“Levin! Kamu pasti akan nyesal suatu hari nanti!”Saat mendengar tangisanku yang histeris, Levin tertegun sejenak. Namun, langkahnya hanya terhenti sejenak. Setelahnya, dia langsung melangkah pergi tanpa menoleh.Aku menarik napas dalam-dalam. Sebelum sempat bereaksi, pengawal Levin sudah menarikku berdiri dari lantai.“Pak Levin bilang kamu masih harus diperiksa sekali. Setelah operasi berakhir, kamu baru boleh pergi.”Aku pun berseru, “Tindakan kalian ini melanggar hukum! Lepaskan aku!”Namun, aku sendiri tidak mungkin dapat melawan mereka. Setelah diseret ke ruang operasi, seorang dokter berjalan menghampiriku sambil memegang jarum suntik. Aku sontak merasa gugup. Dia memperingatiku, “Pikirkanlah ibumu. Jangan lakukan perlawanan yang sia-sia lagi.”Aku pun tersenyum getir. Begitu jarum itu disuntikkan ke tubuhku, hatiku juga terasa sangat sakit. Seiring dengan energiku yang seolah-olah terkuras habis, aku juga langsung pingsan.Saat tersadar kembali, hanya ada aku sendiri yang sedan
Aku tidak memedulikannya dan langsung melangkah pergi ke rumah duka. Setelah menunjukkan KTP, aku akhirnya melihat jasad ibuku. Dia didorong keluar dari lemari pendingin dan seluruh tubuhnya sudah kaku.Aku langsung berlutut di hadapannya, lalu membuka kain putih yang menutupinya dengan tangan gemetar. Saat melihat wajah yang familier itu, aku merasa sekujur tubuhku langsung membeku. Aku hanya bisa mengeluarkan suara tercekat, tetapi tidak bisa menangis atau meluapkan perasaanku. Hatiku sangat sakit dan terasa bagaikan akan meledak.Aku menggenggam tangannya erat-erat. Tangannya sangat dingin dan kaku, sepenuhnya berbeda dari sepasang tangan lembut dan hangat dalam ingatanku.Aku teringat sebelum pernikahanku, Ibu memelukku sambil berkata dengan lembut, “Akhirnya ada orang yang mencintai Sienna. Mulai sekarang, meski Ibu sudah tiada, akan ada orang yang bisa menjagamu.”Pada saat itu, kami tidak menyangka Levin akan memilih Lestari. Ini semua salahku. Aku yang terlalu naif. Aku kira de
“Sienna, aku cuma mau tebus kesalahanku.” Levin berkata dengan suara berat, “Aku yang salah atas apa yang terjadi di pernikahan kita. Aku nggak seharusnya meninggalkanmu sendiri. Yang dikatakan Lestari benar. Biar bagaimana pun, kamu itu istri yang kuakui kepada publik. Aku harus kasih tanggapan. Kalau nggak, hidupmu ke depannya akan sangat sulit.”“Jadi, ini juga ide Lestari?” tanyaku sambil mendongak untuk menatapnya. Levin mengangguk dan menjawab, “Lestari juga memikirkanku. Kamu harus tahu ....”“Cukup!” Aku menyela, “Tak disangka, seorang presdir seperti Pak Levin bisa berpikir begitu menyeluruh karena mendengar arahan seorang gadis. Levin, kalau kamu benar-benar merasa bersalah padaku, jangan ikut campur dalam hal ini lagi, oke?”Levin mengerutkan keningnya dan menjawab, “Kenapa kamu punya prasangka seburuk itu terhadapnya? Di hari pernikahan ....”“Jangan ungkit soal pernikahan kita lagi! Ibuku meninggal di hari itu dan itu akan tinggalkan rasa sakit di hatiku selamanya! Aku ng
