"Aku tidak tau secara pasti," ucap John, "yang aku dengar, monster ini, selain sangat besar dan kuat, dia memiliki 4 pasang kaki yang sangat kokoh dan tajam, sedang tangannya berbentuk capit dengan gerigi tajam di bagian dalamnya."
"Hampir sebagian bangunan di sisi utara Sludge City porak poranda olehnya, saat ini makhluk itu terus beregerak ke pusat kota."
Sesaat Sabrina menatap John dengan pandangan nyaris tak percaya,
"Aku harus menemui ayah," ucap Sabrina seraya bergegeas bangkit.
"Jangan, Sabrina! tubuhmu masih sangat lemah," kata John terus mencegah Sabrina.
"Lagi pula seluruh prajurit kota sudah dikerahkan untuk menghalau monster itu."
"Apakah mereka berhasil menghalau Monster itu?"
John tidak bisa menjawab pertanyaan Sabrina.
Melihat keraguan di wajah John, tanpa menunggu lama Sabrina berjalan keluar kamar dengan tergesa-gesa. Sementara John hanya bisa mengikuti Sabrina dari belakang.
Pesawat John dan Sabrina meluncur meninggalkan pusat kota menuju tempat munculnya Monster.Sementara di lokasi munculnya monster itu sendiri banyak prajurit Sludge City yang sudah berkumpul mengawasi pergerakan Monster.Sedangkan para masyarakat sipil, sudah lama meninggalkan lokasi itu termasuk Paul, riris dan Evan.Sabrina mengurangi kecepatan pesawatnya yang diikuti John yang terbang tak jauh darinya."Kita lihat situasinya dulu dari sini, John!" ucap Sabrina sambil mengaktifkan mode melayang pada pesawatnya. Mode ini merupakan posisi netral dimana pesawat hanya mengambang di udara."Apakah itu Kau, Sabrina?" terdengar suara Hans dari jalur komunikasi di pesawat Sabrina."Tentu saja aku, kau tak pernah becus dalam bekerja," jawab Sabrina dengan ketus.Itu sangat wajar dilakukan Sabrina, dia masih menyimpan dendam terhadap Hans yang melumpuhkannya dengan senjata listrik saat berusaha menangkap Anaxtra."Hai! apaka
"Apakah kau melihatnya, John?" tanya Sabrina dari mikropon."Sulit dipercaya, Sabrina. Bahkan roket tak membuatnya bergeming sama sekali" ucap John"Ini baru permulaan, kalian tak perlu mengejekku," tukas Hans yang juga berada di saluran komunikasi mereka.[Semua unit darat bergerak, serang bagian bawah Monster itu!]Tiba-tiba terdengar suara berwibawa dari saluran yang lain.[Hati-hati dalam bergerak, meskipun Monster itu besar, namun gerakannya sangat lincah]"Paman, Albert!" sapa Sabrina."Apa yang akan kau lakukan dengan pasukan daratmu?"[Kau kah yang berbicara itu, Sabrina?] jawab Albert"Iya, Paman, apa rencanamu saat ini?"[Aku akan mencoba mencoba menyerang Monster itu dari bawah]Sementara pasukan di bawah komando Albert bergerak mendekati monster itu dari bawah, puluhan mobil tank bersenjatakan laser mencoba mendekati Monster itu melewati puing-puing bang
Sementara jauh di dasar tanah, Anaxtra, Lilia dan Peter sudah masuk kedalam mobil yang di kendarai Juan, mobil itu seperti mobil pada umumnya dengan mesin bor besar yang terpasang di depan dan belakang."Dari mana kita akan mulai, Anaxtra?" tanya Juan kepada Anaxtra yang duduk di sebelahnya, sementara Peter dan Lilia duduk di belakang mereka."Kita ikuti sungai ini saja dulu.""Baiklah." Juan pun menyalakan mesin mobilnya, sementara pintu tembok kaca yang menjadi pembatas antara ruangan dan sungai tiba-tiba terbuka, mobil pun merangsak maju dan langsung terjun ke dalam sungai.Layaknya kapal selam, mobil yang dikendarai Juan pun segera masuk ke dalam sungai dan terus bergerak menyusurinya."Di depan sepertinya mulai menempit, anaxtra. Aku yakin di permukaan ini adalah dinding batu yang sulit untuk ditembus.""Selama ada rongga tempat mengalirnya air, aku yakin dinding ini bisa ditembus.""Baiklah, aku akan
