Besoknya di kantor, Lucas menerima laporan hasil penyelidikan asistennya, Edward.
"Bagaimana?" tanyanya memandang Edward."Gadis yang anda maksudkan, pesanan Tuan Bosman dan salah masuk kamar, seharusnya masuk ke kamar nomor yang sama, tetapi di lantai tujuh, bukan di lantai sebelas!" kata Edward melaporkan dari penyelidikannya."Rekaman cctv yang ada di koridor kamar hotel, menampilkan kalau gadis itu di antar Tantenya sendiri, sepertinya dia di jual oleh Tantenya, karena masalah hutang dengan rentenir!" lanjut Edward lagi."Lalu, di mana dia sekarang?" tanya Lucas, pria itu tidak menyangka telah menodai seorang gadis yang sangat malang.Sungguh miris! seorang Tante yang kejam, tega menjual keponakannya sendiri untuk melunasi hutangnya."Gadis itu melarikan diri!" jawab Edward.Lucas spontan terkejut mendengar jawaban asistennya tersebut, ada perasaan tidak nyaman di dalam hati Lucas.“Melarikan diri kemana?” tanya Lucas lagi, mencoba tenang.Mau lari kemana dia, pasti akan ke temu juga! pikir Lucas."Sewaktu di selidiki, ternyata gadis itu melarikan diri setelah keluar dari kamar anda Tuan, dan tidak mengetahui kemana perginya, sepertinya dia melarikan diri karena takut di tindas dan di jual kembali dengan hidung belang oleh Tantenya!" jawab Edward.Lucas menggenggam tangannya dengan erat, dia merasa sangat marah mendengar gadis malang itu di tindas oleh Tantenya sendiri."Cari dia sampai dapat, aku yang akan melindunginya, ada sesuatu yang harus ku katakan padanya!" sahut Lucas memberi perintah pada Edward."Baik Tuan!" Edward menganggukkan kepalanya dengan patuh, kemudian keluar dari ruang kantor Lucas.Lucas diam di situ memikirkan, memikirkan Julia yang menangis belas belas kasihan.Lucas sudah membuat keputusan, akan bertanggung jawab dengan apa yang dilakukannya, pada gadis yang belum di kenalnya tersebut.Selama bekerja, Lucas tidak fokus dengan apa yang dikerjakannya, wajah gadis yang belum dikenalnya itu selalu terbayang di pikiran.Pria itu sudah tidak sabaran ingin segera bertemu dengan gadis yang sudah membuat dirinya tidak tenang."Tuan, ini laporan mengenai proyek pengembangan Hotel dari Direktur Andi!" sahut seorang wanita cantik memasuki ruang kantor Lucas.Wanita itu meletakkan berkas laporan tersebut ke atas meja kerja Lucas.Lucas tidak menjawab kata wanita cantik itu, pria itu terlalu sibuk melihat berkas yang sedang di genggamnya dan sibuk dengan pikiran memikirkan gadis yang mulai mengusik hatinya yang belum di kenalnya."Tuan" suara lembut terdengar dekat di dekatnya, dan membuat Lucas tersadar dari lamunannya.Pria itu menoleh ke sana, dan melihat Sekretarisnya sudah berdiri begitu dekat di dekatnya."Kenapa kamu ada di sini?" tanya Lucas dengan nada dingin.“Anda terlihat seperti melamun sambil bekerja, sehingga apa yang saya katakan tidak anda dengar, jadi saya ingin membantu Anda untuk meringankan beban anda” ucap Sekretaris Lucas tersebut sambil tersenyum manis."Tidak perlu!" ujar Lucas datar, lalu kembali fokus dengan apa yang diperiksanya tadi.Tangan wanita itu perlahan memegang ke dua bahu lebar Lucas, dia mencoba untuk memijat Lucas.Tubuh Lucas sontak merinding merasakan tangan Sekretarisnya itu menyentuh bahunya."Apa yang kamu lakukan?!" sentak Lucas marah.Pria itu berdiri dari