Dengan hijab yang begitu mempesona, serta pakaian sederhana yang pas di tubuh Dini. Pagi ini Dini benar-benar terlihat begitu cantik. Bi Sanih yang pertama kali melihat Dini keluar dari dalam kamar. Terlihat tidak percaya, jika Dini akan begitu cantik dengan hijab dan pakaian muslim yang dibeli di pasar. "Masya Allah. Mbak Dini cantik banget," puji bi Sanih dengan mata melongok. Dini terlihat malu-malu kucing mendapat pujian dari bi Sanih. Ia sama sekali tidak menyangka akan mendapatkan pujian yang begitu besar dari bi Sanih. Sebenarnya Dini merasa penampilan dirinya sama sekali tidak secantik yang digambarkan oleh bi Sanih. Dia merasa tetap sama, hanya saja pakaian Dini yang saat ini sudah semakin tertutup. "Apakah pakaian ini sudah baik, Bi?" tanya Dini dengan wajah ragu. "Tentu saja baik. Sudah sangat baik dan cantik," jawab bi Sanih kembali memuji Dini. Bi Sanih yang akan turut serta dalam kepergian Dini ke pondok pesantren. Sudah siap membawa satu koper perlengkapan dari Din
Begitu tiba di kamar miliknya, Dini langsung di sambut hangat oleh Fachri dan Fatimah. Keduanya sudah menunggu kedatangan dari Dini sedari tadi. Hingga keduanya pun terlihat begitu antusias melihat Dini yang datang bersama dengan bi Sanih. Tidak ubahnya dengan Fatimah dan Fachri, Dini sendiri begitu senang dengan sambutan sederhana yang diberikan oleh Fachri dan Fatimah."Assalamualaikum," sapa Fachri pada Dini dan bi Sanih. "Wallaikumsallam," jawab Dini dan bi Sanih penuh kebahagiaan. Fatimah yang terlihat senang melihat kedatangan dari Dini. Langsung menyodorkan tangan kanannya untuk berkenalan dengan Dini. Dia segera memperkenalkan diri pada Dini dengan begitu lantangnya. "Assalamualaikum Kak. Perkenalkan, namaku Fatimah Abraham. Aku sepupunya Mas Fachri." "Wallaikumsallam. Namaku Dini," Dini menjabat tangan Fatimah. "Semoga kamu betah di sini yah Dini. Aku harap kamu bisa belajar ilmu agama, seperti yang kamu harapkan. Aamiin," ucap Fachri kembali tersenyum. "Mudah-mudahan s
Hari rabu, ini adalah hari yang paling menggembirakan. Di mana hari ini adalah hari kajian perempuan dilakukan. Dengan Gus Fiment yang akan memberikan materi. Dini merasa sudah tidak sabar untuk segera mengikuti kajian yang akan segera di mulai. Apalagi ini adalah kali pertama Dini mengikuti kajian. Selama ini, ia tidak pernah mengikuti kajian seperti ini. Tidak ingin tampil biasa saja. Dini tentu sudah siap merias diri secantik mungkin. Di mana riasan dari Dini, tentu akan jadi riasan yang sempurna saat orang melihatnya. Tidak ada yang salah, Dini hanya ingin tampil sedikit beda saja saat berada di kajian nantinya. Dini bercermin, tersenyum pada bayangan wajahnya di depan cermin. Bagaimana ia membayangkan Gus Fiment yang akan terpukau dengan kecantikan yang Dini miliki. Sembari sedikit menghayal, Dini merasa hari ini akan menjadi hari yang sempurna untuk bisa dijalani oleh Dini. "Apa Gus Fiment akan tertarik padaku di hari ini? Jika memang begitu, aku harap dia akan memujiku. Atau
