1 minggu berlalu
Seorang wanita cantik dengan paras keibuannya gegana setengah mati. Betapa tidak, Haikal benar-benar tak memberi kabar selama itu. Bahkan ponselnya sengaja dimatikan agar ia tidak dapat dihubungi. Miranda menangis setiap malam memikirkan suaminya. Entah apa yang membuat Haikal menghindar, sampai tega tidak memberi kabar selama seminggu.Satu sisi, Miranda ingin sekali mendatangi Haikal ke rumahnya. Namun, rasa takut akan ketemu Mamah Siska membuatnya mengurungkan niat itu.Miranda pun mencari informasi lewat Joe. Akan tetapi, asisten suaminya itu mengatakan kalau dia tidak tahu di mana Haikal. Sepertinya Joe memang bekerja sama untuk tidak memberi tahu keberadaan Haikal."Apa salahku, kenapa kamu menjauhiku tanpa alasan, hiks..." Miranda memeluk kedua lututnya sambil menangis.Baru saja ia mendapatkan kebahagiaan dalam hidupnya. Namun dalam sekejap Haikal membuatnya patah hati. Rasanya Mira bagai jatuh dari ketinggian yan"Tante--" panggil Cindy saat melihat wanita yang masih cantik di usianya yang tak lagi muda.Mamah Siska langsung mendekat, kemudian melempar senyum kepada Cindy."Maaf menunggu lama, Nak. Padahal tante yang ngajak kamu ketemuan, tapi kamu yang menunggu tante. Tante jadi tidak enak deh," ucapnya tersenyum malu. Mamah Siska langsung menjatuhkan bokongnya berhadapan dengan Cindy, kemudian menaruh tasnya di samping bangku yang kosong."Tante ni kayak sama siapa saja. Tidak apa-apa kok. Cindy juga tidak sibuk," jawabnya sangat ramah."Oya, kita pesen dulu ya, supaya lebih enak ngobrolnya," ucap Mamah Siska yang diangguki kepala oleh Cindy."Tante mau pesen apa?""Pesen sandwich saja deh sama milk tea. Kalau kamu apa?" Mamah Siska balik bertanya."Samain saja seperti tante. Oya, btw tante suka milk tea juga?" tanya Cindy."Iya, habis rasanya manis-manis gimana gitu," jawab Mamah Siska terkekeh."Ya ampun kok
BrakkkAluna membanting pintu kamar begitu sampai di mansion. Tak disangka pertemuannya dengan Mamah Siska membuat suasana hatinya menjadi buruk. Betapa tidak, Mamah Siska memberinya ucapah menohok yang membuat Aluna merasa ditusuk ribuan jarum."Dasar wanita pengkhianat! Wanita tidak tahu terima kasih. Ke mana saja kau baru muncul setelah sekian tahun menghilang? Kau tahu, kepergianmu itu membuat putraku depresi hingga ia hampir bunuh diri," ucapan yang dilontarkan Mamah Siska tadi."Beruntunglah sekarang Haikal move on dari wanita sepertimu. Karena kau memang tidak pantas untuk putraku! Dan satu lagi, jangan pernah berharap kalau kau akan mendapatkan cinta anakku kembali!" setelah mengatakan itu Mamah Siska langsung menggandeng Cindy masuk ke dalam cafe lagi. Mamah Siska seolah menunjukkan kalau saat ini yang lebih pantas bersanding dengan Haikal adalah Cindy."Aaaaaaaaa......!" Aluna menangis kencang sambil menghamburkan semua barang-barang yan
"Lussi, apa jadwal kegiatan saya hari ini?" tanya Haikal setelah meneguk teh yang dibuatkan pelayan kantor."Hari ini bapak ada ketemuan dengan pemimpin Alexander Group, yang tak lain adalah Tuan Wilson," ucap Lussi. Kali ini ia menjawab serius tanpa menggoda Haikal seperti biasanya. Karena Lussi tahu menyebut nama itu saja pasti sudah membuat Haikal merinding."Tuan Wilson," gumamnya."Iya, Pak. Hari ini bapak diminta langsung ketemuan di rumahnya, sebab beliau sedang sakit, jadi tidak bisa datang ke kantor.""Wakilkan saja dengan kamu!" titah Haikal."Ma-maf, saya tidak berani, Pak," ucap Lussi gemetar. Ia tahu betul Tuan Wilson seperti apa, salah sedikit bicara mungkin nyawa taruhannya. Dari rumor yang beredar Tuan Wilson adalah mafia berdarah dingin yang mampu meluluhlantahkan lawan bisnisnya. Bagaimana bisa Lussi sanggup menghadapi pria itu."Kenapa takut? Biasanya kau paling antusias kalau ketemu dengan klien, apalagi orangnya tampan.""Maaf, Pak. Untu
