Beranda / Horor / Tersesat / Nay dan Naga Bumi

Share

Nay dan Naga Bumi

Penulis: Nasura2101
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Tidak ditolong tidak mengapa, tapi aku mengharap do'a yang baik atau se-enggaknya kata-kata yang baik. Kenapa harus makian yang kuterima?" Nay masih terisak memikirkan apa yang baru saja terjadi. "Seandainya bapak masih bersamaku, tentu aku tidak akan mengalami ini," keluhnya di antara isakan.

Entah berapa lama Nay larut dalam isakan. Saat ia lelah menangis, dia bersumpah akan bekerja keras dan menjadi kaya, yang kekayaannya akan melebihi bibinya. "Aku bersumpah, aku akan menjadi kaya hingga para tetangga akan berfikir bahwa aku memiliki pesugihan!"

Sekarang Nay mengerti kenapa Kasumi tidak setuju dengan plan A dan plan B. Sesunguhnya Kasumi sudah menyampaikan keberatannya saat Nay dan Najwa menunjukkan planing mereka. Tapi saat kedua putrinya menyampaikan alasannya Kasumi menyerah karena dia pun tidak memiliki ide yang lebih baik.

Ada hal lain yang membuat Nay terluka, saat dia harus ke Tegal Lalang - Bali untuk menemui salah satu keponakannya. Dia harus tidur di terminal Ubung karena kesorean. Dia tidak punya ongkos yang cukup untuk bayar tukang ojek di malam hari agar bisa langsung ke Tegal Lalang. Yang lebih menyakitkan, ternyata dari Tegal Lalang, Nay juga pulang dengan tangan kosong.

Seperti halnya plan A, plan B pun tidak jauh berbeda hasil, gagal total. Akhirnya mereka menuju plan C. Keluar negeri. Berbekal surat pengalaman kerja dari Sofia, Nay mulai mengajukan lamaran kerja ke beberapa kantor PJTKI di kota Surabaya.

Di sini pun, Nay menemukan banyak hal yang menyakitkan. Yang paling menyakitkan saat salah satu Dirut dari sebuah perusahaan yang dia datengi bersedia menemuinya. Tadiya, Nay sangat girang karena dia pikir surat lamarannya dapat feed back yang baik. Namun saat Sang Dirut mengutarakan maksudnya, Nay langsung berdiri dan menganggkat tangannya ke atas. Dia menghunus Naga Bumi. Nay sudah siap melecutkan naga bumi.

Beruntung tiba-tiba Najwa datang, rupanya Ayang-Ayang Kembar dan Kabel Getih masih berfungsi dengan baik, hingga Nyai Najwa bisa mencegah hal yang fatal. Jika Naga Bumi sampai dilecutkan maknanya Nay akan menghilangkan nyawa Dirut, itu artinya dia akan kehilangan nyawanya sendiri.

Najwa menyeret Nay meningalkan ruangan Dirut. Lalu langsung membawanya ke panggakalan ojek yang ada diluar perusahaan tersebut. Meminta tukang ojek mengantarnya ke terminal. Mereka langsung naik bis menuju Banyuwangi.

Setelah keduanya duduk di dalam bis, tangis Nay pecah. Najwa memeluknya erat, mebiarkan Nay menghabiskan tangis. Airmatanya pun jatuh satu-satu, Najwa juga menangis dalam diam.

"Mengapa hidup begini berat tanpa bapak," keluh najwa dalam diamnya. Keluhan itu ia adukan pada diri sendiri sambil berusaha untuk tidak terisak. Karena Najwa tidak ingin menambah beban Nay. Sementara di telinga Nay masih terngiang kata-kata Dirut, "aku sudah ngechek background-mu, aku tahu kau sedang punya masalah besar. Kau hanya perlu tidur denganku, aku yang akan bereskan semua masalah," Dirut mengerling nakal. "Akujuga tahu kau masih gadis, aku sudah tidak sabar ingin menyobek perawanmu." bisiknya di telinga Nay, menggoda.

