Home / Fantasi / Thai Qu Cing Si Anak Kotoran / 100. Sang Raja Tongkat

Share

100. Sang Raja Tongkat

Author: Donat Mblondo
last update Last Updated: 2025-03-27 16:31:50

Namun, Miao Meng sudah siap. Ia melompat ke samping, lalu dengan cepat menciptakan lapisan es tebal di sekelilingnya. Tombak itu menghantam es dengan keras, tetapi tidak langsung menembus.

Miao Meng mendarat ringan di atas salah satu pilar es, lalu mengangkat satu tangan ke udara. Udara di sekitar mereka menjadi semakin dingin. Salju turun lebih deras, dan napas Seo Rang mulai mengembun.

“Jangan meremehkanku,” ucapnya pelan.

Dalam sekejap, badai salju menerjang. Angin es berputar liar, menutupi pandangan Seo Rang.

Pria itu menyipitkan mata, lalu menyebarkan kegelapan dari tubuhnya, mencoba menyingkirkan salju itu. Namun, Miao Meng sudah berada di belakangnya, menciptakan bilah es yang lebih besar dan lebih tajam.

“Serangan yang bagus,” Seo Rang berkata tanpa menoleh. “Tapi masih belum cukup.”

Ia berbalik dengan cepat, menangkap bilah es itu dengan tangannya yang berselimut cahaya. Dalam sekejap, bilah es itu retak dan hancur berkeping-keping.

Miao Meng terkejut, tetapi ia tidak menunj
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Thai Qu Cing Si Anak Kotoran   101. Apakah Anda orang tua Qu Cing?

    Suara Seo Rang terdengar serak, tetapi masih penuh dengan kesombongan. Ketika debu mulai mereda, sosoknya kembali terlihat.Tubuhnya penuh luka bakar akibat cahaya suci, kulitnya tampak hangus di beberapa bagian, dan tanduk kecil di kepalanya retak. Namun, matanya masih bersinar dengan keganasan yang tak surut."Menarik… sangat menarik…" Seo Rang menggerakkan lehernya ke kanan dan kiri, suara retakan tulang terdengar jelas. "Aku tidak mengira ada seseorang yang bisa menyerangku dengan cara seperti ini."Ia mengangkat tangan, jari-jarinya bergetar karena efek serangan sebelumnya. Namun, dalam hitungan detik, kegelapan kembali menyelimuti tubuhnya, menutupi luka-luka yang menganga.Kemudian, ia melirik sekeliling, mencoba mencari sosok Miao Meng, tetapi yang ia temukan hanyalah keheningan yang aneh.Alisnya berkerut. Ia yakin wanita itu ada di hadapannya beberapa saat lalu, dalam kondisi lemah dan nyaris tak bisa berdiri. Tidak mungkin ia bisa kabur begitu saja.‘Apa yang sebenarnya ter

    Last Updated : 2025-03-28
  • Thai Qu Cing Si Anak Kotoran   102. Jeritan

    Bau Ba Chin menatap Miao Meng dengan penuh rasa ingin tahu. “Bibi, apakah Anda orang tua Qu Cing?” tanyanya dengan nada hati-hati. Miao Meng tidak langsung menjawab. Ia justru menatap Bau Ba Chin dalam-dalam, lalu menghela napas pelan. “Apa yang membuatmu berpikir begitu?” tanyanya balik. Bau Ba Chin melirik Qu Cing, lalu kembali menatap Miao Meng. “Energi penyembuhan itu… sangat mirip dengan miliknya. Dan cara Bibi memandangnya bukan sekadar seperti seorang kenalan.” Qu Cing diam saja. Dalam hatinya, ia juga merasakan hal yang sama. Entah kenapa, sejak pertama kali melihat Miao Meng, ada sesuatu dalam dirinya yang merasa dekat dengan wanita itu. Miao Meng tersenyum tipis, lalu mengalihkan pandangannya ke langit. “Belum saatnya kalian tahu kebenarannya,” katanya dengan suara lembut. “Tapi aku berjanji, jika kau berhasil mencapai ranah spiritual tingkat sembilan, aku akan memberitahumu segalanya.” Qu Cing mengepalkan tangannya. Tingkat sembilan? Itu bukan hal yang mudah dicap

