Pria bernama Oscar kembali menjadi sasaran amuk bosnya. Ia melempari Oscar dengan remote TV usai melihat berita tentang Venus Harristian yang selamat dari rencana pembunuhan di salah satu restoran. Meskipun hanya mengalami syok namun polisi mengonfirmasikan jika Venus selamat. Hingga saat ini belum ada tersangka yang ditahan dan para pengawal Venus juga masih selamat.
“Apa tidak ada satu pun dari kalian yang bisa mengatasi masalahku? Dasar brengsek! Kalian bodoh semua!” tunjuk si bos marah besar dan terengah. Ia berkacak pinggang dan mengurut keningnya lagi. Rencananya nyaris gagal total. Venus tetap bersaksi di pengadilan dan Tyler Doyle bisa kapan saja membuka mulutnya terlalu lama jika ia ada di penjara.
“T-Tuan, kita bisa coba hubungi Dorotsky lagi ... “ ucap Oscar mencoba memberi usulan.
“Apa kau gila! Hah! Kau pikir Dorotsky akan datang membantuku dengan gratis? Apa lagi anak buahnya malah mati gara-gara pengawal itu! Dasar br
Venus keluar dari kamarnya dan berjalan keluar penthouse. Hari ini perasaannya jadi sedikit lebih baik usai kejadian kemarin. Namun ia masih belum mau beraktivitas setidaknya sampai esok setelah proses pemakaman Felipe selesai dilakukan.Untuk mengusir stres, Venus pun ingin berolahraga di gym pribadinya. Dan sebelum ia masuk, tiga orang pengawalnya yang selamat yaitu Kyle, Jake dan Edward baru keluar dari ruang gym tersebut. Mereka langsung menyapa Venus yang telah siap dengan pakaian olah raganya.“Kalian sudah selesai berolahraga?” sapa Venus dengan ramah dan lemah lembut seperti biasanya. Kyle tersenyum dan mengangguk.“Iya, Nona. Terima kasih sudah memberikan kami ijin untuk bisa mempergunakan fasilitas olah raga pribadi milikmu,” jawab Kyle juga ramah. Venus mengangguk masih dengan senyuman di wajahnya.“Tentu saja kalian boleh menggunakan semua fasilitas di rumahku. Jangan sungkan. Bagaimana kabar kalian? Apa sudah leb
Baru kali ini Laras terlihat cemas memikirkan Dion. Tak pernah sekalipun dalam hubungan mereka selama ini, Dion menghilang nyaris satu minggu tanpa kabar. Biasanya Dion selalu rajin menghubunginya atau setidaknya bertukar pesan. Bahkan dalam dua bulan ini, Dion tak pernah absen memberi kabar. Namun setelah kejadian yang membuat Laras akhirnya meminta maaf, Dion tiba-tiba menghilang.“Kamu kenapa?” tegur Rico pada Laras yang sibuk dengan ponselnya saat jam kantor. Laras sedikit tersentak dan menyembunyikan ponselnya.“Ndak apa, Mas. Aku cuma ...”“Jangan panggil, Mas di kantor! Kalau ada yang denger gimana?” potong Rico cepat sambil melihat ke kanan dan kiri memantau agar tak ada yang melihat.“Maaf ...” ucap Laras sedikit menunduk. Rico pun menarik lengan Laras dan memasukkannya ke dalam ruangannya. Ia melihat ke arah luar sebelum berbalik dan bertanya pada Laras.“Ada apa sih? Kamu dari kemarin
Dion hanya bisa terpaku pada hal yang baru saja terjadi dan memilih untuk menyembunyikannya dengan baik. Terbersit rasa cemburu kala Jupiter dengan mudah membawa Venus pergi meninggalkannya dan Gareth yang saling berhadapan.“Pergilah, Tuan Moultens! Anda bukan undangan di sini!” usir Dion dengan nada rendah dan ketus. Venus masih sempat menoleh ke belakang melihat Gareth yang menahan geraman kekesalannya pada tindakan Jupiter King dan kini harus berhadapan dengan Dion Juliandra.“Huh, kau pikir kau bisa mengusirku ya?” Gareth mengangguk kesal dan tetap memandang tajam pada Dion yang tak bergeming sama sekali. Tak punya pilihan, Gareth akhirnya pergi meninggalkan tempat itu dengan kekecewaan. Dion yang juga merasakan sedikit kecewa hanya bisa sedikit berbalik menoleh melihat ke arah Venus yang tengah bicara cukup dekat dengan Jupiter.“Kamu yakin baik-baik aja?” tanya Jupiter dengan lembut menyentuh lengan Venus. Venus terseny
