"Astaga apa yang dia lakukan." Miranda tersentak saat lamunannya buyar. Ia menggelengkan kepalanya seraya menghilangkan rasa aneh yang tiba-tiba menyergap tubuhnya. Bagaimana pun juga Miranda adalah wanita normal. Saat tadi Haikal menciumnya, membuat Miranda rasanya butuh akan belaian lelaki. Tak dipungkiri hidup sebagai janda membuatnya terkadang kesepian. Namun balik lagi kedirinya sendiri, Miranda enggan untuk menikah lagi.
"Aku harus fokus bekerja demi masa depan Ochan," gumamnya duduk di sisi ranjang.
Miranda bahkan tidak kepikiran mencarikan Ayah sambung untuk putranya itu. Miranda takut, pria yang menikah dengannya nanti akan menjahati Ochan seperti berita yang ia tonton. Kebanyakan Ayah tiri memang jahat, tidak bisa menyayangi anak sambungnya dengan tulus, walaupun kenyataanya tidak semua seperti itu. Hanya saja Miranda harus waspada demi keselamatan anaknya.Selagi hidupnya bahagia dan nyaman, Miranda memutuskan tidak untuk menikah. Apalagi dengan Haikal, pria tampan idaman para gadis. Ia yakin Haikal hanya terobsesi saja padanya, sebab itulah Miranda menolak dengan tegas. Terlebih ia masih trauma dengan yang namanya laki-laki.
Keesokan hari, Miranda ada jadwal mengajar di jam 9 pagi. Sebelum berangkat, Miranda memasak dulu dibantu dengan Anni, pengasuh Ochan sejak bayi. Anni memang tidak tinggal bersama Miranda, sebab ia pun memiliki suami. Jadi ia pulang pergi menggunakan sepeda motor ke kontrakan Miranda.
"Ann, nanti untuk makan siangnya di angetin lagi saja ya, takut Ochan gak mau makan yang dingin," ucap Miranda pada Anni.
"Siap, Mbak," jawab Anni bersemangat. Ia senang bekerja dengan Miranda. Orangnya ramah dan supel.
"Mamah berangkat ya, sayang. Kamu jangan nakal, kasian Mbak Anni jagain kalau kamunya nakal." Miranda berjongkok menyetarakan tingginya dengan Ochan.
"Iya Mamah, Ochan gak nakal kok," ucapnya menggeleng dengan bibir mengerucut. Ochan tak terima dirinya dianggap nakal.
"Anak pintar, kalau begitu kamu makannya ditemenin Mbak Anni ya. Mamah mau langsung berangkat," ucap Miranda sambil mengusap kepala Ochan.
"Siap, Mamah," jawab Ochan mengangguk hormat. Ia pun menciumi pipi mamahnya kiri dan kanan.
Tiba di kampus
Miranda menyempatkan waktu makan bekal yang ia masak tadi. Masih ada waktu 20 menit lagi untuk mengajar. Ia sengaja tidak makan di rumah karena takut akan telat. Jadi lebih tenang makan di sini. Walaupun rasanya kurang enak makan sendirian.
"Eh, Bu Mira ada kelas pagi?" tanya Pak Raykel, salah satu dosen yang menaksir Miranda sejak lama.
"Eh, Pak Raykel. Iyanih, Pak. Dikit lagi saya masuk kelas," jawab Miranda tersenyum. Ia memang sosok ramah jika sama orang yang sudah di kenal lama. Apalagi Pak Raykel ini teman satu profesinya.
"Hemm begini, Bu--" ucap Pak Raykel tersenyum canggung sambil garuk-garuk kepala.
"Ada apa ya, Pak?" tanya Miranda mengernyit.
"Besok kan weekend, apa Ibu ada waktu? Hem maksudnya apa ada kegiatan lain?" tanya Pak Raykel asal saja. Sebenernya ia mau mengajak Miranda jalan-jalan, namun Raykel bingung memulainya darimana.
Miranda yang sudah tahu maksud terselubung dari pria ini hanya tersenyum getir.
"Ada sih, Pak. Besok saya mau ngajak anak ke gramedia. Karena ada beberapa buku yang harus saya beli," ucap Miranda nyaris tanpa ekspresi.