Srek! Srek! Srek! Srek! Srek! Srek!Terlihat makhluk itu seperti sedang berdiri dengan keenam kakinya, sementara sepasang kaki di antaranya melakukan gerakan seperti sedang menggaruk-garuk tanah, pada saat yang bersamaan, keluar mahkluk-makhluk kecil launnya dari tubuh bagian bawahnya."Makhluk apa itu, Anaxtra?" tanya Juan heran."Entahlah, bentuknya sama persis dengan kepiting, tapi ini adalah air tawar, kemungkinan dia kepiting air tawar," papar Anaxtra."Benar! itu adalah Ketam," sela Lilia"Ketam adalah kepiting air tawar, dia dianggap sebagai hama oleh petani jaman dulu karena kebiasaannya membuat lubang di saluran irigasi.""Hmmm, pantas saja, tadi kita melihat banyak lubang sepanjang sungai yang kita lewati barusan.""Tapi bagaiman makhluk itu bisa sebesar ini, Lilia?" ucap Peter yang dari tadi hanya terdiam."Bermutasi!" ucap Lilia"Ketam ini pasti bermutasi, makanannnya adalah bahan-bahan organik,
Pada saat perhatian Sabrina tertuju pada mobil Juan yang baru keluar dari tanah, tiba-tiba capit Parathelpusa menyambar pesawat Sabrina. "Awas! Sabrina!" teriak John memperingatkan.Namun Sabrina yang dalam kondisi lengah hanya bisa memiringkan pesawatnya, namun Parathelpusa yang besar dan kuat berhasil mengenai bagian belakang pesawat Sabrina.Tak ayal pesawat Sabrina terpental dengan gerakan berputar-putar. Sementara Sabrina sudah terlempar lepas dari pesawat yang di naikinya. "Sabrina?" gumam Anaxtra dan Juan secara bersamaan dari dalam mobil yang sudah berada di atas permukaan tanah. "Buka pintunya!" ucap Anaxtra yang langsung mendorong pintu mobil dan segera melompat. Dalam satu lompatan, tubuh Anaxtra langsung melesat menyongsong tubuh Sabrina yang masih melayang sebelum jatuh ke tanah.Anaxtra berhasil menangkap tubuh Sabrina dan kembali mendarat ke atas tanah dengan selamat. "Anaxtra?" gumam Sabrina sambil memeluk tubuh Anaxtra dengan
Meskipun Parathel memiliki gerakan yang sangat cepat, namun sejatinya Parathel memiliki sisi lemah dari struktur kakinya yang melengkung keluar. Selain itu, gerakan lutut dan sendi yang sangat terbatas, membuat Parathel hanya bisa bergerak dengan cepat jika berjalan ke samping, namun bukan berarti dia tidak bisa berjalan maju, meskipun geraknya sangat lambat, Parathel masih bisa maju dan melompat, namun sangat terbatas.Anaxtra dan Peter mendarat tepat di depan Parathel. Ketika kedua capit Parathel menyerang mereka, dengan satu pijakan, keduanya kembali melayang ke atas punggung Parathel melewati kepalanya. Kepala Parathel sendiri terletak di bagian bawah punggungnya yang tertutup Carapace. Carapase sendiri merulakan lapisan kulit luar yang sangat keras menyerupai tempurung yang menjadi perisai organ dalam dari Parathel.Criiiiig!Peter menebaskan pedangnya ke punggung Parathel, seketika percikan api keluar dari gesekan pedangnya dengan tubuh Parathel.Namu
