Nana memarkirkan mobilnya di pelataran pertokoan. Toko kuenya berada di salah satu pertokoan di kawasan Echo Beach di Jalan Pantai Batu Mejan, Canggu.Pantai Batu Mejan atau oleh kalangan ekspatriat lebih dikenal dengan nama Echo Beach memiliki gelombang ombak sangat kuat dan lumayan tinggi.Surfing menjadi aktivitas favorit para wisatawan selain duduk santai di tepi pantai sambil melihat pemandangan sunset dan kuliner hidangan seafood bakar tepi pantai.Toko di Canggu adalah tokonya yang terbaru. Sebelumnya Nana telah membuka toko kue dan kedai kopi di Denpasar, Jimbaran dan Seminyak. Toko yang dirintisnya dari sebuah kedai kopi lesehan di kawasan Denpasar hampir sepuluh tahun lalu.Nana menggandeng Alvin dan membawanya masuk ke dalam toko. Beberapa pelayan menyambutnya dengan senyum ramah, namun tidak segera mendekatinya. Hanya seorang gadi yang berjaga di kasir segera menghampirinya."Ibu, ada tamu yang menunggu." Gadis itu memberitahunya dengan suara lirih."Siapa?" Nana memindai
Nana merapikan meja, terutama daftar menu dan kartu nama serta lembaran kertas yang berisi nama dan alamat Cecilia, tamunya tadi."Erick Voerman." Nana menatap kartu nama itu tidak berkedip."Erick? Ini si kucing garong bukan sih? Hadew kenapa dimana-mana ada dia sih?" Nana berkeluh kesah dalam hati.Akhir-akhir ini dia merasakan kehadiran Erick di manapun dia berada. Ini membuatnya pening sekaligus bingung, namun ada secercah bahagia di sudut hatinya yang terdalam."Ibu, makanannya sudah datang. Saya taruh di ruangan ibu." Enik menegurnya pelan, membuyarkan lamunan Nana."Ah iya. Gek, tolong rapikan mejanya ya. Saya mau makan dulu. Kalian gantian ya makannya." Nana mengambil tumpukan menu yang tadi dirapikannya.Enik mengangguk dan dengan cekatan melaksanakan perintah Nana. Sedangkan Nana melenggang menuju ruangannya."Alvin." Nana membuka pintu dengan hati-hati.Perlahan didekatinya bocah yang masih tiduran di atas sofa dengan sebuah buku menutupi wajahnya. Smartphone-nya tergeletak
Nana menepikan mobilnya, dan membuka kaca jendela mobilnya. Dengan hati-hati, dia menyapa ibu-ibu komplek yang kebanyakan kaum ekspatriat atau penduduk lokal yang mengelola villa."Mbok Ruli, ada apa ini? Tumben kumpul-kumpul." Nana tersenyum ramah pada mereka."Eh Mbok Nana! Kapan pulang? Ini lho ada Bli Kadek." Mbok Ruli, wanita asli Bali itu membalas sapaan Nana dengan tak kalah ramah."Bawa bunga dia?" Nana kembali bertanya."Iya Mbok Gek. Borong sini, ada anggrek dan anthurium ini." Mbok Ruli menunjukkan satu pot bunga berisi bunga anngrek yang belum mekar."Sebentar saya parkir mobil dulu." Nana menutup kaca jendela mobilnya dan perlahan-lahan memundurkan mobil mengambil posisi yang tepat untuk memarkirkan mobilnya di pelataran terbuka di depan villanya.Dengan hati-hati dia turun dari mobilnya dan kemudian berbaur dengan ibu-ibu komplek."Hello Mrs. Nana, how are you?" Mery, wanita asal Perancis itu menyapanya dengan ramah."Hello Mrs. Mery, im'fine. Arisan nanti ditempat anda
