Sementara di Sludge City, Anaxtra dan rombongannya telah kembali ke kediaman Rudi, mereka berempat duduk di ruang keluarga yang ada di lantai dua.
"Kenapa ayah belum kembali juga ya?" Kata Riris yang merasa bingung.
"Apakah Rudi mengalami masalah" tanya Peter yang menyaksikan Riris berkata sendiri sambil berjalan mondar mandir tidak jelas.
"Seharusnya tidak ada masalah, Mike yang mengurus data penduduk Sludge City adalah teman baik ayah"
"Mungkin teman ayahmu sedang sibuk, jadi ayahmu harus menunggunya." Kata Anaxtra mencoba menenangkan Riris.
"Kenapa kau tak mencoba menghubunginya?" Usul Lilia.
"Kamu benar" kata Riris seakan baru terpikirkan.
"Kenapa aku tak berpikir seperti itu" kata riris sambil menekan jam tangan yang ada di pergelangan tangan kirinya, sama seperti jam tangan yang dimiliki Lilia, jam tangan Riris merupakan alat komunikasi 5 dimensi yang mampu menampilkan bentuk hologram lawan bicaranya.
Riris beberapa
Selang waktu tak beberapa lama, Alarm rumah Riris berbunyi, ada seseorang datang dan menekan tombol bel.Riris menekan tombol pada kotak kecil yang menempel di dinding, lalu pada layar monitor terlihat seorang laki-laki berbaju rapi berdiri di depan pintu."Halo Riris, saya membawa pesan dari tuan Rudi" kata lelaki itu dari layar monitor.Anaxtra, Lilia dan Peter saling berpandangan."Apakah telah terjadi sesuatu dengan ayahku?" Tanya Lilia."Tidak juga, aku hanya disuruh menemui kalian untuk membicarakan perubahan identitas,""Aku rasa tidak nyaman jika aku menyampaikannya dari sini"Riris berpikir sejenak."Baiklah, aku akan membukakan pintu untukmu, lalu naiklah, aku menunggumu di lantai dua"Riris menekan tombol END untuk mengakhiri percakapan sekaligus secara otomatis menutu tampilan layar monitor.Riris berbalik dan berkata kepada Anaxtra."Dia bilang di suruh ayah untuk membicarakan masalah identitas, aku rasa ini ada hub
Zay membawa Anaxtra dan teman-temannya ke sebuah gedung di tengah-tengah kota. Setelah naik ke dalam lift, mereka keluar setelah indikator lift menunjukan lantai 20.Sebuah koridor yang hanya berjarak 10 meter dengan sebuah ruangan di depannya, pintu secara otomatis terbuka ketika sensor mengenali identitas Zay, mereka lalu masuk ke dalam ruangan itu.Di dalam ruangan ternyata ada ruangan lain yang merupakan ruangan inti, sementara ruang petama sebagai induk seperti sebuah ruang tungu.Ada sekitar 10 orang yang duduk di ruang pertama, Anaxtra dan temannya tidak terlalu memperhatikannya karena mereka pikir ini adalah gedung pusat data, mungkin mereka sedang mengantri untuk melakukan pembaruan atau apapun yang berhubungan dengan identitas mereka.Zay kembali membawa mereka masuk ke ruang kedua.Pada ruang ini hanya ada satu meja berbentuk segi empat dengan delapan kursi yang masing-masing empat di sebelah kanan, dan empat lagi di sebelah kiri.
