Siang ini kamar lama milik Jeff Hilton, yang kini ditinggali oleh Delano. Ia mendadak menjadi milyarder terkenal karena warisannya. Nuansa kamar serba krem bergaya Eropa klasik menjadi pilihan dekorasi kamar saat itu.
Tentu saja pemuda itu tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan untuk meraih mimpinya selama ini. Disingkapnya gorden jendela bangunan megah dengan ukiran khas Firenze-Italia dengan perlahan.
Udara sejuk seketika berembus kencang memasuki ruangan kamar. Delano memejamkan matanya sesaat, ia menghirupnya dengan begitu dalam. Di saat bersamaan, tercium parfum beraroma khas bunga mawar menyeruak memenuhi ruangan. Delano menoleh mencari dari mana asalnya.
Sepasang matanya terbelalak, dan terkunci pada pemilik tubuh indah di
Mengendus rencana Oscar dan Delano, Daren menjalankan rencananya lebih awal. Ia terlihat tidak suka dengan kedekatan keduanya. Dahulu sejak kecil, Delano selalu bersamanya. Tidak ada orang lain selain dirinya.Melihat kedekatan Oscar belakangan terakhir, membuat Daren merengkuh sisi buruknya. Rencana demi rencana ia susun sedemikian rupa. Sehingga Delano sedikitpun tidak menaruh curiga.Bukan tanpa alasan Daren menjadi membenci, hal ini disebabkan karena Delano mulai berubah sikap dan juga kepercayaan pada dirinya.**Siang itu, Daren yang kini juga ikut tinggal dan menikmati kekayaan mendiang Jeff Hilton, sedang duduk bersantai di teras mansion.
Terik matahari tidak menyurutkan niat Delano untuk mencari dua orang sahabatnya. Mobil sport mewah miliknya melesat cepat melewati jalanan yang masih ramai.Delano hanya diam didampingi oleh Oscar yang duduk disampingnya ketika mengemudi, beserta seorang pengacara muda yang sengaja disewa Oscar untuk menyelesaikan dan berjaga-jaga jika saja muncul masalah dalam kehidupan Delano.Pemuda berwajah tampan itu fokusnya hanya menatap lurus ke depan. Ia bahkan tidak sedikitpun menyapa Oscar yang sedari tadi melihatnya.Tidak butuh waktu lama. Hanya sekitar lima belas menit berlalu. Mereka telah sampai di sebuah kantor polisi di kota Firenze.Dengan mengenakan jas mahaln
Delano masih diam. Shock tentu saja dengan penuturan Calista yang mengatakan bahwa pelaku yang melecehkan dirinya dan juga menggunduli rambutnya adalah kedua sahabat dekatnya sendiri yang tak lain Hendri dan Bob.Deg!!!Jantung Delano seolah melorot mendengar pengakuan gadis cantik yang kini justru penampilannya berubah drastis yang hampir mirip monster itu."Apa katamu? Kamu yakin?" tanya Delano dengan nada tinggi seolah menyangga pernyataan Calista.Delano langsung mendekat kemudian menangkup wajah perempuannya dengan tatapan intens. Jarak keduanya begitu dekat. Hingga napasnya terasa menghangat ketika menerpa raut wajah Calista.Kedua p
Delano terbangun setelah beberapa jam tertidur. Entah berapa jam lamanya ia terlelap. Kepalanya terasa sangat sakit. Pusing luar biasa akhir-akhir ini sering terjadi dan kembali ia rasakan. Ia memegangi kepalanya yang sangat pusing. Rasanya berputar seperti naik rollercoaster.Tidur ternyata tidak menyelesaikan masalahnya. Justru sakit di kepalanya berulang beberapa kali kerap terjadi."Aaaaargh …." Delano memegangi kepalanya sambil meringis kesakitan. Ia berupaya bangun dari kasur empuknya dengan sempoyongan dan hampir saja terjatuh. Untungnya ia segera berpegangan pada nakas yang tak jauh letaknya dari kasur.Meski perlahan. Tapi ia sukses melangkah ke kamar mandi dan berendam di bathtub sampai sakit kepalanya meng
Begitulah sisi baik Delano. Pribadi yang jauh berbanding terbalik dengan seorang Daren yang entah siapa dirinya. Memiliki wajah sama dan memanfaatkan kemiripannya mengatasnamakan Delano dalam setiap aksi jahatnya.Sepanjang perjalanan Delano memilih diam seorang diri. Meski begitu banyak pasang mata yang sedang memperhatikannya.Ia cuek, meski wanita yang merupakan bagian komplotan preman jalanan menghampiri. Tampaknya berusaha merayu."Boleh tahu siapa nama Anda? Sepertinya bukan orang biasa?" Wanita tersebut mengulurkan tangannya, berharap Delano membalasnya dan memperkenalkan diri.Delano hanya diam dan hanya membalas menatap, selain itu ia juga menyunggingkan senyuman menawan.
Setelah kejang beberapa menit, akhirnya tubuh Delano kembali lemas setelah Oscar melepaskan kalung yang dikenakannya. Oscar sepertinya memang telah paham, dengan apa yang menimpa Delano. Kalung batu safir merah ternyata memiliki kekuatan mistis yang mampu mengendalikan pemakainya.Hal itu juga yang ternyata menyebabkan sikap Delano sering berubah, dari Delano yang pendiam terkadang agresif."Delano … apa kamu baik-baik saja?" Oscar menepuk-nepuk pipi majikan barunya berulangkali.Perlahan Delano membuka kelopak matanya. Ia menoleh dan menyisir seluruh ruangan."Ini kamar masa kecilku 'kan Oscar?" tanyanya ragu-ragu.
Sudah sepuluh menit Oscar berdiri di belakang Delano. Pemuda itu terus memperhatikan rumah berbentuk mini yang bertengger di atas nakas di ruang keluarga.Hawa terasa dingin. Tak lama kemudian disusul hujan lebat yang mengguyur desa terpencil itu. Oscar lelah mematung. Ia berinisiatif menegur Delano."Delano, kenapa kamu hanya diam mematung? Dan menghentikan ceritamu?"Oscar berpindah duduk di sofa yang letaknya tak jauh dari rumah miniatur yang masih ditatap Delano tanpa kedip. Pemuda itu bahkan mendekatkan wajahnya mengintip rumah miniatur di atas meja."Dari sini pertemuanku dan Daren di mulai," ujar Delano.Ia mengisahkan,
Masih di hari yang sama. Di rumah tua, tempat Delano kecil tinggal dulu. Di sebuah desa terpencil yang dikelilingi perkebunan Bunga dan sayur.Hari masih gelap. Embun saja masih bertengger manis di setiap sela-sela dedaunan yang diselimuti oleh kabut. Hawa dingin menyeruak masuk lewat celah jendela. Rintik hujan masih deras menetes. Suaranya terdengar riuh.Delano masih diam membisu. Mencoba mengingat semua kenangan masa lalu. Ia melupakan sejenak jika salah seorang temannya sedang membutuhkan pertolongan."Delano, kamu besok harus kembali ke kota." Oscar beranjak pergi setelah mendengar kisah dan mengutarakan niatnya."Ya. Tolong buatkan aku janji dengan seorang