Tiga tahun begitu cepat berlalu, tapi Anton masih belum berubah sekalipun Yuliani sudah menasihati. Pria tampan itu masih melakukan pekerjaan kotor tanpa sepengetahuan sang Istri. Dia memang pintar berpura-pura, dari rumah berpakaian seolah bekerja kuli. Padahal di dalam tas yang selalu dibawa sudah ada peralatan untuk mengelabui wanita-wanita kaya yang butuh belaian seorang suami.Kevan sudah tumbuh menjadi anak laki-laki yang tampan seperti ayahnya. Dia bahkan menjadikan Anton sebagai cermin sebagai sosok laki-laki yang baik. Dia begitu mengidolakan sang Ayah karena gagah, tampan dan sangat penyayang sama keluarga. "Ini uang yang kamu inginkan, terima kasih karena telah membuatku puas dengan layanan yang kamu berikan." Wanita yang merupakan seorang janda memakai pakaian yang berserakan di lantai. Anton mengambil uang yang diberikan dengan senyuman menyeringai. 'Kalau begini caranya, aku bisa kaya mendadak lagi. Tapi aku harus pintar-pintar menyimpan semua uang ini, jangan sampai Y
Yuliani masih tetap optimis karena mengingat janji yang telah diucapkan oleh suaminya. Meskipun ada sedikit ragu dalam hati. Dia sudah berada di titik lelah untuk mengurus pria yang tidak tahu diri."Siapa yang datang?" tanya Anton."Karin," sahutnya singkat.Anton mengernyitkan dahi. "Ngapain dia ke sini?" tanya pria tampan itu terlihat santai, tapi dalam hatinya begitu kesal. "Gapapa, katanya rindu." Yuliani malas berdebat, dia yakin ujung-ujungnya pasti pria itu memiliki alasan untuk berkilah."Oh!" Hanya itu yang dilontarkan oleh Anton.Pria itu berlalu pergi meninggalkan Yuliani. "Kamu mau ke mana lagi, Mas?" tanya Yuliani."Aku harus pergi, soalnya ada hal yang harus aku selesaikan," ucap Anton."Memang penting banget ya, Mas?" tanya Yuliani mulai curiga. Jangan-jangan apa yang dikatakan Karin ada benarnya juga, suaminya kembali mempermainkan wanita."Penting banget, Sayang. Kamu di rumah dulu ya, temani Kevan. Lagi pula, di rumah ini masih ada Surti yang membantumu mengurus pe
Reza ingin membantu, tapi diusir oleh Anton. Dia juga dilarang untuk mengunjungi rumah mereka lagi. Jika pria itu tetap menemui Yuliani, maka harus menerima konsekuensinya. Istrinya tidak akan berhenti dianiaya. "Sudah cukup, Mas. Jangan pukuli aku lagi!" rengek Yuliani dengan wajah memar."Aku tidak akan memberikanmu ampun, Yul. Kamu ternyata diam-diam bertemu dengan pria itu! Pria yang jelas-jelas menjadi mantan pacarmu!" hardik Anton. Kevan melihat ibunya dipukuli langsung memohon untuk menghentikannya. Melihat putranya menangis, Anton menghentikannya. "Aku tidak ingin melihatnya ke sini lagi!" seru Anton terakhir kalinya."Aku dan dia cuma berteman, Mas. Tidak lebih, sedangkan kamu. Sudah berapa kali kamu membohongiku, bahkan kamu telah berselingkuh dengan wanita-wanita lain yang kamu ambil uangnya!" Yuliani mulai mengungkit semua yang pernah terjadi."Diam kamu! Aku bebas melakukan apa pun yang aku mau, sedangkan kamu! Tidak pantas bagi seorang istri menemui pria lain, terlebi