    Last Updated : 2025-03-29
  • Thai Qu Cing Si Anak Kotoran   103. Menghadapi Pou Cong

    Di halaman pelatihan kediaman Klan Naar, seorang gadis muda berlutut di tanah, tubuhnya gemetar penuh luka. Kulitnya penuh bekas cambukan, beberapa di antaranya masih berdarah. Setiap kali ia gagal dalam pelatihan, hukumannya tetap sama—seratus kali cambukan.Chin Cong tidak lagi terlihat seperti jenius yang dulu dibanggakan klannya. Matanya yang dulu bersinar penuh percaya diri kini suram dan hampa. Setiap hari adalah penderitaan, dan ayahnya, Pou Cong, tidak pernah menunjukkan belas kasihan.Pou Cong berdiri di atas panggung pelatihan, memegang cambuk panjang yang berlumuran darah. Wajahnya dingin tanpa ekspresi. "Berdiri!" perintahnya. "Kau harus kuat. Seorang anak dari Klan Naar tidak boleh menunjukkan kelemahan!"Chin Cong berusaha berdiri, tetapi tubuhnya terlalu lemah. Kakinya gemetar, dan ia terjatuh lagi.Pou Cong menghela napas, lalu mengangkat cambuknya. Namun, tepat sebelum cambuk itu menghantam tubuh Chin Cong—Whuuuuuus!Sebuah bayangan melesat dengan kecepatan luar bias

    Last Updated : 2025-03-30
  • Thai Qu Cing Si Anak Kotoran   1. Anak pungut

    "Thai Qu Cing, ha ha ha! Benar-benar seperti namanya, SAM-PAH!" ucap seorang anak laki-laki bernama Du Bai menekankan kata sampah. Dia menendang gundukan kotoran kucing ke arah Thai Qu Cing.Bocah kurus dan dekil itu berjongkok membungkuk melindungi kepalanya. Pasir-pasir yang menutupi kotoran, berhamburan menghujani tubuhnya.Nama Thai Qu Cing awal mulanya, karena seorang pria tua bernama Setu Jhu, waktu itu sedang berburu. Pria itu menemukan seorang bayi laki-laki sedang menangis di atas gundukan sampah dedaunan. Tampak bayi itu sedang memegang kotoran kucing di tangan kanannya.Kemudian, tiba-tiba tangan si kecil mengeluarkan cahaya dan kotoran itu pun lenyap. Setu Jhu pikir, bayi itu telah menyerapnya. Sehingga ia memberinya nama Thai Qu Cing dengan panggilan Qu Cing.Sebelum Setu Jhu meninggal karena diterkam binatang buas saat berburu, dia sempat mendaftarkan anak pungutnya di sebuah perguruan elit tingkat dasar bernama Perguruan Long Ji.Awalnya, anak itu tidak memenuhi kriteri

    Last Updated : 2024-02-24
  • Thai Qu Cing Si Anak Kotoran   2. Tongkat sakti Sun Ji Gong

    Di sebuah dataran dengan sistem kekuasaan oligarki, terdapat tiga jenis makhluk hidup saling berdampingan. Sebut saja Dataran Hena. Makhluk dari kalangan ras manusia, ras siluman, dan ras iblis. Dari kalangan ras manusia, terbagi menjadi tujuh klan. Yaitu Klan Naar, Ma', Hawa, Ard, Nur, Dhulam, dan Nabat. Adapun ras siluman, masing-masing dari mereka, mengambil pemimpin dari sejenisnya. Seperti siluman kera, dipimpin oleh raja kera bernama Sun Ji Gong dan begitu pula yang semisalnya. Dan dari kalangan ras iblis hanya terbagi menjadi tiga wilayah kekuasaan yaitu iblis merah, iblis hijau, iblis hitam. Ras manusia berada di wilayah utara, ras siluman berada di wilayah tenggara, dan ras iblis berada di bagain barat daya. Saat ini, Qu Cing berada di sebuah perguruan tingkat dasar bernama Long Ji. Perguruan ini, terletak di dataran paling utara. Setengah dari wilayah perguruan ini, dikelilingi oleh hutan dan pesisir pantai Laut Biru. Sekilas, muncul sebuah tanda berbentuk matahari di tela