kursinya, wajahnya terlihat marah memandang Sekretarisnya itu."Saya hanya bermaksud ingin membantu Anda merasa rileks Tuan, Anda terlihat begitu tegang!""Keluar!" hardik Lucas tajam.Wajah Sekretarisnya langsung memerah saat melakukan tindakan Lucas dengan kasar."Permisi Tuan" sahut wanita cantik itu dengan pelan, wajahnya terlihat kurus karena di usir Bos nya tersebut."Lain kali jangan lancang, kamu tidak sopan pada atasanmu!" sahut Lucas pada Sekretarisnya itu dengan tajam sebelum keluar dari ruang kantornya.Wanita cantik itu hanya bisa menghela nafas panjang, dia sudah lama menyukai Bosnya itu, tapi sangat sulit sekali untuk menyenangkan hati pria itu.Lucas mengibaskan bahunya yang di sentuh Sekretarisnya itu, dia merasa kesal karena merasa tidak menghormati sebagai atasan.Dia seorang CEO yang mampu membuat satu perusahaan tutup dalam hitungan detik, dan membenci seseorang yang berusaha menjilatnya untuk menarik perhatiannya.Sungguh lancang mencoba menyentuh tubuh berharganya tanpa izin, mau mati ya! bisik hati Lucas emosi.Pria itu pun kembali melanjutkan pekerjaannya.Sore harinya, Edward kembali melaporkan hasil penyelidikannya.Dan hasilnya tidak membuat Lucas senang, malah membuat pria itu bertambah tidak tenang.Edward tidak menemukan gadis yang membuat perasaan Lucas jadi terikat pada gadis itu.Bahkan jejak gadis itu pun tidak dapat ditemukan.Lucas ingat, dia telah memberikan gadis itu selembar cek.Sudah pasti, kalau gadis itu menggunakan uang yang diberikan Lucas untuk melarikan diri.Lucas menyesal kenapa memberikan gadis itu cek, seharusnya waktu itu dia menahan gadis itu agar tetap bersamanya."Cari terus sampai ketemu, usahakan beberapa orang mencarinya ke berbagai kota, memangnya dia bisa pergi ke mana? Dia hanya memiliki Tantenya saja sebagai keluarganya, pasti tidak sulit untuk menjelajah!" sahut Lucas panik."Baik Tuan!" jawab Edward, lalu pergi untuk mengerjakan apa yang di katakan Lucas.Lucas menyandarkan punggung ke sandaran kursinya, memejamkan mata untuk menenangkan perasaannya yang sangat tegang.Ada semacam rasa khawatir kalau tidak dapat menemukan gadis yang sudah membuat perasaannya tidak tenang.Lima tahun kemudian.Bandara terlihat seperti biasanya, selalu sibuk dan ramai oleh para penumpang pesawat yang akan berangkat dan yang baru saja turun dari pesawat.Seorang wanita cantik dengan rambut panjang terlihat begitu anggun, baru saja turun dari pesawat, berjalan dengan anggun memegang tangan seorang anak laki-laki tampan berumur empat tahun.Mereka berdua berjalan keluar dari bandara."Katanya tante Tina mau jemput kita Ma, kenapa tidak kelihatan, di mana dia!" sahut anak lelaki itu kepada wanita cantik itu."Mungkin macet di jalan nak, sabarlah, kita tunggu sebentar!" jawab wanita cantik itu.Jemari kecil anak lelaki itu mencengkeram erat jemari Ibunya.Banyak pasang mata melihat mereka."Aduhh, anak lelaki itu imut sekali, aku pengen cubit pipinya!""Mama anak itu cantik sekali, mereka sungguh pasangan Anak dan Ibu yang sangat cocok sekali!""Pasti suami wanita itu sangat tampan, lihat putra nya saja tampan, pasti Ayahnya juga tampan!"Terdengar bisikan-bisikan memandang p
