Share

Pak Januar

Author: Call Me Ans
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Asap yang keluar dari gelas kopi memang sudah habis. Angin pagi pintar sekali mengusirnya. Tapi tidak cukup kuat untuk menguras rasa panasnya.

Kopi yang jadi lima menit yang lalu. Sang barista peraciknya tengah bersiap. Memakai seragam kerja berwarna biru langit. Ujung bajunya diselipkan ke celana hitam panjang. Sebelum ditarik keluar sedikit agar tampak semakin rapi.

Dari lemari baju ia bergerak sedikit. Lebih ke memutar badan. Di kos sempitnya tak perlu melangkah untuk tiba di cermin gantung yang tingginya hampir sama dengan panjang kepala Vero hingga lutut.

Mematutkan diri, sesekali berputar, merasa sudah rapi meraih parfum. Dua semprotan di kerah kiri dan kanan, satu semprotan di pergelangan tangan, satu semprotan di dada.

Belum hilang aroma parfum, tangannya bergerak lagi. Meraih satu kaleng kecil berisi minyak rambut. Mencolek sedikit, seujung jari telunjuk, meratakannya di telapak tangan, bera

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Terpikat Janda Seksi   Telur Bebek

    “Tapi ini? Telur? Telur bebek?” Vero mengangkat alis. “Untuk apa telur bebek sebanyak ini?”Pak Januar mengangkat bahu, menggeleng tak tahu. “Ini semua Berliana yang minta. Satu kotak bayangkan. Seratus butir, emang ada menu kita yang pakai telur bebek?”Vero menggeleng, “Gak ada setahuku. Eh atau? Bakal akan ada menu baru?”“Nah!” Pak Januar mengacungkan jempol ke arah Vero. “Bener katamu. Boleh jadi tuh.”Dua laki-laki itu tengah berbincang di dekat mobil resto. Keduanya baru saja menurunkan semua barang belanjaan. Dan baru sadar jika ternyata ada telur bebek di salah satu barang bawaan mereka.“Tapi resto ini kan konsepnya Jajan Beda yakan? Menu apa yang terbuat dari telur bebek kira-kira?” tanya Pak Januar lagi.Membuat laki-laki yang jadi lawan bicaranya berpikir keras. V

  • Terpikat Janda Seksi   Masalah

    “Kalau selalu laku kita bakal kehabisan waktu!” ucap Dhita. “Harusnya kita udah dapat dua belas kerak telur, tapi sekarang cuma ada dua. Semuanya laris di beli orang.”“Tapi mereka yang mau, bahkan ketika harganya sudah kita naikkan,” jawab Vero.“Tapi itu akan menyulitkan kita, Ver. Kita ini sedang tidak meladeni mereka tapi sedang mengerjakan pesanan,” bantah Dhita lagi.“Ya karena mereka memesan makanya kita buatkan mereka,” bantah Vero balik.Dhita yang tak puas dengan jawaban yang Vero berikan akhirnya pergi dengan wajah cemberut. Ia hanya pergi dari hadapan Vero, bukan dari tanggung jawabnya.Dhita tetap berbaik hati, tetap mau membantu merecikkan bahan untuk kerak telur Vero.Pukul sebelas siang, Berliana keluar dari ruangannya. Jika perhitungannya benar, maka kerak telur yang sudah Vero buat

  • Terpikat Janda Seksi   Acara Selesai

    Matahari sedang tinggi-tingginya. Hampir sempurna pukul dua belas siang. Mobil operasional JANDA resto menyibak riuh jalan.Jalan sedang ramai, banyak orang yang bersiap santap siang. Jalan jadi padat oleh mereka. Belum mobil-mobil operasional lain yang beranjak kembali ke kantor atau gudang mereka.Truk pembawa sembako, truk tangki pertamina, mobil ambulans, mobil polisi, angkutan umum, dan masih banyak lagi. Sementara dua orang karyawan JANDA Resto baru berangkat tiga puluh menit yang lalu.“Nih, Pak. Makan dulu,” ucap Vero. Tangannya membawa satu buah kerak telur yang masih hangat. Baru saja matang, aromanya masih tercium bersama dengan asap yang mengepul lembut di permukaannya.“Loh loh, nanti makin lama loh kerjaanmu Ver,” jawab Pak Janur. Tangannya menolak sesuatu yang diberikan Vero.Tapi laki-laki itu lebih mahir memaksanya;&l

  • Terpikat Janda Seksi   Vero, Tunggu!