Anaxtra dan Peter secara bersama-sama melompat ke depan Parathel, tepat ketika kaki mereka baru mendarat di atas tanah, Paratel menggerakan kedua capitnya ke arah keduanya. "Berpencar!" teriak Anaxtra. Peter segera melompat ke sisi kiri Parathel, sementara Anaxtra melompat ke sisi sebelah kanan. Serangan sepasang capit Parathel hanya mengenai ruang kosong. Parathel kembali melakukan serangan dengan masing-masing capitnya menyerang ke arah Anaxtra dan Peter. Karena posisi Anaxtra dan Peter saling berlawanan, maka kedua capit Parathel merenggang dan melebar yang membuat Parathel membuka tubuh bagian dalamnya. Pada saat capit Parathel menyerang, Anaxtra dan Peter langsung melompat ke atas membuat capit Parathel terus mengikutinya. Booooom! Tiba-tiba terdengar sebuah ledakan ketika terlihat sebuah sinar ke luar dari mobil Juan dan langsung mengenai tubuh Parathel bagian bawah yang lunak. Seketika
Lilia merasa canggung dengan pertanyaan Princess Sabrina."Sebenarnya..." Lilia menggantung kalimatnya."Sebenernya aku dan Sabrina berteman baik, meskipun kami dijodohkan, sebenarnya kami hanya mengikuti pengaturan dari para orang tua kami," sela Juan.Semua yang mendengar ucapan Juan langsung menoleh ke arahnya karena tak menyangka berkata seperti itu."Kenapa kalian semua memandangku seperti itu? ucap Juan melihat reaksi orang-orang di sekitarnya, namun tidak bagi Princess Sabrina. Dengan santai Princess Sabrina berkata."Aku sudah bersama Juan dari kecil, bermain dan mengungkapkan mimpi masing-masing."Princess Sabrina berhentu sesaat."Salah satu impian kami adalah bisa menemukan kehidupan yang lebih baik, tapi bukan sebagai suami istri.""Aku tidak tau apakah kalian mengerti apa yang aku pikirkan, tapi aku dan Juan benar-benar ingin memeliki kehidupan lain, kebudayaan lain, atau mungkin manusia lain seperti kalian."Sesaat mereka te
Suara ledakan yang ditimbulkan oleh bom yang dilemparkan Toni menciptakan guncangan yang sangat dahsyat, getaran dan kerusakan yang ditimbulkan memicu sistem alarm di kediaman Albert. Tot! ... tot! … tot! Lampu menyala merah diiringi raungan sirine di ruangan laboratorium bawah tanah tempat Lilia dan Peter berada untuk menjaga Princess Sabrina. “Suara apa itu?” tanya Peter yang merasakan getaran diiringi suara alarm yang menggema. Lilia hanya menatap ke arah Peter seakan sama-sama mencari jawaban. “Pasti sesuatu telah terjadi di atas sana,” ucap Princess Sabrina yang tanpa sepengetahuan Peter dan Lilia sudah duduk di atas tempat tidurnya. “Sabrina?” ucap Peter dan Lilia bersama-sama karena terkejut melihat Princes Sabrina yang sudah siuman. Sabrina bangkit dan menoleh ke kanan dan ke kiri seperti mencari sesuatu, setelah melihat sebuah layar monitor yang berada di atas meja yang tak jauh dari tempat duduk Peter dan Lilia, Sabin
Satu regu pasukan elit segera dikerahkan menuju kediaman Albert, regu yang beranggotakan 30 pasukan darat dan 10 pasukan udara dipimpin langsung oleh Hans. Dari ke-30 pasukan darat, Hans hanya membawa 20 orang untuk bersamanya, sementara 10 yang lain disiagakan diatas kendaraan masing-masing, sedangkan 10 pasukan udara tetap berjaga di atas untuk menjaga kemungkinan kaburnya dari atas.“Hai…ada apa ini?” tanya seorang pengawal yang berjaga di kediaman Albert.“Buka pintunya jika kalian ingin selamat,” ucap Hans dengan arogan.“Ini kediaman Tuan Albert, bagaimana mungkin Tuan Hans bisa seenaknya memberi perintah kepada kami?”Zaaaap!Sebuah tembakan laser langsung merobohkan penjaga itu. Sementara seorang penjaga lainnya tak bisa berbuat apa-apa dan hanya menuruti perintah Hans.“Cepat buka pintunya!”“Ba—baik, Tuan Hans.”Setelah pintu terbuka, Hans kembal