Dirut mengucapkan setiap kaimatnya dengan ringan, seolah keperawanan adalah hal yang begitu murah untuknya, hingga ia berani menaruh harga. Kalimat demi kalimat yang diucapkannya bagai belati yang terus mengiris hati Nay. Mengejek harga dirinya dan memporak-porakdakan rasa percaya diri yang telah dia bangun selama bertahun-tahun. Mungkin terdengar konyol bagi kalian anak muda jaman sekarang, tapi bagi Nay, keperawanan adalah sama dengan nyawa. Kehilangan keperawanan berarti kehilangan nyawa.

"Jadi seperti itukah dunia melihat harga diri seorang wanita? dengan angka? Bah...!" Kemarahan Nay kembali membuncah, tiba-tiba dia berdiri. Melangkah meninggalkan tempat duduknya. Najwa mengejarnya dan berhasil menarik lengan kakanya. Begitu kakaknya menoleh, Najwa langsung menekuk lutut, dia menunduk tidak berani memandang Nay. Bibirnya bergetar, terbata Najwa berucap, "aku---aku mohon telanlah sakitmu, demi aku dan ibu."

Nay tertegun sejenak, bola matanya yang penuh amarah meredup. Tanpa berkata apa-apa dia melangkah, melewati Najwa dan kembali duduk di kursiya. Orang-orang yang berada di dalam bis, menyaksikan adegan itu berusaha memahami apa yang terjadi.

Begitulah cara Najwa menjaga Nay, dengan cinta dengan kasih sayang. Dia memahami betul rasa sakit dan amarah yang dirasakan Nay. Bahkan dia juga ingin menghajar Dirut bejat yang berusaha memanfaatkan keterpukan keluarganya. Namun jika marah dan menghajarnya bagaimana dia akan menjaga Nay. Yang perlu dia jaga hanya Nay, agar Nay bisa menahan diri dan tidak mempergunakan naga bumi dengan amarahnya.

Zimat memang tidak ada pilihan lain kecuali harus menyerahkan naga bumi. Nay sudah kehilangan semua kekuatannya dan sekarang musuh-musuh Zimat sedang mengincar keluarganya termasuk Nay. Hanya itu satu-satunya cara agar musuh-musuh Zimat tidak berani mendekati Nay.

Sesungguhnya Nay belum cukup mampu memegang Naga Bumi, karena dia tidak bisa mengendalikan amarahnya. Terutama dalam situasi di mana dia dilecehkan dan dihina. Di mata Zimat, ketinggian ilmu seseorang terletak pada kemampuan untuk meletakkan segala sesuatu pada porsinya. Nay harus bisa mengendalikan diri pada saat dihina dan dilecehkan, diperlakukan tidak adil dan didzolimi. Bahkan disiksa sekalipun dia harus tetap mampu mengendalikan amarah dan tetap menjaga sikap.

Apalagi jika urusannya nyawa, bunuh-membunuh. Karena dalam pemahaman Zimat, nyawa itu kewenangan penuh milik Tuhan. Jika Nay memakai naga bumi untuk membunuh, artinya dia telah lancang mengambil kewenangan Tuhan. Itu kesalahan paling fatal yang tidak termaafkan. Dosa yang tidak bisa ditebus meski dengan memberikan nyawanya sendiri sebagai ganti. Menjelang malam bis yang mereka tumpangi Sampai di terlimal lawas kota Genteng. Mereka naik dokar---kereta kuda--- menuju utara, menuju Lembah Biru. Sepanjang perjalanan mereka hanya diam, sibuk dengan fikiran masing-masing.

********

Blitar, hari yang sama, rumah pengasingan.

Kediaman baru milik Zimat sudah lebih bersih dan rapi sekarang. Halamannya sangat bersih, sudah dipasangi pagar. Pagar putih terbuat dari kayu tertata rapi mengitari rumah dan pekarangan. Terlihat banyak 'widik---alat traditional yang dibuat dari bambu yang diapaki untuk menjemur sesuatu---tertata rapi di halaman rumah.

