Rudi?" tanya Juan begitu pesawat mereka sudah jauh meninggalkan Sludge City.Rudi tak segera menjawab."Jangan membuatku kehilangan kesabaran, Rudi!" hardik Anaxtra yang duduk di antara Rudi dan Riris."Cepat kau beri tahu Juan kemana kita harus pergi!".Rudi hanya menunduk."Juan, bisakah kau membawa pesawat ini ke sumber pengeboran Lapindo?" sela Riris."Apakah kau ingin main-main dengan kami?" tanya Juan sinis."Tentu saja, tidak." jawab Riris gugup. Namun pada saat bersamaan, pintu pesawat Juan di sisi dekat Riris terbuka, detik berikutnya Anaxtra mendorong tubuh Riris keluar, namun tangannya masih sempat memegang tangan Riris untuk menahan
Rudi dan Riris yang sedang duduk di kursi tamu, terkejut melihat kejadian yang begitu cepat, mereka serempak berdiri sambil mata mereka menatap ke arah Anaxtra dan Juan yang telah berdiri tegak di depan mereka. “Anaxtra?” gumam Rudi, sementara Riris juga tak bisa menyembunyikan keterkejutannya. “Anaxtra? Bagaimana kau bisa bersama Juan?” “Apakah kalian tidak suka melihatku?” ucap Anaxtra sambil berjalan mendekati Rudi melewati tubuh Evan yang masih jatuh terduduk di lantai. “Ma---ma---mau apa kalian?” tanya Rudi dengan terbata, tubuhnya menyurut ke belakang. “Aku rasa ada sesuatu yang harus kita bicarakan, Rudi?” ucap Anaxtra. “Ada apa ini? Kenapa kalian begitu agresif?” ucap Riris pura-pura tidak tahu. Anaxtra mengernyitkan keningnya, “Ada apa? Harusnya aku yang bertanya kepada kalian, apa sebenarnya yang kalian rencanakan?” Pada saat Anaxtra terus berjalan mendekati Rudi, Evan yang berada di belakang An
Seluruh prajurit Sludge City telah dikerahkan menyisir tiap jengkal sudut kota untuk menemukan keberadaan Anaxtra dan teman-temannya, Seluruh pintu keluar kota dijaga dengan sangat ketat.Sementara dari atap kediaman Albert, sebuah pesawat meluncur meninggalkan landasan menuju pusat perkotaan Sludge City.“Bagaimana rencanamu Anaxtra?” tanya Juan, matanya masih menatap ke depan memperhatikan jalanan.“Pertama kita harus menemukan Rudi, mungkin kita bisa mendapatkan petunjuk darinya.”“Saat ini penjagaan Sludge City sangat ketat, aku rasa kita tak bisa langsung mendatangi kediaman Rudi, apalagi saat ini keberadaanmu masih dalam pencarian, aku yakin Hans pasti menempatkan orangnya untuk mengawasi gerak-gerik Rudi.”Anaxtra berpikir sejenak.“Bukankah kau memiliki kontak Riris? Kenapa kau tak mencoba menghubunginya?”“Itu juga yang sedang aku pikirkan, tapi kita perlu se
Anaxtra tertegun, banyak peristiwa yang telah terjadi dan menimpanya dan teman-temannya selama perjalanan keluar dari Lembah Dieng, semuanya begitu rumit.“Sepengetahuanku, status sosial Rudi tidak seperti kalian; pejabat pemerintahan Sludge City, bagaimana Rudi bisa berhubungan dengan Hans?” tanya Peter.Untuk kesekian kalinya Albert menarik nafas dalam-dalam. Setelah menghembuskanya dengan berat, Albert kembali berkata.“Cerita ini sebenarnya rahasia yang tersimpan selama beberapa puluh tahun yang lalu, dimana Rudi masih menjabat sebagai Kepala Dinas Kependudukan Sludge City.”“Jadi dulu Rudi pejabat Sludge City?”Albert hanya mengangguk.“Hingga suatu hari Rudi memergoki Hans yang sedang menggoda istrinya, karena takut Rudi dan istrinya melaporkan perbuatannya kepada Lord Zack, Hans menembak Istri Rudi dengan lasernya, beruntung Rudi masih bisa menghindarinya meskipun terkena sedikit. Istri Rudi p
Kabar meninggalnya Princess Sabrina saat menghadapi Parathel sudah resmi diumumkan pihak pemerintah Sludge City. Sebagai salah satu pembesar di pemerintahan, berita ini tentu sudah masuk ke telinga Albert.“Bagaimana dia bisa berada di sini?” tanya Albert.“Ceritanya panjang, Paman! Ini semua tak lepas dari akal busuk Hans,” jawab Anaxtra.“Sebaiknya kau ceritakan semuanya, Anaxtra! Aku juga belum mendengar cerita lengkapnya darimu,” sela Juan.Anaxtra menarik nafas berbarengan dengan Albert yang mengambil kursi untuk ia duduk.“Awalnya kami pergi bersama-sama untuk menghalau Monster Channa Argus di pinggiran Sludge City; Sabrina Bersama empat pengawalnya termasuk John, dan satu regu pasukan. Sementara aku, Lilia dan Peter yang saat itu sebagai tawanan mereka hanya menyaksikan.”“Namun sekelompok Monster Channa Argus itu terlalu kuat untuk pasukan Sludge City yang hanya bebe