"Ma-mamah, ko di sini, sama siapa?" tanya Haikal gelagapan.
Sementara Mira menunduk sambil meremas jemarinya. Tatapan tajam yang dilemparkan Mamah Siska seakan membuatnya sulit untuk bernapas.
"Kebetelun mamah ada janji dengan ibunya Cindy," jawabnya ketus. "Kamu sendiri ngapain, bukannya kamu gak suka pergi ke Mall?" tanyanya sinis sambil melipat kedua tangan di dada.
"Emm, aku--"
"Mamah, Om Ikal--" teriak Ochan tiba-tiba. Anak itu berlari ke arahnya sambil tersenyum. Namun, saat melihat wanita tua di hadapannya, senyum Ochan pun seketika langsung meredup. Ia mendek-mendek ketakutan, dan membenamkan kepalanya di perut Miranda.
"Sayang, jangan takut ya. Ini Omah," ucap Haikal memperkenalkan.
Sontak saja mata Mamah Siska membulat. Ia sama sekali gak sudi harus dipanggil Omah dengan anak yang sama sekali bukan cucunya.
"
1 minggu kemudianHaikal kembali fokus dengan pekerjaannya. Kini ia menjauhi Mira untuk sementara waktu. Haikal menjauhinya bukan tanpa alasan. Ia ingin memikirkan cara bagaimana agar mendapat restu kedua orang tuanya. Itu lebih utama. Barulah ia fokus demi tujuannya.Tidak bertemu Mira selama 1 minggu membuatnya resah. Namun Haikal juga mengerti kalau wanitanya butuh waktu sendiri setelah kejadian bertemu mamahnya di mall saat itu.Sementara Mira yang menyadari perubahan sikap Haikal yang tidak menemuinya akhir-akhir ini menjadi sedih. Ia merasa kehilangan sosok semangat yang selama ini muncul di hadapannya. Kedatangan Haikal yang selalu muncul mendadak membuatnya sebal, namun hal itu tanpa disadari ternyata berhasil menumbuhkan benih-benih cinta di hatinya. Miranda pun bingung. Mulutnya berkata tidak, namun ternyata hatinya bertolak belakang."Kenapa aku sesedih ini," batin Mira mengaduk-aduk minuman bobanya. Tatapannya sangat kosong. Akhir-akhir ini ia
Malam hari (Di kontrakan Miranda)Ia tengah berkutat memasak omelet atas permintaan Ochan. Dengan sangat telaten, Miranda menyiapkan bahan-bahan yang di perlukan seperti telur, daun bawang dan bumbu-bumbu lainnya yang menambah kenikmatan masakan tersebut.Sementara Ochan menunggu masakannya matang sambil menonton TV. Aromanya yang mulai menguar seisi ruangan membuat Ochan menghirup dalam-dalam sambil memegangi perutnya yang keroncongan."Ma, syudah belum. Ochan lapal," teriaknya dari sudut.Miranda hanya tersenyum, lalu menjawab."Dikit lagi, sayang. Tadi kan Ochan baru makan indomie, masa sudah lapar lagi sih," ucap Miranda gemas. Tapi ia senang jika Ochan nafsu makan seperti ini. Tubuhnya pun sudah mulai keliatan berisi. Terlihat dari pipinya yang gembil."Nah sudah matang deh." Mira mengambil dua piring beserta sendok dan garpunya."Di habisin ya, Nak," ucap Mira menyodorkan omelet-nya."Iyah, Mamah juga," sahut Ochan.