Zimat memiliki kesibukan baru yaitu meramu obat. Zimat sedang menjemur 'empon-empon---tanaman obat---seperti kunyit, jahe, kencur, laos, temu, kunci dan lain-lain. Selain itu, Zimat juga menjemur 'baban pule---kulitnya pohon pule---yang juga tanaman obat.

Zimat terlihat memakai 'jagrak---penyangga---dalam melakukan aktifitasnya. Sementara Safawi ada di dapur sedang menumbuk empon-empon yang sudah kering untuk dijadikan bubuk menggunakan lumpang dan alu. Kamituwo terihat ngayaki---memisahkan hasil tumbukan yang kasar dengan yang halus---menngunakan ayakan.

Setelahnya mereka melakukan pengemasan agar obat siap di distribusikan. Kemasannya tanpa nama, tidak ada label apa pun. Rupanya hanya modal kepercayaan dan dari mulut ke mulut.

Tuhan memberi rizqi dan berkah dengan seribu jalan. Berkah datang dari seseorang yang tidak disangka-sangka. Berkah ini bermula saat Kamituwo membawa seorang tukang kebun untuk mambantu Safawi merawat rumah dan merawat Zimat. Tukang kebun ini memiliki penyakit gula yang cukup parah. Beberapa jari kakinya sudah ada yang lepas.

Zimat dan Safawi memang ahli pengobatan langsung memahami keadaan tukang kebun. Keduanya sebisa mungkin membantunya. Zimat minta tukang kebun menyiapakan tupai sebagai bahan dasar obat penyakit gula.

Begitulah, akhirnya tukang kebun rajin meminum obat dari Zimat. Rutin dipijit oleh Safawi untuk meyelelaraskan peredaran darah dan detak jantung. Hari demi hari kondisinya terus membaik hingga tupai yang ke tujuh. Tukang kebun benar-benar membaik dan bisa hidup normal tanpa minum obat.

Cahaya wajahnya juga sudah berbeda, dia juga merasakan bahwa tubuhnya memang sehat.

Sudah tidak mengantuk di pagi hari. Puncak kegembiraan itu terjadi saat tangannya terkena welat---kulit bambu--- bisa menegering dan sembuh total. Dia berlari seperti orang gila menuju kediaman Zimat meluapkan kegembiraan dan rasa terimakasihnya.

 

Dari sinilah orang-orang mulai berdatangan dengan berbagai keluhan. Berkah yang kedua ternyata semua bahan yang mereka perlukan untuk membuat obat telah ada di pekarangan rumah. Ada satu dua yang tidak ada tapi Kamituwo selalu dapat menyiapkan bahan yang diperlukan.

 

Begitulah waktu terus berlalu, Zimat terus sibuk dengan dunia barunya. Ia tidak pernah memungut biaya apa pun atau menjual jamunya. Jika ada yang berbaik hati memberi diterimanya jika tidak Zimat tidak pernah meminta. Hingga Zimat mulai punya nama dan dikenal bukan hanya oleh orang-orang di desa tempat tinggalnya tapi juga oleh penduduk di sekitar desanya. Hingga namanya terdengar oleh keluarga Kasumi yang juga ada di Blitar.

Kelaurga Kasumi mulai berdatangan secara berkala menjenguk Zimat.

 

Tersebutlah salah satu keluarga Kasumi yang bernama Apood. Apood ini punya perangai buruk dan memang dari dulu tidak pernah suka kepada Kasumi maupun Zimat. Melihat Zimat memiliki nama di Blitar timbullah akal liciknya. Lalu menyelidiki kenapa Zimat sampai ada di Blitar.

Setelah Apood mendapat semua jawaban, dia datang menemui Zimat. Berpura-pura bertamu. Sesungguhnya dia hanya sedang mencari informasi lebih detail tentang apa yang dilakukan Zimat. Apood makin terbakar hatinya saat melihat bahwa Zimat sangat berpengaruh. "Apapun caranya dia harus keluar dari Blitar," geram Apood berbicara pada diri sendiri. Ia berjalan mondar-mondir bagai setrikaan. Iri drengki mengusai hati dan pikirannya.

Apood mulai menyusun rencana, ia memutuskan untuk mencari orang-orang yang membuat Zimat sampai ke Blitar.