Mobil mewah itu tidak lama memasuki kompleks villa mewah, dan perlahan memasuki halaman salah satu villa yang cukup mewah dan terlihat besar untuk ukuran sebuah villa di kompleks tersebut.Mobil berhenti tidak jauh dari pintu utama villa.Julia memeluk putranya dengan erat, dia mawas diri.Pintu mobil di buka oleh pria yang mempersilakan mereka naik mobil tadi, membuka pintu mobil lebar-lebar."Silahkan Nyonya, anda dan muda tuan sudah sampai di rumah!" sahutnya sambil merentangkan tangannya ke arah pintu villa, mempersilahkan Julia untuk turun dari mobil dengan sopan."Ini bukan rumah ku, kalian penculikan! kembalikan kami lagi ke bandara!" sahut Julia sambil memeluk erat."Kalian peluncuran! tidak mendengar Mamaku katakan! kembalikan kami ke bandara lagi!" terak mahluk imut dalam pelukan Julia."Maaf tuan muda, ini rumah anda mulai sekarang, sebentar lagi Papa anda akan pulang, silahkan turun tuan, istirahat lah sebentar bersama Nyonya, anda berdua pasti lelah, kamar sudah di siapka
Lucas seperti bermimpi tidak mempercayai gadis yang selama ini di carinya, sekarang ada di depannya.Gadis yang membuat hari-harinya bagaikan di lembah yang suram, selalu membuat dirinya tidak tenang selama lima tahun ini.Akhirnya dia menemukan gadis itu, dan kecantikan gadis itu masih sama seperti terakhir kali di lihatnya."Julia" gumamnya tercekat, dia begitu bahagia melihat anak-anaknya juga tumbuh dengan baik.Hasil perbuatannya sangat di sesalinya, di jaga gadis itu dengan baik, bahkan sangat baik.Anak kecil itu sangat tampan, sama persis dengan dirinya sewaktu kecil.“Siapa lelaki itu Ma!” sahut Harry menggenggam tangan Julia dengan erat.Harry merasa pria yang menatap Ibunya itu sepertinya bukan orang baik, tapi kenapa seperti familiar? seperti mirip dengan seseorang! pikir Harry mengamati wajah Lukas."Julia, putraku...aku akhirnya menemukan kalian!" sahut Lucas melangkah mendekati Julia dan Harry."Berhenti di situ, jangan mendekat!" teriak Julia menarik Harry Merapat dia.
Lucas kembali melangkahkan kakinya mendekati Julia dan Harry."Mau apa kamu!" teriak Julia panik, dia tidak mau lelaki itu dekat dengannya.Kejadian lima tahun lalu masih terasa sekali mengingat Julia, tubuhnya di sentuh pria itu dengan kasar dan mendominasi.Julia tidak ingin disentuh oleh tangan itu lagi, dia tidak rela.Mengingat itu wajah Julia jadi pucat, ketakutannya pada Lucas terlihat jelas sekali.Tinggal meraih mereka dalam pelukan Lucas, pria itu mengurungkan niatnya.Jelas sekali Lucas melihat Julia begitu takut disentuh olehnya, tubuh gadis itu terlihat gemetar.Melihat itu, Lucas semakin merasa bersalah pada Julia, perasaannya jadi kacau balau."Maaf" ucap Lucas pelan, "Aku tidak bermaksud untuk menakutimu, aku rindu pada kalian, aku mencarimu selama ini"Julia perlahan menoleh memandang Lucas yang begitu dekat dengan dirinya, bahkan aroma tubuh Lucas dapat tersium hidungnya.Aromanya sama seperti lima tahun yang lalu, Julia dengan cepat kembali ke wajahnya.Dia tidak in