Dari mana saja kamu Haikal?" Mamah Siska langsung menghadang putranya begitu hendak menaiki tangga. "Mamah, kok belum tidur." Haikal menoleh dan tersenyum tanpa rasa bersalah. Ia pun menyadari ekspresi sang mamah yang sudah dipastikan sedang marah. Karena, tak menepati janjinya untuk pulang cepat dan makan malam bersama Cindy. "Maaf, Mah. Tadi aku--" "Jawab pertanyaan mamah, Haikal! Kamu dari mana?" cecarnya mengintimidasi. "Dari apartemen Jaja, Mah," ucap Haikal terpaksa bohong. Ia tak ingin mamahnya menyalahkan Mira, atas dirinya yang tak menepati janji untuk makan malam bersamanya. Haikal memang sengaja menghindar. Makanya ia berlama-lama di rumah Mira. "Besok lagi bicaranya ya. Aku capek banget," ucap Haikal memelas. "Semenjak kenal wanita itu. Sikap kamu jadi berubah, Haikal. Kamu sering membangkang. Kamu tahu, Mamah, Papah sama Cindy sudah menunggu sangat lama. Cindy benar-benar kecewa sama kamu!" "Ya baguslah kal
Di ruangan meeting Haikal memandang jengah, seorang pria yang berdiri membacakan sebuah presentasi. Walaupun pria itu menjelaskan dengan sangat detail dan profesional, namun terlihat sangat jelas rautnya memancarkan aura permusuhan. Aura yang membuat Haikal muak untuk menatapnya. Betapa tidak, dia adalah Sky Devano. Saingan terbesar Haikal dalam bisnis maupun percintaan. Dulu mereka sama-sama mencintai wanita yang sama, yaitu Aluna. Sebab itulah hubungan keduanya tidak pernah membaik. Hingga akhirnya mereka dipertemukan lagi sekarang atas tawaran kerja sama untuk pembangunan hotel di kota Bandung. "Senang bertemu lagi dengan Anda, Pak Haikal Haditama," ucap Sky tersenyum misterius. Ia mengulurkan tangannya pada Haikal. Haikal tersenyum kecut. Ia bahkan enggan menerima uluran tangan tersebut. "Ok..." Sky akhirnya menarik kembali uluran tangannya. Ia tersenyum smirk. Saat ini mereka hanya berdua. Setelah meeting selesai, tentunya semua kembali l
Tadi sebelum mulai meeting Haikal meminta Joe untuk membeli sebuah cincin. Ia memang berniat akan melamar Mira hari ini. Tak peduli dirinya akan ditolak, yang terpenting Haikal sudah berusaha. Ia memang bukan tipe pria yang suka basa-basi, apalagi Mira sudah memberikannya lampu hijau lewat ciuman malam itu. Dulu saat bersama Aluna pun, ia melamarnya. Namun, Aluna menolak dengan alasan ingin fokus dengan karir.Miranda membuka kotak itu dengan tangan yang gemetar. Seketika matanya berbinar melihat sebuah cincin berlian yang mengkilau di hadapannya."Pak Haikal," lirih Mira tak percaya."Maukah kamu menikah denganku, Mir?" Haikal menatap penuh harap.Jantung Mira sudah berdetak cepat dari tadi. Seumur hidup, baru kali ini dirinya merasakan hal yang romantis dari seorang pria. Dulu semasa gadis, Mira memang tidak pernah berpacaran apalagi sampai dilamar seperti ini."Bangun dulu, Pak." Mira membawa Haikal duduk di sebelahnya. "Memang gak pegel jongkok
Setelah perdebatan panjang antara Mamah Siska dan Haikal, kini pria tampan berbadan tegap itu bersedia menemui Cindy di cafe. Setelah di pikir-pikir, Haikal juga harus bicara empat mata dengan wanita itu. Ia harus menyelesaikan perjodohan ini dengan kepala dingin. Apalagi setelah tahu ucapan Jaja kemarin, ternyata wanita yang ditaksirnya adalah Cindy, Haikal pun berniat mau menyatukan keduanya.Mobil terhenti di sebuah Cafe ternama. Haikal turun, lalu merapihkan jasnya dengan gagah. Ia melepas kaca mata dan menaruhnya di kerah kemeja. Pandangannya mengedar ke setiap sudut."Di mana gadis itu," gumamnya."Haikal," teriak Cindy yang melihat punggung Haikal dibalik pintu masuk. Haikal pun menoleh dengan senyum simpulnya."Maaf membuatmu nunggu lama," ucap Haikal. Ia menjatuhkan bokongnya di kursi berhadapan dengan Cindy."Gila, ganteng banget ni cowok," batin Cindy tergoda."Halo, kenapa diam?" Haikal melambaikan tangannya tepat di wajah Cindy.