"Oh kalau begitu apa saya boleh ikut?" Pak Raykel semakin antusias. Ia tidak masalah kalau harus jalan bertiga dengan anaknya Miranda.
"Haduh, bagaimana ya, Pak. Anak saya tuh anti jalan-jalan sama orang lain." Miranda mencari-cari alasan agar Raykel tidak memaksa.
"Oohh begitu," ucapnya manggut-manggut dengan lesu. "Tidak masalah, lain kali saja bisa kan, Bu?" Raykel tak pantang menyerah. Ia berharap bisa jalan sama janda cantik ini.
"Lihat nanti saja ya, Pak," jawab Miranda. Ia tak mau memberi harapan untuk Pak Raykel. Karena dirinya memang tak memiliki perasaan untuk pria itu.
"Kalau begitu saya permisi, ini sudah waktunya masuk kelas." Miranda membereskan bekas makanannya, lalu bergegas untuk mengajar.
"Silahkan, Bu," ucap Pak Raykel memberi jalan.
*****
Sementara di tempat lain, Haikal, yang mendapat laporan dari mata-matanya merasa geram saat ada yang mendekati wanita pujaannya itu. Haikal menggebrak meja sangat kencang hingga tak sadar dirinya kini tengah menjadi pusat perhatian para bawahannya.
"Pak Haikal kenapa ya, tiba-tiba marah. Apa lagi kesurupan?" bisik salah satu karyawati.
"Entahlah, paling juga karena si janda montok itu," balas karyawati lain tersenyum sinis. Mereka semua tahu bahwa atasannya kini sedang jatuh hati pada seorang janda yang tengah bekerja sebagai dosen di Universitas bersebrangan perusahaan ini.
"Kayak tidak ada wanita lain saja, perasaan di sini banyak gadis. Kenapa Pak Haikal tidak tertarik ya," bisik karyawati itu pada temannya.
"Mungin si janda montok pakai pelet. Kita mana tahu kan? Apalagi Pak Haikal seorang Bos. Pasti dia mau memanvaatkan harta Pak Haikal saja," ucapnya lagi.
Haikal yang mendengar pun merasa geram. Walaupun para karyawati itu jaraknya jauh, tapi Haikal yang memiliki indra keenam bisa mengetahui apa yang mereka bicarakan.
"Jika sekali lagi kalian membicarakan wanita pujaanku. KALIAN AKAN SAYA PECAT!" ucapnya dengan lantang. Tentu saja para karyawati itu langsung terlonjak. Mereka semua ketakutan dan kembali ke meja masing-masing.
Haikal mengusap wajahnya kasar. Ia tidak berkonsentrasi hari ini. Gara-gara dikirimin vidio yang memperlihatkan Miranda bicara dengan seorang pria.
"Dasar dukun pembohong! Katanya dalam satu hari Miranda akan mengejar-ngejarku, tapi mana?" gumamnya menggerutu kesal. Ia merasa dibohongi oleh dukun sakti dari desa belantara itu.
Haikal langsung menuju kampus tempat Miranda ngajar. Dirinya begitu gelisah kalau belum melihat wajah cantik wanitanya dan menemui pria yang menggodanya itu.
Di parkiran, Haikal tak sengaja menabrak Lussi, sekretaris seksi-nya yang sudah lama menaruh hati pada Haikal.
"Maaf, saya terburu-buru," ucap Haikal mengibaskan jas-nya. Ia sempat merasa tubuhnya menyenggol benda empuk milik Lussi.
Lussi hanya tersenyum percaya diri. Ia senang bisa bertabrakan dengan pria pujaannya.
"Gak apa-apa, memang bapak mau kemana? Bukankah nanti siang kita ada pertemuan dengan Tuan Tison?" tanya Lussi mengingatkan.
Haikal pun menepuk jidatnya.
"Diwakilkan saja dengan kamu ya, karena saya ada urusan penting."
"Tapi, Pak--"
"Please, ini perintah okey!"
"Baik, Pak," jawab Lussi mengangguk. Lagipula Lussi sendiri pun bisa menanganinya.