Melihat orang dewasa yang sedang berdebat itu, Harry merasa perlu mendamaikan kedua orang tuanya itu.Anak lelaki imut itu berdiri di antara Lucas dan Julia."Papa, jangan memaksa Mama, kamu harus lebih berusaha lagi untuk meluluhkan hati Mama, dia Mama yang cengeng, aku sering melihat Mama diam-diam menangis, kalau ada aku dia langsung ceria tidak mau menunjukkan kesedihannya padaku!" sahut Harry memegang tangan Lucas.Mendengar penjelasan putranya itu membuat Lucas semakin bersalah pada Julia.Perlahan Lucas memandang Julia, tapi gadis itu langsung membuang muka, tidak ingin menatap Lucas.Lucas perlahan berjongkok, mensejajarkan tingginya dengan putra tersebut."Papa janji akan membuat Mama tidak menangis lagi, Papa akan membahagiakan kalian berdua, karena mulai sekarang kita akan bersama-sama selamanya" ucap Lucas mengelus kepala Harry dengan sayang.“Janji?” tanya Harry memastikan ucapan Lucas."Iya, janji!" jawab Lucas sambil menganggukkan kepalanya dengan cepat."Baguslah kalau
Julia berusaha mendorong tubuh Lucas yang memeluknya."Lepaskan aku, lepas!" teriaknya mencoba keluar dari pelukan Lucas.Dia tidak ingin bersentuhan lagi dengan pria itu, tapi akhirnya bersentuhan lagi, Julia benar-benar marah.Dengan sekuat tenaga Julia mendorong tubuh Lucas, dan akhirnya tubuh lelaki yang tinggi kekar itu pun terlepas, tapi tidak menjauhkan mereka satu sama lain.Mata Julia melotot marah menatap Lucas."Aku tidak mau kamu sentuh, aku tidak suka!" teriak Julia terus terang dengan amarah yang meledak-ledak.Lucas merasa sakit hati mendengar amarah Julia tersebut, tidak suka menyentuh tubuhnya.Pria itu menghela nafas, dia ingat bagaimana kasarnya waktu itu dia menyentuh Julia, tentu saja bagi Julia bersentuhan dengan pria tidak menyenangkan.Dia akan menebus semua kesalahan yang telah dia perbuat, sekarang dia ingin mengatakan hal yang penting dulu pada Julia."Baiklah, aku tidak akan menyentuhmu tanpa ijin darimu, sekarang maukah kamu bicara dengan ku?" tanya Lucas
Julia merangkul Harry dengan erat, merasa tidak nyaman melihat beberapa pasang mata memandang mereka berdua tanpa berkedip.Beberapa pasang mata itu menatap Julia dan Harry dengan wajah terkejut.Di sini mereka di bawa Lucas, di sebuah Mansion yang cukup besar, rumah mewah keluarga Lucas.Ruang makan sesaat hening begitu Lucas memperkenalkan Julia dan Harry.Lucas merangkul bahu Julia yang memeluk putra mereka dengan erat, pria itu merasakan tubuh Julia tegang melihat tatapan mata orang tua Lucas."Mereka istri dan anakku!" sahut Lucas lagi memperjelas perkataannya tadi."Sejak kapan kamu memiliki seorang kekasih? dan anak ini, benarkah dia putramu?" sahut Ibu Lucas memandang Julia dari atas sampai ke bawah, tidak mempercayai apa yang di bawa putranya itu ke rumah mereka.Lucas yang tidak ingin menikah, dan tidak ingin di kenalkan dan di jodohkan dengan wanita mana pun, tiba-tiba datang membawa seorang wanita dan anak kecil.Tentu saja membuat seisi rumah itu terkejut bukan main, Luca
Julia merasa sangat canggung berada di antara keluarga Lucas tersebut, terasa kaku dan asing.Selama makan malam, keluarga Lucas tidak ada yang berniat untuk mengajaknya bicara sekadar menanyakan siapa dirinya, tinggal di mana.Mereka hanya berbicara pada Lucas saja, dan sekali pun tidak melirik Julia dan Harry.Dan yang paling dominan meramaikan obrolan itu adalah wanita cantik yang di abaikan Lucas tadi.Wanita itu terlihat begitu akrab dan berbicara apa adanya selama makan malam berlangsung.Julia merasakan kalau wanita itu begitu di sukai oleh Ibu Lucas, dan selalu menanggapi obrolan wanita itu dengan tawa atau senyuman senang."Mama, aku sudah kenyang, tidak mau makan lagi, Ayo kita pulang Ma!" sahut Harry menyentuh lengan Julia dengan suara pelan agar tidak di dengar oleh yang lain.Julia melihat nasi Harry masih banyak di piringnya.Ternyata Harry juga sama dengan Julia, merasa canggung dan tidak nyaman dengan keluarga Ayahnya."Iya, Mama juga sudah kenyang!" sahut Julia dengan