Nana berjalan pelan meninggalkan villa Mrs. Mery. Erick mengikutinya dari belakang. Beberapa tamu yang lainpun satu persatu meninggalkan villa.Nana sengaja menjauhi Erick karena suasana di jalan komplek villa mereka cukup ramai. Rata-rata penghuninya saling mengenal meski jarang berjumpa dalam kesehariannya.Nana bergegas membuka pintu gerbang barat dan menguncinya kembali. Kepulangannya disambut kucing-kucingnya dengan senang."Meow! Meow!" Kucing-kucing itu mengeong seakan-akan turut senang karena dia telah pulang.Nana tertawa dan menggendong Yuki, kucing yang paling terkecil. Meski begitu dia cukup gendut, seperti bulatan bola yang berbulu."Kalian lapar ya? Sebentar ya, mana ambilkan makanan." Nana menuju ke dapur diikuti kucing-kucingnya yang mengeong-ngeong dengan riang.Nana mengambil makanan untuk kucing-kucingnya dan menuangkannya ke dalam wadah khusus. Meletakkannya di tempat biasa mereka makan dan bermain. Nana duduk di teras menyaksikan kucing-kucing itu menyantap makana
Nana termenung memandangi ombak yang bergulung dan memecah pantai. Sore di Muaya Beach Jimbaran, seperti biasanya diramaikan para wisatawan yang bersiap untuk menikmati makan malam di tepi pantai.Nana sengaja datang ke pantai ini karena merindukan suasana pantainya dan juga sajian seafood-nya yang khas. Sekalian dia menjajaki kemungkinan membuka toko kuenya di daerah sekitaran Jimbaran."Gek Nana! Apak kabar?" Seorang wanita setengah baya dengan pakaian adat Bali mendatanginya dan menyapanya dengan ramah."Meme' apa kabar?" Nana spontan berdiri dan mengulurkan tangannya.Wanita itu menyambut uluran tangannya dan Nana mencium tangan wanita itu dengan khidmat. Wanita itu kemudian duduk di kursi di sebelah tempatnya tadi duduk. Nana pun kembali duduk di kursinya tadi."Saya baik Me'. Meme' apa kabarnya?" Nana menatap wanita Bali itu dengan sumringah.Meme' adalah salah satu pemilik cafe seafood yang berjajar rapi di tepi pantai Muaya Jimbaran. Dahulu Nana sempat bekerja di cafe miliknya
Setelah menghabiskan seafood dan es kelapa mudanya, Nana memutuskan untuk berjalan-jalan di tepi pantai. Matahari belum sepenuhnya tenggelam di ufuk barat. Masih tersisa semburat jingga menghiasi langit Jimbaran sore itu.Nana yang mengenakan topi lebar putih, dengan menenteng sandalnya, menyusuri pantai dari Hotel Intercontinental dan berencana berjalan-jalan hingga sampai ke Hotel Ayana.Cukup jauh, namun pemandangan di sepanjang pantai membuat jarak yang ditempuh seakan sekejap saja. Apalagi cukup banyak wisatawan berlalu lalang juga seperti dirinya, bermain di pantai.Sesekali Nana melompat kecil atau berhenti untuk memungut kerang-kerang yang lucu dan unik cangkangnya. Terkadang dibiarkannya kakinya terendam dalam pasir putih dan tersiram ombak."Jagung bakar! Jagung rebus!" Penjual jagung yang baru saja memarkir gerobak dorongnya berteriak cukup keras, menarik perhatian Nana.Nana segera berlari mendekati gerobak dorong yang penuh terisi dengan jagung-jagung rebus yang masih men
Masih belum larut malam saat Erick tiba di villa. Mobilnya berhenti di ujung jalan karena Nana yang lebih dahulu tiba tengah memutar memarkir mobilnya di garasi villa yang tepat berbatasan dengan villanya.Erick membunyikan klakson saat mobilnya melewati garasi tetangganya yang imut dan manis, Nana si ikan yang kerap membuatnya terpesona. Nana hanya melambaikan tangannya sembari menutup pintu garasinya.Erick kembali membunyikan klakson mobilnya saat tiba di depan pintu gerbang villa dan menunggu seseorang membukakan pintu gerbang untuknya. Selain Mbak Hani yang datang setiap hari untuk membantu Tania menangani urusan rumah tangga, ada Jeje, gadis remaja yang baru lulus SMA yang bekerja di villanya dan menginap untuk menemani Tania dan Alvin.Erick turun dari mobil dan menutup pintu Dengan suara lumayan keras."Terimakasih Je. Tolong ambil dan bawakan barang-barang di bagasi ya. Bawa ke kamar bermain Alvin." Perintahnya pada gadis remaja yang baru beberapa hari ini dipekerjakan Tania,