"Selamat sore!" sapa Dion yang pertama kali muncul dan berdiri di depan meja kopi Knight dan Jessica yaitu dua orang sahabat Chloe Harristian di kampusnya."Selamat sore, silahkan duduk!" balas Jessica beramah-tamah pada Dion dan Venus. Dion mengangguk lalu menarik satu kursi terlebih dahulu agar Venus bisa duduk di sebelahnya. Setelah Venus nyaman, barulah Dion ikut duduk berhadapan dengan mereka berdua."Kalian mau pesan apa?" tanya Jessica agak sedikit gugup. Pasalnya ia baru pertama kali bertemu dengan Venus Harristian. Sebelumnya ia hanya mendengar selentingan saja kabar mengenai Chloe yang merupakan adik kandung penyanyi terkenal Venus dan rapper papan atas The Midas Rei. Pada kenyataannya, Jessica belum pernah bertemu mereka sama sekali bersama Chloe. Kali ini ia baru percaya jika Chloe memang adik kandung dua musisi hebat tersebut."Biar aku saja yang pesan ..." Dion beralih pada Venus yang mengangguk padanya. Dion sudah hafal minuman kegemaran Venus sel
"Chloe hilang, Kak!" lapor Venus dengan nada pasrah. Sontak mata Rei terbuka lebar."Apa!" sahut Rei menaikkan nada suaranya. Venus tetap mengangguk meyakinkan."Aku sudah pulang tapi, gak ada orang. Aku telepon dia gak angkat, sampai akhirnya sambungannya mati dan sekarang gak bisa dihubungi lagi. Jill mengaku dia sudah pergi dan gak pulang sampe hari ini!" ujar Venus menjelaskan situasi yang terjadi pada Chloe saat ini."Tadi aku juga bertemu dengan teman-temannya di kampus. Dan mereka bilang Chloe sedang melakukan tugas kuliah bersama Aldrich. Aldrich juga pergi." Rei terdiam dan jadi bingung. Kenapa malah jadi seperti ini?"Daddy memang menghubungi Kakak tapi dia gak bilang sama sekali kalau Chloe hilang!" aku Rei beberapa saat kemudian."Daddy mungkin mengira dia pergi buat melakukan tugas kuliahnya merestorasi barang-barang kuno apa gitu. Aku gak ngerti. Tapi semenjak itu, Chloe gak ada kabar, Kak! Dan aku sangat kaget waktu Jill bilang
Sementara itu di sebuah klinik, Laras menerima hasil tes yang menyatakan jika ia memang positif hamil.“Bagaimana dong Dokter tanggung jawabnya ini? Masa jadi bobol juga sih!” tukas Laras begitu kesal mengadu pada dokter kandungannya yang hanya bisa tersenyum saja.“Ibu, saya kan sudah pernah mengatakan. Jika tidak ada satu pun alat kontrasepsi yang 100 persen bisa mencegah kehamilan. Satu persen pun bisa jadi peluang kehamilan dan ini bukan kasus yang jarang terjadi lho! Banyak juga pasutri yang mengalami hal ini!” ucap dokter tersebut memberikan pengertian pada Laras.Akan tetapi, Laras sepertinya tak mau menerima penjelasan apa pun. Ia sendiri bingung tentang apa yang harus ia lakukan.“Sebaiknya sekarang fokus kita adalah bagaimana caranya menjaga kandungan Ibu agar sehat sampai saatnya melahirkan nanti!” sambung dokter lagi. Laras makin kesal karena dokter malah mengalihkan fokus.“Dokter ini bagaimana