Pria tampan menurut dengan perkataan ayah mertuanya. Dia pergi dan akan kembali besok pagi untuk menjemput anak dan istrinya."Memang ada apa lagi, Bu? Kenapa Anton mencari putri dan cucu kita?" tanya Mark. Pria itu memang tidak tahu apa yang terjadi. Hanya melakukan apa yang dikatakan oleh sang Istri."Ceritanya panjang, Ayah. Lebih baik kita istirahat saja dulu, nanti Ayah tahu sendiri apa yang sudah terjadi. Intinya mereka bertengkar lagi, jadi Yuliani pulang ke rumah ini." Dina menceritakan tidak secara detail. Tidak mungkin juga wanita itu mengatakan kalau anaknya dipukuli oleh Anton, bisa-bisa nanti pria itu murka.Mereka berdua masuk ke rumah untuk melanjutkan istirahat yang sempat terganggu oleh kedatangan Anton. Keesokan paginya, pria tampan kembali ke rumah mertuanya dengan pakaian yang lebih sopan lagi. Dia juga membawa bingkisan untuk diberikan kepada keluarga Yuliani. Berharap kedua mertuanya mau membujuk putri mereka untuk memaafkan segala kesalahannya."Sampai kapan pu
Ternyata tidak ada yang berubah dari Anton, pria itu masih tetap bermain dengan wanita lain. Bahkan terang-terangan mengajak wanita tersebut datang ke rumah mereka yang sudah tiga minggu dibiarkan kosong.Beruntung Mark mengikuti ke mana perginya menantunya, jika tidak. Mungkin kelakuan bejatnya tidak akan diketahui. "Menurut Ayah lebih baik kamu bercerai saja dengannya, Yul. Dari pada harus menyiksa diri sendiri." Mark memberikan nasihat."Aku juga maunya begitu, Ayah. Namun, bagaimana dengan Kevan? Dia masih terlalu kecil untuk merasakan broken home. Juga, dia butuh sosok ayah yang bisa menjadi cermin untuknya." Yuliani memaparkan pendapatnya."Ayah tahu, tapi apakah kamu mau Kevan mengikuti jejak ayahnya menjadi pria tidak tahu diri? Masih banyak cara yang harus dilakukan untuk mendidik Kevan, Yul. Dengan atau tanpa seorang suami. Lagi pula, buat apa memiliki suami model kayak Anton gitu? Jelas tidak ada baik-baiknya sama sekali. Yang ada cuma bikin sakit hati, iya 'kan, Bu?" cetu
Koper Anton dilempar begitu saja ke depan pintu gerbang, membuat pria itu kaget dan terbangun dari tidurnya."Ada apa ini, Ayah?" tanyanya panik."Segera kamu pergi dari rumah ini, aku tidak ingin melihat wajahmu lagi! Dan jangan pernah memanggilku Ayah mulai detik ini juga!" hardik Mark tanpa melihat wajah menantunya."Tolong jelaskan, ada apa ini? Aku masih menantumu, Ayah!" rengek Anton memelas."Mulai hari ini, aku minta kamu tinggalkan putriku! Ceraikan dia!" pekik Mark, wajahnya semakin memerah."Kenapa aku harus menceraikan dia, Ayah. Aku masih mencintainya," ujar Anton lirih. Dia langsung melihat tajam ke arah Yuliani yang baru saja datang menghampiri."Tolong jelaskan, Sayang. Ada apa sebenarnya? Kenapa Ayahmu murka?" tanyanya menatap wajah sang Istri."Tidak ada lagi yang harus aku bicarakan, Mas. Semua sudah jelas, kita tidak bisa lagi bersama setelah apa yang kamu perbuat. Aku tidak akan membiarkan Kevan dan diriku sendiri makan dari uang haram yang kamu berikan," papar Y
Yuliani sekeluarga syok dengan semuanya, ternyata Anton sudah mengambil alih harta Mark dengan caranya yang licik. Sertifikat rumah juga sudah berpindah tangan pada pria tampan itu hingga keluarganya tidak memiliki harta benda lagi. Tidak hanya rumah, tapi juga bisnis yang dijalani pria setengah paru baya itu juga diambil alih."Kapan mas Anton melakukan semuanya, Ayah? Bukankah Ayah tidak pernah memberikan tandatangan Ayah kepada sembarang orang?" tanya Yuliani."Dia sudah mengelabuiku, Yul. Dia pernah meminta tanda tangan Ayah dengan alasan ingin memberikan Ayah tanah yang dia beli. Dengan segala bujuk rayunya, Ayah mau saja. Tidak pernah berpikir kalau dia akan melakukan semua ini." Mark baru sadar dan menceritakan semuanya. "Tapi kenapa Ayah tidak pernah bercerita?" tanya Dina kecewa."Soalnya Ayah sudah berjanji untuk tidak mengatakan kepada siapa pun termasuk kalian berdua." Mark menjawab sesuai yang diingat.Ketika mereka sedang panik karena telah kehilangan harta benda, Anton