    Last Updated : 2024-02-25
  • Thai Qu Cing Si Anak Kotoran   3. Keajaiban

    Di pagi hari. Qu Cing terbangun dan melihat sosok gadis yang ia tangisi semalam sedang berseru memanggilnya."Cing Ge! Cing Ge!" teriak gadis itu sembari menggoyang-goyangkan tubuh Qu Cing."Jie Jie?" Qu Cing bangkit dan duduk sambil mengucek kedua matanya hingga beberapa kali.Aneh. Kemaren, Qu Cing melihat Shi Jie dalam keadaan sekarat penuh luka dan darah. Seketika dalam waktu semalam, gadis kecil itu telah sehat bahkan tanpa luka sedikitpun di tubuhnya."Cing Ge, mengapa kita bisa tertidur di pekarangan? Jie Jie pikir, Jie Jie sudah mati diterkam harimau semalam. Apakah Cing Ge yang menyelamatkan Jie Jie?" tanya gadis cerewet itu."Aku tidak tau. Aku pikir juga begitu. Semalam, tubuhmu penuh luka dan darah. Tapi, setelah aku memelukmu, tiba-tiba badanku menjadi lemas seolah-olah tubuhmu menghisap habis seluruh energiku sampai aku tak sadarkan diri," jelas Qu Cing. "Jie Jie menghisap energi Cing Ge? Bagaimana mungkin?""Entahlah. Tapi yang terpenting, aku senang bisa melihatmu men

    Last Updated : 2024-03-02
  • Thai Qu Cing Si Anak Kotoran   4. Gubuk tua

    "Tongkat sakti!"Whuuush! Whuuush! Whuuush!Sebuah tongkat kayu, muncul dari langit berputar-putar menghampiri Qu Cing.Hap!Bocah itu menangkap tongkat tersebut dan mulai mengayunkannya."Aku bisa menunjukanmu beberapa jurus dasar jika kau mengingikannya!" ujar sang tongkat sakti kepada Qu Cing."Benarkah? Tentu saja aku menginginkannya. Tolong tunjukan itu! Aku sangat bersemangat.""Duduk! Dan pejamkan matamu!"Qu Cing pun mengikuti perintah sang tongkat sakti. Dia duduk bersila di tanah sembari memejamkan mata. Tiba-tiba, sosok bayangan hitam dalam pikirannya muncul menunjukan suatu gerakan.Setelah beberapa saat kemudian, Qu Cing membelalakan matanya. Dia bangkit dan spontan mengikuti gerakan itu. Rupanya, gerakan itu secara otomatis langsung melekat di kepalanya.Anak itu begitu lincah. Ayunan demi ayunan tongkat, sampai ia melakukan sebuah serangan ke salah satu pohon yang paling besar di hadapannya dengan jurus, tongkat mengamuk.Whuuush! Whuuush! Whuuush!Tongkat itu memutar v

    Last Updated : 2024-03-07
  • Thai Qu Cing Si Anak Kotoran   5. Formasi tanda pengunci

    "Oh, maaf, Tuan Muda. Aku benar-benar tidak tahu. Tapi, ini adalah tingkat dasar. Siapapun bebas meminjam dan belajar, meskipun dia berada di ranah spiritual terendah sekalipun," ucap Gu Wang."Oh, Paman Gu benar. Ini adalah tingkat dasar. Haha." Han Thu berjongkok dan menatap Qu Cing dengan tatapan yang mengintimidasi, sembari menekan kedua rahang pipinya dengan cukup kuat. "Rupanya, kau memiliki keberuntungan bisa selamat dari gundukan sampah itu. Tapi, jangan pernah berpikir bahwa kau akan berkembang. Meskipun, kau menghafal seluruh isi buku di perpustakaan ini, tanpa kekuatan spiritual, kau hanyalah seorang SAM-PAH!"Kemudian, Han Thu pergi menuju tangga diikuti oleh teman-temannya. Sementara Qu Cing, masih duduk tertimbun buku-buku yang berjatuhan dari rak.Gu Wang jelas mengenali anak yang dianggap kotoran itu. Namun, perpustakaan adalah gudang ilmu. Siapa saja bisa mendapat keajaiban hanya dengan membaca sebuah ilmu. Sebagai pengurus tingkat dasar, pria paruh baya itu dipilih d