Tepat pada saat aku kehilangan kesadaran, aku melihat Levin berlari ke arahku dengan terburu-buru. Saat sadar kembali, aku langsung mencium aroma disinfektan di sekitar.Levin yang berada di sisiku langsung menggenggam tanganku erat-erat dan bertanya, “Sienna, kamu sudah mendingan?”Aku berusaha untuk menarik kembali tanganku dan tetap diam. Aku tahu tidak ada gunanya aku banyak berbicara.Melihat aku yang berbaring di ranjang pasien dengan tatapan kosong, Levin pun bertanya dengan panik, “Sienna, ngomong sama aku. Jangan begini, oke?”Aku hanya menatap langit-langit dan mengenang pertemuan pertamaku dengan Levin.Pada saat itu, aku baru masuk ke perusahaan untuk magang. Di jam istirahat siang, aku pergi ke tangga darurat sendiri. Alhasil, aku malah melihat Lestari yang berdiri di sisi Levin dan mengungkapkan perasaannya dengan malu-malu. Namun, Levin menolaknya.Aku juga tidak tahu kenapa Levin menolak Lestari, padahal hubungan mereka sangat baik. Sialnya, aku juga menyaksikan keselur
Kali ini, aku baru menunjukkan sedikit reaksi. Aku menoleh ke arah Levin dan berkata, “Aku mau pisah denganmu. Kamu cuma perlu setujui hal ini.”Begitu mendengar ucapanku, Levin pun tertegun. Dia menggenggam erat tanganku sambil berkata, “Kamu nggak percaya padaku?”“Levin, aku sudah capek. Semua yang terjadi di antara kamu dan Lestari nggak ada hubungannya denganku. Lepaskanlah aku dan dirimu sendiri. Cari tahu sendiri, siapa sebenarnya yang ada di hatimu,” jawabku. Kemudian, aku mengalihkan pandanganku darinya.Levin terdiam sangat lama sebelum berkata, “Kamu istirahat saja yang baik. Aku keluar dulu.”Setelah Levin pergi, aku baru menghela napas lega. Aku mengeluarkan ponsel di bawah bantalku, lalu mengirim sebuah pesan kepada Lestari setelah berpikir sejenak.[ Kamu kira kamu sudah menang? Sebenarnya, kamu cuma seorang badut. Selama aku nggak bersedia, Levin nggak akan memilihmu selamanya. ]‘Lestari, semoga kamu bisa berusaha lebih maksimal,’ pikirku dalam hati.Setengah jam kemud
Ucapanku sudah sepenuhnya membuat Lestari marah. Dia pun menamparku dengan kuat, lalu mencekikku dan berkata, “Sennia, biarpun aku bunuh kamu, nggak akan ada yang peduli juga! Aku sengaja pingsan di pernikahan kalian. Aku mau kamu lihat jelas seberapa penting kedudukanku di hati Levin. Kamu nggak akan bisa mengalahkanku selamanya!”“Memangnya kenapa kalau kamu itu istrinya? Tunggu saja! Aku pasti akan buat Levin menyakitimu lagi! Aku akan jalankan upacara pemakaman ini sesuai rencana. Aku juga nggak akan sisakan abu ibumu. Aku akan buang abunya ke laut seperti cara pemakaman yang lagi populer sekarang!”Aku langsung marah. Namun, Lestari malah hanya menepuk-nepuk pipiku dan langsung pergi sambil tersenyum gembira. Setelah itu, aku pun mengeluarkan ponselku dan mengakhiri siaran langsung.‘Lestari, aku harap kamu masih bisa tertawa nanti!’ seruku dalam hati.Di mata publik, Lestari itu gadis yang tegar. Citra yang dibangunnya adalah gadis yang mengidap penyakit parah, tetapi tetap tegar
Pada saat ini, Levin menatapku dan memohon, “Aku akan kembalikan abu ibumu. Tapi, aku mohon jangan tinggalkan aku.”“Apa hakmu untuk menahanku? Setelah kamu melukaiku dan mencelakai ibuku, aku nggak akan maafkan kamu untuk selamanya! Levin, aku sudah nggak mencintaimu!”Aku mendorongnya dan langsung turun dari ranjang pasien. Levin pun merasa panik dan berseru, “Tubuhmu masih sangat lemah. Jangan begini. Kalau kamu nggak mau lihat aku, aku pergi. Oke?”Levin melangkah mundur dengan panik. Tampangnya sangat berbeda dari yang sebelumnya sangat tegas dan dingin.Aku pun tertawa dan berkata, “Levin, aku nggak mau ketemu kamu lagi selamanya.”Tidak lama kemudian, polisi tiba dan memerintahkan Levin mengembalikan abu ibuku. Aku pun menguburkan ibuku secepatnya. Setelah itu, aku baru menghela napas lega.Aku berlutut di depan nisannya, tetapi tidak tahu harus mulai bercerita dari mana. Setelah beberapa saat, aku baru berkata, “Ibu, tenang saja. Kelak, aku akan hidup dengan baik. Sekarang, ngg