Lilia dan Peter kembali duduk"Apa mau kalian?" Kata Anaxtra dingin.Hans cuma tersenyum sinis."Aku cuma ingin tau lebih banyak tentang kaum mu dan tempat tinggalmu, aku dengar kalian mempunyai kekuatan hebat dalam menghadapi monster snakehead.Tempat asal kalian tinggal juga mungkin mempunyai banyak sumber alam yang bisa kami manfaatkan, kalaupun tidak ada, jika ada banyak orang hebat seperti kalian, kami bisa mempekerjakan kalian di pabrik-pabrik SludgeCity.Kebetulan akhir-akhir ini kami banyak kekurangan sumberdaya"Mendengar penuturan Hans, kedua tangan Peter langsung mengepal, seluruh amarahnya seperti mau meledak."Kau tak akan pernah bisa melakukan" kata Peter sambil menarik tubuh petugas yang ada di dekatnya, lalu pukulan keras segera meninju wajah petugas itu yang langsung tersungkur.Melihat temannya jatuh, satu petugas lain yang berdiri di sebelah Lilia bermaksud membantunya, namun Lilia sudah terlebih dulu melompa
Princes Sabrina membawa Anaxtra, Peter dan Lilia ke sebuah ruangan yang lebih besar. Berbeda dengan ruangan sebelumnya, ruangan ini bisa dikatakan sebuah kamar besar layaknya kamar-kamar kekuarga kerajaan."Semoga kalian nyaman tinggal di sini" kata Sabrina sambil membuka telapak tangannya dan mempersilahkan mereka masuk."Beristirahatlah sejenak, beberapa saat lagi aku akan mengajak kalian ikut pertemuan" ucap Sabrina melanjutkan.Anaxtra dan teman-temannya masih belum berkata sepatah katapun."Baiklah, aku tak akan mengganggu waktu istirahat kalian, aku akan membiarkan kalian menikmati waktu kalian"Sabrina lalu berbalik berniat pergi."Terimakasih, Putri" tiba-tiba Anaxtra bersuara.Sabrina hanya memutar tubuhnya,"Panggil saja aku, Sabrina, Kau tak perlu sungkan"Anaxtra hanya mengangguk, lalu Sabrina kembali berbalik dan melanjutkan langkahnya diikuti para pengawalnya."Apa yang akan kita lakukan, Anaxtra ?
Sementara di rumah Rudi, Riris masih duduk di ruang lantai 2 sambil sesekali melihat layar monitor yang memperlihatkan depan rumahnya.Selang beberapa menit kemudian, mobil yang dikendarai Rudi masuk ke dalam garasi.Riris memperhatikan monitor dengan seksama, sementara Rudi turun dari dalam mobilnya sendirian dan langsung naik ke lantai dua."Ayah cuma sendiri" gumam Riris seraya berdiri menghadap ke pintu untuk menyambut Rudi."Bagaimana ayah?' kata Riris setelah melihat Rudi masuk ke ruangan dengan wajah berseri-seri"Rudi tak langsung menjawab, dia lalu duduk di sofa sambil menyilangkan kakinya ke atas."Seperti dugaanku, harga jual mereka sangatlah tinggi"Mendengar ucapan Rudi, raut muka Riris langsung berbinar."Benarkah?""Berapa nilai jual mereka, ayah" kata Riris tak bisa menyembunyikan penasarannya.Rudi terkekeh,"Satu orang senilai satu bulan subsidi kebutuhan makanan dan minuman kita""
Suara ketukan menyela pembicarakan mereka, lalu dari pintu yang terbuka keluar seorang pengawal yang langsung berkata,"Tuan-tuan, mari ikut denganku" kata penjaga sambil merentangkan tangan kanannya untuk mempersilahkan mereka jalan.Tanpa pikir panjang, Anaxtra langsung berjalan mengikuti perintah pengawal itu yang diikuti Peter dan Lilia.Penjaga membawa mereka keruang pertemuan utama Sludge City.Di ruang itu telah duduk Lord Zack diatas singgahsananya, sementara di tiap sisi kanan dan kiri duduk juga dua orang laki-laki yang sudah dipastikan merupakan para petinggi Sludge City.Sabrina juga ada di antara mereka, namun dia hanya berdiri menghadap Lord Zack.Sabrina menoleh begitu rombongan Anaxtra masuk."Ayah, mereka sudah datang" kata Sabrina.Lord Zack hanya menggerakan kepalanya memberi isyarat.Sabrina membalikan badannya dan berkata kepada Anaxtra dan teman-temannya."Perkenalkan diri kalian"Dala