Setelah mendengar jawaban Lussi, Haikal langsung megambil motor kantor untuk menuju ke kampus. Ia tidak menggunakan mobil, karena jarak dari kampus itu sangat dekat. Bila berjalan kaki Haikal akan kepanasan, jadi ia membawa sepeda motor.
Lussi yang menyaksikan pun merasa bingung. Sejak kapan seorang Haikal Haditama keluar dengan menggunakan motor.
"Pasti ada hubungannya dengan wanita itu," batin Lusssi.
Setibanya di kampus, Haikal langsung menaruh motornya ditempat parkir. Sebelumnya ia mengaca lewat spion membenarkan penampilannya lebih dulu. Haikal tidak pede jika bertemu Miranda penampilannya kurang menarik, padahal saat ini penampilannya sudah benar-benar rapi."Ok, tarik napas dulu, Kal. Biar gak gugup ketemu calon istri," gumamnya sambil menarik napas pelan-pelan.Haikal pun berjalan menyusuri isi kampus, mencari di mana keberadaan Miranda mengajar. Sontak saja membuat para mahasiswi yang tengah berada di situ langsung mencuri pandang ke arahnya."Itu bukannya CEO Haditama Group?" tanya seorang mahasiswi pada temannya."Iya benar, akhir-akhir ini beliau memang sering ke sini. Katanya sih beliau anak dari Rektor di kampus ini," ucap mahasiswi tersebut."Kamu kata siapa?""Denger-denger saja si." para mahasiswi itu sibuk membicarakan tentang Haikal, sampai tak sadar saat ini Haikal tengah berdiri di hadapannya dengan melipat kedua tanga
Jam menunjukkan pukul 4 sore. Miranda bergegas untuk segera pulang. Ia meraih tas-nya serta membereskan buku-buku yang akan dibawanya pulang.DrettBunyi decitan pintu membuat Miranda menoleh ke belakang. Raykel menghampirinya dengan senyum yang selalu ia tunjukkan selama ini. Senyum penuh arti dan sejuta makna. Miranda tahu pria ini berusaha mendekatinya, namun ia membentengi hatinya dengan memberikan pagar pembatas agar Raykel tak berharap lebih padanya. Akan tetapi Raykel tak tergoyahkan, sama seperti Haikal, pria itu memiliki ambisi kuat untuk mendapatkan apa yang di mau."Bu Mira mau pulang ya? Kalau begitu saya antar saja, kan arahnya sama," ucap Raykel tersenyum."Maaf, Pak. Tapi saya kan bawa motor, lagipula kontrakan saya gak jauh dari sini." Miranda menolak dengan lembut.Meskipun tahu, namun Raykel beberapa kali kerap memaksanya untuk mengantar wanita cantik ini. Bahkan pernah ia megempeskan ban motor Miranda demi tujuannya, walaupun pad
Setelah kepulangan Haikal, Miranda langsung membereskan piring kotor bekas makannya tadi. Sementara Ochan kembali bermain mobil-mobilan.Di tempat lain, Haikal baru saja tiba di kediamannya. Pak Dedi dan Mamah Siska sudah menunggunya di ruang tamu. Haikal yang baru saja akan menaiki tangga itu terhenti saat mamahnya memanggil."Darimana saja kamu, Haikal. Lussi bilang sejak siang kamu gak ada di kantor?" tegur Mamah Siska. Wanita paruh baya itu meletakkan majalahnya di meja, lalu menatap anaknya dengan tatapan mengintimidasi."Iya, Mah. Ada urusan penting," jawab Haikal tersenyum kaku sambil garuk-garuk kepala."Ada yang ingin kami bicarakan, Haikal. Duduklah sini!" ucap Pak Dedi membuka suara.Dengan menghela napas pelan, Haikal menjatuhkan bokongnya bersebelahan sama Mamah Siska."Ada apa? Kenapa kalian serius banget?" tanya Haikal mengernyit. Suasana di ruangan ini tiba-tiba terasa mencekam.Pak Dedi menarik napas sebel
