Begitu Lucas melangkahkan kakinya ke dalam toko, merasa heran dengan istri dan anaknya itu melangkah menuju pintu toko."Kenapa? kok tidak jadi membeli bajunya?" tanya Lucas, dia tidak memperdulikan sikap ramah pelayan toko, yang datang menyambut kedatangannya memasuki toko tersebut."Tidak jadi Pa, penampilan Mama tidak seperti orang kaya, jadi tidak boleh beli baju di toko ini, kata kakak pelayan itu!" sahut Harry dengan polosnya, lalu menudingkan telunjuknya, ke arah pelayan toko yang barusan bicara ramah pada Lucas.Mendengar apa yang di katakan putranya itu, sontak Lucas dengan cepat menoleh ke pelayan toko tersebut.Pelayan toko itu langsung pucat, ternyata memang benar wanita yang membawa anak lelaki itu bersama dengan suaminya.Dan, wanita yang membawa anak lelaki itu memang orang kaya, hanya saja dia tidak berpenampilan seperti orang kaya! pikir pelayan toko itu semakin pucat. Tatapan tajam Lucas membuat pelayan itu jadi gugup."Apakah memang harus orang kaya saja yang belan
Sementara itu, di kantor Polisi.Sudah hampir satu jam Gina dan Ibunya menunggu kedatangan Julia, duduk di kantor Polisi dengan penuh percaya diri.Mereka sudah memberikan laporan kepada pihak Polisi, mengenai soal kekerasan yang di lakukan Lucas kepada Gina."Pak Polisi, kenapa lama sekali tergugat belum datang? ini sudah mau satu jam lamanya!" sahut Ibunya Gina dengan nada marah."Maaf Nyonya, anda kalau tidak sabaran menunggu, silahkan datang lagi besok, karena yang anda gugat sedang sibuk, tidak bisa datang untuk memenuhi panggilan dari pihak Polisi!" sahut salah satu petugas Polisi itu menjelaskan kepada Ibu Gina.Brak!Tante Julia memukul meja dengan tangannya, dia marah mendengar kalau Julia terlambat datang memenuhi panggilan ke kantor Polisi."Kenapa bisa begitu! aku tidak mau pergi sebelum orang itu datang dan meminta maaf pada putriku, apa anda tidak lihat kekerasan yang telah dia lakukan?!" teriak Ibu Gina memperlihatkan pergelangan tangan Gina yang lebam."Kalau begitu, a
Tante Julia begitu teringat akan maksud tujuan mereka, ingin mendapatkan uang satu miliar."Mana si bodoh itu, kenapa dia tidak datang! gadis bodoh itu takut ya!" teriak Ibunya Gina sembari berdiri dengan angkuh menghadap pada Edward."Siapa yang anda sebut si bodoh Nyonya?" sahut Edward menatap tajam wanita tua itu."Siapa lagi kalau si Julia perempuan bodoh itu! keterlaluan dia menganiaya sepupunya, panggil dia! jangan main perantaraan melalui orang lain, dia punya hutang banyak sama saya, panggil dia!" sahut Ibunya Gina dengan suara kencang."Memangnya ada bukti kalau Nyonya saya melakukan kekerasan pada putri anda?" sahut Edward masih dengan keadaan tenang menghadapi ke dua wanita yang penuh drama tersebut."Nyonya? anda memanggil si bodoh itu Nyonya? apa anda tidak salah panggil pada perempuan bodoh itu? perempuan miskin yang sudah tidak memiliki siapa-siapa lagi itu, astaga!" Ibu Gina mendelik memandang Edward, lalu kemudian menepuk jidatnya merasa kalau Edward begitu bodoh, bis
Di sebuah butik pakaian khusus anak kecil.Lucas membawa Julia dan putranya untuk berbelanja pakaian.Harry di perbolehkan Lucas untuk membeli pakaian apa saja yang di inginkan putranya tersebut."Papa, lihat! mau yang itu!" tunjuk Harry pada pakaian anak kecil di pajang di manekin di dalam butik."Nak, sudah banyak sekali yang kamu pilih, cukuplah, lain kali lagi baru di beli!" sahut Julia mengingatkan Harry untuk berhenti memilih terus.Mungkin sudah ada sepuluh pasang pakaian yang di pilih Harry, dan Lucas menyetujui saja apa yang di tunjuk Harry."Baju yang di pilih masih sedikit, biarkan dia memilih lagi!" sahut Lucas menyetujui permintaan Harry.Mendengar apa yang di katakan Lucas tersebut, sontak membuat Julia kesal.Dia ingin mengajarkan pada putranya berhemat,ON Lucas malah mengajarkan pemborosan. Julia tidak ingin nanti putranya itu menjadi manja, apa pun yang diinginkannya harus di turuti.Jangan karena Lucas banyak uang, apa pun yang diinginkan Harry, pria itu menuruti sa