Aku mengangkat alisku dan menjawab, “Levin, sudah terlambat. Kalau kamu masih menggangguku, aku akan tinggalkan kota ini dan membuatmu nggak bisa temukan aku selamanya.”Ada perasaan bersalah yang melintasi mata Levin. Kemudian, dia melangkah mundur dalam diam. Dia seharusnya tahu bahwa aku benar-benar bisa melakukannya.Setelah memutuskan untuk melupakan Levin, aku menjadi sangat tegas dan dingin. Aku bukan hanya sekadar mengatakan ingin pergi, tetapi memang memiliki rencana seperti itu.Levin takut aku akan tiba-tiba menghilang. Jadi, dia mengutus orang untuk datang mengamatiku sesekali. Namun, dia sendiri tidak berani muncul. Kami sudah tidak bertemu sangat lama.Setelah melewati masa-masa tersulit dalam hidupku dengan susah payah, aku pun merasa lega. Namun, aku tiba-tiba melihat sebuah trending topic yang mengejutkan.[ Levin Yuardi ditangkap! ]Entah karena tekanan dari opini publik atau apa, ada pihak berwenang yang mulai menyelidiki Levin dan menemukan hal-hal yang pernah dilak
Aku mengangkat alisku dan menjawab, “Levin, sudah terlambat. Kalau kamu masih menggangguku, aku akan tinggalkan kota ini dan membuatmu nggak bisa temukan aku selamanya.”Ada perasaan bersalah yang melintasi mata Levin. Kemudian, dia melangkah mundur dalam diam. Dia seharusnya tahu bahwa aku benar-benar bisa melakukannya.Setelah memutuskan untuk melupakan Levin, aku menjadi sangat tegas dan dingin. Aku bukan hanya sekadar mengatakan ingin pergi, tetapi memang memiliki rencana seperti itu.Levin takut aku akan tiba-tiba menghilang. Jadi, dia mengutus orang untuk datang mengamatiku sesekali. Namun, dia sendiri tidak berani muncul. Kami sudah tidak bertemu sangat lama.Setelah melewati masa-masa tersulit dalam hidupku dengan susah payah, aku pun merasa lega. Namun, aku tiba-tiba melihat sebuah trending topic yang mengejutkan.[ Levin Yuardi ditangkap! ]Entah karena tekanan dari opini publik atau apa, ada pihak berwenang yang mulai menyelidiki Levin dan menemukan hal-hal yang pernah dilak
Pada saat ini, Levin menatapku dan memohon, “Aku akan kembalikan abu ibumu. Tapi, aku mohon jangan tinggalkan aku.”“Apa hakmu untuk menahanku? Setelah kamu melukaiku dan mencelakai ibuku, aku nggak akan maafkan kamu untuk selamanya! Levin, aku sudah nggak mencintaimu!”Aku mendorongnya dan langsung turun dari ranjang pasien. Levin pun merasa panik dan berseru, “Tubuhmu masih sangat lemah. Jangan begini. Kalau kamu nggak mau lihat aku, aku pergi. Oke?”Levin melangkah mundur dengan panik. Tampangnya sangat berbeda dari yang sebelumnya sangat tegas dan dingin.Aku pun tertawa dan berkata, “Levin, aku nggak mau ketemu kamu lagi selamanya.”Tidak lama kemudian, polisi tiba dan memerintahkan Levin mengembalikan abu ibuku. Aku pun menguburkan ibuku secepatnya. Setelah itu, aku baru menghela napas lega.Aku berlutut di depan nisannya, tetapi tidak tahu harus mulai bercerita dari mana. Setelah beberapa saat, aku baru berkata, “Ibu, tenang saja. Kelak, aku akan hidup dengan baik. Sekarang, ngg
