Harry memandang Ayahnya sambil mengerutkan kening, sepertinya dia mencoba memahami apa yang terjadi antara ke dua orang tuanya itu."Papa! kamu jahat!" sahut Harry kencang.Sontak membuat Lucas dan Julia memandang Harry terkejut."Ada apa nak?" tanya Lucas heran."Papa jahat! kenapa Papa buat Mama sedih!" ujar Harry dengan wajah cemberut memandang Ayahnya itu."I..itu, Papa tidak sengaja nak, Papa tidak akan ulangi lagi!" akhirnya Lucas mengerti dengan kata 'jahat' yang di maksud Harry.Lucas menyadari kecerobohannya, seharusnya dia bisa menjaga perkataannya di depan putranya itu.Harry terus memandang Lucas dengan tatapan tajam, dengan wajah cemberutnya."Maafkan Papa nak, Papa janji tidak akan membuat Mama sedih lagi!" sahut Lucas mendekati putranya tersebut.Lucas berjongkok men-sejajarkan tingginya dengan Harry."Papa sudah minta maaf pada Mama, tapi Mama kayaknya tidak memaafkan Papa, apa yang harus Papa lakukan agar Mama memaafkan Papa?" tanya Lucas dengan nada sedih pada putran
Siangnya sebagaimana yang telah di janjikan Julia, gadis itu menepati janjinya memasak makan siang Lucas.Julia terlihat begitu sibuk memasak makan siang Lucas, dan para pelayan tidak di ijinkan Julia membantunya, dia akan melakukannya sendiri.Julia sudah terbiasa bekerja di dapur, dia bisa melakukannya sendiri."Mama!" panggil Harry masuk ke ruang dapur."Ya nak, kenapa kamu datang ke dapur? Mama belum selesai memasak!" sahut Julia tanpa menoleh pada Harry, karena tangannya lagi sibuk, jadi matanya lebih fokus dengan apa yang dikerjakannya."Masaknya yang banyak ya Ma, aku mau makan siang bersama Papa di kantornya, juga mau jalan-jalan lihat kantor Papa!" sahut Harry mendekati Julia yang sedang memasak lauk."Eh!" Julia menghentikan tangannya yang tengah memotong ikan, lalu memandang putranya itu yang sudah berdiri si sampingnya dengan tatapan penuh harap."Tidak nak, kita makan siang di rumah saja!" ujar Julia menggoyangkan jari telunjuknya di depan hidung Harry.Harry menatap Juli
Edward datang untuk menjemput makan siang Lucas, tapi ternyata Julia dan Harry yang akan mengantarkan sendiri makan siang Lucas.Edward dengan senang hati mengantarkan Nyonya dan tuan mudanya tersebut ke kantor Lucas.Ini akan menjadi suatu kejutan untuk Lucas, istri dan putranya datang ke kantornya untuk makan siang bersama, karena sebelumnya Julia mengatakan pada Lucas hanya akan menitipkan makan siang Lucas pada asistennya tersebut.Edward bisa membayangkan bagaimana senangnya nanti Bos nya itu, melihat istri dan putranya datang membawa makan siangnya."Silahkan Nyonya dan tuan muda!" sahut Edward membukakan pintu mobil untuk Julia dan Harry begitu mobil itu berhenti di depan lobby pintu utama gedung kantor Lucas."Silahkan langsung saja menuju lift khusus VIP Nyonya, dan kantor Tuan Lucas di lantai nomor tiga puluh!" ujar Edward memberi arahan pada Julia.Julia hanya mengangguk saja.Edward kembali menutup pintu mobil, setelah Julia dan Harry turun dari mobil.Julia menengadahkan
Kira-kira lima menit Julia menunggu, resepsionis tadi belum juga datang untuk memberitahukan apa yang dikatakan Lucas.Harry sudah terlihat mulai bosan, anak kecil itu terlihat sudah berpindah-pindah tempat duduk di tempat tunggu tersebut."Dari dulu sampai sekarang, banyak sekali wanita tidak jelas yang mengejar-ngejar Tuan Lucas, cari alasan mau antar makan siang segala lagi!" sahut resepsionis tadi pada rekannya di meja resepsionis."Wanita tadi itu?" tanya temannya."Iya, pake bawa anak kecil segala lagi, mungkin mau bilang anak hasil cinta satu malam mereka beberapa tahun yang lalu, dia pikir aku bisa tertipu dengan caranya yang licik!""Jadi kamu usir mereka?""Tidak, aku suruh menunggu di tempat tunggu, tuh lihat sana!" ujar wanita itu seraya menaikkan dagunya menunjuk dimana Julia dan Harry menunggu.Julia dan Harry tampak masih menunggu dengan bekal siang yang di bawanya."Apa kamu sudah beritahukan pada Tuan Lucas?""Tidak perlu di beritahukan, Tuan Lucas pernah berpesan, ka