    Last Updated : 2024-03-14

Latest chapter

  • Thai Qu Cing Si Anak Kotoran   103. Menghadapi Pou Cong

    Di halaman pelatihan kediaman Klan Naar, seorang gadis muda berlutut di tanah, tubuhnya gemetar penuh luka. Kulitnya penuh bekas cambukan, beberapa di antaranya masih berdarah. Setiap kali ia gagal dalam pelatihan, hukumannya tetap sama—seratus kali cambukan.Chin Cong tidak lagi terlihat seperti jenius yang dulu dibanggakan klannya. Matanya yang dulu bersinar penuh percaya diri kini suram dan hampa. Setiap hari adalah penderitaan, dan ayahnya, Pou Cong, tidak pernah menunjukkan belas kasihan.Pou Cong berdiri di atas panggung pelatihan, memegang cambuk panjang yang berlumuran darah. Wajahnya dingin tanpa ekspresi. "Berdiri!" perintahnya. "Kau harus kuat. Seorang anak dari Klan Naar tidak boleh menunjukkan kelemahan!"Chin Cong berusaha berdiri, tetapi tubuhnya terlalu lemah. Kakinya gemetar, dan ia terjatuh lagi.Pou Cong menghela napas, lalu mengangkat cambuknya. Namun, tepat sebelum cambuk itu menghantam tubuh Chin Cong—Whuuuuuus!Sebuah bayangan melesat dengan kecepatan luar bias

  • Thai Qu Cing Si Anak Kotoran   102. Jeritan

    Bau Ba Chin menatap Miao Meng dengan penuh rasa ingin tahu. “Bibi, apakah Anda orang tua Qu Cing?” tanyanya dengan nada hati-hati. Miao Meng tidak langsung menjawab. Ia justru menatap Bau Ba Chin dalam-dalam, lalu menghela napas pelan. “Apa yang membuatmu berpikir begitu?” tanyanya balik. Bau Ba Chin melirik Qu Cing, lalu kembali menatap Miao Meng. “Energi penyembuhan itu… sangat mirip dengan miliknya. Dan cara Bibi memandangnya bukan sekadar seperti seorang kenalan.” Qu Cing diam saja. Dalam hatinya, ia juga merasakan hal yang sama. Entah kenapa, sejak pertama kali melihat Miao Meng, ada sesuatu dalam dirinya yang merasa dekat dengan wanita itu. Miao Meng tersenyum tipis, lalu mengalihkan pandangannya ke langit. “Belum saatnya kalian tahu kebenarannya,” katanya dengan suara lembut. “Tapi aku berjanji, jika kau berhasil mencapai ranah spiritual tingkat sembilan, aku akan memberitahumu segalanya.” Qu Cing mengepalkan tangannya. Tingkat sembilan? Itu bukan hal yang mudah dicap

  • Thai Qu Cing Si Anak Kotoran   101. Apakah Anda orang tua Qu Cing?

    Suara Seo Rang terdengar serak, tetapi masih penuh dengan kesombongan. Ketika debu mulai mereda, sosoknya kembali terlihat.Tubuhnya penuh luka bakar akibat cahaya suci, kulitnya tampak hangus di beberapa bagian, dan tanduk kecil di kepalanya retak. Namun, matanya masih bersinar dengan keganasan yang tak surut."Menarik… sangat menarik…" Seo Rang menggerakkan lehernya ke kanan dan kiri, suara retakan tulang terdengar jelas. "Aku tidak mengira ada seseorang yang bisa menyerangku dengan cara seperti ini."Ia mengangkat tangan, jari-jarinya bergetar karena efek serangan sebelumnya. Namun, dalam hitungan detik, kegelapan kembali menyelimuti tubuhnya, menutupi luka-luka yang menganga.Kemudian, ia melirik sekeliling, mencoba mencari sosok Miao Meng, tetapi yang ia temukan hanyalah keheningan yang aneh.Alisnya berkerut. Ia yakin wanita itu ada di hadapannya beberapa saat lalu, dalam kondisi lemah dan nyaris tak bisa berdiri. Tidak mungkin ia bisa kabur begitu saja.‘Apa yang sebenarnya ter