Semua orang terlihat begitu gembira. Saat melihat kedatangan dari Gus Fiment. Melihat sorban yang ada di kepala Gus Fiment. Membuat beberapa jemaah mulai panas dingin. Terutama para santri yang baru pubertas. Mereka melihat seperti sosok seorang pangeran yang begitu di idolakan. Gus Fiment mulai mempersiapkan materi yang akan di bawakan di siang hari ini. Materi tentang hijrah, menjadi materi yang sudah di tunggu oleh semua orang. Dini datang sedikit terlambat, dia baru masuk madrasah saat Gus Fiment sudah hampir memulai acara kajian. Dini dengan pakaian yang begitu cantik. Sudah tidak sabar untuk mendengarkan setiap nasehat yang akan di berikan oleh Gus Fiment pada semua jemaah yang hadir. "Assalamualaikum Gus. Maaf saya telat," ucap Dini dengan wajah sumringah. "Wallaikumsallam. Tidak apa. Acaranya belum di mulai juga. Jadi silakan duduk," jawab Gus Fiment dengan begitu lembut. Hati Dini terasa begitu meleleh saat mendengar suara dari Gus Fiment. Dini benar-benar mengidolakan G
Dua preman yang sudah di siapkan oleh Gus Fatur. Siap menjalankan rencana dari Gus Fatur dengan baik. Mereka sudah menganalisa pesantren dengan begitu baiknya. Ini adalah cara yang cukup baik. Sehingga mereka siap melakukan tindakan yang akan membuat Gus Fiment ketakutan dengan apa yang akan di lakukan olehnya. Hujan turun deras, di mana aktivitas pesantren terlihat sepi. Para santri lebih memilih untuk berdiam diri di dalam kamar masing-masing. Menunggu waktu magrib datang menjemput. Di balik pohon mangga besar, dua preman sudah siap dengan strategi yang akan di lakukan pada Gus Fiment. Di mana strategi itu siap membuat Gus Fiment kecelakaan. Sehingga rencana dari Gus Fatur bisa di eksekusi dengan baik oleh kedua preman tersebut. Menggunakan nomor telepon acak, salah satu dari preman itu mulai menghubungi Gus Fiment. Dengan modus meminta tolong pada Gus Fiment. Preman itu sukses meyakinkan Gus Fiment akan kebohongan yang sudah di buat. Gus Fiment yang percaya dengan omongan dari p
Melihat Gus Fiment yang hanya memar saja, tentu itu menjadi sebuah hal yang buruk bagi Gus Fatur. Dia berharap Gus Fiment akan mengalami luka. Sehingga itu akan menjadi pelajaran berat bagi Gus Fiment yang menolak proyek pembangunan vila. Gus Fatur yang berpura-pura seakan tidak tahu apa-apa. Terlihat santai saat melihat kondisi Gus Fiment di ruangan UKS. Dia layaknya orang yang tidak tahu apa-apa, masuk ke dalam ruangan. Berbincang sedikit dengan Gus Fiment dan Fatimah yang berada di ruangan UKS. "Siapa yang sudah memukuli kamu?" tanya Gus Fatur tiba-tiba. "Tidak tahu Mas. Tapi aku lihat muka orang itu. Mereka berbadan besar. Sepertinya mereka preman bayaran. Mereka sengaja di perintahkan untuk memukuli aku," jawab Gus Fiment. "Apa mungkin Mas Fatur kenal dengan kedua preman itu. Siapa tahu Mas Fatur kenal dengan keduanya," ucap Fatimah dengan sedikit menyindir. "Apa maksud kamu? Kenapa kamu berbicara seperti itu. Kamu menuduh aku melakukan itu! hah," ucap Gus Fatur menarik tang
Gus Fiment terlihat merasa kurang nyaman, saat seorang pria berbadan besar mulai menguntit dirinya. Pria dewasa dengan kaos berwarna putih dengan otot yang besar. Terlihat sedari tadi mengikuti setiap pergerakan dari Gus Fiment. Perlahan namun pasti, Gus Fiment mulai merasa risih dengan keberadaan dari pria tersebut. Sengaja menjebak pria itu. Bodyguard itu pun tidak bisa berkata-kata lagi saat Gus Fiment mulai menjebak dirinya. Dengan tatapan tajam, Gus Fiment mulai melakukan interogasi terhadap pria tersebut. Pria itu sedikit kaku saat mendapatkan pertanyaan dari Gus Fiment. Terlebih Gus Fiment menatap wajah pria itu dengan tatapan yang begitu tajam. Mengingat Gus Fiment yang tidak nyaman saat pria itu terus mengikuti dirinya."Mau apa kamu mengikuti saya dari tadi?" tanya Gus Fiment dengan wajah penasaran. Bodyguard sewaan itu terlihat bingung untuk menjelaskan pada Gus Fiment, jika dia di sewa oleh oleh Dini untuk melindungi Gus Fiment. "Ayo katakan. Sebenarnya kamu mau apa?" t