    “Kenapa harus selalu kamu lagi yang tertinggal?” ucap Berliana.“Kenapa harus selalu kamu lagi yang kutemui?” balas Vero.“Jangan-jangan kamu sengaja,” tuduh Berliana.Vero mengangkat bahu, “bisa juga kamu yang sengaja.”Berliana memukul lembut dada kekar Vero dengan kepal tangannya. “Aku kan tinggal di sini Ver. Mana ada aku yang sengaja.”Vero terkekeh sebentar. Kemudian menyusul perempuan itu berdiri, menarik kursi di sebelahnya. “Duduklah, semua pekerjaan sudah selesai.”Berliana tersenyum hangat, “kau sungguh romantis.”“Seperti biasanya bukan?” jawab Vero pendek.“Bagaimana kalau kuberi kau dua penawaran?” tanya Berliana. Selepas menghela napas panjang. Selepas meregangkan otot-otot tubuhnya di sandaran ku

  • Terpikat Janda Seksi   Hutang satu 'Yes'

    “Jadi maksudmu?” tanya Berliana. Sorot matanya tak lepas dari Vero. Genggam tangannya menarik kuat-kuat pria itu.Ingin rasanya Vero lari. Enggan lagi menggubris perempuan di belakangannya. Bahkan jika bukan karena perempuan itu menjerit menahannya, pantang bagi Vero memberhentikan kedua kakinya pergi dari resto malam ini.“Ver!” Berliana belum berpindah tatap dari Vero.“Vero!!” laki-laki itu masih enggan menatapnya.“Verrrrrooo Jawab!!” bentak Berliana, tapi sedikit pun tak menggetarkan tubuh laki-laki itu. Bahkan sampai tangannya menggoyang-goyangkan tubuh Vero. Bahkan sampai matanya hampir menetaskan air mata. Bahkan hingga suaranya serak hampir habis.“Aku menunggumu, Ver. Aku sengaja menahanmu. Aku ingin kau pilih Yes untuk tawaran keduamu. Vero! Dengerin aku Ver! Kumohon. Haruskan aku mengemis untuk mendapatkan tubuhmu

  • Terpikat Janda Seksi   Sebuah Ungkapan

    “Lalu?” jawab Vero.“Aku menagihnya sekarang Vero! Temani aku malam ini,’ pinta Berliana. Matanya memelas, meski masih merah pekat efek alkohol yang baru naik.Vero menghela napas panjang, lelah dengan kelakuan Berliana. “Mbak, kamu nggak sadar. Kamu mabuk!”“Iya Vero, aku memang mabuk. Mabuk sama cintamu sayang,” jawab Berliana. Kedua tangannya masih erat menahan Vero pergi.Tak lama kemudian Vero mengipaskan tangannya, menepis tangan Berliana. Membuat genggamannya terlepas.Perempuan itu sudah pasrah. Ia bersedih sebab tak bisa melakukan apa pun kecuali menangis saat menyaksikan laki-laki itu pergi. Tubuhnya lemas, tak berdaya. Habis kesadarannya digerogoti alkohol. Habis perasaannya diaduk-aduk Vero.Ia tertunduk lemas. Air matanya terjatuh lagi. Kenyataannya memang begitu. Ia sedikit pun tak mampu menahan la