Haikal mengatur nafasnya perlahan. Ia tidak boleh gegabah dalam mengambil tindakan. Biarlah apa yang Raykel lakukan. Ia akan memikirkan cara untuk menggagalkan rencananya."Apa aku harus melamar Mira juga malam ini. Tapi bagaimana dengan mamah dan papah? Mereka tidak merestui hubunganku." Haikal mengusap wajahnya kasar."Kalau menurut saya itu terlalu cepat, Pak. Lagipula bapak belum mengenal Bu Mira lebih dalam," ucap orang suruhannya yang kini berdiri di hadapan Haikal."Kau tahu apa tentang wanitaku? Aku memang belum mengenalnya lebih jauh, tapi aku yakin Miranda adalah wanita baik-baik.""Maaf, Pak. Bukannya saya lancang, tapi--""Tapi apa?" tanya Haikal menatap tajam."Informasi yang saya dapat, Bu Miranda itu sebelumnya tidak pernah menikah," ucap pria itu menunduk takut."Maksud-mu, Miranda hamil di luar nikah. Begitu?" tanya Haikal menyelidik."I-iya, Pak. Maaf saya harus menyampaikan berita tidak enak ini.""Bai
Raykel pulang dengan keadaan kecewa. Betapa tidak, semua rencana yang sudah ia susun rapi untuk melamar wanita pujaannya gagal total. Haikal tiba-tiba datang dan mengacaukan semuanya."Tidak peduli siapapun kamu, kalau sudah mencari masalah denganku. Lihat saja apa yang kulakukan!" janji Raykel dalam hati.Sementara itu, Miranda merasa tenang karena kedatangan Haikal membuatnya sedikit lega. Ia seakan baru saja menghirup udara bebas setelah apa yang terjadi beberapa menit lalu. Kedatangan Raykel yang melamarnya secara mendadak, tentu saja membuat dirinya terkejut. Ia akan membicarakan ini dengan Raykel ketika di kampus nanti. Miranda tak mau penolakannya manjadi musuh dan itu akan berpengaruh ke pekerjaanya, secara mereka satu profesi dan hampir setiap hari bertemu."Terima kasih," ucap Miranda pada Haikal. Saat ini mereka duduk di bangku teras depan. Setelah kepulangan Raykel, Haikal meminta waktu sebentar untuk mengobrol dengannya."Sama-sama, Mir
"Ma-mamah, ko di sini, sama siapa?" tanya Haikal gelagapan.Sementara Mira menunduk sambil meremas jemarinya. Tatapan tajam yang dilemparkan Mamah Siska seakan membuatnya sulit untuk bernapas."Kebetelun mamah ada janji dengan ibunya Cindy," jawabnya ketus. "Kamu sendiri ngapain, bukannya kamu gak suka pergi ke Mall?" tanyanya sinis sambil melipat kedua tangan di dada."Emm, aku--""Mamah, Om Ikal--" teriak Ochan tiba-tiba. Anak itu berlari ke arahnya sambil tersenyum. Namun, saat melihat wanita tua di hadapannya, senyum Ochan pun seketika langsung meredup. Ia mendek-mendek ketakutan, dan membenamkan kepalanya di perut Miranda."Sayang, jangan takut ya. Ini Omah," ucap Haikal memperkenalkan.Sontak saja mata Mamah Siska membulat. Ia sama sekali gak sudi harus dipanggil Omah dengan anak yang sama sekali bukan cucunya."