Karena ke dua resepsionis itu diam saja tidak menjawab, Lucas terpaksa mengambil ponselnya dan kembali menelepon Edward."Apa kamu bercanda Edward! aku tidak melihat istri dan putraku di lobby, kamu membohongi ku ya!" sahut Lucas dengan kencang begitu Edward mengangkat ponselnya.Ke dua wanita yang berdiri di belakang meja resepsionis itu, mendengar dengan jelas apa yang di katakan Lucas.Istri dan putraku!Lutut mereka semakin gemetar ketakutan, dan wajah mereka berdua pucat pasi."Kamu yang melakukannya, bukan aku!" bisik salah satu dari mereka dengan tajam menyalahkan rekannya tersebut.Yang di salahkan semakin gemetar ketakutan."Tuan, saya tadi ada melihat seorang gadis membawa seorang anak lelaki duduk di tempat tunggu tamu!" tiba-tiba seorang petugas keamanan datang menghampiri Lucas.Dengan cepat Lucas menoleh memandang ke arah sekuriti tersebut."Benarkah? sekarang di mana mereka?" tanya Lucas dengan cepat, dia merasa lega ternyata memang benar Julia yang datang mengantarkan m
Lucas dengan nanar memandang ke arah setiap pejalan kaki di depan gedung kantornya.Sosok Julia dan Harry tidak terlihat.Lucas dengan langkah cepat terus mencari dengan mata tajam melihat setiap wanita bersama anak kecil.Memikirkan kedatangan Julia tadi tidak di sukai oleh pegawainya sendiri, membuat amarah Lucas semakin bertambah.Mulai besok dia akan mengganti karyawan yang duduk di bagian meja resepsionis, menjadi karyawan lelaki saja, agar tidak terlalu gegabah menangani tamu wanita.Dia akan mendisiplin para karyawannya setelah peristiwa ini, agar kelak tidak melakukan kesalahan yang membuat dia akan memecat mereka lagi.Akhirnya Lucas melihat Julia bersama putranya Harry, tengah berjalan pelan-pelan sambil melihat sekitar mereka.Sepertinya Julia membawa Harry jalan untuk menjawab keingin tahuan anak kecil itu akan lingkungan sekitarnya.Terlihat bagaimana Harry menunjuk dengan jari telunjuknya ke satu objek, dan Julia menjawabnya dengan tenang sembari menggenggam tangan putra
Julia menatap Lucas dengan lekat, sepertinya pria itu menyembunyikan sesuatu."Bukankah kamu yang menyuruh aku memasak makan siangmu? dan di antarkan ke kantor?" tanya Julia mengerutkan keningnya menatap Lucas penuh selidik."I..itu!" Lucas menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, dia jadi tambah gelagapan untuk menjawab Julia."Atau sebenarnya kamu tidak menyukai masakanku, alasanmu saja mengatakan masakanku enak!" sahut Julia merasa jengkel.Selesai dia mengatakan apa yang dikatakannya, Julia langsung pergi berjalan dengan cepat menuju gedung kantor Lucas."Julia, sayang!" panggil Lucas dengan panik."Aku akan ambil kembali bekalnya!" sahut Julia sembari berjalan semakin cepat.Lucas dengan cepat mengangkat Harry, dan menggendong putranya itu mengikuti Julia dengan cepat.Harry dengan erat merangkul leher Ayahnya yang berjalan setengah berlari mengejar Ibunya, yang kelihatannya marah pada Ayahnya."Papa sihh...kenapa bekalnya di kasih ke om Edward, Mama kan jadi marah!" ujar Harry di