Saat mobil akan mendekati villa, telepon Lucas bergetar.Setelah melihat nama pada layar ponselnya, Lucas menerima panggilan tersebut."Halo!" sahut Lucas, dan kemudian mendengarkan apa yang disampaikan seseorang di seberang sana.Lucas kemudian mematikan ponselnya."Nak, Papa hanya mengantarkan kalian sampai pintu gerbang, karena ada urusan mendesak yang harus Papa tangani, Papa akan pulang sebelum makan malam, oke?" sahut Lucas mengelus kepala Harry."Oke Pa!" jawab Harry sembari menganggukkan kepalanya.Lucas menoleh kepada Julia yang tidak terpengaruh dengan urusan apa yang akan ditangani Lucas, gadis itu terlihat memandang ke luar mobil."Julia!" panggil Lucas."Ya!" jawab Julia dengan tenang, lalu menoleh memandang Lucas dengan tatapan biasa-biasa saja."Aku tidak ikut turun dengan kalian, aku ada urusan mendesak yang harus ku urus!""Baiklah!" jawab Julia dengan nada yang tenang."Kamu tidak bertanya urusan apa yang harus ku tangani?" tanya Lucas menatap Julia dengan lekat.Jul
Tidak terasa mereka menonton televisi sampai waktunya untuk makan malam.Tok! tok! tok!Seorang pelayan wanita tampak berdiri di ambang pintu ruang santai."Nyonya, makan malam apakah sekarang sudah bisa untuk di sajikan di meja makan?" sahutnya."Sudah jam tujuh ya!" sahut Julia."Iya Nyonya!""Tunggu sebentar lagi, Tuan Lucas belum pulang!""Baik Nyonya, permisi!" jawab pelayan itu, lalu pergi dari sana."Katanya Papa sebelum jam tujuh akan pulang, kenapa bisa terlambat?" tanya Harry bingung."Papamu seorang pengusaha nak, pasti banyak urusan mendadak yang tidak di duga, jadi tidak bisa di pastikan tepat waktu, kita tunggu saja sebentar lagi, kalau belum pulang juga, kita makan duluan saja!" ujar Julia mengelus kepala Harry."Iya Ma!"Mereka pun menunggu Lucas.Setengah jam kemudian, pria itu belum datang juga."Ma, aku sudah lapar!" sahut Harry."Ayo kita makan!" Julia bangkit dari duduknya.Julia membawa Harry keruang makan."Makan malamnya tolong di sajikan saja Bik, Tuan Lucas s
Lucas sebenarnya tidak begitu senang dengan pemaksaan Ibunya, untuk menyuruhnya datang secepatnya dengan kata-kata 'tidak pake lama'.Dengan mengancamnya tidak akan makan kalau Lucas tidak segera datang.Dia adalah pria dewasa, yang tidak perlu lagi di atur dan di paksa, itu sesuatu yang membuat dirinya menjadi tidak suka.Bukan hanya karena dia adalah anak lelaki satu-satunya yang menjadi pengganti Ayahnya, menjadi tulang punggung keluarga mereka, Ibunya jadi sesuka hati memerintahkan dirinya kapanpun Ibunya inginkan.Pria itu menatap Ibunya dengan tajam.Lisbet terbaring di sofa memperlihatkan tangannya yang terluka, wanita tua itu sengaja melakukan drama jatuh di kamar mandi untuk meminta Lucas datang ke Mansion."Mama, kamu bukan anak kecil lagi, ini tidak lucu Ma, di sini banyak yang bisa menolong Mama, jangan membuat lelucon yang tidak lucu!" sahut Lucas jengkel."Nak, kamu sudah berubah semenjak beberapa hari ini, kamu tidak perhatian lagi pada Mama!""Ma, putramu ini sudah men
Lucas bangkit dari duduknya, dia tidak ingin bicara lebih jauh lagi dengan Ibunya itu, yang ada akan suasana semakin panas."Sudahlah! tidak ada gunanya aku menjelaskan panjang lebar pada Mama, karena Mama terlalu cemburu pada istriku!" ujar Lucas."Tunggu Lucas! jangan pergi dulu, makan malam lah bersama kami, Bibi sudah menyiapkan makanan kesukaan mu!" sahut Lisbet dengan cepat, wanita tua itu dengan cepat duduk tegak di tempatnya."Istri dan putraku sedang menungguku di rumah, aku tidak bisa makan malam bersama kalian!" ujar Lucas tidak perduli."Lucas! tunggu! Mama tidak akan memaksamu lagi untuk setiap hari datang ke mari untuk makan malam, tapi untuk malam ini, makan lah bersama kami!" sahut Lisbet memohon.Lucas menekan pelipisnya, dia merasa Ibunya itu semakin hari semakin egois."Baiklah, aku akan makan malam bersama kalian, tetapi aku tidak bisa berlama-lama dengan kalian di meja makan, istri dan putraku menunggu aku di rumah!" ujar Lucas akhirnya mengalah.Lalu pria itu ber