Anaxtra, Peter dan Lilia masuk ke dalam pesawat dengan ukuran besar yang mampu menampung 40 sampai 50 orang, pesawat ini mirip dengan helikopter Sikorsky, hanya sudah tidak menggunakan baling-baling. Meskipun pesawat ini memiliki daya tampung besar, namun Sabrina hanya membawa 20 perajurit di dalamnya, sementara dia sendiri bersama 9 prajurit lain menggunakan pesawat tunggal. Pesawat-pesawat itu berangkat dari hanggar Sludge City dan melaju dengan cepat menuju titik kordinat munculnya Snakehead. Jarak antara Prambanan dan Sludge City itu ratusan kilometer, bagaimana Monster Snakehead bisa berada di sini?", Ucap Peter. "Pada dasarnya, Channa Argus merupakan predator air tawar yang mampu bertahan lama di daratan, kalian harus ingat, sebelum pulau ini terkubur lumpur, ada sebuah sungai yang membentang anatara Jawa Tengah dan Jawa Timur". "Bengawan Solo". Gumam Lilia."Benar, dan tidak menutup kemungkinan Monster Snakehead banyak bersembunyi di
Dug ! Dug ! Dug !Terdengar beberapa kali suara benturan, lalu dari bawah tanah yang tiba-tiba retak muncul 7 monster snakehead yang langsung menyerang pesawat besar yang dinaiki Anaxtra dan rombongannya tadi.Hanya dalam hitungan detik, pesawat yang meiliki berat hampir 50 pound itu terbalik, para awak dan beberapa prajurit yang ada di dalam berhamburan keluar, namun seperti potongan daging kecil yang dilemparkan ke kolam yang berisi buaya lapar, para prajurit langsung di mangsa Snakehead tanpa tersisa.Tidak berhenti sampai disitu, begitu tidak ada lagi manusia yang dimangsa, snakehead kembali membenturkan kepalanya, sebagian ada yang mengibaskan ekornya menyerang badan pesawat yang sudah terbalik, pesawat itu layaknya bola yang direbutkan anak-anak, menjadi bilan-bulanan kesana kemari sebelum akhirnya meledak.Sabrina tercengang melihat pemandangan di depan matanya,"Josh, tarik semua pasukanmu kembali kesini" perintah Sabrina melalui alat komun
Suara ledakan yang ditimbulkan oleh bom yang dilemparkan Toni menciptakan guncangan yang sangat dahsyat, getaran dan kerusakan yang ditimbulkan memicu sistem alarm di kediaman Albert. Tot! ... tot! … tot! Lampu menyala merah diiringi raungan sirine di ruangan laboratorium bawah tanah tempat Lilia dan Peter berada untuk menjaga Princess Sabrina. “Suara apa itu?” tanya Peter yang merasakan getaran diiringi suara alarm yang menggema. Lilia hanya menatap ke arah Peter seakan sama-sama mencari jawaban. “Pasti sesuatu telah terjadi di atas sana,” ucap Princess Sabrina yang tanpa sepengetahuan Peter dan Lilia sudah duduk di atas tempat tidurnya. “Sabrina?” ucap Peter dan Lilia bersama-sama karena terkejut melihat Princes Sabrina yang sudah siuman. Sabrina bangkit dan menoleh ke kanan dan ke kiri seperti mencari sesuatu, setelah melihat sebuah layar monitor yang berada di atas meja yang tak jauh dari tempat duduk Peter dan Lilia, Sabin