1 minggu kemudianHaikal kembali fokus dengan pekerjaannya. Kini ia menjauhi Mira untuk sementara waktu. Haikal menjauhinya bukan tanpa alasan. Ia ingin memikirkan cara bagaimana agar mendapat restu kedua orang tuanya. Itu lebih utama. Barulah ia fokus demi tujuannya.Tidak bertemu Mira selama 1 minggu membuatnya resah. Namun Haikal juga mengerti kalau wanitanya butuh waktu sendiri setelah kejadian bertemu mamahnya di mall saat itu.Sementara Mira yang menyadari perubahan sikap Haikal yang tidak menemuinya akhir-akhir ini menjadi sedih. Ia merasa kehilangan sosok semangat yang selama ini muncul di hadapannya. Kedatangan Haikal yang selalu muncul mendadak membuatnya sebal, namun hal itu tanpa disadari ternyata berhasil menumbuhkan benih-benih cinta di hatinya. Miranda pun bingung. Mulutnya berkata tidak, namun ternyata hatinya bertolak belakang."Kenapa aku sesedih ini," batin Mira mengaduk-aduk minuman bobanya. Tatapannya sangat kosong. Akhir-akhir ini ia
Malam hari (Di kontrakan Miranda)Ia tengah berkutat memasak omelet atas permintaan Ochan. Dengan sangat telaten, Miranda menyiapkan bahan-bahan yang di perlukan seperti telur, daun bawang dan bumbu-bumbu lainnya yang menambah kenikmatan masakan tersebut.Sementara Ochan menunggu masakannya matang sambil menonton TV. Aromanya yang mulai menguar seisi ruangan membuat Ochan menghirup dalam-dalam sambil memegangi perutnya yang keroncongan."Ma, syudah belum. Ochan lapal," teriaknya dari sudut.Miranda hanya tersenyum, lalu menjawab."Dikit lagi, sayang. Tadi kan Ochan baru makan indomie, masa sudah lapar lagi sih," ucap Miranda gemas. Tapi ia senang jika Ochan nafsu makan seperti ini. Tubuhnya pun sudah mulai keliatan berisi. Terlihat dari pipinya yang gembil."Nah sudah matang deh." Mira mengambil dua piring beserta sendok dan garpunya."Di habisin ya, Nak," ucap Mira menyodorkan omelet-nya."Iyah, Mamah juga," sahut Ochan.
PRANGGG.....!!!Pecahan gelas berhamburan membuat Cindy menutup telinga saking terkejutnya."Tante, are you okey?" ucapnya sangat panik.Mamah Siska memegangi dadanya seakan tak percaya. Betapa tidak, Cindy datang membawa kabar mengejutkan hingga membuat dirinya shock."Kamu dapet video ini darimana, Cindy? Om harus ketemu Haikal sekarang juga," ucapnya masih tak percaya. "Tadi saat Cindy ke cafe sama Jaja, Cindy gak sengaja liat mereka di parkiran. Awalnya Jaja mau nyamperin, tapi Cindy tahan dulu siapa tahu mereka bicara serius. Dan ternyata benar saja, Om. Percakapan mereka bikin Cindy shock bukan kepalang. Ternyata masa lalu Bu Mira itu ada kaitannya dengan Haikal. Untung saja tadi aku videoin, jadi tante sama om bisa dengar langsung," tutur Cindy panjang lebar."Kenapa Haikal tidak pernah cerita sama tante selama ini. Dia tertekan sendiri karena merasa bersalah atas sesuatu yang tidak sengaja dibuatnya. Tante pikir beberapa tahun ini Haikal tertutup dan jarang pulang itu semua
Sky...!" suara panggilan setengah berteriak itu membuat Sky dan Richard menoleh ke belakang. Saat ini mereka berada tepat di parkiran.Alangkah terkejut begitu melihat Haikal datang menghampirinya dengan raut yang sulit dijelaskan. Marah, tentu saja Haikal marah setelah tahu siapa dalang dari masa lalunya. Haikal memang sengaja menunggu di parkiran karena tak ingin membuat keributan di dalam cafe.DUAKKKK......!!!Satu kepalan tinju mendarat tepat di perut Sky hingga laki-laki itu tersungkur sambil memegangi perutnya."Bangun kau!" Haikal menarik kerah kemeja Sky dengan kasar."Jadi selama ini kau menjebakku, hah? Dasar brengsekk!"DUAKKK....DUAKKK... DUAKKK...."A-aku bisa jelaskan semuanya," ucap Sky terbata-bata.Richard yang melihat itu pun merasa iba. Bagaimanapun juga dirinya ikut masuk ke dalam masalah ini."Haikal, tolong maafkan kami. Sky melakukan semua ini karena dia sangat mencintai Aluna," bela Richard sambil memohon.Mendengar itu, Haikal langsung melepaskan genggaman