"Haikal, Anda di sini juga rupanya," ucap Cindy terkejut melihat Haikal ternyata berada di tempat yang sama.Semenjak mengetahui Haikal adalah anak Pak Dedi sekaligus pria yang akan dijodohkannya, panggilan Cindy yang tadinya bapak pun berubah menjadi nama."Kamu di sini?" Haikal juga tak kalah terkejut."Iya, aku ada janji sama temen. Hem, kamu sendiri sama siapa?""Sendirian. Tadinya mau makan di kantor, tapi keburu laper," jawab Haikal. "Kenapa berdiri, silahkan duduk."Merasa mendapat lampu hijau, Cindy pun langsung menjatuhkan bokongnya berhadapan dengan Haikal.DegHaikal tersentak atas ucapannya sendiri. Untuk apa juga ia menyuruh gadis ini duduk bersamanya, sedangkan saat itu saja Miranda sampai salah paham dan marah padanya. Padahal pertemuannya dengan Cindy saat itu hanya ingin menjelaskan masalah perjodohannya bahwa ia tidak mau dipaksa dan ia mencintai Miranda.Haikal menoleh kesana kemari memastikan
"Setidaknya kamu ngabarin aku, Bang. Ini jangankan kirim pesan, telepon aku saja gak diangkat." Mira kini lebih tenang setelah Haikal menjelaskan semuanya. Namun tetap saja hatinya marah dan kecewa."Jangan menyepelekan karena status kita yang hanya menikah siri. Aku juga punya perasaan.""Maafin abang sudah egois dan tidak memikirkan perasaan kamu." Haikal menangkup wajah istrinya dengan kedua tangan. "Tapi abang gak bisa membantah ucapan mamah," ucapnya. "Selain kamu yang berharga dalam hidup abang, mamah dan papah juga salah satunya. Abang harus apa agar mereka merestui hubungan kita? Mamah sangat keras dan tidak mau membuka hatinya untuk kamu."Miranda terdiam mendengar ucapan suaminya."Maafin aku, Bang. Andai takdir tidak mempertemukan kita sebelumnya, mungkin sekarang abang sudah bersama gadis lain yang pastinya kedua orang tua abang merestui," ucapnya dengan mata berkaca-kaca."Jangan pernah menyalahkan takdir, karena kita tidak a
Dua minggu berlalu, Haikal tidak pulang ke rumahnya. Hal itu membuat Mamah Siska geram dan kecewa setengah mati. Haikal mengingkari janjinya untuk menjauhi Miranda. Mamah Siska dilanda emosi besar-besaran sampai pada akhirnya memutuskan keluar kota untuk berlibur, menghilangkan rasa sakit hatinya karena sang anak kini lebih memilih janda ketimbang mamahnya yang melahirkan ke dunia."Mari kita bicarakan baik-baik, Mah. Jangan seperti ini." Pak Dedi menahan istrinya yang hendak membereskan semua baju ke dalam koper."Mamah sudah lelah menghadapi sikap Haikal yang makin hari makin ngelawan, Pah. Mamah tidak ada artinya di mata anak kita," ucapnya terisak."Jujur papah juga kecewa sama keputusan Haikal. Tapi semua sudah terlanjur, Mah. Kita harus menerimanya dengan lapang dada.""Lapang dada bagaimana maksud papah?" Mamah Siska menatap suaminya dengan pandangan lirih. "Haikal anak kita satu-satunya, Pah. Seharusnya dia tahu mana yang terbaik untuk hid