Satu tiket parkir sudah di pegang oleh Fachri. Tiket parkir itu sepertinya menjadi tiket yang cukup berharga bagi seorang Fachri. Mengingat tidak semua orang bisa mendapatkan tiket itu. Sebuah tiket yang cukup berharga bagi Fachri dalam mendapatkan tempat untuk bisa melihat keseruan yang akan terjadi di pasar malam. Tetapi malam ini, Fachri tidak memiliki teman untuk pergi ke sana. Tidak mungkin dia akan pergi sendiri saja ke pasar malam. Tempat di mana banyak orang datang dengan pasangannya masing-masing. Bisa juga dengan sanak famili yang memang sudah berharap bisa mendapatkan kebahagiaan saat berada di sana.Fachri mendatangi Fatimah, di mana ia ingin meminta saran dari Fatimah. Mungkin saja Fatimah akan bisa memberikan saran yang cukup baik pada Fachri. Atau bisa juga, Fatimah menjadi orang yang akan di pilih oleh Fachri dalam pergi ke pasar malam nantinya. Fatimah terlihat antusias saat Fachri menunjukkan karcis parkir yang ada di tangan kanannya. Fatimah pikir dengan tiket itu
Dini terlihat begitu cantik saat mengenakan kebaya berwarna putih. Begitu juga dengan Gus Fiment yang terlihat begitu tampan dengan jas berwarna hitam serta kemeja putih. Tidak lupa, sarung dengan kualitas bahan yang prima di kenakan oleh Gus Fiment. Itu semakin membuat Gus Fiment terlihat begitu tampan. Hal yang tidak pernah di duga oleh banyak orang.Beberapa Santriwati mulai tertarik dengan penampilan dari Gus Fiment yang terlihat mempesona. Mereka tidak jemu melihat bagaimana seorang Gus Fiment yang terlihat begitu tampan dengan gaya maskulin yang terlihat begitu berwibawa. Penampilan ciamik yang di perlihatkan oleh Gus Fiment. Semakin membuat banyak santriwati tertarik akan ketampanan dari Gus Fiment.Seorang penghulu sudah di siapkan untuk mewakili pak Suprapto sebagai wali dari Dini. Penghulu itu terlihat sudah begitu siap untuk mengawal pernikahan dari Gus Fiment dan Dini.Khadijah serta anggota keluarga lainnya juga, sudah tidak sabar untuk segera menyaksikan ijab qobul yang
Datang dengan kiayi Musthofa dan Khadijah. Gus Fiment tampil gagah dengan sebuah baju Koko serta celana panjang hitam. Tidak lupa, peci hitam semakin menambah ketampanan dari Gus Fiment di malam ini. Tidak ada pemberitahuan sebelumnya pada Dini. Gus Fiment datang ke rumah Dini dengan modal nekat saja. Ini kesempatan yang cukup bagus. Mengingat masih ada kembaran dari Dini, yakni Deni. Begitu juga dengan pak Suprapto yang belum pulang ke rumahnya di Jakarta.Tiba di depan rumah Dini, Gus Fiment dengan suara merdunya mulai mengucapkan salam. Ada sedikit rasa gugup yang di rasakan oleh Gus Fiment. Tetapi dia tetap percaya diri untuk bisa mendapatkan cinta Dini. Meminang Dini sebagai istrinya.Dini langsung di buat terkesima dengan penampilan dari Gus Fiment. Dini melihat penampilan dari Gus Fiment begitu mempesona. Apalagi Dini menyukai peci hitam yang di kenakan oleh Gus Fiment. Peci itu begitu ciamik berpadu dengan baju koko yang di kenakan oleh Gus Fiment. Semakin memperlihatkan bagai