Malam semakin larut, Mira terbangun dari tidur pulasnya karena menyadari sang suami tidak berada di sampingnya. Padahal Haikal bilang hanya sebentar, tapi kenapa tengah malam gini belum juga pulang.Mira menguncir rambutnya dengan jedai, setelahnya ia keluar kamar. Hal pertama yang ingin dilihat adalah putranya. Mira membuka pintu kamar Ochan memastikan putranya sudah tidur atau belum. Dan ternyata begitu pintu dibuka pelan-pelan, buah hatinya sudah tidur begitu nyenyak. Mira tersenyum lega. Ia pun menutup pintu kembali.Mira memutuskan menunggu Haikal di ruang tamu sambil menonton Tv. Namun lama kelamaan semakin jenuh, karena tidak ada tontonan yang menarik."Hoammm... Kenapa suamiku belum juga pulang," gumamnya lesu ditambah ngantuk.Berkali-kali matanya menengok ke arah jendela berharap mendengar suara mobil suaminya, namun pria itu tak kunjung pulang."Mudah-mudahan Bang Haikal baik-baik saja. Kenapa aku jadi cemas," gumamnya gelisah."Sebaiknya aku telpon." Mira langsung mengambi
Lelahnya perjalanan pulang dari Bali menuju Jakarta memakan waktu kurang lebih 2 jam. Mira mendadak sakit, tubuhnya lemas dan ia muntah-muntah. Hal itu membuat Haikal cemas dan langsung membawanya ke rumah sakit. Dokter menyarankan agar Mira bed rest total untuk memulihkan kesehatannya. Haikal pun lega karena janin yang ada dalam kandungan istrinya baik-baik saja. Ia tidak akan membiarkan Mira untuk melakukan apapun selama kondisinya masih kurang fit."Kau dengar tadi dokter bilang apa kan. Sekarang istirahatlah, Aku ada urusan di luar sebentar. Jadi, tidak apa-apa ya aku tinggal," ucap Haikal setelah menutupi tubuh istrinya dengan selimut."Mau ke mana? Bukannya abang juga perlu istirahat. Kita baru saja pulang dari Bali," jawab Mira lemas."Iya, sayang. Tapi ada sesuatu penting yang harus aku selesaikan. Nanti juga kau akan tahu," jelas Haikal.Mira mengernyit bingung."Sesuatu penting?" tanyanya penasaran."Abang gak bisa jelasin sekarang karena buru-buru. Kamu tidur ya, biar bada
Hampir saja kedua bola mata Sky melonjak keluar begitu melihat foto wanita yang baru saja Richard kirim.Betapa tidak, wanita yang selama ini menjadi istri Haikal ternyata memang benar pelayan di malam itu.Sky sampai menggeleng sakit terkejutnya. Kenapa dunia sempit sekali. Apakah takdir memang sengaja mempertemukan mereka karena berjodoh.Aluna sampai penasaran, apa yang dilihat Sky di layar ponselnya hingga membuat ia termangu.Detik itu juga ia rebut ponselnya dari tangan Sky sampai laki-laki itu terkejut dibuatnya."Aluna, kembalikan hp ku! Kau ini lancang sekali!" pekik Sky berusaha merebut ponselnya kembali. Namun sayang, Aluna berhasil melihatnya.Terkejut, tentu saja. Ternyata wanita dalam foto ini adalah Miranda. Aluna langsung memasang wajah tegas yang mana membuat Sky gelagapan dibuatnya."Jelaskan maksud semua ini, Sky?" tekan Aluna masih dengan nada pelan."I-itu--" jawab Sky terbata-bata."Itu apa? Jelaskan semuanya padaku, apa hubungan Miranda dengan pelayan itu?!""