Miranda menatap bayangan dirinya dari pantulan cermin yang memakai kaos kebesaran. Kaos ini milik suaminya dan ia merasa nyaman. Setidaknya tidak akan masuk angin, karena kaos yang ia kenakan tadi basah."Pulang sekarang?" tanya Mira saat melihat suaminya memakai sepatu."Iya, sayang.""Heuh... " terdengar hembusan napas berat yang menandakan wanita itu masih ingin berlama-lama di sini.Haikal mendekat mengulurkan tangannya mengusap pucuk kepala sang istri. Dalam hati berkata segini betahnya kah Miranda sampai tidak ingin pulang."Kenapa, kok cemberut?" tanya Haikal."Tidak apa-apa, ya sudah ayok. Tapi sebelum pulang kita belanja bulanan dulu ya, soalnya stok makanan menipis.""Ok, istriku." Haikal langsung menggandeng keluar. "Kamu tunggu bawah ya, abang mau ngomong sama papah bentar.""Iya, Bang."5 menit kemudian, Haikal turun dari tangga. Ia tersenyum menatap istrinya yang masih betah memandangi isi
"Untuk menebus kesalahanku karena abang sudah menunggu lama, malam ini abang aku kasih jatah," bisik Miranda sensual sambil mengedipkan sebelah matanya.Haikal masih membelakang dengan wajah ditutupi bantal. Dirinya merajuk karena Mira malah asyik ngobrol sampai lupa waktu, tanpa memikirkan perasaan Haikal yang menunggunya di dalam mobil."Abang jangan ngambek dong, kek anak kecil saja pake ngambek segala." dari tadi ia berusaha membujuk suaminya dan meminta maaf, namun Haikal sama sekali enggan menoleh."Aku kan gak minta abang nunggu, abang sendiri yang mau," ucapnya mulai kesal. Betapa tidak, ternyata membujuk suami lebih susah dari pada membujuk anak."Abang..." Mira masih terus menggoyangkan tubuh Haikal agar bicara dengannya. Namun tetap saja, Haikal malah semakin menutupi dirinya dengan selimut."Aku harus apa," gumamnya kesal. "Abang ih, masa begitu saja ngambek. Kalah sama Ochan yang penyabar."Karena sudah hampir menyer
PRANGGG.....!!!Pecahan gelas berhamburan membuat Cindy menutup telinga saking terkejutnya."Tante, are you okey?" ucapnya sangat panik.Mamah Siska memegangi dadanya seakan tak percaya. Betapa tidak, Cindy datang membawa kabar mengejutkan hingga membuat dirinya shock."Kamu dapet video ini darimana, Cindy? Om harus ketemu Haikal sekarang juga," ucapnya masih tak percaya. "Tadi saat Cindy ke cafe sama Jaja, Cindy gak sengaja liat mereka di parkiran. Awalnya Jaja mau nyamperin, tapi Cindy tahan dulu siapa tahu mereka bicara serius. Dan ternyata benar saja, Om. Percakapan mereka bikin Cindy shock bukan kepalang. Ternyata masa lalu Bu Mira itu ada kaitannya dengan Haikal. Untung saja tadi aku videoin, jadi tante sama om bisa dengar langsung," tutur Cindy panjang lebar."Kenapa Haikal tidak pernah cerita sama tante selama ini. Dia tertekan sendiri karena merasa bersalah atas sesuatu yang tidak sengaja dibuatnya. Tante pikir beberapa tahun ini Haikal tertutup dan jarang pulang itu semua
Sky...!" suara panggilan setengah berteriak itu membuat Sky dan Richard menoleh ke belakang. Saat ini mereka berada tepat di parkiran.Alangkah terkejut begitu melihat Haikal datang menghampirinya dengan raut yang sulit dijelaskan. Marah, tentu saja Haikal marah setelah tahu siapa dalang dari masa lalunya. Haikal memang sengaja menunggu di parkiran karena tak ingin membuat keributan di dalam cafe.DUAKKKK......!!!Satu kepalan tinju mendarat tepat di perut Sky hingga laki-laki itu tersungkur sambil memegangi perutnya."Bangun kau!" Haikal menarik kerah kemeja Sky dengan kasar."Jadi selama ini kau menjebakku, hah? Dasar brengsekk!"DUAKKK....DUAKKK... DUAKKK...."A-aku bisa jelaskan semuanya," ucap Sky terbata-bata.Richard yang melihat itu pun merasa iba. Bagaimanapun juga dirinya ikut masuk ke dalam masalah ini."Haikal, tolong maafkan kami. Sky melakukan semua ini karena dia sangat mencintai Aluna," bela Richard sambil memohon.Mendengar itu, Haikal langsung melepaskan genggaman