DUA HARI SEBELUMNYATerdengar bunyi air yang keluar dari penampungannya pada toilet untuk membilas habis seluruh muntahan Laras. Pagi ini sama seperti kemarin, Laras muntah-muntah di toilet kamar mandi miliknya. Ia pusing dengan rasa linu dari tukang belakang sampai pinggang. Tak hanya itu rasanya ototnya pegal seperti usai berlari jauh.“Huh, salah makan apa lagi sih aku!” gerutu Laras memijit tekuknya sambil mengatur napas. Laras duduk di sisi ranjang sambil berpikir beberapa saat. Sudah dua hari ia muntah-muntah seperti ini. Rasa curiga mulai menyelimutinya dari kemarin tapi Laras mengabaikannya.“Gak mungkin aku hamil. Aku kan pakai IUD! Ah, gak mungkin banget!” gumam Laras pelan dengan jantungnya yang berdetak sedikit lebih kencang karena kegugupan yang melanda. Tapi Laras benar-benar curiga pada kondisinya. Ia lalu bangun dan mengambil kalender meja tak jauh dari sudut kamarnya untuk mengecek.“Aduh, aku lupa lagi nyate
“Laras, ini bukan soal aku tapi kamu. Sudah berapa lama kamu berselingkuh di belakangku sama Rico? Kenapa kalian melakukan ini sama aku?” tukas Dion mulai terpancing emosi. Padahal ia sudah menahan agar tetap sabar dan bisa mengendalikan nada bicaranya. Namun rasa sakit dikhianati oleh Laras membuat Dion jadi hilang kendali.“Aku ndak pernah selingkuh sama Mas Rico! Jangan menuduh aku sembarangan dan tanpa bukti, Mas!” tukas Laras masih bersikeras tak mau mengalah sama sekali. Dion lantas mengurut keningnya pelan dengan ponsel masih menempel di telinga.“Aku sudah bilang kalau aku punya bukti ...”“Tapi kamu malah ngaku hape kamu ilang jadi ndak bisa ngasih lihat aku kan? Mas, aku ndak nyangka kamu bisa berbohong seperti ini sama aku. Kamu ndak pernah kayak gini, Mas!” balas Laras dengan suara memelas dan malah terdengar sedih.“Laras, jangan buat aku marah. Aku sudah cukup sabar sama kamu ...”
Setelah celingukan memastikan tidak ada yang mengikutinya, Dion masuk ke sebuah restoran mewah di kawasan Brooklyn milik chef terkenal Brema Mahendra. Restoran berbintang Michelin itu tidak sembarangan bisa dimasuki oleh orang lain kecuali pengunjung yang telah memesan tempat dan sahabat dekat si pemilik restoran.Maka ketika Dion masuk, para penguntitnya tertahan di depan. Sementara Dion bebas berjalan masuk ke dalam sampai ke area terlarang yaitu dapur. Di sana, Brema sudah menunggu dengan mejanya yang telah disiapkan untuk pertemuan mereka. Ares baru tiba beberapa saat kemudian. Ia masuk dari jalan belakang.“Apa masih ada yang mengikutimu?” tanya Brema setelah Dion duduk di kursinya.“Iya, mereka ada di luar.” Brema langsung memanggil salah satu stafnya untuk mengusir non pengunjung dan yang menguntit Dion dari lingkungan restorannya.“Jauhkan mereka dari parkiran!” perintahnya lebih lanjut.“Baik
Dengan panik, Venus masuk ke kamar mandi lalu menguncinya. Ia langsung memeriksa kulit lehernya lewat cermin dan melihat dengan jelas seperti apa bentuk bekas ciuman yang memerah di kulitnya. Dion memergoki langsung ada bekas pria lain di tubuh Venus. Seketika Venus menahan teriakan dengan membekap mulutnya sendiri.Air mata berlomba-lomba jatuh dan kakinya tidak kuat menopang berat tubuh. Venus jatuh di lantai terduduk menangisi dirinya sendiri. Sangat menyakitkan saat ia harus menyakiti Dion seperti itu. Hati Venus hancur melihat rasa kecewa di mata Dion padanya.“Mas Dion, maafin aku ... maafin aku ...” Venus merapal tanpa suara sambil meremas pakaian di dadanya.“Venus? Cinta? Tolong keluar, Sayang. Ayo kita bicara ...” terdengar suara Dion yang bergetar namun masih lembut memanggil istrinya. Dion tidak meledak marah meski ia menemukan dengan jelas pengkhianatan Venus. Namun hal itu hanya membuat Venus makin terluka.“Aku