  • Terpikat Janda Seksi   Di bawah remang lampu

    Malam semakin matang. Hewan-hewan di langit semakin sepi. Berganti hewan-hewan malam. Kelelawar, laron, kunang-kunang berlomba-lomba mencari mangsa, atau tempat baru dan terhangat untuk berkembang biak.Termasuk dua manusia di lantai dua sebuah Resto ternama di kota ini. Vero dan Berliana, dua manusia yang sedang dibalut perasaan kasih, cinta dan nafsu.“Seberapa besar kamu ingin mendapatkannya?” tanya Berliana.“11 banding 10,” jawab Vero pendek. Jawaban yang berujung satu cubitan di perutnya. Tidak sakit memang tapi cukup membuatnya refleks menghindar.“Aku serius, Ver!” protes Berliana. Berujung menggerutu sendiri.Vero terkekeh, tangannya gemas mencubit pipi kanan Berliana. Membuat perempuan itu mengaduh. Seketika menepis tangan Vero yang terlanjur mencubit pipinya. Mengaduh, mengusap-usap, merasakan nyeri di pipinya.&

  • Terpikat Janda Seksi   Kau tahu artinya kan, Ver?

    Pelan-pelan Berliana merundukkan kepalanya. Pelan namun pasti rambut sebahu yang ia biarkan terurai jatuh meloloskan diri dari daun telinganya. Menutupi pandangan Vero yang menatapnya dari atas.Malam makin matang, tak tampak lagi kelelawar, atau orang-orang yang baru pulang kerja. Jalanan berubah lengang. Hanya terdengar satu dua kendaraan yang lewat.Sementara di keremangan lampu kamar, permainan mereka berdua tak kunjung juga selesai. Bahkan baru memasuki babak yang mereka berdua tunggu.Pelan-pelan, meski ragu ia memberanikan diri membuka mulutnya. Menyambut sesuatu yang akan masuk ke dalamnya. Sesuatu yang bahkan genggam tangannya saja tak cukup lebar untuk melingkarinya.Vero melenguh saat sesuatu yang dingin dan basah itu menyentuh kepala batang pen*snya.“Aaakkhhhh .... jangan mengenai gigi sayang, sakit,” protes Vero yang kemudian berujung tawa Berli

Latest chapter

  • Terpikat Janda Seksi   Pulang

    “Nggak! Nggak mungkin Wil,” jawab Vero cepat sambil menggelengkan kepalanya.“Ver!” Tangan Wilda menangkap lengan Vero. Menghalangi laki-laki itu pergi dari hadapannya. “Tunggu dulu. Ini masih mungkin Ver! Dengerin baik-baik. Duduk dulu!”Laki-laki yang terlanjur berdiri itu mau tidak mau kini terpaksa duduk kembali. Wajahnya tertekuk, mendengus kesal.“Ayolah, kita bisa balik seperti dulu Ver! Ya kan Pak Januar?” ucap Wilda lagi. Ditambah melempar sorot matanya ke Pak Januar juga. Tapi laki-laki paruh baya itu hanya menundukkan kepalanya. Tak bisa menjawab apa pun.Tampak jauh lebih putus asa. Membuat percakapan tiga orang dalam satu meja itu kini berubah sunyi. Saling terdiam cukup lama, berdebat dengan isi kepalanya masing-masing.“Tapi kau tak tahu masalahnya Wil!” protes Vero akhirnya angkat suara. Memecah keheninga

  • Terpikat Janda Seksi   Memulai dari awal?

    Seorang laki-laki berlari kencang setelah memarkirkan motornya sembarangan. Mengabaikan teriakan tukang parkir yang lagi-lagi harus membetulkan posisi motornya setelah belasan motor lain sebelumnya. Menggerutu menyumpahi laki-laki yang bahkan jaketnya belum terpasang sempurna di tubuhnya.“Maaf Pak maaf, tolong! Nanti uang parkirnya gua tambahin!”Tubuh kurus dengan gaya rambut yang belum berubah itu melanjutkan larinya. Masih gondrong, diikat ke belakang dengan karet gelang. Ujung rambutnya melambai mengikuti langkah kedua kakinya yang bergerak secepat yang ia bisa.Menyibak kerumunan, berjalan miring, berdesakan, merangsek ke tempat yang masih jauh di depan sana.“Permisi Mbak!”“Maaf Buk. Maaf Pak.”“Saya sedang buru-buru. Maaf bapak ibuk.”Mulutnya tak bisa berhenti mengucapkan sederet k