Malam semakin larut, Mira terbangun dari tidur pulasnya karena menyadari sang suami tidak berada di sampingnya. Padahal Haikal bilang hanya sebentar, tapi kenapa tengah malam gini belum juga pulang.Mira menguncir rambutnya dengan jedai, setelahnya ia keluar kamar. Hal pertama yang ingin dilihat adalah putranya. Mira membuka pintu kamar Ochan memastikan putranya sudah tidur atau belum. Dan ternyata begitu pintu dibuka pelan-pelan, buah hatinya sudah tidur begitu nyenyak. Mira tersenyum lega. Ia pun menutup pintu kembali.Mira memutuskan menunggu Haikal di ruang tamu sambil menonton Tv. Namun lama kelamaan semakin jenuh, karena tidak ada tontonan yang menarik."Hoammm... Kenapa suamiku belum juga pulang," gumamnya lesu ditambah ngantuk.Berkali-kali matanya menengok ke arah jendela berharap mendengar suara mobil suaminya, namun pria itu tak kunjung pulang."Mudah-mudahan Bang Haikal baik-baik saja. Kenapa aku jadi cemas," gumamnya gelisah."Sebaiknya aku telpon." Mira langsung mengambi
Lelahnya perjalanan pulang dari Bali menuju Jakarta memakan waktu kurang lebih 2 jam. Mira mendadak sakit, tubuhnya lemas dan ia muntah-muntah. Hal itu membuat Haikal cemas dan langsung membawanya ke rumah sakit. Dokter menyarankan agar Mira bed rest total untuk memulihkan kesehatannya. Haikal pun lega karena janin yang ada dalam kandungan istrinya baik-baik saja. Ia tidak akan membiarkan Mira untuk melakukan apapun selama kondisinya masih kurang fit."Kau dengar tadi dokter bilang apa kan. Sekarang istirahatlah, Aku ada urusan di luar sebentar. Jadi, tidak apa-apa ya aku tinggal," ucap Haikal setelah menutupi tubuh istrinya dengan selimut."Mau ke mana? Bukannya abang juga perlu istirahat. Kita baru saja pulang dari Bali," jawab Mira lemas."Iya, sayang. Tapi ada sesuatu penting yang harus aku selesaikan. Nanti juga kau akan tahu," jelas Haikal.Mira mengernyit bingung."Sesuatu penting?" tanyanya penasaran."Abang gak bisa jelasin sekarang karena buru-buru. Kamu tidur ya, biar bada
Hampir saja kedua bola mata Sky melonjak keluar begitu melihat foto wanita yang baru saja Richard kirim.Betapa tidak, wanita yang selama ini menjadi istri Haikal ternyata memang benar pelayan di malam itu.Sky sampai menggeleng sakit terkejutnya. Kenapa dunia sempit sekali. Apakah takdir memang sengaja mempertemukan mereka karena berjodoh.Aluna sampai penasaran, apa yang dilihat Sky di layar ponselnya hingga membuat ia termangu.Detik itu juga ia rebut ponselnya dari tangan Sky sampai laki-laki itu terkejut dibuatnya."Aluna, kembalikan hp ku! Kau ini lancang sekali!" pekik Sky berusaha merebut ponselnya kembali. Namun sayang, Aluna berhasil melihatnya.Terkejut, tentu saja. Ternyata wanita dalam foto ini adalah Miranda. Aluna langsung memasang wajah tegas yang mana membuat Sky gelagapan dibuatnya."Jelaskan maksud semua ini, Sky?" tekan Aluna masih dengan nada pelan."I-itu--" jawab Sky terbata-bata."Itu apa? Jelaskan semuanya padaku, apa hubungan Miranda dengan pelayan itu?!""