Hanya butuh 30 menit untuk sampai di kontrakan Miranda. Haikal menepikan mobilnya di depan gang.Dengan senyum yang terus mengembang, ia berjalan sambil bersiul-siul.Miranda yang melihat dari kejauhan pun langsung terkejut. Perasaan belum lama ia melihat Haikal berada di Cafe bersama Cindy. Ngobrol berduaan dan sangat serius hingga membuatnya cemburu. Kenapa sekarang tiba-tiba nongol."Kamu," ucap Mira ketus. "Ngapain ke sini?"Menyadari ada yang berubah dari nada ucapan Miranda, Haikal mengerutkan kedua alisnya."Kamu lagi dateng bulan ya, kok galak sih. Perasaan kemarin sudah berubah sikapnya. Ada apa, sayang?"Mira memutar bola matanya jengah. Ia hendak menutup pintu, namun dengan sigap Haikal menahannya menggunakan kaki."Mir, kamu kenapa sih?" tanya Haikal kebingungan. Ia merasa tidak melakukan kesalahan apapun."Kamu pulang saja! Ngapain sih ke sini bukannya tadi lagi sibuk sama cewek lain," ucap Mira ketus. Tanpa di sad
"Kamu keterlaluan, Haikal!" pekik Mamah Siska ketika anaknya baru saja sampai. Tak mempedulikan ucapan mamahnya, Haikal terus melangkah menuju dapur. "Ada apa, Mamah?" jawab Haikal santai. Ia membuka kulkas, lalu menuangkan air putih dingin ke gelasnya. Gluk... gluk... Terasa segar ketika air itu melewati tenggorokannya. "Dari mana kamu sampai kepanasan seperti itu?" Mamah Siska mengalihkan pertanyaannya ke yang lain, saat melihat wajah Haikal yang terlihat berantakan. "Baju kamu juga basah." "Habis nemuin Cindy. Itu kan yang mamah inginkan? Aku sudah bicara padanya." Haikal menaruh gelas kosong, lalu duduk di kursi panjang dekat dapur. "Itu yang mau mamah tanyakan sama kamu. Cindy sudah bicara semuanya sama mamah."
PRANGGG.....!!!Pecahan gelas berhamburan membuat Cindy menutup telinga saking terkejutnya."Tante, are you okey?" ucapnya sangat panik.Mamah Siska memegangi dadanya seakan tak percaya. Betapa tidak, Cindy datang membawa kabar mengejutkan hingga membuat dirinya shock."Kamu dapet video ini darimana, Cindy? Om harus ketemu Haikal sekarang juga," ucapnya masih tak percaya. "Tadi saat Cindy ke cafe sama Jaja, Cindy gak sengaja liat mereka di parkiran. Awalnya Jaja mau nyamperin, tapi Cindy tahan dulu siapa tahu mereka bicara serius. Dan ternyata benar saja, Om. Percakapan mereka bikin Cindy shock bukan kepalang. Ternyata masa lalu Bu Mira itu ada kaitannya dengan Haikal. Untung saja tadi aku videoin, jadi tante sama om bisa dengar langsung," tutur Cindy panjang lebar."Kenapa Haikal tidak pernah cerita sama tante selama ini. Dia tertekan sendiri karena merasa bersalah atas sesuatu yang tidak sengaja dibuatnya. Tante pikir beberapa tahun ini Haikal tertutup dan jarang pulang itu semua
Sky...!" suara panggilan setengah berteriak itu membuat Sky dan Richard menoleh ke belakang. Saat ini mereka berada tepat di parkiran.Alangkah terkejut begitu melihat Haikal datang menghampirinya dengan raut yang sulit dijelaskan. Marah, tentu saja Haikal marah setelah tahu siapa dalang dari masa lalunya. Haikal memang sengaja menunggu di parkiran karena tak ingin membuat keributan di dalam cafe.DUAKKKK......!!!Satu kepalan tinju mendarat tepat di perut Sky hingga laki-laki itu tersungkur sambil memegangi perutnya."Bangun kau!" Haikal menarik kerah kemeja Sky dengan kasar."Jadi selama ini kau menjebakku, hah? Dasar brengsekk!"DUAKKK....DUAKKK... DUAKKK...."A-aku bisa jelaskan semuanya," ucap Sky terbata-bata.Richard yang melihat itu pun merasa iba. Bagaimanapun juga dirinya ikut masuk ke dalam masalah ini."Haikal, tolong maafkan kami. Sky melakukan semua ini karena dia sangat mencintai Aluna," bela Richard sambil memohon.Mendengar itu, Haikal langsung melepaskan genggaman