Erick hendak mengetuk pintu gerbang kayu yang tertutup, namun pintu itu tiba-tiba terbuka. Nana hampir berteriak kaget saat melihat Erick di depan pintu gerbang.Nana tertawa geli melihat Erick menggendong Glacie sedangkan Omil bergelayut manja di bahunya. Kedua kucing itu sepertinya merasa nyaman dalam gendongan si kucing garong."Lah malah diketawain." Keluh Erick melihat Nana cekikikan."Glacie sini." Nana mengulurkan tangannya dan Glacie kucing campuran Himalaya dan Persia itu langsung melompat ke pelukannya."Omil, sini sayang." Nana membujuk Omil untuk berpindah ke gendongannya."Meow! Meow!" Kucing itu menolak dan semakin erat mencengkeram bahu Erick."Nggak mau dia bang." Nana tersenyum kecut sekaligus ingin tertawa terbahak-bahak melihat ekspresi pias si kucing garong."Ah kau, sama saja mamamu kalau sudah nempel Abang nggak mau lepas lagi." Erick tertawa dan membelai kucing berbulu putih bersih itu.Nana mencebikkan bibir dan mencubit lengan pria itu. Kesal sekaligus berbung
Hingga beberapa saat mereka berdua masih menikmati pemandangan dari puncak perbukitan Wayag. Erick dan Nana duduk bersisian sembari sesekali mengambil foto dan video berlatarbelakang pemandangan bak surga di Wayag."Untuk foto prewedding bagus ya?" Nana tertawa saat melihat beberapa hasil jepretan kamera smartphone mereka."Iya, maukah dibikin untuk foto prewedding?" Erick menyimpan smartphone-nya ke dalam ransel."Nggak perlu bang. Aku tidak begitu menyukai sesuatu yang spektakuler untuk urusan yang sakral." Nana tersenyum dan menyangklong ranselnya ke bahu setelah mengeluarkan dua bungkus coklat.Memberikannya sebuah untuk Erick, dan membuka satu kemudian dilahapnya. Erick tertawa dan menerima coklatnya, turut mengunyah sepotong."Maksudmu, kau lebih menyukai sesuatu yang sederhana namun bermakna? Untuk sesuatu yang sakral seperti pernikahan?" Erick bertanya, memastikan dia tidak salah memahami ucapan Nana barusan."Iya," sahut Nana singkat."Kita turun sekarang?" lanjutnya bersiap u
"Sudah siap?" Erick melirik Nana yang masih sibuk berkemas."Sebentar lagi bang," sahutnya sembari memasukkan botol lotion sunscreen yang baru saja dipakainya."Nggak usah bawa bulu mata palsu anti badai, ikan," celetuk Erick menggodanya."Astaga!" Nana tertawa tergelak-gelak.Dapat dibayangkannya seandainya dia serepot dan seheboh itu. Segala macam make up dan skin care belum lagi pakaian dan aksesoris. Rasanya kucing garong akan lebih senang meninggalkannya di homestay daripada mengajaknya berjalan-jalan ke Wayag."Sudah bang! Ayo berangkat!" Nana menyangklong tas ranselnya di kedua bahunya dan siap berangkat."Sudah dibawa semua? Pakaian ganti, obat, sunscreen, kopi dan camilan?" Erick bertanya sekali lagi memastikan tidak ada yang tertinggal."Sudah semua Ndan!" Nana mengangkat tangannya ala tentara.Erick terkekeh dan kemudian merengkuh bahunya. Bersama-sama mereka keluar dari kamar menuju speedboat yang telah menunggu mereka.Nana menaiki kapal dengan dibantu Erick. Ini bukan per