Ucapanku sudah sepenuhnya membuat Lestari marah. Dia pun menamparku dengan kuat, lalu mencekikku dan berkata, “Sennia, biarpun aku bunuh kamu, nggak akan ada yang peduli juga! Aku sengaja pingsan di pernikahan kalian. Aku mau kamu lihat jelas seberapa penting kedudukanku di hati Levin. Kamu nggak akan bisa mengalahkanku selamanya!”“Memangnya kenapa kalau kamu itu istrinya? Tunggu saja! Aku pasti akan buat Levin menyakitimu lagi! Aku akan jalankan upacara pemakaman ini sesuai rencana. Aku juga nggak akan sisakan abu ibumu. Aku akan buang abunya ke laut seperti cara pemakaman yang lagi populer sekarang!”Aku langsung marah. Namun, Lestari malah hanya menepuk-nepuk pipiku dan langsung pergi sambil tersenyum gembira. Setelah itu, aku pun mengeluarkan ponselku dan mengakhiri siaran langsung.‘Lestari, aku harap kamu masih bisa tertawa nanti!’ seruku dalam hati.Di mata publik, Lestari itu gadis yang tegar. Citra yang dibangunnya adalah gadis yang mengidap penyakit parah, tetapi tetap tegar
Kali ini, aku baru menunjukkan sedikit reaksi. Aku menoleh ke arah Levin dan berkata, “Aku mau pisah denganmu. Kamu cuma perlu setujui hal ini.”Begitu mendengar ucapanku, Levin pun tertegun. Dia menggenggam erat tanganku sambil berkata, “Kamu nggak percaya padaku?”“Levin, aku sudah capek. Semua yang terjadi di antara kamu dan Lestari nggak ada hubungannya denganku. Lepaskanlah aku dan dirimu sendiri. Cari tahu sendiri, siapa sebenarnya yang ada di hatimu,” jawabku. Kemudian, aku mengalihkan pandanganku darinya.Levin terdiam sangat lama sebelum berkata, “Kamu istirahat saja yang baik. Aku keluar dulu.”Setelah Levin pergi, aku baru menghela napas lega. Aku mengeluarkan ponsel di bawah bantalku, lalu mengirim sebuah pesan kepada Lestari setelah berpikir sejenak.[ Kamu kira kamu sudah menang? Sebenarnya, kamu cuma seorang badut. Selama aku nggak bersedia, Levin nggak akan memilihmu selamanya. ]‘Lestari, semoga kamu bisa berusaha lebih maksimal,’ pikirku dalam hati.Setengah jam kemud
Tepat pada saat aku kehilangan kesadaran, aku melihat Levin berlari ke arahku dengan terburu-buru. Saat sadar kembali, aku langsung mencium aroma disinfektan di sekitar.Levin yang berada di sisiku langsung menggenggam tanganku erat-erat dan bertanya, “Sienna, kamu sudah mendingan?”Aku berusaha untuk menarik kembali tanganku dan tetap diam. Aku tahu tidak ada gunanya aku banyak berbicara.Melihat aku yang berbaring di ranjang pasien dengan tatapan kosong, Levin pun bertanya dengan panik, “Sienna, ngomong sama aku. Jangan begini, oke?”Aku hanya menatap langit-langit dan mengenang pertemuan pertamaku dengan Levin.Pada saat itu, aku baru masuk ke perusahaan untuk magang. Di jam istirahat siang, aku pergi ke tangga darurat sendiri. Alhasil, aku malah melihat Lestari yang berdiri di sisi Levin dan mengungkapkan perasaannya dengan malu-malu. Namun, Levin menolaknya.Aku juga tidak tahu kenapa Levin menolak Lestari, padahal hubungan mereka sangat baik. Sialnya, aku juga menyaksikan keselur
“Sienna, aku cuma mau tebus kesalahanku.” Levin berkata dengan suara berat, “Aku yang salah atas apa yang terjadi di pernikahan kita. Aku nggak seharusnya meninggalkanmu sendiri. Yang dikatakan Lestari benar. Biar bagaimana pun, kamu itu istri yang kuakui kepada publik. Aku harus kasih tanggapan. Kalau nggak, hidupmu ke depannya akan sangat sulit.”“Jadi, ini juga ide Lestari?” tanyaku sambil mendongak untuk menatapnya. Levin mengangguk dan menjawab, “Lestari juga memikirkanku. Kamu harus tahu ....”“Cukup!” Aku menyela, “Tak disangka, seorang presdir seperti Pak Levin bisa berpikir begitu menyeluruh karena mendengar arahan seorang gadis. Levin, kalau kamu benar-benar merasa bersalah padaku, jangan ikut campur dalam hal ini lagi, oke?”Levin mengerutkan keningnya dan menjawab, “Kenapa kamu punya prasangka seburuk itu terhadapnya? Di hari pernikahan ....”“Jangan ungkit soal pernikahan kita lagi! Ibuku meninggal di hari itu dan itu akan tinggalkan rasa sakit di hatiku selamanya! Aku ng