Malam semakin larut, Mira terbangun dari tidur pulasnya karena menyadari sang suami tidak berada di sampingnya. Padahal Haikal bilang hanya sebentar, tapi kenapa tengah malam gini belum juga pulang.Mira menguncir rambutnya dengan jedai, setelahnya ia keluar kamar. Hal pertama yang ingin dilihat adalah putranya. Mira membuka pintu kamar Ochan memastikan putranya sudah tidur atau belum. Dan ternyata begitu pintu dibuka pelan-pelan, buah hatinya sudah tidur begitu nyenyak. Mira tersenyum lega. Ia pun menutup pintu kembali.Mira memutuskan menunggu Haikal di ruang tamu sambil menonton Tv. Namun lama kelamaan semakin jenuh, karena tidak ada tontonan yang menarik."Hoammm... Kenapa suamiku belum juga pulang," gumamnya lesu ditambah ngantuk.Berkali-kali matanya menengok ke arah jendela berharap mendengar suara mobil suaminya, namun pria itu tak kunjung pulang."Mudah-mudahan Bang Haikal baik-baik saja. Kenapa aku jadi cemas," gumamnya gelisah."Sebaiknya aku telpon." Mira langsung mengambi
Lelahnya perjalanan pulang dari Bali menuju Jakarta memakan waktu kurang lebih 2 jam. Mira mendadak sakit, tubuhnya lemas dan ia muntah-muntah. Hal itu membuat Haikal cemas dan langsung membawanya ke rumah sakit. Dokter menyarankan agar Mira bed rest total untuk memulihkan kesehatannya. Haikal pun lega karena janin yang ada dalam kandungan istrinya baik-baik saja. Ia tidak akan membiarkan Mira untuk melakukan apapun selama kondisinya masih kurang fit."Kau dengar tadi dokter bilang apa kan. Sekarang istirahatlah, Aku ada urusan di luar sebentar. Jadi, tidak apa-apa ya aku tinggal," ucap Haikal setelah menutupi tubuh istrinya dengan selimut."Mau ke mana? Bukannya abang juga perlu istirahat. Kita baru saja pulang dari Bali," jawab Mira lemas."Iya, sayang. Tapi ada sesuatu penting yang harus aku selesaikan. Nanti juga kau akan tahu," jelas Haikal.Mira mengernyit bingung."Sesuatu penting?" tanyanya penasaran."Abang gak bisa jelasin sekarang karena buru-buru. Kamu tidur ya, biar bada
Hampir saja kedua bola mata Sky melonjak keluar begitu melihat foto wanita yang baru saja Richard kirim.Betapa tidak, wanita yang selama ini menjadi istri Haikal ternyata memang benar pelayan di malam itu.Sky sampai menggeleng sakit terkejutnya. Kenapa dunia sempit sekali. Apakah takdir memang sengaja mempertemukan mereka karena berjodoh.Aluna sampai penasaran, apa yang dilihat Sky di layar ponselnya hingga membuat ia termangu.Detik itu juga ia rebut ponselnya dari tangan Sky sampai laki-laki itu terkejut dibuatnya."Aluna, kembalikan hp ku! Kau ini lancang sekali!" pekik Sky berusaha merebut ponselnya kembali. Namun sayang, Aluna berhasil melihatnya.Terkejut, tentu saja. Ternyata wanita dalam foto ini adalah Miranda. Aluna langsung memasang wajah tegas yang mana membuat Sky gelagapan dibuatnya."Jelaskan maksud semua ini, Sky?" tekan Aluna masih dengan nada pelan."I-itu--" jawab Sky terbata-bata."Itu apa? Jelaskan semuanya padaku, apa hubungan Miranda dengan pelayan itu?!""