  • Terpikat Janda Seksi   Tak akan pernah lagi sama

    Semua polisi seketika menundukkan kepala. Melihat laki-laki yang baru saja turun dari motor. Laki-laki yang kini sudah sempurna melepas jaket hitamnya. Memamerkan seragam kepolisian dengan berbagai pangkat menggantung di atas saku kiri bajunya.Sementara Wilda berjalan lebih dulu dari pria tersebut. Menyibak kerumunan, memberi jalan pada laki-laki yang mengekor di belakangnya.“Semoga gua belum terlambat,” ucap Wilda begitu tubuhnya tiba di dekat Vero. Melihat laki-laki itu yang kini mengangkat wajahnya. Tersenyum miring menatap rekan kerjanya yang baru datang itu.“Tadi pagi gua yang terlambat. Sekarang malah jadi elu yang telat datang dasar pahlawan kesiangan,” umpat Vero ke arah laki-laki yang kini heboh di sampingnya.Menarik tangan Vero untuk berdiri tapi tertahan. Baru sadar kalau dua tangan temannya tersebut sudah diikat dengan sepasang borgol.&ldq

  • Terpikat Janda Seksi   Belum terlambat

    “Tidak, tidak mungkin!” Kalimat pertama yang keluar dari mulut Berliana saat ia tersadar dari pingsannya.Pukul lima sore, matahari masih cukup menerangi bumi. Sinarnya masih terasa hangat meski di sebagian belahan bumi terasa dingin. Seperti di depan Restoran Janda. Di mana karyawan dan polisi juga Pak Ferdy masih berkumpul. Mengurai, mencari jalan keluar atas masalah yang terjadi.“Nggak! Nggak mungkin! Nggak mungkin terjadi. Ini pasti mimpi,” ucap Berliana lagi. Sorot matanya kosong. Menatap ke atas, ke kerumunan awan kecil yang berarak di langit.Hampa, bingung, selesai, perempuan itu seperti orang yang goyah kejiwaannya. Jatuh ke dalam lubang terdalam di hidupnya lagi. Ia masih tak percaya dengan apa yang dilihat kedua bola matanya saat tiba di rumah sakit tadi.Belasan orang, rata-rata anak kecil di bawah sepuluh tahun dalam satu kamar rumah sakit. Selang oksigen yang te

  • Terpikat Janda Seksi   Kau menghancurkanku, Ver!

    Sayangnya, semua sudah terlambat. Sangat-sangat terlambat, tak ada yang berhasil dihadang. Tak ada yang bisa dipitar ulang.Berliana kembali ke restoran dengan perasaan lemas. Kedua kakinya layu, bahkan sudah pingsan saat turun dari mobil yang baru membawanya kembali dari TKP.Pintu mobil terbuka. Matanya yang berderai air mata ditutupi tangan yang memegangi tisu. Vero dan Pak Januar seketika berlari saat tubuh Berliana terlihat berjalan sempoyongan. Meraih kedua lengannya, membopongnya.“Selesai, terlambat, ini semua selesai,” bisik perempuan itu terakhir. Sebelum kesadarannya benar-benar hilang.Suasana restoran berubah mencekam saat belasan polisi tiba-tiba datang. Datang dengan tiga mobil sekaligus.Siapa yang tidak kaget dengan kedatangan mereka tiba-tiba. Semula semua orang mengira bahwa bapak-bapak polisi ini hanya akan makan siang di restoran ini seperti bisan