Sebuah keajaiban datang, apa yang diharapkan Mark benar-benar terjadi. Seseorang datang memberikan bantuan pada keluarganya. "Terima kasih atas bantuannya, Reza," ucap Yuliani sembari tersenyum. Dia tidak menyangka pria itu akan membantunya. Memberikan tempat tinggal untuk keluarganya dan juga modal usaha."Sama-sama, gak usah sungkan begitu. Kita sudah lama kenal 'kan? Jadi anggap saja ini bantuan dari seorang teman." Reza memaparkan untuk menghilangkan rasa tidak nyaman Yuliani."Aku dan keluargaku berjanji, pasti kita akan membayar semuanya," kata Yuliani menjelaskan."Gak usah, Yul. Aku ikhlas membantumu dan keluargamu." Reza tidak mau Yuliani dan keluarganya merasa memiliki hutang budi.Bukan Yuliani jika tidak keras kepala, wanita itu tetap akan mengembalikan semua yang sudah diberikan Reza. Dia menganggap bantuan dari pria itu sebagai pinjaman.Pria berkaki jenjang itu pun tidak tahu harus berbicara apalagi, selain mengiyakan apa pun yang dikatakan Yuliani. "Aku harus pergi d
Semakin hari Kevan serta Anton semakin dekat saja, bahkan pria itu menggunakan putranya sebagai alat agar bisa menerima pria itu lagi. Namun, orang tua Yuliani sudah tidak menyetujui. Mereka tidak yakin kalau pria tampan akan benar-benar berubah. Pun Yuliani juga merasa bahwa mantan suaminya tidak akan pernah berubah. Jadi, dia dilema dengan semua yang terjadi dalam hidupnya."Ayah menyarankan kamu untuk menikah dengan Reza agar tidak dikejar terus oleh Anton. Lagi pula, sampai detik ini Reza masih mencintaimu dan berharap kamu membalas cintanya, Yul." Mark memberikan nasihat."Dari mana Ayah tahu semuanya? Padahal sudah lama dia tidak pernah ke sini lagi sejak aku memintanya untuk tidak menganggu kehidupanku lagi." Yuliani heran pada Mark yang masih tetap pada pendiriannya. "Sebenarnya, dari awal Ayah bekerja dengannya, Yul. Maaf, karena sampai detik ini Ayah tidak pernah mengatakan pada kalian," aku Mark menundukkan kepala merasa bersalah.Dina terkejut mendengar pengakuan suaminya,
Anton kembali datang ke rumah Yuliani, hingga membuat Reza salah paham. Pria itu pamit pergi setelah meminta maaf, dan berjanji tidak akan mengganggu wanita itu lagi."Ngapain lagi kamu ke sini?" tanya Yuliani ketus. Wanita itu sampai gak menghiraukan Reza yang sudah pergi dan menghilang dari hadapannya."Aku mau minta maaf, Yul. Aku juga ingin melihat anakku," sahut Anton dengan netra berkaca-kaca."Aku sudah memaafkanmu," ucap Yuliani tanpa rasa iba. Dia tidak akan membiarkan Anton bertemu dengan Kevan. "Aku ingin bertemu Kevan," ucap Anton lirih."Dia sudah tidur, lebih baik kamu pergi sekarang juga!" usir Yuliani pelan. Dia tidak ingin ada keributan, jadi berbicara begitu pelan."Aku memang salah, tapi apa aku gak berhak melihat anakku?" tanya Anton mengharapkan iba."Ini sudah malam, dia sudah tidur. Lebih baik kamu pergi, jangan sampai istirahatnya berkurang karena hadirmu." Yuliani berusaha untuk memberikan pengertian."Besok pagi aku akan kembali ke rumah ini untuk bertemu Ke