*******

see u in the next part.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Bab terkait

  • Tersesat   Musuh Dalam Selimut

    Lembah Biru, tepat tiga bulan setelah Zimat diasingkan ke Blitar.Deadline yang tertulis di surat hutang yang Nay tanda tangani hari ini tepat tiga bulan. Nay dipanggil untuk datang ke rumah Pak RW. Dia datang bersama Najwa, tanpa Kasumi. Di rumah Pak RW sudah penuh orang, orang-orang yang sama yang dulu melukai Zimat. Wajah dan senyum mereka penuh kemenangan. Nay dan Najwa memasuki ruangan disambut dengan senyum sinis. Perih yang mereka rasa selama ini ternyata tidaklah cukup, masih harus berhadapan dengan wajah-waj

  • Tersesat   Hujan Ular

    Apood bertugas meletakkan media di kediaman Zimat, di rumah pengasingan. Mereka juga telah menyiapkan pasukan bayangan yang akan mengepung rumah pengasingan. Pasukan bayangan disiapkan untuk jaga-jaga jika Zimat tidak terkapar oleh tujuh pencabut nyawa, sekaligus untuk memastikan agar Zimat tidak melarikan diri. Pada saat Zimat lemah karena serangan tujuh pencabut nyawa, maka pasukan bayangan akan menyerang dan menghabisinya. Selain itu, untuk mengimbangi pasukan bayangan milik Mbah Jamiah, mereka khawatir Mbah Jamiah akan ikut campur . Apood dan Aswa tidak ingin Zimat lolos lagi. Apa pun caranya, Zimat harus mati. Seperti yang direncanakan, Apood meletakkan media yang diperlukan di rumah pengasingan. Tugasnya berjalan mulus, tapi dia berpapasan dengan Kamituwo. Kamituwo merasa ada yang tidak beres. Dia memang tidak mengenal Apood tapi me

  • Tersesat   Akhir Dari Malam Panjang

    Di tengah perdebatan antara Kamituwo dan Zimat, mereka dikejutkan oleh kenyataan di depan mata. Safawi sudah ambruk, tubuhnya menabrak Kamituwo. Sebelum dia pingsan bibirnya sempat berucap, "rajah sewu," lalu tubuhnya terkulai. Panik keduanya memeriksa pergelangan tangan Safawi. Zimat dan kamituwo saling menatap, tajam. "Masih hidup, hanya saja detak jantungnya sangat lemah. Racun sudah menyebar," ucap Kamituwo. "Jaga dia, biar aku yang menghadapi ular-ular ini," ucap Zimat gusar. Ia tidak ada pilihan lain, Zimat harus menggunakan rajah sewu. Jika tidak maka mereka semua akan mati konyol di tempat itu. Zimat memejamkan mata dan mulai membaca mantra, lalu melakukan beberapa gerakan khas. Seperti gerakan pencak silat namun lebih lembut han halus. Gerakannya sedikit aneh, tapi sebentar kemudian dari punggungnya keluar banyak sekali bayangan yang bersinar kuning keemasan. Makin lama makin banyak, tak terhitung. Setiap bayangan yang keluar dari tubuhnya menyapu ular-ular yang men

  • Tersesat   Interval

    "Satyo! Satiyo!" Kamituwo sibuk mencari Satyo sambil memanggil namanya. Ia ingin memastikan sesuatu. "Inggih, Ndoro," jawab Satyo, "ada apa to Ndoro, kok teriak-teriak?" "Apa semalam kau melihat dua orang gadis muda datang bersama orang-orang yang menyelamat kami?" "Mboten, Ndoro. Saya tidak melihat seorang perempuan." Kamituwo mengernyitkan keningnya setelah mendapat jawaban dari Satyo. Selain rahasia busur emas, pikiran Kamituwo juga sedang memikirkan mistery lainnya. "Mereka selalu datang bertujuh, lalu di mana yang enam?" Kamituwo berpikir keras, ia berusaha mengingat-ngingat kembali semua runtutan kejadian yang dialaminya semalam. "Apa ada yang kulewatkan?!" ***** Sejak itu, Zimat dan Safawi tidak pernah terlihat. Jika ada warga yang bertanya, Kamituwo maupun Satyo mengatakan bahwa mereka pulang ke Banyuwangi. Usaha meramu obat sampai sekarang masih dilanjutka