Ikhlas, tetapi sakit hati tetap di rasakan oleh seorang Fachri. Di sadar, tidak mungkin dirinya akan memaksa Dini untuk bisa cinta pada dirinya. Tidak mungkin juga bagi seorang Fachri untuk bisa mendapatkan cinta dari Dini. Tentu ada pertimbangan yang harus di lakukan oleh Dini akan Fachri. Itu hal yang tidak mudah. Tetapi Fachri selalu berusaha untuk tetap tegar dengan segala hal yang di rasakan. Menikmati semuanya dengan ikhlas. Sekali pun untuk tetap di posisi ikhlas bukan hal yang mudah. Mengingat banyak hal yang sudah di lakukan dengan Dini. Menghapus sebagian kenangan dengan Dini adalah bagian paling sulit yang tidak bisa dengan mudah di lakukan oleh Fachri.Fachri sudah tiba di Mesir dengan versi dia yang baru. Fachri berharap sudah tidak ada lagi rasa sakit yang di rasakan oleh Fachri seperti apa yang di rasakan oleh dirinya saat berada di Indonesia. Bertemu dengan Dini adalah hal yang paling menyakitkan bagi seorang Fachri. Tidak heran dia begitu merasa terbebani saat kembali
Khadijah terlihat begitu santai dengan sebuah buku di tangan kanannya. Begitu juga dengan kiayi Musthofa, yang terlihat menikmati suasana sore ini dengan sebuah buku tebal. Hobi keduanya yang sama-sama membaca, membuat suasana sore mereka di habiskan untuk membaca buku dari penulis terkenal di dunia. Melihat suasana sore yang hangat. Ini akan menjadi kesempatan yang cukup baik bagi Gus Fiment untuk bisa berdiskusi dengan mereka berdua. Tidak hanya diskusi kecil saja. Melainkan sebuah saran di harapkan oleh Gus Fiment dari keduanya. Permintaan dari Fachri tentu bukan permintaan yang biasa. Di mana Fachri menitipkan seorang Dini pada Gus Fiment. Fachri berharap Gus Fiment bisa menjaga seorang Dini seperti apa yang di minta oleh Fachri. Itu tugas yang tidak mudah. Tetapi Gus Fiment akan tetap berusaha untuk memberikan yang terbaik dari permintaan seorang Fachri.Gus Fiment terlihat malu-malu saat tiba-tiba duduk di samping Khadijah. Pandangan matanya tidak mampu menatap ke arah Gus kia
Pak Suprapto sudah merapikan seluruh pakaiannya ke dalam koper. Ini adalah hari terakhir dia berada di desa. Di mana pak Suprapto siap kembali ke kota untuk menjalani kehidupan sebagai orang kota. Sudah rasanya bagi pak Suprapto untuk berada di desa. Menikmati setiap panorama yang ada di desa. Ini pengalaman yang paling menyenangkan di rasakan oleh pak Suprapto. Sehingga ia merasa ini adalah hal yang cukup menyenangkan untuk di rasa.Dini terlihat bersedih, saat melihat Deni sudah mulai memanaskan mobilnya. Deni siap kembali pulang ke kota, membawa pak Suprapto juga dalam perjalanan ke rumahnya tersebut. Hal yang cukup membuat Dini merasa sedikit kehilangan dengan kepulangan keduanya."Apa kamu tidak mau tinggal seminggu lagi di sini. Aku masih pengen sama Ayah," ucap Dini dengan begitu sedih."Pekerjaan Ayah siapa yang akan urus di sana. Posisi Ayah penting di perusahaan, makanya Ayah harus selalu ada di perusahaan. Tidak boleh hilang dari peredaran," ucap Deni dengan tegasnya."Tapi
Fachri berpelukan pada setiap anggota keluarganya, begitu pesawat yang akan membawa dirinya terbang. Dia meneteskan air mata pada setiap orang yang di peluknya. Memohon doa keselamatan yang akan di jalani oleh Fachri. Tentu ini akan menjadi perjalanan yang cukup panjang di tempuh oleh Fachri. Hal yang tidak biasa akan di lakukan oleh Fachri. Perjalanan yang tidak semestinya mungkin akan di lakukan oleh Fachri secara berjam-jam. Perjalanan jauh itu akan memakan waktu yang cukup panjang. Pelukan Fachri cukup lama di kiayi Musthofa. Beban berat di berikan oleh kiayi Musthofa pada seorang Fachri. Di mana Kiayi Musthofa berharap Fachri akan menjaga nama baik dari keluarga besarnya selama di Mesir nanti. Begitu juga dengan hal lain yang harus bisa di lakukan oleh Fachri. Dia harus bisa melakukan segala hal dengan sebaik mungkin. Sehingga tidak akan ada hal baru yang akan datang pada seorang Fachri. Itu cukup berkesan bagi Fachri, sehingga air matanya tidak berhenti menetes. Fachri terliha