Ruang kantor HansTubuh Evan ditarik secara paksa oleh dua orang pengawal yang membawanya menemui Hans. Setelah mereka sudah sampai di depan Hans, tubuh Evan didorong dengan hingga jatuh bersimpuh di kaki Hans. Hans sendiri hanya berdiri di tepi tembok kaca sambil menatap keluar memperhatikan suasana Kota Sludge City yang masih dipenuhi lalu-lalang para prajurit yang mencari keberadaan Anaxtra.“Kemana perginya Rudi dan Riris?” tanya Hans dengan dingin tanpa melihat ke arah Evan.“A—aku tidak tahu, Tuan!” jawab Evan dengan terbata, “Mereka membuatku tak sadarkan diri sebelum meninggalkanku dan membawa ayah serta Riris pergi?”“Siapa yang telah membawa mereka?”“Ju—Juan dan A—Anaxtra.”“Hmmmm! … Bocah asing itu, ternyata,” ucap Hans sambil berbalik menatap Juan.“Bagaimana dia bisa bersama Juan? Pantas s
Dug!Sebuah pukulan keras bersarang di perut Rudi."Katakan yang jelas Rudi? jangan berbelit-belit dan membuatku benar-benar marah!"Rudi berdiri terhuyung-huyung setelah mendapat pukulan dari Juan."Aku mengatakannya dengan jujur, Juan!" kilah Rudi."Benar, Juan! Ayahku sama sekali tidak bernohong," bela Riris sambil membantu Rudi berdiri."Lalu bagaimana kau bisa selamat dari senjata laser milik Hans?" tanya Anaxtra.Rudi mengatur napasnya yang masih tersengal-sengal."Itu tidak ada hubungannya dengan Rhinoceros, aku hanya mengarang cerita agar Hans membiarkanku pergi berburu keluar Slude City untuk menemukan Rhinoceros.""Aku memang terkena senjata laser milik Hans yang mengandung racun CO yang bisa menggerogoti tubuhku secara perlahan-lahan, namun yang menyembuhkanku bukanlah karena aku memakan penawar yang terbuat dari cula Rhinoceros.""Aku sengaja membuat cerita kepada Hans bahwa aku telah menemukan obat yang bisa menangka
Pesawat Juan segera meninggalkan kediaman Evan bersama Rudi dan Riris yang ikut di dalamnya.Meskipun keamanan Sludge City sedang ketat, bagi Juan untuk keluar dari Sludge City sangatlah mudah, terlebih Albert menginstruksikan anak buahnya untuk tidak mempersulit Juan. "Dimana kau terakhir menemukan Rhinoceros, Rudi?" tanya Juan begitu pesawat mereka sudah jauh meninggalkan Sludge City.Rudi tak segera menjawab."Jangan membuatku kehilangan kesabaran, Rudi!" hardik Anaxtra yang duduk di antara Rudi dan Riris."Cepat kau beri tahu Juan kemana kita harus pergi!".Rudi hanya menunduk."Juan, bisakah kau membawa pesawat ini ke sumber pengeboran Lapindo?" sela Riris."Apakah kau ingin main-main dengan kami?" tanya Juan sinis."Tentu saja, tidak." jawab Riris gugup. Namun pada saat bersamaan, pintu pesawat Juan di sisi dekat Riris terbuka, detik berikutnya Anaxtra mendorong tubuh Riris keluar, namun tangannya masih sempat memegang tangan Riris untuk menahan