Salah satu pantai terindah di Kota Denpasar adalah Pantai Karang, selain memiliki banyak fasilitas yang menarik, Pantai Karang juga dikenal sebagai tempat yang menyajikan panorama indah matahari terbit dan matahari terbenam. Hal ini menjadi buronan bagi si pemburu foto. Tentu banyak fotografer yang mengunjunginya karena hal tersebut. Sebab itu Haikal memilih Pantai ini untuk berlibur dengan keluarganya. Selain pemandangannya yang indah, Haikal yakin Mira dan Ochan akan tertarik melihat berbagai fasilitas yang ada pada pantai ini.Seperti sekarang, Ochan tengah asyik bermain ayunan. Bocah itu terlihat riang bermain sendiri, apalagi banyaknya burung-burung yang beterbangan, membuat Ochan semakin betah."Tempat ini lebih menarik dari yang kemarin ya, Bang," ucap Mira sambil melihat sekeliling."Kamu suka?" "Suka banget, makasih ya sudah ngajak aku jalan-jalan," ucap Mira seraya bergelayut manja di lengan suaminya."Sama-sama, Mir. Yang penting kalian bahagia, Abang juga bahagia," jawab
Jam terus berputar, setelah menghabiskan waktu sore bermain ditepi pantai, Haikal memutuskan kembali ke Hotel untuk beristirahat. Sebenarnya Mira dan Ochan masih betah disana, namun karena hari sudah mulai gelap, Haikal memaksanya untuk pulang. Haikal berjanji besok pagi akan membawa istri dan anaknya bersenang-senang, namun ke tempat yang lebih menarik."Sudah kenyang, sayang?" tanya Haikal pada Ochan yang terlihat lahap menghabiskan makan malamnya."Kenyang, Pah," jawabnya sambil memegangi perut."Kalau kamu gimana, Mir? Apa bayi kita sudah kenyang di dalam perut?" tanya Haikal sambil mengelus perut istrinya yang sedikit mulai membuncit.Melihat kelakukan Haikal yang menurutnya lebih menyayangi calon adiknya daripada dirinya, Ochan pun bangkit dan berlari naik ke atas kasur."Ochan kenapa, Bang?" tanya Mira bingung. Ia langsung mendekati putranya yang merajuk."Apa aku salah ngomong?" batin Haikal tak kalah bingung.Sesaat kemudian ia menepuk jidatnya karena merasa bodoh. "Astagfiru
Keesokan hariSemua barang-barang sudah dimasukkan ke dalam bagasi. Sementara Mira tengah memakaikan Ochan sepatu. Bocah itu sangat antusias diajak jalan-jalan mendadak seperti ini. Pasalnya semalam sang mamah tidak mengatakan apa-apa."Sudah siap, sudah rapi, cuss kita berangkat," ucap Mira bersemangat."Oke, mamah." Ochan pun tak kalah semangatnya. "Saya berangkat ya, Lia. Nanti kalau Anni datang titip salam saja," ucap Mira berpamitan. "Tenang saja kalian akan saya belikan oleh-oleh.""Asikkkk, siap mbak kalau gitu. Semoga selamat sampai tujuan, aamiin," jawab Lia semangat."Ya sudah ayok nak kita berangkat," ajak Mira menggandeng putranya.Haikal sudah menunggunya di depan gerbang. Begitu sang istri dan anaknya muncul, ia segera membukakan pintu. Mobil pun melaju dengan kecepatan sedang menuju Bandara Soekarna-Hatta.Di sana, sudah ada Joe dan Lussi yang siap membantu membawa kopernya sampai masuk. Sepanjang perjalanan, Miranda dan Ochan terlihat ceria. Mereka antusias karena in
Malam semakin larut Sesudah menghubungi Joe untuk mengatur keberangkatannya ke Bali esok hari. Haikal langsung mengemasi barang-barang yang akan dibawa ke sana. Sementara Mira sudah tidur dengan pulas akibat kelelahan menjalani ibadah malam seperti biasa. Haikal memang selalu meminta jatah. Walaupun ia sadar istrinya tengah hamil, akan tetapi Haikal melakukannya dengan lembut dan melepaskan di luar.Satu hal yang terus terngiang di pikiran Haikal setelah selesai berhubungan suami istri. Tanda berbentuk love di bawah pusar. Tanda itu mengingatkan ia pada masa lalu. Walaupun Haikal sudah berusaha melupakannya untuk tidak mencari tahu siapa gadis yang ia tiduri, namun tetap saja jika sedang sendiri pikirannya melayang ke sana."Apakah dia Miranda? Apakah gadis lain? Tapi tanda itu? Apakah aku harus mencari tahu lagi? Tapi bagaimana kalau gadis itu ternyata memang benar Miranda? Apakah dia akan memaafkan semua kesalahanku?" pertanyaan-pertanyaan cem