  • Thai Qu Cing Si Anak Kotoran   100. Sang Raja Tongkat

    Namun, Miao Meng sudah siap. Ia melompat ke samping, lalu dengan cepat menciptakan lapisan es tebal di sekelilingnya. Tombak itu menghantam es dengan keras, tetapi tidak langsung menembus.Miao Meng mendarat ringan di atas salah satu pilar es, lalu mengangkat satu tangan ke udara. Udara di sekitar mereka menjadi semakin dingin. Salju turun lebih deras, dan napas Seo Rang mulai mengembun.“Jangan meremehkanku,” ucapnya pelan.Dalam sekejap, badai salju menerjang. Angin es berputar liar, menutupi pandangan Seo Rang.Pria itu menyipitkan mata, lalu menyebarkan kegelapan dari tubuhnya, mencoba menyingkirkan salju itu. Namun, Miao Meng sudah berada di belakangnya, menciptakan bilah es yang lebih besar dan lebih tajam.“Serangan yang bagus,” Seo Rang berkata tanpa menoleh. “Tapi masih belum cukup.”Ia berbalik dengan cepat, menangkap bilah es itu dengan tangannya yang berselimut cahaya. Dalam sekejap, bilah es itu retak dan hancur berkeping-keping.Miao Meng terkejut, tetapi ia tidak menunj

  • Thai Qu Cing Si Anak Kotoran   99. Seo Rang vs Miao Meng

    "Pria itu hanya akan mengejar satu orang dalam satu waktu! Jika kita tetap bersama, ini hanya mempermudahnya menangkap kita semua sekaligus!" jelas Qu Cing.Miao Meng menggertakkan giginya. Ia tahu pernyataan itu memang ada benarnya. Namun, meninggalkan Qu Cing sendirian dengan pria seperti Seo Rang bukanlah pilihan yang baik.Qu Cing akhirnya membuat keputusan. "Aku akan menjadi umpan!" ujarnya tiba-tiba.Miao Meng tersentak. "Apa? Tidak, kau tidak bisa—""Sepertinya, dia lebih menginginkan kematianku dari pada menangkap Anda kembali, Bibi! Jika aku pergi ke arah lain, dia pasti akan mengejarku! Gunakan kesempatan itu untuk kabur!"Miao Meng tampak ragu. Matanya menatap anak itu dengan kebimbangan yang dalam."Percayalah padaku, Bibi!" Qu Cing menegaskan.Wajah Bau Ba Chin berkerut. "Tapi, ini akan sangat beresiko untukmu."Miao Meng menghentikan langkahnya. Napasnya memburu, bukan karena kelelahan, tetapi karena gejolak dalam hatinya yang tak bisa ia abaikan. Sementara itu, Qu Cing

  • Thai Qu Cing Si Anak Kotoran   98. Kejar-kejaran

    Bau Ba Chin membuka matanya kembali. Kali ini, warna bola matanya berubah menjadi hitam pekat, memancarkan aura kelam yang begitu menakutkan.Dengan satu gerakan tangannya, kabut hitam mulai membubung dari tanah, merayap ke setiap celah di hutan. Kegelapan itu bukan sekadar bayangan, melainkan energi yang mampu menghisap cahaya, menipu mata, dan membingungkan panca indera.Para pengawal yang mengejar Qu Cing dan Miao Meng langsung tersendat. Kabut hitam itu seperti makhluk hidup, menjerat kaki mereka, membelit tubuh mereka, dan menarik mereka ke dalam kekosongan."A-Apa ini?!" salah satu pengawal berteriak, mencoba menebas kegelapan dengan pedangnya, namun usahanya sia-sia. Semakin ia berusaha, semakin dalam ia terjebak.Di kejauhan, Qu Cing menoleh ke belakang dan melihat pemandangan itu. Ia tahu bahwa ini adalah ulah Bau Ba Chin."Terima kasih, Bau Ba Chin..." gumamnya dalam hati.Namun, ketenangan itu tidak bertahan lama. Sebuah cahaya keemasan tiba-tiba bersinar dari dalam kabut. S