"Apa yang telah mereka lakukan?" tanya Julia pada Lucas memandang ke dua wanita yang berlutut tersebut."Membuang bekal yang kamu titip pada mereka ke tong sampah!" akhirnya Lucas mengatakan dengan jujur mengenai bekal yang di bawa Julia."Apa?" Julia terkejut mendengar masakan yang dia masak, di buang oleh resepsionis itu ke tong sampah.Ternyata dugaannya tadi memang benar, tapi dia tidak menyangka kalau resepsionis itu sungguh berani membuang bekal yang dia buat ke tong sampah.Julia memandang ke dua wanita yang berlutut tersebut dengan pandangan bingung, mau di apakan ke dua wanita yang menangis histeris itu.Julia kesal juga mengetahui makanan yang dia bawa di buang tong sampah, seakan-akan makanan yang dia bawa itu ada racunnya."Apa yang telah kalian lakukan?" tanya Julia memandang mereka dengan lekat.Julia akhirnya keluar dari balik punggung Lucas, dan berdiri di depan ke dunia wanita yang berlutut itu."Kami salah Nyonya, kami salah sangka terhadap anda, maafkan kami!" sahut
Setelah acara resepsi selesai jam delapan malam, Adelia berganti pakaian dengan pakaian pesta mewah, yang di pilih oleh Ibunya. Sudah waktunya mereka akan pergi, menikmati hadiah bulan madu, yang di berikan Lucas kepada mereka. Di halaman lobby gedung aula Hotel, telah menunggu mobil pengantin, seperti apa yang di katakan Lucas tadi. Mobil mewah yang dihiasi dengan bunga mawar. "Bersenang-senang lah nak, ingat kalau pulang nanti, kamu sudah memberikan cucu kepadaku, ya?" ujar Adelia seraya memeluk Adelia dengan erat. "Aih, Mama ini! sudah punya cucu juga dari kak Lucas, tuh... bahkan sudah mau nambah satu lagi!" sahut Adelia cemberut. "Itu beda nak, maksud Mama anakmu, milikmu sendiri!" kata Lisbeth mengingat kan Adelia. Adelia diam saja, tidak menjawab perkataan Ibunya itu, dia malu untuk menjawabnya, yang menurutnya Mamanya itu terlalu terang-terangan membahas soal cucu. "Sudah ah, kami pergi dulu!" ujar Adelia. Sopir mobil mewah itu, dengan segera membuka daun pint
Adelia memeluk Daniel dengan erat, ia begitu senang sekali Daniel melamarnya, cara Daniel melamar seperti di novel romantis.Daniel dengan penuh keyakinan berlutut melamarnya, membuat Adelia jadi gemas pada Daniel.Sementara Daniel jadi tertawa dengan tindakan Adelia tersebut, menghamburkan tubuhnya dengan spontan, membuat mereka berdua sekarang berbaring di lantai, dengan posisi Daniel di bawah Adelia.Adelia berbaring di atas tubuh Daniel, memeluk Daniel dengan eratnya.Senyuman Adelia terus mengembang dengan bahagianya, berbaring di atas tubuh Daniel."Aku mau, jangan di tanya lagi, Ayo kita besok menikah!" ucap Adelia dengan bahagianya."Kita harus membuat persiapan dulu, baru kita melangsungkan pernikahan, aku ingin membuat pernikahan yang terbaik untukmu, sayang!" ujar Daniel tersenyum lebar."Apa? katakan sekali lagi!" sahut Adelia, mengangkat kepalanya memandang mata Daniel di bawahnya."Yang mana? aku ingin melangsungkan pernikahan yang terbaik untukmu!" ucap Daniel mengulang
Dua minggu berlalu.Hubungan Daniel dan Adelia, berjalan dengan baik, mereka terlihat sangat romantis.Tidak ada lagi pembullyan, Daniel menjadi Direktur yang sangat di segani, dan kinerjanya memuaskan Lucas.Hubungan Julia dengan Kakeknya, akhirnya menjadi lebih baik, dan Julia memaafkan Kakeknya.Pagi ini, Julia bangun pagi seperti biasanya, ia akan membantu pengasuh Harry untuk mempersiapkan Harry berangkat sekolah.Tapi, tiba-tiba Julia merasakan kepalanya sedikit pusing, dan perutnya terasa tidak nyaman.Julia menyingkirkan selimut dengan cepat, lalu turun dengan cepat dari tempat tidur, dan berlari ke kamar mandi."Sayang, kenapa?" tanya Lucas terkejut, melihat Julia yang tergesa-gesa ke kamar mandi.Julia tidak menjawab pertanyaan Lucas, ia menutup pintu kamar mandi dengan kencang.Melihat gelagat Julia yang terasa aneh, Lucas pun buru-buru turun dari tempat tidur, lalu masuk ke kamar mandi."Hoekk! hoekk!"Tampak Julia membungkuk di toilet, memuntahkan sesuatu dari mulutnya."