Obrolan Reza hanya sebatas itu saja, sebab pria itu juga belum siap untuk ditolak lagi oleh wanita yang dicintainya. "Aku pamit pulang dulu, ya." Reza pamit karena tidak nyaman terlalu lama berada di samping Yuliani."Kenapa buru-buru?" tanya Yuliani basa-basi."Iya, soalnya sudah malam." Reza tidak memiliki alasan. Sebenarnya dia masih betah dan ingin berlama-lama, tapi pria itu tahu diri juga.Yuliani meninggalkan Reza sendiri untuk memanggil kedua orang tuanya. "Kenapa gak menginap saja di sini?" tanya Mark, tapi lengannya justru disenggol oleh Dina."Mungkin lain kali, Om." Reza malah menanggapi. Wanita yang sedang menggendong Kevan itu pun merasa tidak enak hati. Dia terlihat malu karena kelakuan ayahnya.Mark mengantarkan Reza hingga ke depan rumah, mereka berdua juga tidak lupa untuk mengobrol perihal perasaan. "Bagaimana kisah selanjutnya? Apakah kamu berusaha mencoba sekali lagi?" tanya Mark penasaran akan obrolan putrinya dengan Reza."Aku belum memiliki nyali, Om. Sebel
Seluruh keluarga disibukkan dengan pekerjaan masing-masing. Mark bekerja di bengkel milik teman Reza, sedangkan Yuliani masih setia berpartner dengan ibunya. Kevan yang masih kecil juga bisa diajak bekerja sama. Bisnis mereka saat ini adalah dekorasi pelaminan, mereka mendapatkan modal dari meminjam ke bank. Mereka nekat melakukan semua demi sebuah kesuksesan yang mereka yakini akan datang. Awalnya Dina ragu, tapi semua sirna saat Yuliani meyakinkannya. "Jatuh bangun dalam usaha itu pasti, Bu. Tapi kita harus bangkit, bukan menyerah dan meratapi sebuah keadaan. Yuliani sudah banyak belajar dari kejadian di masa lalu, Bu. Bahwa Allah akan memberikan jalan bagi hamba-Nya yang mau berusaha." Yuliani menasihati panjang lebar. Dia berpikir, mungkin saja ibunya sedang kehilangan pegangan. Maka sudah menjadi tugasnya untuk mengingatkan. *** Tiga tahun segera berlalu, usaha mereka terbilang cukup sukses karena hutang pada bank berhasil dilunasi. Dekorasi yang mereka miliki juga banyak yan
Hari mulai sore, tapi Mark belum juga mendapatkan pekerjaan. "Aku harus tetap berusaha agar bisa mendapatkan pekerjaan." Mark bergumam. Dia sudah berkeliling, bahkan ke beberapa bengkel untuk menawarkan diri agar bisa bekerja. Namun, tdiak ada satu pun yang mau menerima. Hingga pria itu bertemu dengan Reza yang sedang membeli buah di pinggir jalan."Om!" panggil Reza ketika melihat Mark."Reza!" Mark membalas sapaan."Om mau ke mana? Biar aku antar," tanya Reza menawari."Om lagi cari pekerjaan, Reza. Namun, sampai detik ini belum mendapatkan pekerjaan juga. Sulit sekali mencari pekerjaan sekarang ini," sahut Mark lirih. Terlihat jelas dari raut wajahnya, kalau pria itu terlihat kelelahan. "Usaha kuenya bagaimana, Om? Bukannya lagi berkembang pesat ya?" cecar Reza. Pria itu memang akhir-akhir ini tidak terlalu mengetahui detail apa yang terjadi pada keluarga wanita yang masih dicintainya."Sudah gak ada yang percaya untuk memesan kue keluarga kami, Reza." Mark menghela nafas panjan
Setelah perceraian itu, Yuliani kini fokus menjalani hari-harinya untuk Kevan. Dia juga membantu usaha Dina untuk membuat kue, satu-satunya cara untuk mereka bertahan hidup dan bisa membeli makan. Akan tetapi, ada saja ujian dan cobaan yang harus mereka hadapi ketika mereka mau menuju sukses. Pria tampan yang diceraikan tujuh bulan yang lalu tidak terima, jadi hadir untuk membalaskan dendam."Apa yang kamu inginkan, Anton? Kenapa kamu masih tetap menganggu hidupku? Semua urusan kita sudah selesai, lantas kenapa kamu harus datang lagi dan merusak semuanya?" cecar Yuliani menghampiri Anton yang masih tetap tinggal di rumah yang lama."Aku masih sakit hati padamu, Sayang. Tidakkah kamu mengerti? Aku juga tidak ingin melihatmu dan seluruh keluargamu bahagia serta sukses. Makanya aku fitnah kalian agar pelanggan kue yang kalian jual kabur semua!" papar Anton tanpa merasa bersalah. Pria itu sudah tidak memiliki hati, sebab hatinya sudah diselimuti oleh perasaan benci."Aku tidak menyangka k