Salah satu pantai terindah di Kota Denpasar adalah Pantai Karang, selain memiliki banyak fasilitas yang menarik, Pantai Karang juga dikenal sebagai tempat yang menyajikan panorama indah matahari terbit dan matahari terbenam. Hal ini menjadi buronan bagi si pemburu foto. Tentu banyak fotografer yang mengunjunginya karena hal tersebut. Sebab itu Haikal memilih Pantai ini untuk berlibur dengan keluarganya. Selain pemandangannya yang indah, Haikal yakin Mira dan Ochan akan tertarik melihat berbagai fasilitas yang ada pada pantai ini.Seperti sekarang, Ochan tengah asyik bermain ayunan. Bocah itu terlihat riang bermain sendiri, apalagi banyaknya burung-burung yang beterbangan, membuat Ochan semakin betah."Tempat ini lebih menarik dari yang kemarin ya, Bang," ucap Mira sambil melihat sekeliling."Kamu suka?" "Suka banget, makasih ya sudah ngajak aku jalan-jalan," ucap Mira seraya bergelayut manja di lengan suaminya."Sama-sama, Mir. Yang penting kalian bahagia, Abang juga bahagia," jawab
Jam terus berputar, setelah menghabiskan waktu sore bermain ditepi pantai, Haikal memutuskan kembali ke Hotel untuk beristirahat. Sebenarnya Mira dan Ochan masih betah disana, namun karena hari sudah mulai gelap, Haikal memaksanya untuk pulang. Haikal berjanji besok pagi akan membawa istri dan anaknya bersenang-senang, namun ke tempat yang lebih menarik."Sudah kenyang, sayang?" tanya Haikal pada Ochan yang terlihat lahap menghabiskan makan malamnya."Kenyang, Pah," jawabnya sambil memegangi perut."Kalau kamu gimana, Mir? Apa bayi kita sudah kenyang di dalam perut?" tanya Haikal sambil mengelus perut istrinya yang sedikit mulai membuncit.Melihat kelakukan Haikal yang menurutnya lebih menyayangi calon adiknya daripada dirinya, Ochan pun bangkit dan berlari naik ke atas kasur."Ochan kenapa, Bang?" tanya Mira bingung. Ia langsung mendekati putranya yang merajuk."Apa aku salah ngomong?" batin Haikal tak kalah bingung.Sesaat kemudian ia menepuk jidatnya karena merasa bodoh. "Astagfiru
Keesokan hariSemua barang-barang sudah dimasukkan ke dalam bagasi. Sementara Mira tengah memakaikan Ochan sepatu. Bocah itu sangat antusias diajak jalan-jalan mendadak seperti ini. Pasalnya semalam sang mamah tidak mengatakan apa-apa."Sudah siap, sudah rapi, cuss kita berangkat," ucap Mira bersemangat."Oke, mamah." Ochan pun tak kalah semangatnya. "Saya berangkat ya, Lia. Nanti kalau Anni datang titip salam saja," ucap Mira berpamitan. "Tenang saja kalian akan saya belikan oleh-oleh.""Asikkkk, siap mbak kalau gitu. Semoga selamat sampai tujuan, aamiin," jawab Lia semangat."Ya sudah ayok nak kita berangkat," ajak Mira menggandeng putranya.Haikal sudah menunggunya di depan gerbang. Begitu sang istri dan anaknya muncul, ia segera membukakan pintu. Mobil pun melaju dengan kecepatan sedang menuju Bandara Soekarna-Hatta.Di sana, sudah ada Joe dan Lussi yang siap membantu membawa kopernya sampai masuk. Sepanjang perjalanan, Miranda dan Ochan terlihat ceria. Mereka antusias karena in
Malam semakin larut Sesudah menghubungi Joe untuk mengatur keberangkatannya ke Bali esok hari. Haikal langsung mengemasi barang-barang yang akan dibawa ke sana. Sementara Mira sudah tidur dengan pulas akibat kelelahan menjalani ibadah malam seperti biasa. Haikal memang selalu meminta jatah. Walaupun ia sadar istrinya tengah hamil, akan tetapi Haikal melakukannya dengan lembut dan melepaskan di luar.Satu hal yang terus terngiang di pikiran Haikal setelah selesai berhubungan suami istri. Tanda berbentuk love di bawah pusar. Tanda itu mengingatkan ia pada masa lalu. Walaupun Haikal sudah berusaha melupakannya untuk tidak mencari tahu siapa gadis yang ia tiduri, namun tetap saja jika sedang sendiri pikirannya melayang ke sana."Apakah dia Miranda? Apakah gadis lain? Tapi tanda itu? Apakah aku harus mencari tahu lagi? Tapi bagaimana kalau gadis itu ternyata memang benar Miranda? Apakah dia akan memaafkan semua kesalahanku?" pertanyaan-pertanyaan cem