Makan malam akhirnya berjalan dengan sempurna, Daniel yang tadinya merasa canggung, bisa menyesuaikan dirinya dengan keluarga Adelia.Harry yang banyak pertanyaan, bisa di jawab Daniel dengan baik, dan semua orang, yang ada di ruang makan itu, selalu setuju dengan pertanyaan yang diajukan ponakan Adelia itu.Daniel merasa keponakan Adelia, sosok yang sangat berpengaruh di keluarga kekasihnya itu.la senyum-senyum lucu, melihat ponakan Adelia yang pintar dalam berbicara, sungguh anak yang menggemaskan."Paman, hati-hati naik motor ya, jangan terlalu kencang menyetirnya!" sahut Harry, saat mereka sudah selesai makan, dan saatnya Daniel akan permisi untuk pulang."Iya, terimakasih Harry!" ucap Daniel tersenyum hangat, mendengar perhatian putra Bosnya itu padanya."Papa, aku akan keluar sebentar, aku mau mengobrol sebentar dengan Daniel!" ujar Adelia, saat Daniel selesai pamit untuk pulang, pada ke dua calon mertuanya."Jangan terlalu larut pulangnya!" sahut Piter."Iya, Pa!" jawab Adelia
Malam harinya sebelum jam tujuh malam, Adelia sudah mulai berdandan dengan cantik.la sudah berpesan kepada Bibi koki, untuk memasak, masakan istimewa malam ini, karena ada tamu yang akan datang, untuk makan malam bersama keluarga Sylvester.Sementara Lucas sudah tahu, siapa yang akan datang malam ini, setelah adiknya itu mengatakan kepada orang tua mereka, kalau Adelia ingin memperkenalkan seseorang kepada orang tua mereka."Tante, kamu cantik sekali malam ini!" sahut Harry dengan nyaringnya, melihat Adelia berdandan tidak seperti biasanya.Wajah Adelia merona, mendengar suara ponakannya mengatakan kalau ia begitu cantik."Benarkah?" tanya Adelia, malu-malu kucing, seraya membenarkan letak helaian rambutnya."Iya! apakah paman hari ini mau datang melihat Tante?" tanya Harry dengan polosnya.Wajah Adelia semakin merona mendengar lagi, apa yang di katakan ponakannya itu.la heran dengan ponakannya itu, yang selalu bicara benar, dan tidak pernah salah.Harry menatap Adelia yang tampak m
Perlahan jempol Daniel menelusuri bibir Adelia, yang masih memejamkan matanya.Bibir Adelia yang sedikit terbuka itu, terlihat begitu ranum, dan sangat menggoda.Ternyata Adelia juga merasakan hal yang sama dengan dirinya, membuat Daniel begitu bahagia.Matanya terasa panas, ia pun menangis bahagia.Adelia seorang putri konglomerat, menyukai dirinya seorang pria miskin, yang tidak memiliki apa pun, untuk di pamerkan pada Adelia.Daniel menempelkan keningnya pada kening Adelia, ia pun menangis tanpa suara.Daniel tidak sadar air matanya, jatuh ke pipi Adelia, sehingga membuat Adelia membuka matanya.Karena kening Daniel menempel pada kening Adelia, tatapan mata Adelia dengan jelas melihat Daniel yang sedang menangis diam-diam, sembari memejamkan mata."Kenapa?" tanya Adelia keheranan.Bukankah tadi dia mengecup bibirku dengan lembut? kenapa sekarang dia jadi menangis? pikir Adelia bingung.Perlahan mata Daniel terbuka, dan menatap mata Adelia, dengan matanya yang sembab."Nona, kenapa