Masih bingung dengan sikap dingin yang di tunjukkan oleh Fachri. Dini tentu tidak ingin tetap dalam rasa penasaran yang begitu besar. Dia ingin tahu apa yang sebenarnya membuat Fachri terlihat begitu dingin pada dirinya. Ini sama sekali tidak sama seperti biasanya. Itu yang membuat Dini ingin tahu akan hal tersebut. Dini harus bisa menemukan jawaban dari segala persoalan yang sedang ada dalam diri Fachri.Dini mendatangi Fatimah. Orang yang mungkin bisa dia temui untuk mendapatkan segala informasi seputar pondok pesantren. Dini pun mengajak Fatimah untuk bertemu di taman. Di mana Dini sudah tidak sabar untuk tahu penyebab dari perubahan sikap dari seorang Fachri yang begitu drastis. Ini menjadi tanda tanya besar yang datang dari dalam diri seorang Dini. Sehingga ia harus tahu jawaban yang pasti dari seorang Fachri. Sikap Fachri yang tiba-tiba berubah drastis begitu saja. Tentu ada penyebab yang membuat dia menjadi dingin pada seorang Dini.Fatimah datang lebih dulu di taman. Sebelum
Sebelum keberangkatan ke Mesir. Fachri meminta bertemu terlebih dahulu dengan Gus Fatur. Tentu pertemuan dengan Gus Fatur akan menjadi sebuah pertemuan yang cukup di nanti oleh Fachri. Mengingat pertemuan dirinya tersebut akan menjadi pertemuan sekaligus meminta izin pada Gus Fatur. Bagaimana pun juga, Fachri berharap doa dari seorang Gus Fatur dalam perjalanan menuju Mesir. Mendapatkan banyak doa semakin baik di dapat oleh Fachri.Tidak hanya Fachri saja yang datang ke penjara untuk bertemu dengan Gus Fatur. Gus Fiment dan beberapa anggota keluarga lainnya, juga tertarik datang ke penjara untuk menjenguk Gus Fatur. Mereka ingin memberikan sedikit motivasi pada Gus Fatur yang saat ini dalam posisi tertekan.Khadijah yang sedikit kecewa dengan apa yang sudah di lakukan oleh Gus Fatur. Merasa apa yang telah di lakukan oleh Gus Fatur sedikit berlebihan. Mungkin ini akan sedikit lebih baik ketika Khadijah mulai merasa bisa memaafkan Gus Fatur. Sekali pun itu adalah hal yang sangat sulit d
Sempat ragu untuk melanjutkan pendidikan yang tertunda. Fachri akhirnya menerima tawaran dari keluarga besarnya untuk pergi kembali ke Mesir dalam melanjutkan pendidikan S2 yang sempat tertunda. Terlihat bagaimana raut wajah sedih masih menyelimuti seorang Fachri. Bagaimana pun juga, dia masih merasa begitu bersedih dengan kenyataan pahit yang harus di terima oleh dirinya akan perasaan dari Dini. Fachri menghampiri Gus Fiment, dia segera mengatakan pada Gus Fiment untuk tiket ke Mesir yang sudah di janjikan. Tiket yang bisa di pakai oleh Fachri kapan saja. Gus Fiment terhentak dengan permintaan dari Fachri tersebut. Dia penasaran dengan alasan dari Fachri yang akhirnya menerima tawaran dari keluarga besarnya untuk kembali ke Mesir. Mengingat Fachri yang selama ini menolak untuk kembali melanjutkan pendidikan yang sudah di jalaninya tersebut. "Ada angin apa, kenapa kamu menerima tawaran untuk kembali ke Mesir. Kamu tidak bercanda, bukan?" Tanya Gus Fiment dengan raut wajah kurang ya