Salah satu pantai terindah di Kota Denpasar adalah Pantai Karang, selain memiliki banyak fasilitas yang menarik, Pantai Karang juga dikenal sebagai tempat yang menyajikan panorama indah matahari terbit dan matahari terbenam. Hal ini menjadi buronan bagi si pemburu foto. Tentu banyak fotografer yang mengunjunginya karena hal tersebut. Sebab itu Haikal memilih Pantai ini untuk berlibur dengan keluarganya. Selain pemandangannya yang indah, Haikal yakin Mira dan Ochan akan tertarik melihat berbagai fasilitas yang ada pada pantai ini.Seperti sekarang, Ochan tengah asyik bermain ayunan. Bocah itu terlihat riang bermain sendiri, apalagi banyaknya burung-burung yang beterbangan, membuat Ochan semakin betah."Tempat ini lebih menarik dari yang kemarin ya, Bang," ucap Mira sambil melihat sekeliling."Kamu suka?" "Suka banget, makasih ya sudah ngajak aku jalan-jalan," ucap Mira seraya bergelayut manja di lengan suaminya."Sama-sama, Mir. Yang penting kalian bahagia, Abang juga bahagia," jawab
Jam terus berputar, setelah menghabiskan waktu sore bermain ditepi pantai, Haikal memutuskan kembali ke Hotel untuk beristirahat. Sebenarnya Mira dan Ochan masih betah disana, namun karena hari sudah mulai gelap, Haikal memaksanya untuk pulang. Haikal berjanji besok pagi akan membawa istri dan anaknya bersenang-senang, namun ke tempat yang lebih menarik."Sudah kenyang, sayang?" tanya Haikal pada Ochan yang terlihat lahap menghabiskan makan malamnya."Kenyang, Pah," jawabnya sambil memegangi perut."Kalau kamu gimana, Mir? Apa bayi kita sudah kenyang di dalam perut?" tanya Haikal sambil mengelus perut istrinya yang sedikit mulai membuncit.Melihat kelakukan Haikal yang menurutnya lebih menyayangi calon adiknya daripada dirinya, Ochan pun bangkit dan berlari naik ke atas kasur."Ochan kenapa, Bang?" tanya Mira bingung. Ia langsung mendekati putranya yang merajuk."Apa aku salah ngomong?" batin Haikal tak kalah bingung.Sesaat kemudian ia menepuk jidatnya karena merasa bodoh. "Astagfiru
Keesokan hariSemua barang-barang sudah dimasukkan ke dalam bagasi. Sementara Mira tengah memakaikan Ochan sepatu. Bocah itu sangat antusias diajak jalan-jalan mendadak seperti ini. Pasalnya semalam sang mamah tidak mengatakan apa-apa."Sudah siap, sudah rapi, cuss kita berangkat," ucap Mira bersemangat."Oke, mamah." Ochan pun tak kalah semangatnya. "Saya berangkat ya, Lia. Nanti kalau Anni datang titip salam saja," ucap Mira berpamitan. "Tenang saja kalian akan saya belikan oleh-oleh.""Asikkkk, siap mbak kalau gitu. Semoga selamat sampai tujuan, aamiin," jawab Lia semangat."Ya sudah ayok nak kita berangkat," ajak Mira menggandeng putranya.Haikal sudah menunggunya di depan gerbang. Begitu sang istri dan anaknya muncul, ia segera membukakan pintu. Mobil pun melaju dengan kecepatan sedang menuju Bandara Soekarna-Hatta.Di sana, sudah ada Joe dan Lussi yang siap membantu membawa kopernya sampai masuk. Sepanjang perjalanan, Miranda dan Ochan terlihat ceria. Mereka antusias karena in
Malam semakin larut Sesudah menghubungi Joe untuk mengatur keberangkatannya ke Bali esok hari. Haikal langsung mengemasi barang-barang yang akan dibawa ke sana. Sementara Mira sudah tidur dengan pulas akibat kelelahan menjalani ibadah malam seperti biasa. Haikal memang selalu meminta jatah. Walaupun ia sadar istrinya tengah hamil, akan tetapi Haikal melakukannya dengan lembut dan melepaskan di luar.Satu hal yang terus terngiang di pikiran Haikal setelah selesai berhubungan suami istri. Tanda berbentuk love di bawah pusar. Tanda itu mengingatkan ia pada masa lalu. Walaupun Haikal sudah berusaha melupakannya untuk tidak mencari tahu siapa gadis yang ia tiduri, namun tetap saja jika sedang sendiri pikirannya melayang ke sana."Apakah dia Miranda? Apakah gadis lain? Tapi tanda itu? Apakah aku harus mencari tahu lagi? Tapi bagaimana kalau gadis itu ternyata memang benar Miranda? Apakah dia akan memaafkan semua kesalahanku?" pertanyaan-pertanyaan cem