Mata Daniel berkedip menatap wajah Adelia, yang terlihat ramah dengan senyuman manisnya.Ting!Lift terbuka, dengan senyuman yang masih merekah di bibirnya, Adelia menarik Daniel keluar dari dalam lift.Benar saja, sebuah mobil sedari tadi telah menunggu Daniel.Seorang pria berpakaian formal membuka pintu mobil, untuk Daniel dan Adelia.Dengan patuh Daniel masuk ke dalam mobil, dan duduk berdampingan dengan Adelia."Nona!" panggil Daniel."Iya, ada apa?" jawab Adelia."Maksudnya apa ini? saya tidak mengerti, kenapa saya di pindahkan, apakah karena saya melakukan kesalahan?" tanya Daniel mengungkapkan, perasaannya yang sedari tadi tidak tenang.Sepertinya Daniel tidak ingin membahas, tentang wanita yang di tendang Adelia tadi.Adelia memandang Daniel, ia pikir Daniel akan mengatakan sesuatu, tentang wanita yang mereka tinggalkan begitu saja di depan lift.Ternyata Daniel lebih fokus pada kepindahannya, dari pada membicarakan tentang mantan pacarnya itu."Oh, soal itu, aku meminta kak
Setelah melihat Julia dan Harry di antar sopir baru, yang di rekrut Lucas, barulah Lucas dan Adelia berangkat ke kantor.Hari ini pemindahan Daniel ke bagian pemasaran, salah satu mall Sylvester di kota mereka.Sesampainya di kantor, Adelia seperti biasa melakukan rutinitasnya terlebih dahulu, memeriksa berkas yang ada di mejanya.Setelah itu membawanya masuk ke dalam ruang kantor Lucas.Lalu membuat kopi seperti biasa, untuk Lucas.Barulah ia kemudian memberitahukan ke bagian HRD, tentang pemindahan Daniel.Daniel terdiam di tempatnya, saat staf HRD memberitahukan kepadanya, untuk bersiap pindah kantor."A..apa maksud anda, Nona?" tanya Daniel kepada staf HRD tersebut."Hari ini, kantor anda pindah ke mall Anggrek putih!" sahut wanita itu."Sa..salah saya apa? kenapa saya harus di pindahkan ke mall Anggrek?" tanya Daniel terperanjat.Otaknya kemudian berputar, memikirkan kesalahan apa kira-kira yang telah ia perbuat.Daniel sontak terlonjak dari tempat duduknya, ia ingat tadi malam m
Esok harinya.Seperti biasa selagi Lucas mandi, Julia membersihkan kamar mereka, membuka jendela balkon, supaya udara pagi masuk ke kamar.Lalu mengganti sprei dengan yang baru, karena telah mencium aroma yang mulai berbau lembab.Setelah itu mempersiapkan pakaian kerja Lucas, dan menunggu suaminya itu selesai mandi."Sayang, pagi ini aku juga akan pergi ke restoran lagi!" sahut Julia kepada Lucas, saat pria itu keluar dari kamar mandi."Kenapa jadi rutin pergi ke restoran? bukankah sudah ada Nona Tina, yang memantau segalanya?" tanya Lucas sembari mengelap rambutnya, yang basah dengan handuk."Restoran semakin ramai, perlu resep baru lagi, untuk di tambahkan ke buku menu!" ujar Julia.Tangannya meraih hairdryer, dan memberi isyarat dengan tangannya, agar Lucas duduk di depan meja rias.Masih mengenakan handuk, melilit pinggulnya, Lucas menuruti gerakan tangan istrinya itu.la dengan patuh duduk di depan meja rias, dan mulai merasakan tangan kecil istrinya itu, mengeringkan rambutnya