  • Tersesat   Sang Tuan

    Perempuan itu tampak jengah dengan ketenangan yang dimiliki Nay. "Kau tidak perlu terlalu mengkhawatirkannya, Shinta, karena dia punya pengalaman sebagai asisten CEO dari perusahaan ternama di Singapura. Aku juga sudah berbicara langsung kepada onwner dari perusahaan tempat dia bekerja sebelumnya, untuk mengetahui reputasinya." Seorang perempuan yang sangat anggun telah pun berdiri di samping mereka. Wajah Indo-nya benar-benar menawan. Dia tersenyum ramah kepada Nay. "Selamat Datang ke Kuwait Saudari Naya Maharani," ucapnya, santun. "Mohon panggil saja saya, Nay," jawab Nay, cangung. "Baiklah, perkenalkan namaku, Banuwati," perempuan itu mengulurkan tangannya kepada Nay, disambut hangat oleh Nay. "Nice to meet you Banuwati, nama anda cantik seperti kepribadian anda." Banuwati tampak tersipu, "nice to meet you too, Nya." Sedetik kemudian Banuwati melanjutkan kalimatnya," aku yang akan mengurus segala legalitasmu selama kau di sini hingga dua tahun ke depan. Sopir akan mengantarmu

  • Tersesat   Tahanan Rumah

    Hari itu berlalu, karena bingung dia menghubungi Najwa, tapi tidak bisa. The mobile always not responding, Nay merasa ada yang salah, meski dia belum tahu, itu apa.Tiap hari, dia mencoba, tapi tidak berhasil. Kemudian, dia memutuskan untuk menghubungi Banuwati. Berkali-kali dia mencoba, tapi hasilnya sama. Setelahnya, dia mencoba menghubungi Indonesian Embassy ternyata juga tidak bisa. Terakhir, dia memutuskan untuk menghubungi keluarga di Indonesia. Mungkin dia bisa mendapat kabar tentang Najwa dari keluarganya, hasilnya sama, tidak bisa. Nay yakin ada yang salah. Tidak mungkin hanya kebetulan, "jangan-jangan___" Nay menutup mulut, tidak berani melanjutkan kalimatnya. Dia berdiri, lalu melangkah tergesa menemui nyonya. Dia mengangguk hormat, lalu berkata, "please

  • Tersesat   Bencana

    Hari itu dia lalui dengan kesibukan yang luar biasa seperti biasanya. Sebagai kepala rumah tangga dia memang harus memastikan segala keperluan tuan dan nyonya serta keluarganya, terpenuhi dengan sebaik-baiknya. Selanjutnya, dia harus memastikan urusan dapur, telephone bill, electricity dan semua expense yang diperlukan agar segala kegiatan berjalan dengan semestinya. Bulan ini adalah masa pergantian musin, dari dingin ke musim panas. Pekerjaan sangat banyak, karena semua barang harus diganti sesuai musim. Dari mulai pakaian hingga furniture harus diganti. Begitu juga makanan dan minuman juga berganti menu. Dia harus memastikan semua itu berjalan dengan semestinya sesuai yang di

  • Tersesat   Release

    Pelayan ketakutan, di shock, tangannya gemetaran menutup mulutnya. Lalu dia jatuh terduduk. Dia hanya bisa kaku melihat apa yang dilakukan Nay. Dia tidak memiliki daya untuk mencegahnya. Braak..., klonteng-kloteng, klontang! Tidak sadar nampan yang dibawanya terjatuh, pecah. Ketelnya menggelinting kemudian membentur tembok. Suasana pagi yang harusnya tenang jadi gempar. Pelayan yang tadi menjatuhkan nampan segera berlari menuju bangunan utama. Dia berlari menemui tuan dan nyonya yang sedang sarapan. Gemetaran dia berkata, Na...Nay____,'' Mereka semua terpaku, dalam hati mereka berkata pasti telah terjadi sesuatu