‘Mas Dion? Mas Dion, tolong aku! Tolong, Mas ...’Seketika mata Dion terbuka dan ia kaget. Suara Venus memohon pertolongan darinya membuat ia terbangun dari mimpinya. Dion kebingungan. Ia masih berada di kamar. Bedanya ia tidak tidur di ranjang melainkan duduk di sofa dan tertidur. Di tangannya masih tersemat tasbih rosario kala ia berdoa untuk Venus.“Venus? Sayang!” panggil Dion bangun dan berjalan keliling kamar mencari Venus yang ternyata belum pulang. Hari sudah pagi namun belum ada kabar dari istrinya sama sekali. Dion mencoba kembali menghubungi Venus dan masih sama saja seperti ratusan panggilan yang ia lakukan seharian.“Gak, aku gak bisa diam saja! Aku harus cari dia.” Dion akhirnya mengambil keputusan dan keluar dari kamar. Dion kembali menanyakan pada Edward yang juga tidak kunjung mendapatkan kabar dari Venus.“Manajemennya sudah menyebarkan orang-orang mereka untuk mencari Nyonya Venus. Tapi sampai s
“Beatrice memasang banyak kamera di ruanganku dan mungkin hampir di seluruh bangunan kantor, aku gak tahu. Sekarang aku dan Kyle sedang berpura-pura gak akur untuk mengelabui dia.” Dion menjelaskan dengan detail apa yang terjadi di perusahaannya sekarang.“Kenapa gak dipecat aja, Mas?”“Aku gak akan pernah tahu siapa dalangnya kalau dia dipecat. Aku sudah memecat Kyle sehingga dia bisa menyusup. Gara-gara kamera tersembunyi itu, aku gak bisa melayani pembicaraan Venus di sana. Tapi dia malah jadi salah paham.”“Kalau sudah begini, masalah jadi lebih rumit ...” Dion mengangguk mengerti.“Beatrice ingin menyasar Venus, itu yang baru aku ketahui sekarang.” Rei mendengus panjang dan masih terus memperhatikan Dion.“Kyle bilang, Beatrice mengaku jika dia menyasar keluarga kamu dan Venus adalah korban pertamanya.” Rei makin membesarkan matanya cukup kaget mendengar hal seperti itu.
Dion berhasil masuk melewati jalan belakang ke kantor label rekaman Skylar. Ia bahkan belum kembali ke King Corp untuk mengonfirmasi perihal alarm yang dibunyikan saat kebakaran terjadi. Tujuan Dion adalah untuk bertemu dengan Rei.Rei juga telah menghubunginya tadi pagi bertanya jika ia dan Venus bertengkar. Ia tidak bicara banyak tentang apa yang terjadi. Kini Dion mulai penasaran apa yang terjadi dalam satu hari ini.“Rei, maaf aku mengganggu, aku harus bicara sama kamu.” Dion berujar sepruh berbisik pada Rei yang tengah ada di salah satu koridor di dekat ruangannya.“Mas Dion? masuk lewat mana?” Dion menarik lengan Rei agar mereka bisa berjalan bersama.“Lewat belakang. Kita ke ruangan kamu ya.” Rei mengangguk dan membukakan pintu untuk Dion. Dion sempat melihat ke semua arah sebelum ikut masuk dan menutup pintu.“Apa Venus kemari?” tanya Dion bahkan sebelum ia duduk di salah satu sofa di ujung ru
Terjadi sedikit kebakaran di area perakitan A 2.1 di dalam pabrik yang belum diketahui penyebabnya. Kebakaran itu sempat membuat panik beberapa pekerja namun dapat di atasi dengan baik. Sesuai dengan langkah pengamanan, seluruh mesin dan listrik dimatikan saat kecelakaan itu terjadi.Dion langsung bergegas melihat yang terjadi. Beberapa pekerja tengah memadamkan api dengan alat pemadam darurat sampai akhirnya api mengecil lalu hilang.“Pastikan tidak ada percikan sama sekali!” perintah Dion masih mengawasi proses tersebut. Alarm kebakaran masih berbunyi keras dan seluruh pekerja sudah di evakuasi.“Pak, ini hanya kebakaran biasa,” lapor salah satu kepala divisi yang sudah mengecek.“Apa ada ledakan?” Dion balik bertanya untuk memastikan.“Tidak ada, Pak. Aku rasa hanya ada masalah listrik!”“Pastikan semuanya aman sebelum memasukkan para pekerja kembali. Coba cek jika ada yang terluka ...