  • Thai Qu Cing Si Anak Kotoran   97. Si pria gila misterius

    Qu Cing mengeraskan rahangnya. Jari-jarinya mengepal, matanya menatap lurus ke arah sangkar cahaya yang menahan Miao Meng. Ia tahu, satu-satunya cara untuk membebaskan wanita itu adalah dengan menggunakan kekuatan yang tersembunyi dalam dirinya—kekuatan yang belum pernah ia gunakan dalam pertempuran besar. Tanda Matahari.Sebuah lambang berbentuk matahari terukir di telapak tangan kanannya sejak ia kecil. Ia tidak tahu dari mana asalnya, tetapi ia selalu merasakan energi aneh yang mengalir dalam simbol itu. Sang tongkat sakti pernah berkata bahwa tanda ini mampu melahap cahaya, panas, dan melenyapkan kegelapan.Hingga kini, ia belum pernah menggunakannya dalam skala besar. Namun, tidak ada waktu untuk ragu.Qu Cing melompat turun dari pohon dengan gesit, mendarat di tanah dengan ringan. Ia segera membentangkan telapak tangan kanannya ke arah sangkar cahaya yang mengurung Miao Meng."Lahap!"Begitu kata itu terucap, tanda matahari di telapak tangannya mulai berpendar. Dalam sekejap, se

  • Thai Qu Cing Si Anak Kotoran   96. Kecerobohan

    Bau Ba Chin mengernyit. "Kau mengenalnya?""Tak ada waktu untuk menjelaskan. Aku tidak bisa membiarkan mereka membawanya," jawab Qu Cing dengan nada serius.Anak itu segera menarik tudung jubahnya ke atas kepala dan menutupi wajahnya dengan kain, menyamarkan identitasnya. Ia menoleh ke Bau Ba Chin. "Tunggu di sini! Dan jangan ikut campur! Aku tidak ingin melibatkanmu dalam bahaya ini. Jika sesuatu terjadi padaku, jangan lakukan tindakan gegabah."Bau Ba Chin menatapnya sejenak sebelum menghela napas. "Baiklah. Tapi aku akan tetap mengawasimu dari jauh. Jika keadaan menjadi buruk, aku tidak akan diam saja."Qu Cing mengangguk sebelum bergerak lebih dekat ke arah rombongan itu. Ia melompat dari satu ranting ke ranting lainnya, mendekati sangkar dengan langkah ringan agar tidak terdeteksi.Tiba-tiba, sang pemimpin rombongan menghentikan langkah kudanya. Ia mengangkat tangannya, memberi isyarat agar seluruh pengawal berhenti. Matanya menyapu ke sekeliling, seolah merasakan sesuatu. Qu Cin

  • Thai Qu Cing Si Anak Kotoran   95. Bertemu lagi

    Sebelum Qu Cing sempat menjawab, suara langkah kaki seseorang terdengar mendekat. "Cukup, Lou Tong. Tidak perlu bertanya lebih lanjut," ucap Nie Lee dengan tatapan tajam.Lou Tong mengernyit, tetapi ia tidak berani membantah kepala perguruan. "Baiklah. Aku hanya merasa ada sesuatu yang aneh...""Tidak semua hal harus kau ketahui," balas Nie Lee dengan suara tegas. "Muridku masih memiliki banyak rahasia yang bahkan aku sendiri tidak mengetahuinya. Dan kurasa, lebih baik kita tidak menggali lebih dalam."Lou Tong akhirnya mundur tanpa berkata-kata lagi, meski jelas ia masih merasa penasaran.Nie Lee menoleh ke arah Qu Cing. "Ayo ikut aku. Bau Ba Chin sudah menunggu. Kita akan membahas misi yang telah kita bicarakan sebelumnya."Qu Cing mengangguk dan mengikuti Nie Lee menuju tempat di mana Bau Ba Chin sudah duduk bersandar dengan ekspresi serius. Ia tampak seperti sedang memikirkan sesuatu dengan dalam."Sebentar lagi liburan akan tiba," kata Nie Lee. "Sayangnya, karena misi ini, kalian

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status