Yuliani masih terngiang akan lamaran Reza, tapi wanita itu tidak mungkin secepat itu mengambil keputusan untuk menerima. Terlebih, perceraian masih dalam proses di pengadilan. Dia tidak mungkin terburu-buru sekalipun surat cerai sudah ada digenggaman tangannya. "Aku belum siap menerima siapa pun untuk hadir dalam hidupku. Butuh waktu yang lama buatku untuk kembali menikah, sebab rasa trauma yang masih aku rasakan. Aku harap kamu mengerti dengan ucapanku, dan aku merasa tidak pantas untukmu." Itulah kalimat jawaban yang diberikan Yuliani pada Reza. Tidak hanya mengerti, pria itu bahkan siap untuk menunggu wanita yang dicintai sampai kapan pun juga, hingga mau membuka hati untuknya. Yuliani merasa bingung dengan semuanya. "Kenapa aku harus dihadapi dengan persoalan perasaan lagi?" pikirnya. Dia memijat keningnya yang merasa pusing karena memikirkan semuanya."Ibu sakit?" tanya Kevan ketika melihat ibunya masih belum tidur. "Ibu hanya pusing sedikit saja. Kamu mending istirahat ya, so
Sebuah keajaiban datang, apa yang diharapkan Mark benar-benar terjadi. Seseorang datang memberikan bantuan pada keluarganya. "Terima kasih atas bantuannya, Reza," ucap Yuliani sembari tersenyum. Dia tidak menyangka pria itu akan membantunya. Memberikan tempat tinggal untuk keluarganya dan juga modal usaha."Sama-sama, gak usah sungkan begitu. Kita sudah lama kenal 'kan? Jadi anggap saja ini bantuan dari seorang teman." Reza memaparkan untuk menghilangkan rasa tidak nyaman Yuliani."Aku dan keluargaku berjanji, pasti kita akan membayar semuanya," kata Yuliani menjelaskan."Gak usah, Yul. Aku ikhlas membantumu dan keluargamu." Reza tidak mau Yuliani dan keluarganya merasa memiliki hutang budi.Bukan Yuliani jika tidak keras kepala, wanita itu tetap akan mengembalikan semua yang sudah diberikan Reza. Dia menganggap bantuan dari pria itu sebagai pinjaman.Pria berkaki jenjang itu pun tidak tahu harus berbicara apalagi, selain mengiyakan apa pun yang dikatakan Yuliani. "Aku harus pergi d
Yuliani sekeluarga syok dengan semuanya, ternyata Anton sudah mengambil alih harta Mark dengan caranya yang licik. Sertifikat rumah juga sudah berpindah tangan pada pria tampan itu hingga keluarganya tidak memiliki harta benda lagi. Tidak hanya rumah, tapi juga bisnis yang dijalani pria setengah paru baya itu juga diambil alih."Kapan mas Anton melakukan semuanya, Ayah? Bukankah Ayah tidak pernah memberikan tandatangan Ayah kepada sembarang orang?" tanya Yuliani."Dia sudah mengelabuiku, Yul. Dia pernah meminta tanda tangan Ayah dengan alasan ingin memberikan Ayah tanah yang dia beli. Dengan segala bujuk rayunya, Ayah mau saja. Tidak pernah berpikir kalau dia akan melakukan semua ini." Mark baru sadar dan menceritakan semuanya. "Tapi kenapa Ayah tidak pernah bercerita?" tanya Dina kecewa."Soalnya Ayah sudah berjanji untuk tidak mengatakan kepada siapa pun termasuk kalian berdua." Mark menjawab sesuai yang diingat.Ketika mereka sedang panik karena telah kehilangan harta benda, Anton