Setelah acara resepsi selesai jam delapan malam, Adelia berganti pakaian dengan pakaian pesta mewah, yang di pilih oleh Ibunya. Sudah waktunya mereka akan pergi, menikmati hadiah bulan madu, yang di berikan Lucas kepada mereka. Di halaman lobby gedung aula Hotel, telah menunggu mobil pengantin, seperti apa yang di katakan Lucas tadi. Mobil mewah yang dihiasi dengan bunga mawar. "Bersenang-senang lah nak, ingat kalau pulang nanti, kamu sudah memberikan cucu kepadaku, ya?" ujar Adelia seraya memeluk Adelia dengan erat. "Aih, Mama ini! sudah punya cucu juga dari kak Lucas, tuh... bahkan sudah mau nambah satu lagi!" sahut Adelia cemberut. "Itu beda nak, maksud Mama anakmu, milikmu sendiri!" kata Lisbeth mengingat kan Adelia. Adelia diam saja, tidak menjawab perkataan Ibunya itu, dia malu untuk menjawabnya, yang menurutnya Mamanya itu terlalu terang-terangan membahas soal cucu. "Sudah ah, kami pergi dulu!" ujar Adelia. Sopir mobil mewah itu, dengan segera membuka daun pint
Adelia memeluk Daniel dengan erat, ia begitu senang sekali Daniel melamarnya, cara Daniel melamar seperti di novel romantis.Daniel dengan penuh keyakinan berlutut melamarnya, membuat Adelia jadi gemas pada Daniel.Sementara Daniel jadi tertawa dengan tindakan Adelia tersebut, menghamburkan tubuhnya dengan spontan, membuat mereka berdua sekarang berbaring di lantai, dengan posisi Daniel di bawah Adelia.Adelia berbaring di atas tubuh Daniel, memeluk Daniel dengan eratnya.Senyuman Adelia terus mengembang dengan bahagianya, berbaring di atas tubuh Daniel."Aku mau, jangan di tanya lagi, Ayo kita besok menikah!" ucap Adelia dengan bahagianya."Kita harus membuat persiapan dulu, baru kita melangsungkan pernikahan, aku ingin membuat pernikahan yang terbaik untukmu, sayang!" ujar Daniel tersenyum lebar."Apa? katakan sekali lagi!" sahut Adelia, mengangkat kepalanya memandang mata Daniel di bawahnya."Yang mana? aku ingin melangsungkan pernikahan yang terbaik untukmu!" ucap Daniel mengulang
Dua minggu berlalu.Hubungan Daniel dan Adelia, berjalan dengan baik, mereka terlihat sangat romantis.Tidak ada lagi pembullyan, Daniel menjadi Direktur yang sangat di segani, dan kinerjanya memuaskan Lucas.Hubungan Julia dengan Kakeknya, akhirnya menjadi lebih baik, dan Julia memaafkan Kakeknya.Pagi ini, Julia bangun pagi seperti biasanya, ia akan membantu pengasuh Harry untuk mempersiapkan Harry berangkat sekolah.Tapi, tiba-tiba Julia merasakan kepalanya sedikit pusing, dan perutnya terasa tidak nyaman.Julia menyingkirkan selimut dengan cepat, lalu turun dengan cepat dari tempat tidur, dan berlari ke kamar mandi."Sayang, kenapa?" tanya Lucas terkejut, melihat Julia yang tergesa-gesa ke kamar mandi.Julia tidak menjawab pertanyaan Lucas, ia menutup pintu kamar mandi dengan kencang.Melihat gelagat Julia yang terasa aneh, Lucas pun buru-buru turun dari tempat tidur, lalu masuk ke kamar mandi."Hoekk! hoekk!"Tampak Julia membungkuk di toilet, memuntahkan sesuatu dari mulutnya."