Satu regu pasukan elit segera dikerahkan menuju kediaman Albert, regu yang beranggotakan 30 pasukan darat dan 10 pasukan udara dipimpin langsung oleh Hans. Dari ke-30 pasukan darat, Hans hanya membawa 20 orang untuk bersamanya, sementara 10 yang lain disiagakan diatas kendaraan masing-masing, sedangkan 10 pasukan udara tetap berjaga di atas untuk menjaga kemungkinan kaburnya dari atas.“Hai…ada apa ini?” tanya seorang pengawal yang berjaga di kediaman Albert.“Buka pintunya jika kalian ingin selamat,” ucap Hans dengan arogan.“Ini kediaman Tuan Albert, bagaimana mungkin Tuan Hans bisa seenaknya memberi perintah kepada kami?”Zaaaap!Sebuah tembakan laser langsung merobohkan penjaga itu. Sementara seorang penjaga lainnya tak bisa berbuat apa-apa dan hanya menuruti perintah Hans.“Cepat buka pintunya!”“Ba—baik, Tuan Hans.”Setelah pintu terbuka, Hans kembal
Ruang kantor HansTubuh Evan ditarik secara paksa oleh dua orang pengawal yang membawanya menemui Hans. Setelah mereka sudah sampai di depan Hans, tubuh Evan didorong dengan hingga jatuh bersimpuh di kaki Hans. Hans sendiri hanya berdiri di tepi tembok kaca sambil menatap keluar memperhatikan suasana Kota Sludge City yang masih dipenuhi lalu-lalang para prajurit yang mencari keberadaan Anaxtra.“Kemana perginya Rudi dan Riris?” tanya Hans dengan dingin tanpa melihat ke arah Evan.“A—aku tidak tahu, Tuan!” jawab Evan dengan terbata, “Mereka membuatku tak sadarkan diri sebelum meninggalkanku dan membawa ayah serta Riris pergi?”“Siapa yang telah membawa mereka?”“Ju—Juan dan A—Anaxtra.”“Hmmmm! … Bocah asing itu, ternyata,” ucap Hans sambil berbalik menatap Juan.“Bagaimana dia bisa bersama Juan? Pantas s
Dug!Sebuah pukulan keras bersarang di perut Rudi."Katakan yang jelas Rudi? jangan berbelit-belit dan membuatku benar-benar marah!"Rudi berdiri terhuyung-huyung setelah mendapat pukulan dari Juan."Aku mengatakannya dengan jujur, Juan!" kilah Rudi."Benar, Juan! Ayahku sama sekali tidak bernohong," bela Riris sambil membantu Rudi berdiri."Lalu bagaimana kau bisa selamat dari senjata laser milik Hans?" tanya Anaxtra.Rudi mengatur napasnya yang masih tersengal-sengal."Itu tidak ada hubungannya dengan Rhinoceros, aku hanya mengarang cerita agar Hans membiarkanku pergi berburu keluar Slude City untuk menemukan Rhinoceros.""Aku memang terkena senjata laser milik Hans yang mengandung racun CO yang bisa menggerogoti tubuhku secara perlahan-lahan, namun yang menyembuhkanku bukanlah karena aku memakan penawar yang terbuat dari cula Rhinoceros.""Aku sengaja membuat cerita kepada Hans bahwa aku telah menemukan obat yang bisa menangka
Pesawat Juan segera meninggalkan kediaman Evan bersama Rudi dan Riris yang ikut di dalamnya.Meskipun keamanan Sludge City sedang ketat, bagi Juan untuk keluar dari Sludge City sangatlah mudah, terlebih Albert menginstruksikan anak buahnya untuk tidak mempersulit Juan. "Dimana kau terakhir menemukan Rhinoceros, Rudi?" tanya Juan begitu pesawat mereka sudah jauh meninggalkan Sludge City.Rudi tak segera menjawab."Jangan membuatku kehilangan kesabaran, Rudi!" hardik Anaxtra yang duduk di antara Rudi dan Riris."Cepat kau beri tahu Juan kemana kita harus pergi!".Rudi hanya menunduk."Juan, bisakah kau membawa pesawat ini ke sumber pengeboran Lapindo?" sela Riris."Apakah kau ingin main-main dengan kami?" tanya Juan sinis."Tentu saja, tidak." jawab Riris gugup. Namun pada saat bersamaan, pintu pesawat Juan di sisi dekat Riris terbuka, detik berikutnya Anaxtra mendorong tubuh Riris keluar, namun tangannya masih sempat memegang tangan Riris untuk menahan