Aku tidak memedulikannya dan langsung melangkah pergi ke rumah duka. Setelah menunjukkan KTP, aku akhirnya melihat jasad ibuku. Dia didorong keluar dari lemari pendingin dan seluruh tubuhnya sudah kaku.Aku langsung berlutut di hadapannya, lalu membuka kain putih yang menutupinya dengan tangan gemetar. Saat melihat wajah yang familier itu, aku merasa sekujur tubuhku langsung membeku. Aku hanya bisa mengeluarkan suara tercekat, tetapi tidak bisa menangis atau meluapkan perasaanku. Hatiku sangat sakit dan terasa bagaikan akan meledak.Aku menggenggam tangannya erat-erat. Tangannya sangat dingin dan kaku, sepenuhnya berbeda dari sepasang tangan lembut dan hangat dalam ingatanku.Aku teringat sebelum pernikahanku, Ibu memelukku sambil berkata dengan lembut, “Akhirnya ada orang yang mencintai Sienna. Mulai sekarang, meski Ibu sudah tiada, akan ada orang yang bisa menjagamu.”Pada saat itu, kami tidak menyangka Levin akan memilih Lestari. Ini semua salahku. Aku yang terlalu naif. Aku kira de
“Levin! Kamu pasti akan nyesal suatu hari nanti!”Saat mendengar tangisanku yang histeris, Levin tertegun sejenak. Namun, langkahnya hanya terhenti sejenak. Setelahnya, dia langsung melangkah pergi tanpa menoleh.Aku menarik napas dalam-dalam. Sebelum sempat bereaksi, pengawal Levin sudah menarikku berdiri dari lantai.“Pak Levin bilang kamu masih harus diperiksa sekali. Setelah operasi berakhir, kamu baru boleh pergi.”Aku pun berseru, “Tindakan kalian ini melanggar hukum! Lepaskan aku!”Namun, aku sendiri tidak mungkin dapat melawan mereka. Setelah diseret ke ruang operasi, seorang dokter berjalan menghampiriku sambil memegang jarum suntik. Aku sontak merasa gugup. Dia memperingatiku, “Pikirkanlah ibumu. Jangan lakukan perlawanan yang sia-sia lagi.”Aku pun tersenyum getir. Begitu jarum itu disuntikkan ke tubuhku, hatiku juga terasa sangat sakit. Seiring dengan energiku yang seolah-olah terkuras habis, aku juga langsung pingsan.Saat tersadar kembali, hanya ada aku sendiri yang sedan
Lima tahun yang lalu, aku pernah menyelamatkan Lestari Tanadi. Setelah transplantasi sumsum tulang belakang berhasil, Levin Yuardi menyuruhku tinggal di sisinya dan mengatakan ingin membalas budiku. Setelah mengikutinya 5 tahun, kami akan menikah hari ini. Namun, Lestari malah pingsan di hari ini. Aku memohon pada Levin untuk tidak pergi, tetapi Levin malah menepis tanganku dan berseru, “Sienna, ini masalah hidup dan mati! Kenapa kamu begitu kejam!”Levin memakiku kejam. Dia sama sekali tidak melihat mata Lestari yang agak bergetar di bawah panggung. Lestari hanya sedang bersandiwara!Gara-gara hal ini, penyakit jantung ibuku kambuh. Namun, tidak peduli bagaimana aku menangis dan meminta bantuan mereka, tidak ada seorang pun yang peduli. Mereka tahu siapa sebenarnya yang disukai Levin.Berhubung Levin memilih untuk pergi, hal ini sudah cukup untuk membuktikan aku tidaklah penting baginya. Jadi, tidak ada seorang pun yang membantuku. Pada akhirnya, ada seorang pelayan yang membantuku m