Bab terbaru

  • Tersesat   Dipulangkan

    Sementara mishal dan asistennya---gadis cantik yang memapah Nay setelah interview--- hanya mampu terpaku menatapnya dari depan pintu kamar yang terbuka. Keduanya menatap dengan tatapan aneh sekaligus bingung. "Cari tau, apa yang sudah dilaluinya, aku merasa dia telah melewati hal yang sangat berat sebelum dia sampai ke sini!" perintah Mishal. "Baik, Tuan," jawab asistennya. Asistennya langsung berlalu. Karena tidak tahan, akhirnya Mishal mendekat, dia berjongkok dan menggenggam tangan Nay. Lalu berbisik di telinganya, "be cool sweet heart, you are save now, nobody will hurt you. Just take a deep breathe slowly."

  • Tersesat   Tertawan

    Nay mengerutkan kening, dia tidak percaya dengan apa yang didengar, "terdengar seperti lelucon bagiku," ucapnya datar, lirih. Namun cukup jelas di telinga Mishal, "ha ha ha..., I didn't blame you if yu think that is just a joke." Tawa Mishal melebar, sementara Nay, semakin terkejut menyadari Mishal memahami apa yang diucapkannya. Tersipu, ia menyembunyikan senyumnya dengan menunduk dalam. Suasana yang tadinya cannggung, sedikit mencair. Lalu tanpa mereka sadari, keduanya terlibat dalam perbincangan hangat. "Mishal, why me?" tanya Nay datar, ada kesedihan dan duka di nada suaranya. Mendung menggelayut di bola mata indahnya.

  • Tersesat   Bertemu Abu Ahmad

    Pertama saat masuk akomodasi milik Abu Ahmad, Nay bertemu dengan seorang perempuan bernama Basagita. Dia cantik dan menawan, apalagi bajunya yang sexi mebuatnya terlihat panas. Namun Nay mencium hawa pelacur. Selain itu, nada bicaranya arogan dan mengintimidasi. Setelah Bagasita memperkenalkan dirinya dan apa posisinya, Nay paham bahwa, Basagita adalah in charge nya akomodasi milik Abu Ahmad. Bagasita mengelandang Nay, masuk salah ke sebuah kamar, "Buka tasmu!'' perintahnya kemudian. Nay m

  • Tersesat   Malapetaka

    Banuwati datang menemui Nay, keesokan harinya, "aku berjanji akan mencarikan pekerjaan di luar dengan visa nomer delapan belas." ucap Banuwati lembut. Nay hanya membeku mendengar ucapan Banuwati, dia menatap datar perempuan cantik di hadapannya. "Visa delapan belas itu artinya kau akan punya hak terhadap dirimu sendiri?" ucap Banuwati selanjutnya. "Really? So, I have to trust someone the one already sole me?" Nay memberondong Banuwati dengan pertanyaan dengan nada sinis. Banuwati masih menatap lembut wajah Nay, tatapannya berusaha meyakinkan. Nay justru menyeringai sinis. "Nay, kau sudah pindah lima belas majikan dalam jangka dua bulan? Menurutmu apa yang bisa kulakukan lebih dari ini?"

  • Tersesat   Dijual

    Banuwati sudah berada di kantor polisi, dia mendapati Nay tepekur duduk di kursi tunggu dengan wajah ketakutan. Ia tidak pernah melihat Nay setakut ini, meski pernah bermasalah dengan majikan yang pertamanya, bahkan dipukuli hingga babak belur dan hampir mengakhiri hidupnya. Namun Banuwati tidak melihat ketakutan di bola maat Nay seperti saat ini. Banuwati mendekat, "apa kau baik-baik saja?" tanya Banuwati lembut. Alih-alih menjawab pertanyaan Banuwati, Nay malah menatap Banuwati dengan tatapan yang susah diartikan. Bola matanya mulai berair. Tidak sepatah kata pun keluar suara dari bibirnya. Banuwati meraih bahu Nay, bermaksud memeluknya, tapi di tepis leh Nay. Kini, Nay menatap Banuwati dengan tatapan takut bercampur benci dan amarah. Banuwati mengerutkan kening tanda tidak mengerti. Setelah menandatangi beberapa berkas, akhirnya Banuwati membawa Nay pulang. Rupanya Nay lari dari rumah majikan dan langsung ke kantor polisi. Ada yang baru dipahami oleh Banuw