Makan malam akhirnya berjalan dengan sempurna, Daniel yang tadinya merasa canggung, bisa menyesuaikan dirinya dengan keluarga Adelia.Harry yang banyak pertanyaan, bisa di jawab Daniel dengan baik, dan semua orang, yang ada di ruang makan itu, selalu setuju dengan pertanyaan yang diajukan ponakan Adelia itu.Daniel merasa keponakan Adelia, sosok yang sangat berpengaruh di keluarga kekasihnya itu.la senyum-senyum lucu, melihat ponakan Adelia yang pintar dalam berbicara, sungguh anak yang menggemaskan."Paman, hati-hati naik motor ya, jangan terlalu kencang menyetirnya!" sahut Harry, saat mereka sudah selesai makan, dan saatnya Daniel akan permisi untuk pulang."Iya, terimakasih Harry!" ucap Daniel tersenyum hangat, mendengar perhatian putra Bosnya itu padanya."Papa, aku akan keluar sebentar, aku mau mengobrol sebentar dengan Daniel!" ujar Adelia, saat Daniel selesai pamit untuk pulang, pada ke dua calon mertuanya."Jangan terlalu larut pulangnya!" sahut Piter."Iya, Pa!" jawab Adelia
Malam harinya sebelum jam tujuh malam, Adelia sudah mulai berdandan dengan cantik.la sudah berpesan kepada Bibi koki, untuk memasak, masakan istimewa malam ini, karena ada tamu yang akan datang, untuk makan malam bersama keluarga Sylvester.Sementara Lucas sudah tahu, siapa yang akan datang malam ini, setelah adiknya itu mengatakan kepada orang tua mereka, kalau Adelia ingin memperkenalkan seseorang kepada orang tua mereka."Tante, kamu cantik sekali malam ini!" sahut Harry dengan nyaringnya, melihat Adelia berdandan tidak seperti biasanya.Wajah Adelia merona, mendengar suara ponakannya mengatakan kalau ia begitu cantik."Benarkah?" tanya Adelia, malu-malu kucing, seraya membenarkan letak helaian rambutnya."Iya! apakah paman hari ini mau datang melihat Tante?" tanya Harry dengan polosnya.Wajah Adelia semakin merona mendengar lagi, apa yang di katakan ponakannya itu.la heran dengan ponakannya itu, yang selalu bicara benar, dan tidak pernah salah.Harry menatap Adelia yang tampak m
Perlahan jempol Daniel menelusuri bibir Adelia, yang masih memejamkan matanya.Bibir Adelia yang sedikit terbuka itu, terlihat begitu ranum, dan sangat menggoda.Ternyata Adelia juga merasakan hal yang sama dengan dirinya, membuat Daniel begitu bahagia.Matanya terasa panas, ia pun menangis bahagia.Adelia seorang putri konglomerat, menyukai dirinya seorang pria miskin, yang tidak memiliki apa pun, untuk di pamerkan pada Adelia.Daniel menempelkan keningnya pada kening Adelia, ia pun menangis tanpa suara.Daniel tidak sadar air matanya, jatuh ke pipi Adelia, sehingga membuat Adelia membuka matanya.Karena kening Daniel menempel pada kening Adelia, tatapan mata Adelia dengan jelas melihat Daniel yang sedang menangis diam-diam, sembari memejamkan mata."Kenapa?" tanya Adelia keheranan.Bukankah tadi dia mengecup bibirku dengan lembut? kenapa sekarang dia jadi menangis? pikir Adelia bingung.Perlahan mata Daniel terbuka, dan menatap mata Adelia, dengan matanya yang sembab."Nona, kenapa