Rudi dan Riris yang sedang duduk di kursi tamu, terkejut melihat kejadian yang begitu cepat, mereka serempak berdiri sambil mata mereka menatap ke arah Anaxtra dan Juan yang telah berdiri tegak di depan mereka. “Anaxtra?” gumam Rudi, sementara Riris juga tak bisa menyembunyikan keterkejutannya. “Anaxtra? Bagaimana kau bisa bersama Juan?” “Apakah kalian tidak suka melihatku?” ucap Anaxtra sambil berjalan mendekati Rudi melewati tubuh Evan yang masih jatuh terduduk di lantai. “Ma---ma---mau apa kalian?” tanya Rudi dengan terbata, tubuhnya menyurut ke belakang. “Aku rasa ada sesuatu yang harus kita bicarakan, Rudi?” ucap Anaxtra. “Ada apa ini? Kenapa kalian begitu agresif?” ucap Riris pura-pura tidak tahu. Anaxtra mengernyitkan keningnya, “Ada apa? Harusnya aku yang bertanya kepada kalian, apa sebenarnya yang kalian rencanakan?” Pada saat Anaxtra terus berjalan mendekati Rudi, Evan yang berada di belakang An
Seluruh prajurit Sludge City telah dikerahkan menyisir tiap jengkal sudut kota untuk menemukan keberadaan Anaxtra dan teman-temannya, Seluruh pintu keluar kota dijaga dengan sangat ketat.Sementara dari atap kediaman Albert, sebuah pesawat meluncur meninggalkan landasan menuju pusat perkotaan Sludge City.“Bagaimana rencanamu Anaxtra?” tanya Juan, matanya masih menatap ke depan memperhatikan jalanan.“Pertama kita harus menemukan Rudi, mungkin kita bisa mendapatkan petunjuk darinya.”“Saat ini penjagaan Sludge City sangat ketat, aku rasa kita tak bisa langsung mendatangi kediaman Rudi, apalagi saat ini keberadaanmu masih dalam pencarian, aku yakin Hans pasti menempatkan orangnya untuk mengawasi gerak-gerik Rudi.”Anaxtra berpikir sejenak.“Bukankah kau memiliki kontak Riris? Kenapa kau tak mencoba menghubunginya?”“Itu juga yang sedang aku pikirkan, tapi kita perlu se
Anaxtra tertegun, banyak peristiwa yang telah terjadi dan menimpanya dan teman-temannya selama perjalanan keluar dari Lembah Dieng, semuanya begitu rumit.“Sepengetahuanku, status sosial Rudi tidak seperti kalian; pejabat pemerintahan Sludge City, bagaimana Rudi bisa berhubungan dengan Hans?” tanya Peter.Untuk kesekian kalinya Albert menarik nafas dalam-dalam. Setelah menghembuskanya dengan berat, Albert kembali berkata.“Cerita ini sebenarnya rahasia yang tersimpan selama beberapa puluh tahun yang lalu, dimana Rudi masih menjabat sebagai Kepala Dinas Kependudukan Sludge City.”“Jadi dulu Rudi pejabat Sludge City?”Albert hanya mengangguk.“Hingga suatu hari Rudi memergoki Hans yang sedang menggoda istrinya, karena takut Rudi dan istrinya melaporkan perbuatannya kepada Lord Zack, Hans menembak Istri Rudi dengan lasernya, beruntung Rudi masih bisa menghindarinya meskipun terkena sedikit. Istri Rudi p
Kabar meninggalnya Princess Sabrina saat menghadapi Parathel sudah resmi diumumkan pihak pemerintah Sludge City. Sebagai salah satu pembesar di pemerintahan, berita ini tentu sudah masuk ke telinga Albert.“Bagaimana dia bisa berada di sini?” tanya Albert.“Ceritanya panjang, Paman! Ini semua tak lepas dari akal busuk Hans,” jawab Anaxtra.“Sebaiknya kau ceritakan semuanya, Anaxtra! Aku juga belum mendengar cerita lengkapnya darimu,” sela Juan.Anaxtra menarik nafas berbarengan dengan Albert yang mengambil kursi untuk ia duduk.“Awalnya kami pergi bersama-sama untuk menghalau Monster Channa Argus di pinggiran Sludge City; Sabrina Bersama empat pengawalnya termasuk John, dan satu regu pasukan. Sementara aku, Lilia dan Peter yang saat itu sebagai tawanan mereka hanya menyaksikan.”“Namun sekelompok Monster Channa Argus itu terlalu kuat untuk pasukan Sludge City yang hanya bebe