  • Tersesat   Healling

    Nay menolak untuk dipulangkan, meski dia telah menghadapi situasi yang hampir merenggut nyawanya. Banuwati dan Najwa tertegun, tidak habis pikir dengan keputusannya. Keduanya bersitatap tanpa kata. Bisu dan membeku, seolah tidak percaya dengan apa yang baru saja keluar dari bibir Nay. Nay tib-tiba berdiri lalu menggenggam tangan Najwa. Ia memejamkan mata sambil merapal mantra. Mantra yang dirapalkan terdengar menggema di telinga Banuwati tapi Banuwati tidak tau bahasa apa yang digunakan Nay. Ada dua garis lurus muncul yang tiba-tiba muncul di kedua lengan Nay dan Najwa, tepat di sebelah urat nadi. Garis itu berwarna kuning keemasan, mirip seperti teriris beati tajam. Darah tiba-tiba mengucur dari kedua garis itu. "Mbak, sedang kembali menyambung kabel getih?! akhir

  • Tersesat   Release

    Pelayan ketakutan, di shock, tangannya gemetaran menutup mulutnya. Lalu dia jatuh terduduk. Dia hanya bisa kaku melihat apa yang dilakukan Nay. Dia tidak memiliki daya untuk mencegahnya. Braak..., klonteng-kloteng, klontang! Tidak sadar nampan yang dibawanya terjatuh, pecah. Ketelnya menggelinting kemudian membentur tembok. Suasana pagi yang harusnya tenang jadi gempar. Pelayan yang tadi menjatuhkan nampan segera berlari menuju bangunan utama. Dia berlari menemui tuan dan nyonya yang sedang sarapan. Gemetaran dia berkata, Na...Nay____,'' Mereka semua terpaku, dalam hati mereka berkata pasti telah terjadi sesuatu

  • Tersesat   Bencana

    Hari itu dia lalui dengan kesibukan yang luar biasa seperti biasanya. Sebagai kepala rumah tangga dia memang harus memastikan segala keperluan tuan dan nyonya serta keluarganya, terpenuhi dengan sebaik-baiknya. Selanjutnya, dia harus memastikan urusan dapur, telephone bill, electricity dan semua expense yang diperlukan agar segala kegiatan berjalan dengan semestinya. Bulan ini adalah masa pergantian musin, dari dingin ke musim panas. Pekerjaan sangat banyak, karena semua barang harus diganti sesuai musim. Dari mulai pakaian hingga furniture harus diganti. Begitu juga makanan dan minuman juga berganti menu. Dia harus memastikan semua itu berjalan dengan semestinya sesuai yang di

  • Tersesat   Tahanan Rumah

    Hari itu berlalu, karena bingung dia menghubungi Najwa, tapi tidak bisa. The mobile always not responding, Nay merasa ada yang salah, meski dia belum tahu, itu apa.Tiap hari, dia mencoba, tapi tidak berhasil. Kemudian, dia memutuskan untuk menghubungi Banuwati. Berkali-kali dia mencoba, tapi hasilnya sama. Setelahnya, dia mencoba menghubungi Indonesian Embassy ternyata juga tidak bisa. Terakhir, dia memutuskan untuk menghubungi keluarga di Indonesia. Mungkin dia bisa mendapat kabar tentang Najwa dari keluarganya, hasilnya sama, tidak bisa. Nay yakin ada yang salah. Tidak mungkin hanya kebetulan, "jangan-jangan___" Nay menutup mulut, tidak berani melanjutkan kalimatnya. Dia berdiri, lalu melangkah tergesa menemui nyonya. Dia mengangguk hormat, lalu berkata, "please

DMCA.com Protection Status