"Wah seafood!" Nana berseru gembira, saat melihat aneka seafood terhidang di meja mereka."Suka?" Erick berbisik di telinganya, menggodanya seperti biasanya setiap kali dia menyajikan sesuatu yang baru untuk Nana si imut."Suka banget mpus." Nana pun berbisik sembari duduk di kursi yang ditarikkan oleh kucing garong untuknya."Kalau begitu habiskan, nikmati sepuasmu!" Erick mengambilkan sebuah kepiting berlumur saos tiram ke atas piringnya."Siap mpus!" Nana mengacungkan jarinya.Erick terkekeh dan mematahkan cangkang kepiting serta mengupasnya dan menyisihkan dagingnya di atas piring kosong."Makanlah!" Disodorkannya piring berisi daging kepiting itu ke hadapan Nana.Nana tersenyum manis dan mengambil daging kepiting di piring. Keduanya menikmati makan malam mereka sembari mengobrol."Mau lobster?" Erick menawarinya, saat pelayan datang dengan lobster aneka kerang."Mau sih, tapi aku lebih suka udang mpus." Nana menunjukkan seekor udang bakar yang tengah dikupasnya."Eh, lobster favor
Deburan ombak ditingkahi deru mesin kapal, serta semilir angin laut yang sejuk, membuat Nana sedikit pusing. Cukup lama dia tidak pernah menaiki kapal."Ikan, kenapa? Mabuk laut?" Erick menatapnya dengan cemas."Nggak mpus, aku takut lihat air," sahutnya sembari tersenyum kecut."Eh, maksudnya?" Erick terkejut mendengar ucapannya."Terkadang aku takut melihat air yang begitu luas, tapi tidak setiap saat sih." Nana menjelaskan."Oh, makanya Abang kaget. Perasaan waktu di Jimbaran juga nggak apa-apa kan?" Erick menatapnya lagi dengan serius."Sekarang takut?" tanyanya lagi."Agak sih, mungkin karena baru pertama kali ke sini atau mungkin karena sudah lama sekali tidak naik kapal." Nana tersenyum kecut."Abang rasa itu karena kau baru turun dari pesawat dan bersambung naik kapal laut, semacam jetlag." Erick mengerutkan keningnya, seperti tengah berpikir."Mungkin saja," sahut Nana sembari merebahkan kepalanya di bahu Erick."Ya sudah, bobok saja. Nanti kalau sudah sampai, Abang bangunin."
"Ini gimana bang? Kok nggak bisa pas?" Nana menatap figurin Optimus Prime di depannya."Ehm, sebentar, mungkin salah pasang kita Non." Erick tertawa dan mengambil figurin yang kini sudah setengah menjadi robot Optimus Prime."Kenapa kau suka Transformers?" tanyanya sembari melepaskan bagian belakang robot."Aku suka baca komiknya. Dulu kan ada di komik bersambung di majalah Bobo," sahut Nana dengan santai."Eh sama ya." Erick tertawa pelan."Makanya saat dibuat versi filmnya, aku suprise banget bang. Sampai bela-belain antri lho waktu mau nonton." Nana terkikik geli ingat kekonyolannya waktu itu."Iya, kan waktu itu habis dilarang to film luar diputar di bioskop Indonesia. Eh sudah nonton Avatar 2?" Erick masih sibuk mengubah posisi beberapa item agar truk Optimus Prime berubah menjadi robot."Sudah kok, One Piece juga sudah. Tinggal nunggu Detektif Conan terbaru." Nana tersenyum sembari menunjukkan sesuatu di smartphone-nya."Dasar wibu, sampai jadwal film anime semua di save." Erick
"Mbak Siti! Ada tamu sepertinya! Dari tadi ketok-ketok pintu gerbang, tolong bukain!" teriak Nana dari jendela kamarnya memanggil asisten rumah tangganya."Iya Bu!" Mbak Siti tergopoh-gopoh setengah berlari menuju pintu gerbang samping."Eh, silakan masuk pak! Sebentar saya panggilkan Bu Nana." Terdengar suara renyah Mbak Siti mempersilakan tamunya masuk.Nana yang baru saja selesai berganti pakaian dan kini tengah menyapukan bedak di wajahnya, tertegun. Tamu di pagi hari, itu di luar kebiasaan. Sangat jarang ada yang betandang ke villanya di pagi hari."Ibu, ada tamu, saya suruh nunggu di ruang makan." Mbak Siti muncul di pintu kamarnya sembari tersenyum kecil."Siapa mbak?" Tanya Nana penasaran."Ada deh Bu, buruan temuin dulu Bu." Mbak Siti menyahut dengan kata-kata penuh teka-teki."Iya sebentar lagi mbak. Tolong buatkan teh atau kopi ya, sekalian sama saya." Nana tersenyum dan berdiri, mematut diri di depan cermin."Siaap Bu!" Mbak Siti bergegas kembali ke dapur.Setelah yakin pen