Rudi dan Riris yang sedang duduk di kursi tamu, terkejut melihat kejadian yang begitu cepat, mereka serempak berdiri sambil mata mereka menatap ke arah Anaxtra dan Juan yang telah berdiri tegak di depan mereka. “Anaxtra?” gumam Rudi, sementara Riris juga tak bisa menyembunyikan keterkejutannya. “Anaxtra? Bagaimana kau bisa bersama Juan?” “Apakah kalian tidak suka melihatku?” ucap Anaxtra sambil berjalan mendekati Rudi melewati tubuh Evan yang masih jatuh terduduk di lantai. “Ma---ma---mau apa kalian?” tanya Rudi dengan terbata, tubuhnya menyurut ke belakang. “Aku rasa ada sesuatu yang harus kita bicarakan, Rudi?” ucap Anaxtra. “Ada apa ini? Kenapa kalian begitu agresif?” ucap Riris pura-pura tidak tahu. Anaxtra mengernyitkan keningnya, “Ada apa? Harusnya aku yang bertanya kepada kalian, apa sebenarnya yang kalian rencanakan?” Pada saat Anaxtra terus berjalan mendekati Rudi, Evan yang berada di belakang An
Seluruh prajurit Sludge City telah dikerahkan menyisir tiap jengkal sudut kota untuk menemukan keberadaan Anaxtra dan teman-temannya, Seluruh pintu keluar kota dijaga dengan sangat ketat.Sementara dari atap kediaman Albert, sebuah pesawat meluncur meninggalkan landasan menuju pusat perkotaan Sludge City.“Bagaimana rencanamu Anaxtra?” tanya Juan, matanya masih menatap ke depan memperhatikan jalanan.“Pertama kita harus menemukan Rudi, mungkin kita bisa mendapatkan petunjuk darinya.”“Saat ini penjagaan Sludge City sangat ketat, aku rasa kita tak bisa langsung mendatangi kediaman Rudi, apalagi saat ini keberadaanmu masih dalam pencarian, aku yakin Hans pasti menempatkan orangnya untuk mengawasi gerak-gerik Rudi.”Anaxtra berpikir sejenak.“Bukankah kau memiliki kontak Riris? Kenapa kau tak mencoba menghubunginya?”“Itu juga yang sedang aku pikirkan, tapi kita perlu se
Anaxtra tertegun, banyak peristiwa yang telah terjadi dan menimpanya dan teman-temannya selama perjalanan keluar dari Lembah Dieng, semuanya begitu rumit.“Sepengetahuanku, status sosial Rudi tidak seperti kalian; pejabat pemerintahan Sludge City, bagaimana Rudi bisa berhubungan dengan Hans?” tanya Peter.Untuk kesekian kalinya Albert menarik nafas dalam-dalam. Setelah menghembuskanya dengan berat, Albert kembali berkata.“Cerita ini sebenarnya rahasia yang tersimpan selama beberapa puluh tahun yang lalu, dimana Rudi masih menjabat sebagai Kepala Dinas Kependudukan Sludge City.”“Jadi dulu Rudi pejabat Sludge City?”Albert hanya mengangguk.“Hingga suatu hari Rudi memergoki Hans yang sedang menggoda istrinya, karena takut Rudi dan istrinya melaporkan perbuatannya kepada Lord Zack, Hans menembak Istri Rudi dengan lasernya, beruntung Rudi masih bisa menghindarinya meskipun terkena sedikit. Istri Rudi p
Kabar meninggalnya Princess Sabrina saat menghadapi Parathel sudah resmi diumumkan pihak pemerintah Sludge City. Sebagai salah satu pembesar di pemerintahan, berita ini tentu sudah masuk ke telinga Albert.“Bagaimana dia bisa berada di sini?” tanya Albert.“Ceritanya panjang, Paman! Ini semua tak lepas dari akal busuk Hans,” jawab Anaxtra.“Sebaiknya kau ceritakan semuanya, Anaxtra! Aku juga belum mendengar cerita lengkapnya darimu,” sela Juan.Anaxtra menarik nafas berbarengan dengan Albert yang mengambil kursi untuk ia duduk.“Awalnya kami pergi bersama-sama untuk menghalau Monster Channa Argus di pinggiran Sludge City; Sabrina Bersama empat pengawalnya termasuk John, dan satu regu pasukan. Sementara aku, Lilia dan Peter yang saat itu sebagai tawanan mereka hanya menyaksikan.”“Namun sekelompok Monster Channa Argus itu terlalu kuat untuk pasukan Sludge City yang hanya bebe