  • Terpikat Janda Seksi   Barang bukti

    “Kalau kamu, Ta?” Leher Berliana berputar. Matanya menyorot tajam ke arah perempuan yang ada di sisi kanannya. “Apa ada masalah dengan rotimu? Sebaiknya kali ini kabar baik yang kuterima.”Sama seperti Vero, perempuan itu juga menggelengkan kepala. “Semua aman, Mbak. Tetap di posisi dan bentuk terakhir sebelum saya meninggalkannya pulang kemarin sore. Kabar baiknya, saya juga sudah buatkan kardus khusus untuk mengemas roti ini nanti. Karena kardus yang kita punya di gudang tidak cukup besar untuk mengemasnya. Jadi saya putuskan untuk bawa dari rumah.”“Good!” jawab Berliana singkat. Melipat tangan di dadanya, melirik ke arah Vero dan Dhita bergantian. “Hari ini, seperti kemarin, kita adakan rolling jam. Kalian akan bekerja bergantian lagi. Bedanya, sekarang Vero lebih dulu. Masukkan rotimu ke dalam cup langsung setelah ini. Jadikan seratus cup cake sekalian. Nanti agar lebih cepat biar sa

  • Terpikat Janda Seksi   Hari pembalasan dendam

    Kemudian hari baru, menetas lagi.Membuka sebagian banyak mata manusia yang sudah melabuhkan lelahnya di dalam tidur yang panjang. Memberi kesempatan mereka menarik napas lega pagi ini. Merasakan nikmat yang tak terkira di hari yang berbeda.Nikmat yang saking seringnya mereka rasakan sampai lupa bahwa mereka masih memiliki itu semua. Kenikmatan bernapas, kenikmatan membuka mata dengan semua organ tubuh yang masih lengkap. Kenikmatan melihat matahari masih terbit dan mata hati mereka yang masih berani menatap kenyataan.Bahwa bumi masih berputar hari ini. Bahwa matahari masih menggantung di atas langit sebelah timur sana. Bahwa waktu masih memberi kita panggung untuk pentas sandiwara maha agung dengan peran kita masing-masing.Anak sekolah berangkat ke sekolah dengan penuh gairah. Ada yang diantar, ada yang berjalan bersama-sama, ada yang berlarian saling kejar. Nikmat yang bahkan tak pernah mereka s

  • Terpikat Janda Seksi   Bahwa semua, sementara.

    Dan hari itu pun ditutup seperti hari-hari biasanya.Dimulai dengan pagi hari yang sangat cerah. Ditutup dengan matahari di ufuk barat yang meredup dengan sangat indah. Mengiring orang-orang yang sudah lelah seharian bekerja untuk pulang. Mengantar kalender menutup satu hari barunya. Berganti chapter, mengubah episode tapi dengan kisah yang masih sama.Restoran Janda tutup sedikit lambat hari ini. Tidak seperti hari-hari biasa sebelumnya.Bukan, bukan karena ramainya pengunjung yang datang. Bukan juga karena lembur atau perbaikan alat masak. Bukan juga karena kerja bakti bersih-bersih yang selalu di agendakan oleh mereka setiap akhir bulan.Tapi hari ini, mereka serempak untuk menunggu semua karya Vero selesai. Romantis sekali, bahkan Berliana sampai keluar dari ruangan. Turun ke lantai satu. Berbagi minuman, berbagi kopi dengan semua karyawannya. Berbincang, bergurau dengan semua karyawanny

  • Terpikat Janda Seksi   Mati kau Ver!

    Sementara itu tepat saat Vero meniti anak tangga, rencana Dhita berjalan sangat lancar. Perempuan licik penuh dendam itu bersumpah tak akan gagal lagi kali ini.Tersenyum penuh kemenangan, di mana pada akhirnya laki-laki itu keliar dari biliknya untuk waktu yang lama.Dhita harus segera menyelesaikan pesanannya, ia tak boleh melewatkan kesempatan ini. Mengambil mangkok sup. Mengisinya dengan seporsi sop buntut. Lengkap dengan taburan bawang goreng dan seledri irisan tipis daging di atasnya.Bergerak lagi mengambil satu piring saji yang pipih dan lebar. Mengambil dua porsi pepes ikan dari panci kukus. Aroma kemangi yang bercampur dengan segarnya tomat dan parutan kelapa menyeruak. Membuah air liur Dhita pecah. Membayangkan menyantapnya dengan nasi putih hangat dan sambal tomat.Tapi tetap saja, aroma itu tak cukup kuat untuk menghentikan Dhita.Tubuhnya sudah bergerak lagi. Berdir

DMCA.com Protection Status