"Tante Nana!" Alvin berseru memanggil dan melambaikan tangannya."Hei Alvin! Mau berangkat sekolah?" tanya Nana dan mengurungkan niatnya hendak segera meluncur dengan mobilnya."Iya Tante! Bye Tante, bye Omil! Nanti sore main lagi ya!" seru bocah itu lagi dari balik jendela mobil."Berangkat dulu ya Na!" Mami juga melambaikan tangannya.Nana balas melambai dan menatap mobil itu hingga menghilang di tikungan. Kemudian dia menggiring kucing-kucingnya kembali masuk ke dalam villa.Setelah menutup dan mengunci kembali pintu gerbang, Nana pun meninggalkan villa dengan mengendarai mobilnya. Hari ini dia akan pergi daerah Pecatu untuk mengecek lokasi kedai kopinya yang baru.Berbeda dengan toko rotinya yang telah memiliki cukup banyak cabang, kedai kopinya hingga saat ini hanya ada satu saja yang berlokasi di salah satu pusat keramaian kota Denpasar, Jalan Teuku Umar.Nana melajukan mobilnya membelah By pass Ngurah Rai menuju Nusa dua. Jalanan mulai ramai meski tidak macet.Salah satu hal yan
Nana menatap hujan yang turun dengan deras dari tempatnya duduk. Sesekali disesapnya kopi panasnya. Hujan di pagi hari membuatnya enggan untuk beraktivitas.Untungnya Denpasar tidak terlalu sering diguyur hujan sekalipun sebagian besar wilayah di Indonesia telah memasuki musim penghujan."Meow!Meow!" Omil dan Yuki mengeong-ngeong, duduk di kursi dan turut menatap hujan yang turun dengan deras."Kalian bosan ya, nggak bisa main ke Alvin?" Nana tersenyum melihat kegelisahan kedua kucing itu."Meow!Meow!" Yuki mengeong seperti menyahut ucapannya."Tiduran gih sama Glacie dan Tony." Nana menggaruk kepala Yuki dan Omil bergantian.Kedua kucing itu melompat turun dari kursi dan bergabung dengan Glacie, Tony, Cleo dan Kimy yang tengah tiduran di sudut dapur yang hangat. Nana tersenyum melihat tingkah kucing-kucingnya yang lucu dan menggemaskan. Dia pun enggan untuk pergi kemana pun di tengah hujan seperti ini. Meski ada selasar beratap pergola yang menghubungkan dua sayap bangunan villa, di
@Mami[Nyong][Serius sama tetangga sebelah?]Pesan dari mami mengejutkan Erick saat terbangun di pagi hari yang dingin. Untuk beberapa saat dia termangu, ragu untuk membalas pesan sang ibunda.@Erick[Tetangga mana Mami?]@Mami[Tetangga sebelah][Nana yang imut dan manis]Astaga! Erick tergelak membaca balasan pesan dari Mami. Terkadang wanita yang telah melahirkannya itu memiliki selera humor yang bagus.@Erick[Ah Mami bisa saja][Tapi memang sih Nana imut dan manis][Hehehehe]@Mami[Iya][Kau serius atau main-main saja nyong]@Erick[Serius dong Mam][Mami mau kan punya menantu manis cem Nana?]@Mami[Mami sih terserah nyong][Yang penting nyong bahagia][Dan yang terpenting dia bisa menerima keadaan Alvin][Sudah cukup itu bagi Mami]@Erick[Iya Mam][Pasti Mami sudah lihat kan gimana hubungan Alvin dan Nana?]@Mami[Iya][Kemarin seharian Mami ngobrol sama Nana][Dia lucu ya][Suka bercanda][Dan kucingnya itu lho lucu][Tapi dia sibuk juga Mami lihat][Hari ini dari pagi dia s