Mata Daniel berkedip menatap wajah Adelia, yang terlihat ramah dengan senyuman manisnya.Ting!Lift terbuka, dengan senyuman yang masih merekah di bibirnya, Adelia menarik Daniel keluar dari dalam lift.Benar saja, sebuah mobil sedari tadi telah menunggu Daniel.Seorang pria berpakaian formal membuka pintu mobil, untuk Daniel dan Adelia.Dengan patuh Daniel masuk ke dalam mobil, dan duduk berdampingan dengan Adelia."Nona!" panggil Daniel."Iya, ada apa?" jawab Adelia."Maksudnya apa ini? saya tidak mengerti, kenapa saya di pindahkan, apakah karena saya melakukan kesalahan?" tanya Daniel mengungkapkan, perasaannya yang sedari tadi tidak tenang.Sepertinya Daniel tidak ingin membahas, tentang wanita yang di tendang Adelia tadi.Adelia memandang Daniel, ia pikir Daniel akan mengatakan sesuatu, tentang wanita yang mereka tinggalkan begitu saja di depan lift.Ternyata Daniel lebih fokus pada kepindahannya, dari pada membicarakan tentang mantan pacarnya itu."Oh, soal itu, aku meminta kak
Setelah melihat Julia dan Harry di antar sopir baru, yang di rekrut Lucas, barulah Lucas dan Adelia berangkat ke kantor.Hari ini pemindahan Daniel ke bagian pemasaran, salah satu mall Sylvester di kota mereka.Sesampainya di kantor, Adelia seperti biasa melakukan rutinitasnya terlebih dahulu, memeriksa berkas yang ada di mejanya.Setelah itu membawanya masuk ke dalam ruang kantor Lucas.Lalu membuat kopi seperti biasa, untuk Lucas.Barulah ia kemudian memberitahukan ke bagian HRD, tentang pemindahan Daniel.Daniel terdiam di tempatnya, saat staf HRD memberitahukan kepadanya, untuk bersiap pindah kantor."A..apa maksud anda, Nona?" tanya Daniel kepada staf HRD tersebut."Hari ini, kantor anda pindah ke mall Anggrek putih!" sahut wanita itu."Sa..salah saya apa? kenapa saya harus di pindahkan ke mall Anggrek?" tanya Daniel terperanjat.Otaknya kemudian berputar, memikirkan kesalahan apa kira-kira yang telah ia perbuat.Daniel sontak terlonjak dari tempat duduknya, ia ingat tadi malam m
Esok harinya.Seperti biasa selagi Lucas mandi, Julia membersihkan kamar mereka, membuka jendela balkon, supaya udara pagi masuk ke kamar.Lalu mengganti sprei dengan yang baru, karena telah mencium aroma yang mulai berbau lembab.Setelah itu mempersiapkan pakaian kerja Lucas, dan menunggu suaminya itu selesai mandi."Sayang, pagi ini aku juga akan pergi ke restoran lagi!" sahut Julia kepada Lucas, saat pria itu keluar dari kamar mandi."Kenapa jadi rutin pergi ke restoran? bukankah sudah ada Nona Tina, yang memantau segalanya?" tanya Lucas sembari mengelap rambutnya, yang basah dengan handuk."Restoran semakin ramai, perlu resep baru lagi, untuk di tambahkan ke buku menu!" ujar Julia.Tangannya meraih hairdryer, dan memberi isyarat dengan tangannya, agar Lucas duduk di depan meja rias.Masih mengenakan handuk, melilit pinggulnya, Lucas menuruti gerakan tangan istrinya itu.la dengan patuh duduk di depan meja rias, dan mulai merasakan tangan kecil istrinya itu, mengeringkan rambutnya