Venus tidak membantah sama sekali. Rei terus mengomel karena dirinya yang kabur begitu saja dari lokasi pemotretan. Belum lagi, ia membatalkan acara tiba-tiba sehingga penyelenggara harus merugi karena tiket yang terlanjur dijual.“Ada apa sama kamu, Ven? Kamu gak pernah kayak gini!” tukas Rei dengan ekspresi keheranan. Venus begitu ngotot mau mengakhiri kerjasama dengan beberapa penyelenggara musik.“Aku cuma ingin istirahat, Kak. Itu saja!” sahut Venus bersikeras. Ekspresinya tampak berbeda dan dia seperti tertekan.“Istirahat? Tapi kamu kan ga perlu sampai harus memutuskan kontrak enam bulan ke depan! Kamu mau istirahat selama apa sih?” Venus mendengus kesal dan rasanya ingin berteriak.“Kakak ga ngerti!” Venus makin meninggikan suaranya.“Ya mana aku ngerti kalau kamu gak memberikan penjelasannya, Baby!” DREET DREET … ponsel Venus bergetar saat ia akan mulai bicara. Venus mengin
“Love ... Cintaku! I’m home!” ucap Dion memanggil Venus dengan mesra seperti biasanya. Ia masuk ke dalam dengan sebuket bunga dan mencari istrinya. Venus ternyata berada di dekat meja makan tengah mengatur makan malamnya. Dion langsung semringah lebar melihat istrinya sudah pulang. Ia menghampiri dan memberikan bunga tersebut pada Venus.“Hei, Love ...” ucap Dion mengecup pipi Venus lalu memberikan bunga untuknya. Venus ikut tersenyum lalu membalas mengecup pipi Dion.“Wah, makan malamnya kayaknya enak,” puji Dion melihat beberapa menu yang terhidang.“Sebaiknya kamu ganti pakaian dan setelah itu kita makan malam,” ujar Venus sembari membelai dada Dion. Dion tersenyum lebar dan mengecup Venus sekali lagi sebelum ia berbalik keluar ruang makan menuju kamar. Senyuman Venus hilang terutama saat ia menoleh ke arah kamera yang terus memantaunya.Makan malam Dion dan Venus berlangsung seperti biasanya. Dion
Dion hanya duduk sesaat sambil memandang meja kosong di depannya. Pandangannya menoleh pada seisi ruangan. Semua sudah beranjak pergi dan sebuah suara kini ikut memanggil.“Dion, ayo!” Ares memanggil Dion yang kemudian mengangguk. Dion beranjak dari kursinya ikut pergi bersama Ares dan seluruh sahabatnya yang lain.“Bagaimana sekarang?” tanya Dion pada Rei dan Ares yang masuk satu lift dengannya. Di dalamnya juga ada Cass, Brema serta Devon.“Ayahku masih marah. Aku tidak menyarankan untuk bicara dengannya sekarang. Pengakuan Andy benar-benar membuat dia syok,” ujar Rei kemudian.“Apa kamu tahu soal itu?” celetuk Brema kemudian.“Tidak, dia tidak tahu. Yang tahu hanya aku, Jupiter dan Aldrich!” aku Ares dengan nada rendah. Rei sontak menoleh pada Ares yang juga melirik padanya.“Kenapa kamu tidak cerita padaku Ares?”“Untuk apa? kamu akan membunuh Andy begit